Anda di halaman 1dari 14

REFRESHING

Fisiologi dan Mekanisme Persalinan


Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

Disusun Oleh :
Wara Rasyiati, S.Ked
2012730107
Dokter Pembimbing :
dr. Helmina, Sp.OG

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

A. Kata Pengantar
B.
C.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan refreshing yang berjudul


Fisiologi dan Mekanisme Persalinan.
D.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Helmina, Sp.OG

pembimbing dibagian Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi RSIJ Cempaka Putih dan
rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pembuatan refreshing ini.
E.

Semoga refreshing ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para

pembaca dan rekan-rekan sejawat.


F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N. Jakarta, Desember 2016
O.
P.
Q. Penulis

R. Faktor pendukung persalinan


1. Power
S. Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari
uterus
2. Passage
T. Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina,
dan introitus (lubang luar vagina) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan
lahir tersebut
3. Passanger
U. Cara penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni : ukuran kepala janin, presentasi letak kepala, letak,
sikap, dan posisi janin
V.
W. Tanda dan gejala inpartu
1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi makin
pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat
2. Keluar lendir dan darah lebih banyak
3. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan lengkap
X.
Y. Fisiologi Persalinan Normal
Z. Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang
relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai
dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan
aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan
mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode
postpartum.
AA.

Selama kehamilan, plasenta merupakan sumber estrogen primer. Kadar

estrogen ini akan meningkat beriringan dengan bertambahnya usia kehamilan. Fungsi dari
estrogen ini untuk mendorong serangkaian perubahan pada miometrium dalam pematangan
serviks uteri dan kontraktitilitas uterus.
AB.
AC.
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan

lahir. Banyak energi dikeluarkan pada waktu ini. Kontraksi miometrium pada persalinan
terasa nyeri sehingga sering disebut nyeri persalinan.
AD.
AE.

Diferensiasi Aktivitas Uterus


AF.Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda.

Segmen atas berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung.
Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, dan mendorong janin keluar, sebagai respon
terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas. Segmen bawah, relatif pasif dibandingkan
dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh
lebih tipis. Segmen bawah uterus dan serviks akan semakin lunak berdilatasi, membentuk
suatu saluran muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat menonjol
keluar. Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi maksimal, tetapi relatif
menetap pada panjang yang lebih pendek. Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum
kontraksi. Bagian atas uterus, atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat
isinya berkurang, sehingga tegangan miometrium tetap konstan. Efek akhirnya adalah
mengencangkan yang kendur dengan mempertahankan kondisi menguntungkan yang
diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot uterus tetap menempel erat pada isi
uterus. Karena pemendekan serat otot yang terus menerus pada setiap kontraksi, segmen atas
uterus yang aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan
dan menjadi tebal sekali tepat setelah pelahiran janin.
AG.
AH.

Perubahan Bentuk Uterus


AI. Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai

pengurangan diameter horisontal. Dengan perubahan bentuk ini, terjadi dua efek penting
pada proses persalinan, yaitu pengurangan diameter horisontal menimbulkan pelurusan
kolumna vertebralis janin, dengan menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus
uteri, sementara kutub bawah didorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul.
Pemanjangan janin berbentuk ovoid yang ditimbulkannya diperkirakan telah mencapai antara
5-10 cm. Efek kedua pemanjangan uterus yaitu serabut longitudinal ditarik tegang dan karena
segmen bawah dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini
ditarik ke atas pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk
dilatasi serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.

AJ.
AK.

Gaya-gaya Tambahan pada Persalinan


AL.

Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling penting pada proses

ekspulsi janin adalah gaya yang dihasilkan oleh tekanan intraabdominal ibu yang meninggi.
Gaya ini terbentuk oleh kontraksi otot-otot abdomen secara bersamaan melalui upaya
pernapasan paksa dengan glotis tertutup, yang disebut mengejan. Sifat gaya yang
ditimbulkan sama dengan gaya yang terjadi pada defekasi, tetapi intensitasnya biasanya jauh
lebih besar. Dilatasi serviks yang sebagian besar adalah hasil dari kontraksi uterus yang
berkerja pada serviks yang melunak berlangsung secara normal, tetapi ekspulsi bayi dapat
terlaksana dengan lebih mudah kalau ibu diminta mengejan, dan dapat melakukan perintah
tersebut selama terjadi kontraksi uterus.
AM.

