Anda di halaman 1dari 19

Definisi

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan.
Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan
bahan korosif. Kerusakan kulit yang terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak.
Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44C dengan kontak
sekurang-kurangnya 5-6 jam. Suhu 65C dengan kontak selama 2 detik sudah cukup
menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan
suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai suhu 47C, air panas yang mempunyai suhu
60C yang kontak dengan kulit dalam waktu 10 detik akan menyebabkan kehilangan
sebagian ketebalan kulit dan diatas 70C akan menyebabkan kehilangan seluruh kulit.
Temperatur air yang digunakan untuk mandi adalah berkisar 36C-42C. Pelebaran kapiler
dibawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35C selama 120 detik, vesikel terjadi
pada suhu 53C-57C selama kontak 30-120 detik.1
Etiologi
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu
atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah
tangga, cairan cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada
seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air
panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar
superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun
bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosis koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu
menembus jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan
pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah
tangga antara lain cairan emutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka
bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang
mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih
kuat daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan
terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita
sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.1
1

Patofisiologi

Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m 2 pada anak baru lahir
sampai 1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh
kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan
menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke
interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya
kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan
penguapan.
Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan
intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok
hipovolemik disertai gejla yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil
dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi
perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi
keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan
hemoglobin sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan
ringan yaitu lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi
koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya diuresis.
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit
diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab
infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi
nosokomial biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram
negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin
lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi
pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman
memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan
granu lasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang bayak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang
kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik;
akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman
menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan
trombosis.
3

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat dua dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal
rambut. Luka bakar derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang
nyeri, gagal, kaku dan secara estetik sangat jelek.
Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur.
Bila ini terjadi di prsendian; fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltis usus
menurun atau berhenti karena syok. Juga peristaltis dapat menurun karena kekurngan ion
kalium.
Stres atau beban faali setra hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar
berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling atau stress
ulcer. Aliran darah ke lambung berkurang sehingga terjadi iskemia mukosa. Bila keadaan ini
berlanjut, dapat timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung. Yang dikhawatirkan pada
tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau
melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi,
dan mudah terjadi infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan
kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat pembakaran
protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan
berat badan menurun. Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat, terutama bila mengenai
wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut., sampai
bisa menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia postburn.1
Jenis Parut Akibat Luka Bakar
Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar: Keloid, Parut
hipertrofik dan kontraktur. Keloid adalah jaringan parut yang tebal tak beraturan dan
membesar secara progresif akibat pembentukan kolagen yang berlebihan dalam lapisan
korium selama pembentukan jaringan ikat pada bekas luka. Parut akan tumbuh di luar lokasi
yang luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada akhirnya akan
4

menjadi berwarna coklat gelap. Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal, berbeda
dengan keloid, parut hipertrofik berada di luar lokasi dari luka. Kontraktur adalah suatu
pengencangan kulit yang permanen yang bisa mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya
sehingga membatasi pergerakan dan mungkin merusak atau mengurangi fungsi saraf.
1.

Keloid
Keloid adalah suatu pertumbuhan yang terlalu cepat dari jaringan parut. Parut akan

tumbuh di luar lokasi luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada
akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Keloid terjadi ketika tubuh melanjutkan
prosesnya untuk menghasilkan kolagen suatu protein berserat kuat, setelah luka telah
disembuhkan. Parut keloid biasanya tebal, bersimpai, kaku dan gatal selama proses
pembentukan dan perkembangannya. Keloid yang luas bisa membatasi pergerakan. Apalagi,
gesekan dari pakaian atau jenis friksi lain bisa mengiritasi keloid. Orang-orang berkulit gelap
lebih mudah untuk mengalami Keloid dibanding mereka yang mempunyai kulit berwarna
putih dan angka kejadian terjadinya Keloid berkurang sesuai dengan umur.
Keloid bisa dikurangi ukurannya dengan cryotherapy (pembekuan), tekanan dari luar,
suntikan kortison, suntikan steroid, radiasi atau dengan pembedahan. Jika suntikan dan
tekanan dari luar seperti balut tekan tidak cukup, jaringan parut dapat dioperasi, hal ini
biasanya dilakukan pada pasien dengan anestesi lokal dan mereka bisa kembali ke pekerjaan
atau sekolah dalam beberapa hari. Dokter anda boleh merekomendasikan bahwa kamu
memakai balut tekan di atas area yang atas selama satu tahun untuk mencegah Keloid dari
kekambuhan. adalah mungkin bahwa prosedur ini akan perlu untuk diulangi sedikitnya tiap
tahun sebab Keloid mempunyai suatu kecenderungan untuk timbul kembali.
Gambar Keloid

2. Parut Hipertrofik
Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal dan timbul, bagaimanapun

juga

mereka berbeda dengan Keloid karena mereka tumbuh di bawah jaringan yang mengalami
luka. Apalagi, Parut Hipertrofik akan tumbuh dari waktu ke waktu. Pertumbuhannya ini
bagaimanapun juga dapat dikurangi dengan bantuan steroid atau suntikan.
Gambar Parut Hipertrofik

