Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1

MANAJEMEN PELAYANAN KSEHATAN


Blok 7.2

Tutor : dr. Mientje Oesmaini, M.M

KELOMPOK 6

Andika Anjani Agustin

G1A112081

Ivo Amrina Rasyada

G1A112077

Nurfazillah

G1A112073

R.M Andriyan

G1A112076

Riyan Irawan

G1A112070

Yoga Zunanady Pratama

G1A112057

Thomas Gredio Saputra

G1A112060

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016

Skenario 1
Dokter Noni adalah dokter yang baru saja diangkat menjadi kepala puskesmas dalam
Kabupaten/Kota X. Dia ingin memajukan puskesmasnya dengan menerapkan fungsi-fungsi
manajemen pelayanan kesehatan. Dengan kepemimpinannya menjalankan sistem kesehatan
nasional dan standar pelayanan minimal. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
mengatasi masalah gizi masyarakat. Untuk meningkatkan cakupan programnya, dokter Noni
juga menggiatkan program promosi dan perilaku kesehatan.

Klarifikasi Istilah
1. Puskesmas

2. Manajemen

: Unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota


yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
: Suatu proses yang khas, dimana terdiri dari
kegiatan
pengorganisasian,
perencanaan,
menggerakkan

dan

pengawasan

yang

dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai


sasaran yang telah ditetapkan dengan bantuan
3. Manajemen Pelayanan Kesehatan

manusia dan sumber-sumber daya lainnya.


: Suatu kegiatan untuk mengaturpara petugas
kesehatan dan non petugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui

4. Sistem Kesehatan Nasional

program kesehatan.
: suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai

5. Standar Pelayanan Minimal

perwujudan kesejahteraan umum.


: Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib
pemerintah yang berhak diperoleh setiap warga

6. Promosi Kesehatan

secara minimal.
: Strategi inti untuk pengembangan kesehatan
yang
merupakan
suatu
proses
yang
berkembang

dan

berkesinambungan

pada

stutus sosial dan kesehatan individu dan


7. Kepemimpinan

masyarakat.
: Proses mempengaruhi atau memberi contoh
oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.

Identifikasi Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa tujuan dan fungsi puskesmas?


Bagaimana ruang lingkup kerja puskesmas dan apa saja satuan penunjang puskesmas?
Apa saja manajemen pelayanan kesehatan?
Apa landasan dan tujuan SKN?
Jelaskan mengenai subsistem dalam SKN!

6. Bagaimana penyelenggaraan SKN?


7. Apa saja indikator standar pelayanan minimal?
8. Apa saja cakupan perilaku kesehatan?
9. Apa saja strategi promosi kesehatan?
10. Apa saja media promosi kesehatan?
11. Apa saja metode promosi kesehatan?
12. Bagaimana cara penilaian status gizi masyarakat?
13. Apa saja upaya yang dilakukan untuk meningkatkan gizi masyarakat?

Analisis Masalah
1. Apa tujuan dan fungsi puskesmas?
Jawab :
Tujuan dan fungsi puskesmas menurut UU No. 75 th 2014
a. Tujuan Puskesmas
Pasal 2
(1) Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan


hidup sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
(2) Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
b. Fungsi Puskesmas
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Pasal 6
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a, Puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yan bekerjasama dengan
sektor lain terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan
berbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Bagaimana ruang lingkup puskesmas dan apa saja satuan penunjang puskesmas?
Jawab :
Satuan Penunjang Puskesmas
Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan
penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah
mendapatkan akses layanan Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih
merata dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, Bidan desa

di daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang sudah ada. Disamping
itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina dasa
wisma akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.(1)
Ruang lingkup Puskesmas
- Kecamatan
- Kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis
-

dan

infrastruktur

memepengaruhi ruang lingkup puskesmas.


Sasaran penduduk : 30.000 jiwa

3. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan?