Secara spesifik, tekanan ini merupakan bantuan tambahan yang diperlukan

oleh kontraksi-kontraksi uterus pada kala dua persalinan, dan mungkin juga penting pada
kala tiga persalinan pada saat ekspulsi spontan plasenta.
AN.
AO.

Pendataran Serviks
AP.Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari

panjang sekitar 2cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis
kertas. Proses ini disebut sebagai pendataran (effacement) dan terjadi dari atas ke bawah.
Serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas, atau dipendekkan, menuju
segmen bawah uterus, sementara kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah.
AQ.

Sebagai hasil dari aktivitas miometrium yang meningkat sepanjang

persiapan uterus untuk persalinan, pendataran sempurna pada serviks yang lunak kadangkala
telah selesai sebelum persalinan aktif dimulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat
mukus ketika saluran serviks memendek.
AR.
AS.
AT.
AU.
AV.

Dilatasi Serviks
Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks

merupakan daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama terjadi kontraksi,

struktur-struktur ini mengalami peregangan, yang dalam prosesnya serviks mengalami


tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban,
tekanan hidrostatis kantong amnion akan melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban
sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus
juga sama efektifnya.
AW.
AX.

Kala Persalinan

1. Kala I (Stadium pendataran dan dilatasi serviks)


AY.Dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi
yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala
satu perssalinan selesai ketika serviks sudah pembukaan lengkap (sekitar 10 cm)
sehingga memungkinan kepala janin lewat. Pola dilatasi serviks yang terjadi selama
berlangsungnya persalinan normal mempunyai bentuk kurva sigmoid, terbagi dalam 2
fase yaitu :
a. Fase laten : lamanya lebih bervariasi, umumnya berlangsung selama 8 jam.
Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 2cm
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 2cm tersebut menjadi 4cm
Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat

dari 4cm menjadi 9cm


Fase deselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9cm menjadi lengkap
AZ. Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multi gravida pun

terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek.
BA.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan

multigravida, pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian osteum uteri eksternum
membuka. Pada multigravida osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama.
BB.

Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau sudah

lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau

telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan mencapai 5cm, disebut
ketuban pecah dini.
BC.
BD. Penanganan :
a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan :
Berilah dukungan dan yakinkan dirinya
Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
Dengarkan keluhannya daan cobalah untuk lebih sensitif terhadap perasaannya
b. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan :
Lakukan perubahan posisi
Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya

dianjurkan tidur miring ke kiri


Sarankan untuk berjalan
Ajak orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau

menggosok punggungnya atau membasuh mukanya di antara kontraksi


Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya
Ajarkan teknik bernapas : ibu diminta untuk menarik napas panjang, menahan
napasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara ke luar

sewaktu terasa kontraksi


Jika diperlukan berikan petidin 1mg/kgBB (maksimal 100mg) IM atau IV secara
perlahan atau morfin 0,1 mg/kgBB IM atau tramadol 50mg per oral atau 100mg

supositoria atau metamizol 500mg per oral


c. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan
penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin
pasien/ibu
d. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e. Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air
kecil/besar
f. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
Anjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
g. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum
h. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
BE.
2. Kala II (Stadium ekspulsi janin)
BF.Dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir.
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena
biasanya dalam hal ini janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan

tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar.
Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka, labia
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada
waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar
his, dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5jam dan pada multipara rata-rata 0,5jam.
BG.
BH. Mekanisme persalinan normal :
Engagement : bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul
BI. sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau
miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior).