Tabel 3. Perbedaan antara keloid dan parut hipertrofik

Permulaan

Invasi

Keloid

Parut Hipertrofik

Timbul setelah beberapa bulan atau

Timbul dalam beberapa

tahun

minggu

Meluas ke daerah kerusakan epitel

Terbatas pada bekas


kerusakan

Penyembuhan Tak ada regresi

Hilang sendiri

Predileksi

Sternum,bahu,pipi,telinga,pinggang

Dapat timbul dimanapun

Ras/bangsa

Ras kulit gelap/hitam

Ras kulit putih

Luka bakar

Mungkin

Sering

Gatal

Jarang hebat

Sangat mengganggu

3. Kontraktur
Suatu parut kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa
mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin
merusak atau mengurangi fungsi saraf. Kontraktur terjadi ketika jaringan elastis normal

digantikan dengan jaringan berserat yang tidak elastis. Hal ini membuat jaringan tersebut
resisten terhadap regangan dan mencegah pergerakan normal area yang terpengaruh.
Fisioterapi, tekanan dan memperbanyak berlatih dapat membantu mengendalikan
kontraktur. Jika perawatan ini tidak bisa mengendalikan efek kontraktur, pembedahan
mungkin diperlukan. Suatu skin graft atau suatu prosedur penutupan mungkin bisa dilakukan.
Apalagi dokter anda bisa merekomendasikan suatu teknik baru seperti Z-Plasty atau
perluasan jaringan.1
Gambar Kontraktur

Luas luka bakar


Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang
dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang
dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan
kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah
genitalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada
orang dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal
rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri
masing-masing 15%.1
Gambar Perhitungan Luas Luka Bakar
0

1 th

5 th
14

9
9
16 18 18 16

18
9

18 18

14

14

15 th

Dewasa

10

18 18

18

18 18

18

18

18

Tabel 2. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar


Pada Permukaan Tubuh
Struktur Anatomi

Area Permukaan

Kepala

9%

Badan Depan

18%

Punggung

18%

Tiap Kaki

18%

Tiap Lengan

9%

Genitalia/perineum

1%

Derajat Luka Bakar


Derajat luka bakar atau kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu suatu benada
dan lamanya penderita terpajan dengan benda tersebut. Baju yang terbakar yang tidak dapat segera
8

dilepas akan dapat menambah / memperberat derajat dari luka bakar. Bahan-bahan seperti nilon dan
dakron selain mudah terbakar juga mudah lumer pada suhu tinggi, dan kemudian lengket yang akan
memperdalam luka bakar yang telah ada. Pembagian derajat luka bakar :
1. Derajat I : hanya mengenai epidermis, biasanya kelihatan kemerahan dan bengkak, tidak ada
blister (gelembung) kecil-kecil / bula, kulitnya kering tapi sangat sensitif (hipersensitivitas)
dan biasanya sembuh dalam 5 7 hari, misalnya tersengat matahari (sun-burn).

2. Derajat II : luka mencapai dermis namun masih ada elemen epitel sehat yang tersisa, yaitu sel
epitel basal, sel kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa
epitel-epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu. Gejala yang timbul adalah kulit
kemerahan yang lebih jelas, kulitnya basah dan masih sensitif , ada gelembung / bula. Bula
berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena permeabilitas meninggi.

3. Derajat III : luka meliputi seluruh lapisan kulit sampai sub-kutis atau organ yang lebih dalam.
Biasanya terjadi karena temperatur yang tinggi dan kontak yang lama. Tidak ada lagi elemen
kulit yang hidup. Untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin-grafting. Kulit
tampak pucat abu-abu gelap / hitam atau putih dengan permukaan lebih rendah dari jaringan
sekeliling yang masih sehat, permeabilitas kapiler meningkat. Bula tidak ada, rasa nyeri tidak
ada.

Test Sensitivitas kulit :


a.

Jarum

= Pin Prick Test

(tingkat 1 +, tingkat 2 +)

b.

Kapas

= Light Tough

(tingkat 1 +, tingkat 2 -).1

Beratnya luka bakar


Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar. Walaupun demikian beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur
dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak
luka, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak, leher, dan
tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Bayi dan orang usia lanjut daya
kompensisanya lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam golongan berat.1
Petunjuk klasifikasi beratnya luka bakar menurut ABA

10

Luka Bakar Berat

25 % pada orang dewasa

25 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun

20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun

Luka mengenai wajah, mata, telinga, lengan, kaki, dan perineum yang

mengakibatkan gangguan fungsional atau kosmetik atau menimbulkan disabiliti.

LB karena listrik voltage tinggi

Semua LB dengan yang disertai injuri inhalasi atau truma yang berat.

Luka Bakar Sedang

15-25 % mengenai orang dewasa

10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun

10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun

<>

Luka Bakar Ringan

<>

<>< 10 th

<>> 40 th

Tidak ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional atau disabiliti.