Jawab :
1. PERENCANAAN
Proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerjanya.
Rencana tahunan upaya kesehatan wajib
upaya promosi kesehatan
upaya kesehatan ibu dan anak serta KB
upaya perbaikan gizi masyarakat
upaya penceegahan dan pemberantasan penyakit menular
upaya kesehatan lingkungan
upaya pengobatan
Rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan.
upaya kesehatan sekolah
upaya kesehatan olahraga
upaya kesehtan kerja
upaya kesehatan gigi dan mulut
upaya kesehatan jiwa
upaya kesehatan mata
upaya kesehatan usia lanjut
upaya pembinaan pengobatan tradisional
kegiatan inovatif lainnya.(1)
2. PELAKSANAAN , PENGENDALIAN
Pengorganisasian
1. penentuan penanggungjawab dan pelaksana setiap kegiatan serta setiap

wilayah kerja.
2. penggalangan kerjasama tim secara lintas sektor.(1)

Penyelenggaraan
Langkah langkah kegiatan :

1. Kaji ulang rencana yang telah disusun terutama jadwal, target, lokasi
wilayah kerja dan rincian tugas penanggung jawab dan pelaksana.
2. Susun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana
pelaksanaan yang telah disusun. ( merata dan terbagi habis )
3. Dalam penyelenggaraan kegiatan perhatikan :
azas penyelenggaraan puskesmas
standar dan pedoman pelayanan puskesmas
kendali mutu
kendali biaya
Pemantauan
a. Melakukan telaah penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
1. telaah internal :
- data dari simpus
- wadah : lokakarya mini bulanan puskesmas.
- hasilnya : kinerja puskesmas , masalah dan hambatan
2. telaah eksternal :
- triwulanan
- lintas sektor
- lokakarya mini triwulanan puskesmas secara lintas sektor.
b. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dg
pencapaian kinerja serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil
telaah bulanan puskesmas.
Penilaian
Dilakukan pada akhir tahun anggaran
Melakukan penilaian penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
dibandingakan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. ( evaluasi
kinerja puskesmas )
Menyusun saran peningkatan untuk rencana tahun berikutnya.(1)
3. PENGAWASAN , PERTANGGUNGJAWABAN
1. Pengawasan :
internal dan eksternal
aspek : administratif, keuangan dan teknis pelayanan.
ada penyimpangan perlu pembinaan
2. Pertanggungjawaban
Akhir tahun anggaran membuat laporan tahunan mencakup : pelaksanaan
kegiatan serta hasilnya dan penggunaan sumberdaya termasuk keuangan.
4. Apa landasan dan tujuan Sistim Kesehatan Nasional (SKN)?
Jawab :
Landasan Sistim Kesehatan Nasional (SKN)
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila
2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya:

Pasal 28 A, setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya;
Pasal 28 H ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3), setiap orang berhak atas jaminan
sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat;
Pasal 34 ayat (2), Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan dan ayat (3), Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak;
Pasal 28 B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang;
Pasal 28 C ayat (1), setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia.(3)
3. Landasan Operasional, meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan. Beberapa
peraturan perundangan tersebut terdapat dalam Lampiran-1 dari RPJP-K Tahun 20052025. (3)

Tujuan Sistim Kesehatan Nasional (SKN)


Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan
berdayaguna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.(3)

5. Jelaskan mengenai subsistem dalam Sistim Kesehatan Nasional (SKN)?


Jawab :
SUBSISTEM SKN
Pendekatan pengelolaan kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya di masa depan
adalah kombinasi dari pendekatan sistem, kontingensi, dan sinergi yang dinamis.
Mengacu pada perkembangan komponen pengelolaan kesehatan dewasa ini serta

pendekatan pengelolaan kesehatan tersebut di atas, maka subsistem SKN dikelompokkan


sebagai berikut:R. Perpres SKN 9 Januari 2012 Verbal Final
1. Subsistem upaya kesehatan;
2. Subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan;
3. Subsistem pembiayaan kesehatan;
4. Subsistem sumber daya manusia kesehatan;
5. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
6. Subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;
7. Subsistem pemberdayaan masyarakat.
1.