BJ.
BK.
Penurunan : gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga
kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada
janin, dan kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan
Fleksi : segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu mendekat kearah dada janin
Putaran paksi dalam : dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap kali terjadi
kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis, dan kepala hampir selalu
berputar saat mencapai otot panggul, hal ini juga dipengaruhi elastisitas diafragma pelvis

Ekstensi : saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior
oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian
kepala muncul keluar akibat ekstensi
Restitusi dan putaran paksi luar : restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi
lahir hingga mencapai posiis yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran
paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip dengan gerakan
kepala
Ekspulsi : setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu badan
bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis
BL.
BM. Terjadi penurunan kepala ke dalam rongga panggul, akibat dari :
Tekanan intrauterin yang disebabkan oleh his berulang-ulang
Tekanan langsung dari kontraksi fundus pada janin
Tekanan dari cairan amnion
BN.
BO. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul, sampai di dasar panggul
kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
BP.
BQ. Kemudian terjadi putaran paksi dalam, akibat dari :
Elastisitas diafragma pelvis
Tekanan intrauterin yang disebabkan oleh his berulang-ulang
BR.
BS.Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan defleksi untuk dapat
dilahirkan.
Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin semakin tampak, perineum menjadi
semakin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut tampak bregma,
dahi, muka, dan akhirnya dagu.
Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya
Apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Bahu
depan dilahirkan terlebih dahulu, kemudian bahu belakang.
Ekspulsi, setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
BT.

BU.

BV.
BW. Penanganan :
a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan :
Mendampingi ibu agar merasa nyaman
Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
b. Menjaga kebersihan diri :
Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
c. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
d. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu,
dengan cara :
Menjaga privasi ibu
Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
e. Mengatur posisi ibu, dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut :
Jongkok
Menungging
Tidur miring
Setengah duduk
f. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin
g. Memberikan cukup minum untuk menambah tenaga dan mencegah dehidrasi
BX.
3. Kala III (Stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta)
BY. Dimulai segera setelah janin lahir dan melibatkan pelepasan dan ekspulsi
plasenta. Berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Karena bayi

sudah lahir, uterus secara spontan berkontraksi keras dengan isi yang sudah kosong.
Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan
organ ini berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa
sentimeter di atas segmen bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang terletak di
bawah batas ketinggian umbilikus. Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini
selalu disertai dengan pengurangan bidang tempat implantasi plasenta. Agar plasenta
dapat mengakomodasikan diri terhadap permukaan yang mengecil ini, organ ini
memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas plasenta terbatas, plasenta terpaksa
menekuk. Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan lapisan desidua yang paling
lemah lapisan spongisoa, atau desidua spongisoa mengalah, dan pemisahan terjadi di
tempat ini. Oleh karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran
tempat implantasi di bawahnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah
bayi lahir.
BZ.
CA. Penanganan :
a. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta :
Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi
Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu atau susukan bayi
guna menghasilkan oksitosin alamiah atau berikan ergometrin 0,2 mg IM
b. Lakukan PTT (Penegangan Tali pusat Terkendali) atau CTT (Controled Cord
Traction) dengan cara :
Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis pubis. Selama
kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial ke arah

belakang dan ke arah kepala ibu


Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6cm di depan vulva
Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat 2-3menit
Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus,

dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus


c. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan
kontraksi, ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika
uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus,
tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi
sampai plasenta terlepas

d. Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada
tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke
atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban
e. Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar
menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah
perdarahan pascapersalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik,
atau jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan kompresi bimanual dalam. Jika
atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk peradarah
pascapersalinan
f. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15
menit, berikan oksitosin 10 unit IM, dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari
dosis pertama
g. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30
menit :
Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga, dalam jarak 15 menit dosis sebelumnya
Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta
h. Periksa daerah kewanitaan secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau
vagina atau perbaiki episiotomi
CB.
4. Kala IV
CC. Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Keduanya baru
saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah
250 cc. perdarahan persalinan yang lebih dari 500 cc adalah perdarahan abnormal.
CD.
CE. Penanganan :
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam
kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan
pasca persalinan
b. Periksa tekanan darah, nadi, kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua

c. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
e. Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada posisi yang nyaman
f. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai
permulaan dengan menyusui bayinya
g. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai
memberikan ASI, menyusui juga membantu uterus berkontraksi
h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih
dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air
kecil dalam 3jam pasca persalinan
i. Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
Cara memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

CF.Daftar Pustaka
CG.
CH.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo


CI. Saifuddin, Abdul Bari. editor. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
CJ.

Anda mungkin juga menyukai