Dari American Burn Association. (1984). Guidelines for service standars and severity classification in the treatment of burn
injury. Bulletin of the American College of Surgeons, 69(10), 24-28.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk
menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang
lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali
sehingga bisa diatasi secepat mungkin.Pemeriksaan yang dapat dilakukan :Hemoglobin,
hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah, kadar COHb dan kadar sianida (pada luka
bakar akiibat kebakaran di ruangan).1,2
11

Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada
api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan
berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas
juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau
menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram panas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam
pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi. Yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap
meluas. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama
dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat
satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah
steril.
Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi
berfungsi untuk membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan
pembersihan jalan napas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera
diberikan oksigen murni.

12

Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan
diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam
hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya
terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut sterila untuk perawatan
tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan dahulu.
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC
(airway, breathing, Circulation)
Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwarna jelaga (black
sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada
daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran
napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap
terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang
banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang
dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Pemberian cairan intravena
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.
Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk
menghitung kebutuhan cairan ini.
Cara Evans
1. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam.
13

2. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam.


Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma diperlukan
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh da meninggikan tekanan osmosis
sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah
keluar.
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc glukosa
5% per 24 jam.
Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena
peristaltis usus terhambat pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah
fungsi usus normal kembali. Kalau diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat
dikurangi, bahkan dihentikan.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
Baxter, yaitu luas luka bakar dalam % x BB dalam kg x 4mL larutan Ringer. Separuh dari
jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari
pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer laktat . Hari kedua diberikan
setengah cairan pertama.
Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam keadaan
syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat sangat penting , karena
fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar.
Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus.
Keberhasilan pemberian cairan dapat diihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya
1000-1500mL/24jam atau 1 mL/kgBB/jam dan 3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang
penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hionatremia sebagai gejala keracunan air
dapat menyebabkan udem otak dengan tanda-tanda kejang. Kekurangan ion K akibat
banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST
atau gelomabang U. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan
menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma.

14

Tindakan bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang
terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga
bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa
sampai kebas pada ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat
irisan memanjang yang membuka keropeng sampai jepitan terlepas.
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita
menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini
ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi
tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat
terjadi perdarahan yang cukup banyak. Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi
dapat ditutup dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin
grafting autologus). Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau
kulit binatang atau amnion manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit
penderita atau terlalu payah. Walaupun kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapat berfungsi
sementara sebagai penghalang penguapan berlebihan, pencegah infeksi yang lebih parah, dan
mengurangi nyeri. Namun, sedikit demi sedikit penutup sementara ini harus diganti dengan
kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen.
Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan
skin grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin
grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.
Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin subtitute) yang dapat
digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin subtitute ini antara lain integra,
aloderm, dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya
telah dibuang sehingga secara teoritis bersifat bebas antigen, dan berfungsi sebagai kerangka
pengganti dermis. Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibroblas neonatus yang digabung
dengan membran silikon, kolagen babi, dan jaring (mesh) nilon. Setelah dua minggu,
membran silikon dikelupas dan digantikan dengan STTG (split thickness skin graft). Integra
merupakan analog dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin ditambah lapisan
silikon tipis.
15

Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan
kadar protein tinggi.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi
diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.1,3
Medikamentosa
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak
dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada
infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis
serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai
hipotensi.
Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid.
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga
supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin
membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi
sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka
atau tertutup.
Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan
yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai dapat
berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa
(tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres
nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua
kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam
sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat
bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak
16

menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan
dan diganti setiap hari.
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan
keluarga pun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin
luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedeikian rupa sehingga masih
cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan perawatan tertutup adalah luka
tampak rapi, terlindung, dan enak bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih
banyak pembalut dan antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat
memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada
luka, tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas
sendiri.1

Indikasi Rawat Inap


Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman dari
American Burn Association.
1. Pasien yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami luka bakar
parsial atau dengan luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 10%.
2. Luka bakar parsial atau luka bakar sampai lebih dari 20% pada usia lainnya.
3. Khusus daerah, termasuk sendi, tangan, kaki, perineum, alat kelamin, wajah, mata, atau
telinga.
4. Luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 5%.
5. Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam
tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh.

17

6. Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang
berisiko tinggi.3
Komplikasi Luka Bakar
- Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Fase Subakut: infeksi dan sepsis
- Fase Lanjut: parut hipertropik4
Mortalitas
Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh:
- Syok karena kehilangan cairan
- Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor
- Sepsis
- Gagal ginjal akut
- Komplikasi lain seperti pneumonia4
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta: penerbit
Buku Kedokteran EGC.2007. Hlm: 103-110.
2. Robert. H, Demling. MD. Current Surgical Diagnosis & Treatment. Doherty, Gerard
M, Way, Lawrence W (editor). 2006. Hlm: 248
3. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, Ed 5. 2008. Hlm:
418-425.
4. Perawatan

luka

bakar.Diunduh

dari

http://www.zimbio.com/member/bedahumum/articles/3869708/PERAWATAN+LUK
A+BAKAR
5. Luka bakar. Diunduh dari http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-lukabakar/

18

19

Anda mungkin juga menyukai