Subsistem Upaya Kesehatan


Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi
bangsa Indonesia sebagai ketahanan nasional. Upaya kesehatan diselenggarakan oleh
Pemerintah (termasuk TNI dan POLRI), pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota,
dan/atau masyarakat/swasta melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan, di fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas kesehatan.

2.

Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Untuk mendapatkan dan mengisi kekosongan data kesehatan dasar dan/atau data
kesehatan yang berbasis bukti perlu diselenggarakan kegiatan penelitian dan
pengembangan kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi dan sumber daya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan
terbagi atas penelitian dan pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan,
teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, teknologi intervensi kesehatan
masyarakat, dan humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Penelitian dan pengembangan kesehatan dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh
Pemerintah.

3.

Subsistem Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.
Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan
memegang peran yang vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Pembiayaan pelayanan kesehatan
masyarakat merupakan barang publik (public good) yang menjadi tanggung jawab
pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya

bersifat privat, kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu
menjadi tanggung jawab pemerintah. Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan
diselenggarakan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi
sosial yang pada waktunya diharapkan akan mencapai universal health coverage
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
4.

Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan


Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan
yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil
dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sumber daya
manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga kesehatan, sesuai dengan
keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian,
tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga
kesehatan lainnya, diantaranya termasuk peneliti kesehatan. SKN memberikan fokus
penting pada pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan guna
menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia kesehatan. Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan dan program sumber daya manusia yang
diperlukan, pengadaan yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
sumber daya manusia kesehatan, pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan,
termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan pembinaan serta pengawasan mutu
sumber daya manusia kesehatan.

5.

Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan


Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan,
khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang
beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial;
perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat;
penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian
melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.

6.

Subsistem Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan


Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan
secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan
manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan
harmonisasi berbagai subsistem SKN agar efektif, efisien, dan transparansi dalam
penyelenggaraan SKN tersebut. Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat
penting. Dari segi pengadaan data, informasi, dan teknologi komunikasi untuk
penyelenggaraan upaya kesehatan, pengembangan sumber daya manusia, dan
kegiatan lainnya, yang kegiatannya dapat dikelompokkan, antara lain:
a.
b.
c.
d.

7.

pengelolaan sistem informasi;


pelaksanaan sistem informasi;
dukungan sumber daya; dan
pengembangan dan peningkatan sistem informasi kesehatan.

Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-mata sebagai
sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara
dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat
menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau
berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Dalam pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat meliputi pula upaya peningkatan lingkungan sehat oleh
masyarakat sendiri dan upaya peningkatan kepedulian sosial dan lingkungan sekitar.
Upaya pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat akan berhasil pada
hakekatnya apabila kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi. Pemberdayaan
masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus dari
pembangunan kesehatan.
6. Bagaimana penyelenggaraan Sistim Kesehatan Nasional (SKN)?
Jawab :
PROSES PENYELENGGARAAN SKN
Penyelenggaraan SKN menerapkan pendekatan kesisteman yang meliputi masukan,
proses, luaran, dan lingkungan serta keterkaitannya satu sama lain, sebagai berikut:
a. Masukan dalam SKN meliputi subsistem sumber daya manusia, subsistem
pembiayaan kesehatan, dan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;

b. Proses dalam SKN meliputi subsistem upaya kesehatan, subsistem penelitian dan
pengembangan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, dan subsistem
manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;
c. Keluaran dari SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil
guna dan berdaya guna, bermutu, merata, dan berkeadilan;
d. Lingkungan SKN meliputi berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
baik nasional, regional maupun global, dan tingkat fisik/alam yang berdampak
terhadap pembangunan kesehatan. Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional merupakan
landasan bagi penyelenggaraan SKN.
Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan sinergisme yang dinamis, baik antar pelaku, antar subsistem SKN,
maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN.
Pengelolaan

kesehatan

mencakup

kegiatan

perencanaan,

pengaturan,

pembinaan dan pengawasan serta penilaian penyelenggaraan upaya kesehatan dan


sumber

dayanya

secara

sistematis,

berjenjang,

transparan,

akuntabel,

dan

berkelanjutan dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang


Kesehatan Tahun 2005-2025 (RPJP-K).
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap, sebagai berikut:
1.

Penetapan SKN;
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN perlu
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berbagai materi
SKN yang terpilih dapat digunakan untuk penyusunan dan penetapan peraturan
perundang-undangan pada tingkat kebijakan strategis, kebijakan manajerial, dan
kebijakan teknis operasional.\

Sosialisasi dan advokasi SKN;


SKN perlu disosialisasikan dan diadvokasikan ke seluruh pelaku
pembangunan kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan kesehatan
untuk memperoleh komitmen dan dukungan dari semua pihak. Sasaran
sosialisasi dan advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan, baik di

pusat maupun daerah, baik di sektor publik maupun di sektor swasta


Fasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah.
Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah. Dalam pembangunan
kesehatan di daerah perlu dikembangkan kebijakan kesehatan, seperti: Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJM-D), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah


(Renstra SKPD) yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi, dinamika,
dan masalah spesifik daerah dalam kerangka SKN.
Pemerintah memfasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah,
memfasilitasi pengukuhannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan
daerah,

serta

memfasilitasi

sosialisasi

dan

advokasi

penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di daerah sesuai kebutuhan.

Dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan perlu


adanya registrasi sumber daya, registrasi komoditi, standar pelayanan,
sinergi pelaksanaan kegiatan dan adanya pencatatan serta pelaporan yang
dilaksanakan secara tertib.
Penyelenggaraan SKN dalam kaitannya dengan pengembangan
kebijakan kesehatan di daerah dilakukan dengan berbagai kegiatan, yaitu:
a. Penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah
diwujudkan dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
baik secara nasional maupun dalam lingkup daerah;
b. Penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah
diselenggarakan melalui penataan ulang ketujuh subsistemnya secara
bertahap, sistematis, terpadu, dan berkelanjutan;
c. Penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah
didukung dengan penyusunan kebijakan, standar, dan pedoman dalam
bentuk berbagai peraturan perundang-undangan;
d. Penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan kesehatan di
daerah

diselenggarakan

sesuai

dengan

asas

desentralisasi

yang

bertanggung jawab, demokratisasi, dan good governance dalam kerangka


Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan global, regional,
nasional, dan lokal yang dinamis dan cepat berubah, maka dilakukan
pengendalian dan penilaian SKN sebagai berikut:
a. Pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah
bertujuan untuk memantau dan menilai keberhasilan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan berdasarkan sistem kesehatan yang berlaku;
b. Pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah
diselenggarakan

secara

berjenjang

dan

berkelanjutan

dengan

menggunakan tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan, baik


tingkat nasional maupun tingkat daerah;

c. Pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah


perlu didukung dengan pengembangan sistem monitoring dan evaluasi di
tingkat nasional dan daerah secara terpadu.
7. Apa saja indikator standar pelayanan minimal?
Jawab :
I.
Pelayanan Kesehatan Dasar
a. Cakupan kunjungan ibu hamil K4
b. Cakupan ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
d.
e.
f.
g.
h.
i.

kompetensi kebidanan
Cakupan pelayanan ibu nifas
Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani
Cakupan kunjungan bayi
Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Cakupan pelayanan anak balita
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan

keluarga miskin
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
Cakupan peserta KB aktif
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit :
Acute Flacid Paralysis (AFP)
Penumonia pada balita
Penemuan pasien baru TB BTA aktif
Penderita DBD
Diare
n. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin.(4)
j.
k.
l.
m.

II.

Pelayanan Kesehatan Rujukan


a. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
b. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan
(RS) di Kabupaten/Kota.(4)

III.

Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB


a. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
(epidemiologi kurang 24 jam).(4)

IV.

Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


a. Cakupan desa siaga aktif.(4)

8. Apa saja cakupan perilaku kesehatan?


Jawab :

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Secara rinci perilaku kesehatan mencakup :
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
3. Perilaku terhadap makanan
4. Perilaku terhadap lingkungan sehat.
9. Apa saja strategi promosi kesehatan?
Jawab :
Strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah:
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan indivisu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat
serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
b. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong indivisu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan
aktid dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.
c. Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat
informal dan formal) agar masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk
mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.
Dalam upaya memberdayakan indivisu, keluarga dan masyarakat, puskesmas
membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain sehingga advokasi perlu dilakukan.
d. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan harus
ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara pertugas kesehatan puskesmas
dengan

sasarannya

(para

pasien

atau

pihak

lain)

dalam

pelaksanaan

pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Di samping itu, kemitraan juha


dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan efektivitas promosi
kesehatan, petugas kesehatan puskesmas harus bekerja sama dengan berbagai
pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi pemuka agama, LSM, media
massa, san lain-lain.
10. Apa saja media promosi kesehatan?
Jawab :

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronik (TV, radio, komputer, dll) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah
positif terhadap kesehatannya (DEPKES RI, 2006).
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2005):
1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3. Dapat memperjelas informasi
4. Media dapat mempermudah pengertian.
5. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
6. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
7. Memperlancar komunikasi.(5)
Jenis Media Promosi Kesehatan
Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)

Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dan

sebagainya.
Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan, slide, film, dan
seterusnya.

Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:

Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media
cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam
tata warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.
Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar
balik, sticker, dan pamflet.
Kelebihan media cetak diantaranya: Tahan lama, Mencakup banyak orang, Biaya
tidak tinggi, Tidak perlu listrik, Dapat dibawa ke mana-mana, Dapat mengungkit rasa
keindahan, Meningkatkan gairah belajar,

Kelemahan media cetak yaitu: Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan
efek gerak, dan Mudah terlipat (Notoatmodjo, 2005)

Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macammacam media tersebut adalah TV, radio, film, video film, cassete, CD, VCD.
Kelebihan

media

elektronika

diantaranya:

Sudah

dikenal

masyarakat,

Mengikutsertakan semua panca indra, Lebih mudah dipahami, Lebih menarik karena
ada suara dan gambar bergerak, Bertatap muka, Penyajian dapat dikendalikan,
Jangkauan relatif lebih besar, Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
Kelemahan media elektronika diantaranya: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Perlu
listrik, Perlu alat canggih untuk produksinya, Perlu persiapan matang, Peralatan selalu
berkembang dan berubah. Perlu keterampilan penyimpanan, Perlu terampil dalam
pengoperasian (Notoatmodjo, 2005).

Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara
umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya: Papan reklame
yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di perjalanan,
spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di
atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat
yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang, pameran, banner dan TV layar lebar
(DEPKES RI, 2006).
Kelebihan media luar ruang diantaranya: Sebagai informasi umum dan hiburan,
Mengikutsertakan semua panca indra, Lebih mudah dipahami, Lebih menarik karena
ada suara dan gambar bergerak, Bertatap muka, Penyajian dapat dikendalikan,
Jangkauan relatif lebih besar, Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail, Dapat
menggunakan semua panca indra secara langsung, dan lain-lain.
Kelemahan media luar ruang diantaranya: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Ada
yang memerlukan listrik, Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya,
Perlu persiapan matang, Peralatan selalu berkembang dan berubah, Perlu
keterampilan penyimpanan, Perlu keterampil dalam pengoperasian (DEPKES RI,
2006).

11. Apa saja metode promosi kesehatan?


Jawab :
Jenis Jenis Metode Promkes
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode
sokratik.
a.
Metode Didaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan
metode didaktif

sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya

pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan siaran radio.
b.
Metode Sokratif
Metode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara
pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok,
debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi
kasus, lokakarya dan penugasan perorangan.
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi,
Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi. Metode
berdasarkan tekhnik komunikasi:
a.
Metode Penyuluhan Langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Termasuk disini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan diskusi, pertemuan
di balai desa pertemuan di posyandu, dll.
b.
Metode Penyuluhan Tidak Langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka
dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan

perantara media.

Contohnya, publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukkan film dan
sebagainya berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai.
Berdasarkan jumlah sasarannya dibagi menjadi 3 (Menurut Notoatmodjo, 1993
dan WHO, 1992):
a.

Metode

Pendidikan

Individual

(Perorangan)
Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau
membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatannya :
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien
dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu
penyelesainnya.
2) Wawancara (interview)

Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang


kuat tentang informasi yang diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan).
b. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah besarnya
kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok sasaran
mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan.(5)
Kelompok besar
a) Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah harus
menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah
dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi
membosankan jika terlalu lama.
b) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi)dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap
penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
Kelompok kecil
a) Diskusi kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima
informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima
informasi

berpikir

kritis,

mengekspresikan

pendapatnya

secara

bebas,

menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil


satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
b) Curah pendapat (Brain storming)
Adalah suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan dengan
cepat semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan. Kritik evaluasi atas semua
pendapat tadi dilakukan setelah semua anggota kelompok mencurahkan
pendapatnya. Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang
kreatif, merangsang, partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan masalah,

mendahului metode lainnya, mencari pendapat-pendapat baru dan menciptakan


suasana yang menyenangkan dalam kelompok.(5)
c) Bola salju (snow balling)
Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang- dua
orang). Setelah pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernyataaan atau masalah,
setelah kurang lebih 5 menit setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah yang sama dan mencari kesimpulannya.
Selanjutnya, setiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh
kelas.(5)
d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah
kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan
kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.
e) Memainkan peranan (role play).
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan peranan.
f) Permainan simulasi (simulation game)
Merupakan gabungan antara role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan
kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli, menggunakan dadu, petunjuk arah dan papan monopoli. Beberapa
orang menjadi pemain dan sebagian lainnya berperan sebagai narasumber.
Metode pendidikan massa
Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa membedakan umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesanpesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi.
Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Ceramah umum (public speaking)


Pidato/diskusi
Simulasi
Menggunakan media televisi
Menggunakan media surat kabar
Bill board

Metode berdasarkan Indera Penerima. Metode melihat/memperhatikan. Dalam hal ini


pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster,
Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
a.
b.

Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,
dicium, diraba dan dicoba)

Adapun Metode Pemberdayaan Masyarakat


Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)
Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding dengan
teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA menggabungkan
beberapa teknik yang terdiri dari:
(a) review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapangan,
(b) observasi lapangan secara langsung,
(c) wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,
(d) pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,
(e) studi kasus, sejarah lokal dan biografi,
(f) pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta
(g) pembuatan laporan lapangan secara cepat.
2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)
Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih banyak
melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku kepentingan
kegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai narasumber atau
fasilitator. PRA merupakan metode penilaian keadaan secara partisipatif yang dilakukan
pada tahapan awal perencanaan kegiatan.
Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan kebutuhan,
perencanaan kegiatan, pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan, pemantauan kegiatan dan
evaluasi kegiatan.
Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi :
1. Penelusuran sejarah desa
2. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan
3. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan
4. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)
5. Observasi langsung terhadap dinamika sosial
6. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan (pemetaan prasarana,

bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi)


7. Pembuatan diagram kajian lembaga desa
8. Pembuatan bagan alur input-output
9. Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)
10. Mengkaji mata pencaharian masyarakat
11. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan ditemukan
masyarakat
12. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah
13. Analisis pola keputusan
14. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat.
15. Pengurutan potensi atau kekayaan
16. Pengorganisasian masalah

3. Metode Participatory Learning and Action (PLA)


Metode PLA merupakan penyempurnaan dari metode learning by doing.
Persyaratan dasar PLA adalah :
a) Adanya kemauan dan komitmen untuk mendengarkan, menghormati dan
beradaptasi,
b) Tersedia banyak waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan atau pelatihan,
c) Komunitas telah didampingi oleh organisasi yang paham dengan keadaan
masyarakat,
d) Perlu dibangun suasana/komunikasi yang mendorong masyarakat memiliki
kepercayaan pada pihak luar (fasilitator).
Adapun proses PLA terdiri dari
1) Pertukaran ide yang adil dan terbuka antara masyarakat dan organisasi/fasilitator,
2) Diawali dengan pelatihan/orientasi untuk staf organisasi/fasilitator mengenai
filisofi dan metode PLA,
3) Sekurangnya ada 2 hari bekerja bersama masyarakat, lebih baik lagi dapat
tinggal/hidup bersama masyarakat,
4) Perlu ada dukungan lanjutan dalam melakukan tindakan masyarakat dari pihak
pemerintah desa, dsb
4. Metode Participatory Assessment and Planning (PAP)

PAP sejalan bahkan serupa dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari 2 sumber
yaitu Field Book WSLIC dan Partisipatory Analysis Techniques DFID. Metode PAP terdiri
atas 4 langkah yaitu:
a. Menemukan masalah
Langkah ini dimaksudkan agar masyarakat mengidentifikasi kondisi, situasi
dan masalah sosial di sekitar masyarakat setempat.
b. Menemu Kenali Potensi
Potensi yang dimiliki masyarakat ini merupakan sistem sumber yang dapat
dikelola

secara

optimal

guna

mengatasi

permasalahan

sosial

maupun

pemberdayaan masyarakat setempat.


c. Menganalisis masalah dan potensi
Mengkaji berbagai masalah, penyebab, hubungan kausalitas serta fokus
masalah, mencari prioritas masalah, faktor pendukung maupun penghambat.
d. Memilih solusi pemecahan masalah
Langkah ini merupakan upaya-upaya kongkrit untuk memecahkan masalah
melalui kegiatan 1) mencegah timbulnya masalah lebih jauh, 2) memobilisasi
sistem sumber dan potensi, 3) menentukan alternatif pemecahan masalah dan 4)
pertemuan masyarakat untuk menentukan skenario tindakan.
5. Metode Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST)
PHAST

merupakan

metode

pembelajaran

partisipatif

dalam

membangun

kemampuan swadaya masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat. Tujuan


PHAST adalah

untuk

memberdayakan

masyarakat

dalam

mengelola

air

dan

mengendalikan penyakit yang berhubungan dengan sanitasi melalui peningkatan


kesadaran terhadap kesehatan serta perbaikan dan perilaku.
Prinsip prinsip pemberdayaan masyarakat pada PHAST adalah :
1) Warga masyarakat menentukan prioritas pencegahan penyakit,
2) Warga masyarakat secara kolektif telah memiliki pengalaman dan pengetahuan
kesehatan yang sangat hebat, dalam dan luas
3) Masyarakat mampu untuk mencapai kesepakatan mengenai perilaku-perilaku
hygiene dan system sanitasi yang lebih tepat dengan lingkungan ekologis dan
budaya,
4) Bila warga masyarakat mengerti bahwa sanitasi itu menguntungkan, maka
mereka akan bertindak,

5) Warga masyarakat dapat mengelola seperangkat penghalang atau barrier yang


dapat membantu untuk menghambat penularan penyakit, masyarakat dapat
mengidentifikasi penghalang yang tepat berdasarkan pada persepsi efektifitas dan
menurut sumber daya setempat.
6. Metode Communication for Behaviour Impact (COMBI)
COMBI merupakan mobilisasi yang diarahkan pada penggerakan tugas semua
masyarakat dan perorangan yang mempengaruhi tindakan tepat secara perorangan dan
keluarga. COMBI merupakan proses dengan strategi campuran berbagai intervensi
komunikasi yang dimaksudkan untuk mengikut sertakan perorangan dan keluarga dalam
mempertimbangkan perilaku-perilaku sehat yang direkomendasikan dan untuk mendorong
penerimaan dan pemeliharaan perilaku. Adapun langkah-langkah kunci dalam merancang
rencana COMBI meliputi 1) mengidentifikasi tujuan yang berhubungan dengan perilaku,
2) analisis situasi pasar, 3) strategi komunikasi dan campuran, 4) implementasi,
pemantauan dan penilaian, serta anggaran.
12. Bagaimana cara penilaian status gizi masyarakat?
Jawab :
Metode Penilaian Status Gizi Masyarakat
Penilaian status gizi ada 2 macam, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan
penilaian status gizi secara tidak langsung
Penilaian Status Gizi secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu:
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam

keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara


konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini

(Current Nutrirional Status).


Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring

dengan pertambahan umur.


Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu.


Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks

BB/U maupun BB/TB.


Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema,
asites dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)
Atau
Barat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m).
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang
normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8.
Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan Kekurangan
Berat Badan tingkat ringan atau KEK ringan.

3. IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.


4. IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan
berat badan tingkat ringan.
5. IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan
berat badan tingkat berat.

Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas,
lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut,

dan pertengahan tungkai bawah.


Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan
metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik
yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara
lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
d. Biofisik

Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi


(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya
dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja endemik. Cara
yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Survei Konsumsi Makanan
Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab

tertentu

dan

data

lainnya

yang

berhubungan

dengan

gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung


pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor
fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Untuk
mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.
13. Apa saja upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan gizi masyarakat?
Jawab :
Upaya Perbaikan Gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi serta
konsumsi pangan, sehingga berdampak pada perbaikan keadaan atau status gizi, terutama
status gizi kurang dan status gizi buruk, serta mempertahankan keadaan status gizi baik.
Pelayanan gizi yang bisa dilaksankan oleh puskesmas meliputi :
a) Pembinaan Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
Kegiatan ini bisa dilaksanakan setiap bulan sesuai jadwal Posyandu
b) Pemberian Kapsul Vitamin A

Kegiatan bisa ini dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu, dan Taman Kanak-kanak


(TK),
c) Pemberian tablet Fe bagi ibu hamil
d) Pelayanan dan Konseling Gizi
Kegiatan ini dilaksanakan di Puskesmas dengan membuka poliklinik gizi yang buka
setiap hari kerja sesuai dengan jam pelayanan, baik pasien yang datang langsung ke
Puskesmas maupun pasien rujukan dari poli anak, KIA, BP yang ada di Puskesmas,
bahkan ada rujukan dari kader posyandu.
e) Melaksanakan senam sehat, senam ibu hamil, senam lansia untuk meningkatkan
kesehatan jasmani

Mind Mapping

Definisi

Tujuan dan fungsi

Puskesmas

Satuan penunjang
Pelayanan
Kesehatan
danManajemen
wilayah kerja
kesehatan

Promotif
Rehabilitatif
Kuratif
Preventif

Strategi
Media
Metode

DAFTAR PUSTAKA

1. Trihono, ARRIMES Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta : C.V.


Sagung Seto; 2005
2. Notoatmojo, Soekidjo. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta
3. http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-2009_TTG_SKN2009.pdf

4. Keputusan Mentei Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 Tentang


Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota
5. D. J Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
6. Sediaoetama,prof.Dr.Achmad Djaeni M.Sc.2004. Ilmu Gizi. Jakarta:DIAN RAKYAT
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai