Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKOPAGI

POLA PANGAN HARAPAN

Disusun oleh:
KELOMPOK I

ADRIANSYAH ADI PUTRA


ARNY
UMI KALSUM

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
KENDARI
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

Definisi Pola Pangan Harapan


Konsep Pola Pangan Harapan
Tujuan dan Kegunaan Pola Pangan Harapan
Perhitungan Pola Pangan Harapan dan Penghitungan Skor

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt, karena atas segala rahmat
dan hidayah-nya, sehinggga dapat di selesaikan makalah yang berjudul POLA
PANGAN HARAPAN tepat pada waktunya sebagai suatu tugas mata kuliah
biokimia. Tidak lupa pula penulis ucapapkan rasa terima kasih kepada dosen
bidang study dan teman-teman yang telah ikut dalam membantu menyelesaikan
makalah yang sederhana ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan
dalam penyusunan makalah ini, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi perbaikan kedepan.
Akhirnya harapan dari penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua untuk kemajuan ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan dapat pula
membangkit semangat dalam berkarya yang lebih baik untuk masa yang akan
datang, terima kasih kepada semuanya semoga Allah SWT selalu melimpahkan
rahmadNya kepada kita.

Kendari 2016

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang Undang Nomor 7 tahun 1996, pengertian pangan adalah
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan
makanan atau minuman. Sedangkan Pola Pangan Harapan adalah susunan
beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan
energinya, baik secara absolut maupun relatif terhadap total energi baik dalam
hal ketersediaan maupun onsumsi pangan , yang mampu mencukupi kebutuhan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan
cita rasa ( Depkes RI, 2005)
Pola Pangan Harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk
hidup sehat, aktif, dan produktif. Berdasarkan skor pangan dari sembilan bahan
pangan. Ketersediaan pangan sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup dan
harga terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan ditingkat rumah
tangga. selanjutnya pola konsumsi pangan rumah tangga akan berpengaruh
pada konsumsi pangan ( Depkes RI, 2005)
Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga komposisi pangan masyarakat
sesuai dengan anjuran hidup sehat dan produktif. Sehingga dengan
mengupayakan Pola Pangan Harapan yang baik diharapkan dapat terwujud
ketahanan pangan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pengertian dari Pola Pangan Harapan?
Apa saja kegunaan dari Pola Pangan Harapan?
Apa saja tujuan dari Pola Pangan Harapan?Bagaimana pengelompokkan
bahan pangan Pola Pangan Harapan

Bagaimana Perhitungannya?
Bagaimana bentuk peneraan dari Pola Pangan Harapan?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian dari Pola Pangan Harapan
Mengetahui kegunaan dari Pola Pangan Harapan
Mengetahui tujuan dari Pola Pangan Harapan
Mengetahui susunan Pola Pangan Harapan Nasional dan Perhitungannya
Mengetahui bentuk penerapan dari Pola Pangan Harapan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pola Pangan Harapan


Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar,
dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional,
bahkan politis. Terpenuhinya pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan
hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang. Undang-undang Pangan Nomor
7/1996 mengamanatkan bahwa pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok
yang pemenuhannya bagian dari hak asasi manusia (Depkes RI, 2005).
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau
kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara
absolut maupun relativ terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan
maupun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa
(Depkes RI, 2005).
FAO RAPA (1989) Mendefinisikan PPH sebagai komposisi dari
kelompok kelompok pangan utama yang ketika disiapkan untuk dikonsumsi
sebagai makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori akan memberikan semua
zat gizi dalam jumlah yang mencukupi.
PPH merupakan kumpulan beragam jenis dan jumlahkelompok pangan
utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energidan zat gizi pada
komposisi yang seimbang (Hardinsyah, 2001)
Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan
beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas`sumbangan
energi terhadap total energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut
maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan yang
mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk secara kualitas,
kuantitas maupun keragamannya, dengan mempertimbangkan aspek-aspek
sosial ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.
Dalam aplikasinya Pola Pangan Harapan (PPH) dikenal dengan pola
konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman atau dikenal

dengan istilah menu B2SA. Dengan terpenuhinya kebutuhan energi dari


berbagai kelompok pangan sesuai dengan PPH maka secara implisit kebutuhan
zat gizi lainnya juga terpenuhi. Oleh karena itu skor PPH mencerminkan mutu
gizi konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan.
Sesuai dengan kegunaannya, makanan dikelompokkan dalam tiga
kelompok (Tri Guna Makanan) yaitu makanan sebagai sumber zat tenaga, zat
pembangunan dan zat pengatur. Oleh karena itu pangan yang dikonsumsi
sehari-hari harus dapat memenuhi fungsi makanan tersebut. Semua zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh dapat diperoleh dengan mengkonsumsi pangan
yang beraneka ragam dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Hal ini
disebabkan karena tidak ada satu jenis bahan makanan yang dapat Analisis
Konsumsi Pangan Provinsi Bengkulu Tahun 2011 3 menyediakan zat gizi
secara lengkap. Dengan terpenuhinya kebutuhan energi dari berbagai kelompok
pangan sesuai PPH maka secara implisit kebutuhan zat gizi lainnya juga
terpenuhi.
Untuk tingkat Nasional telah disepakati susunan Pola Pangan Harapan
(PPH) berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG)
VIII tahun 2004 sebagai acuan dalam pembagunan pangan dan gizi. Angka
Kecukupan Energi (AKE) di tingkat konsumsi sebesar 2.000 Kkal/kap/hari,
dan 2.200 Kkal/kap/hari di tingkat ketersediaan. Sedangkan Angka Kecukupan
Protein (AKP) di tingkat konsumsi adalah sebesar 52 gram/kap/hari, dan 57
gram/kap/hari di tingkat ketersediaan.
B. Konsep Pola Pangan Harapan
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau
kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara
absolut maupun relatif terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan
maupun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, cita
rasa.
PPH mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat,
aktif dan produktif. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan
berdasarkan skor pangan dari 9 bahan pangan. Ketersediaan pangan

sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan hanya terjangkau sangat
menentukan tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga.
Selanjutnya pola konsumsi pangan rumah tangga akan berpengaruh pada
komposisi konsumsi pangan (Depkes RI , 2010).
Pola pangan masyarakat yang mengacu pada Pola Pangan Harapan
dijadikan

sebagai

tolok

ukur

keberhasilan

pelaksanaan

program

diversifikasi pangan. Program diversifikasi bukan bertujuan untuk


mengganti bahan pangan pokok beras dengan sumber karbohidrat lain,
tetapi untuk mendorong peningkatan sumber zat gizi yang cukup kualitas
dan kuantitas, baik komponen gizi makro maupun gizi mikro (Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi XI, 2010).
Diversifikasi pangan adalah suatu proses pemanfaatan dan pengembangan
suatu bahan pangan sehingga penyediaannya semakin beragam. Latar
belakang pengupayaan diversifikasi pangan adalah melihat potensi negara
kita yang sangat besar dalam sumber daya hayati. Indonesia memiliki
berbagai macam sumber bahan pangan hayati terutama yang berbasis
karbohidrat. Setiap daerah di Indonesia memiliki karateristik bahan
pangan lokal yang sangat berbeda dengan daerah lainnya. Divertifikasi
pangan

juga

merupakan

solusi

untuk

mengatasi

ketergantungan

masyarakat di Indonesia terhadap satu jenis bahan pangan yakni beras.


Target 2014
Pemerintah melalui kementerian Pertanian pada 2014, mentargetkan
secara nasional skor untuk PPH penganekaragaman pangan berbasis
sumberdaya lokal dapat mencapai (93.3). Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2012 Tentang Pangan memberi arahan bahwa untuk memenuhi pola
konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman serta
mengembangkan
masyarakat

usaha

dilakukan,

pangan
antara

dan
lain:

meningkatkan
melalui

kesejahteraan

penetapan

kaidah

penganekaragaman pangan, pengoptimalan pangan lokal, pengembangan


teknologi dan sistem insentif bagi usaha pengolahan pangan lokal,
pengenalan jenis pangan baru termasuk pangan lokal yang belum
dimanfaatkan, pengembangan diversifikasi usaha tani dan perikanan,

peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman, ternak, dan
ikan; pengoptimalan pemanfaatan lahan termasuk lahan pekarangan;
penguatan usaha mikro, kecil dan menengah di bidang pangan; serta
pengembangan industri pangan yang berbasis pangan lokal.
Untuk implentasinya, telah dikeluarkan Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.
Menjadi acuan bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melakukan
perencanaan, penyelenggaraan, evaluasi, dan pengendalian kegiatan
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya
lokal. Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti melalui
surat edaran atau Peraturan Gubernur (Pergub), dan di tingkat
kabupaten/kota ditindaklanjuti dengan surat edaran atau Peraturan
Bupati/Walikota (Perbup/Perwalikota).
Sebagai bentuk keberlanjutan program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal tahun 2010, pada
tahun 2013 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: 1.
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL); 2. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal
(MP3L); 3. Sosialisasi dan Promosi P2KP.
Melalui tiga kegiatan besar ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola konsumsi pangan
yang baik.
Disamping itu perlu dijalin kerja sama kemitraan dengan pihak
swasta yang antara lain bisa berupa corporate social responsibility
(CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) baik di bidang
pangan maupun bidang lainnya, seperti pendidikan. PKBL memerlukan
sosialisasi, baik kepada anak usia dini maupun ke kelompok wanita dan
masyarakat dalam konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan
aman.
Gerakan P2KP sangat jelas di lapangan, terutama pada tingkat provinsi
dan kabupaten/kota, baik itu melalui integrasi berbagai kegiatan dalam
mewujudkan

pengembangan

ekonomi

daerah,

maupun

dari

segi

pelaksanaan dan pembiayaannya. Selain itu, gubernur dan bupati/walikota


sebagai

integrator

utama

memiliki

peranan

penting

dalam

mengkoordinasikan gerakan P2KP, khususnya terhadap Satuan Kerja


Perangkat Daerah (SKPD) sebagai agen pembawa perubahan (agent of
change).(Kabid Ketahanan Pangan dan PDT, Deputi Bidang Ekonomi)
Susunan Pola Pangan Harapan
Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan jenis dan jumlah kelompok
pangan utama yang dianjurkan untuk dikonsumsi guna memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi. Pola Pangan Harapan (PPH) dapat
digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan keanekaragaman pangan
dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan. Sesuai
Pola Pangan Harapan (PPH), secara implisit kebutuhan zat gizi juga
terpenuhi kecuali untuk zat gizi yang sangat defisit dalam suatu kelompok
pangan. Oleh karena itu skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu
gizi konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan. Pola
Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok
pangan yang didasarkan pada sumbangan energinya baik secara absolute
maupun relatif terhadap total energi penyediaan atau konsumsi pangan
yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk baik
kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan aspek-aspek sosial,
ekonomi, budaya dan cita rasa. Berdasarkan kesepakatan Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 yang menggunakan bobot (rating)
FAO RAPA (1989) yang terus disempurnakan menjadi Pola Pangan
Harapan (PPH) tahun 2020 disepakati bahwa skor mutu pangan yang ideal
untuk hidup sehat bagi penduduk Indonesia adalah 100.
Bobot Pola Pangan Harapan
Kriteria Pemberian Bobot Untuk Setiap Kelompok Pangan
No

Kelompok Pangan

Bobot

Kriteria

1.
2.

Padi-padian
Umbi-umbian

0,5
0,5

Konsentrasi energi
Konsentrasi energi

3.

Pangan hewani

4.
5.
6.

Lemak dan Minyak


Buah dan Biji berminyak
Kacang-kacangan

7.
8.

Gula
Sayur dan Buah

2,0

Zat gizi esensial ,cita

1,0
0,5
2,0

rasa,kepadatan energi
Konsentrasi ener
Konsentrasi energi
Nilai gizi pemakan

0,5
2,0

nabati
Konsentrasi energi
Zat gizi
mikro,volume,kandungan

9.

Lain-lain

0,0

serat
Penambah cita rasa

Dengan PPH tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi yang diketahui tetapi
sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi yang di dukung oleh cita
rasa ,daya cerna,daya terima masyarakat ,kuantitas dan kemampuan daya beli .
Dengan pendekatan PPH ini dapat dinilai mutu panagn penduduk berdasarkan
skor pangan.

C. Tujuan Dan Kegunaan Pola Pangan Harapan


a. Tujuan
Secara umum tujuan Pola Pangan Harapan adalah untuk menghasilkan
suatu komposisi standar pangan.
Tujuan analisis Pola Pangan Harapan berdasarkan ketersediaan dan
konsumsi pangan adalah untuk :
Mengetahui secara mendetail tentang tingkat ketersediaan pangan

dari produksi lokal.


Mengetahui kesenjangan tingkat mutu gizi dan keragaman
konsumsi pangan pada tingkat ketersediaan dengan memperhatikan
keseimbangan gizi yang didukung oleh citarasa,daya terima
masyarakat, kuatitas dan kemampuan daya beli

b. Kegunaan Pola Pangan Harapan

Sebagai instrumen sederhana menilai situasi ketersediaan dan konsumsi


pangan berupa jumlah dan komposisi menurut jenis pangan secara
agregat.
Sebagai basis untuk penghitungan skor Pola Pangan Harapan
yang digunakan

sebagai

indikator

mutu

gizi

pangan

dan

keragaman konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan maupun


tingkat konsumsi.
Untuk perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan.
Dengan
pendekatan
Pola
Pangan
Harapan,

keadaan

perencanaan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diharapkan


dapat memenuhi tidak hanya kecukupan gizi (nutritional adequency),
akan tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi
(nutritional balance) yang didukung oleh citarasa (palatability), daya
guna (digestability), daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas,
dan kemampuan daya beli (affortablity).
Penerapan Pola Pangan Harapan
Pola Pangan Harapan
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau
kelompok pangan yang didasarkan pada sumbangan energinya baik
secara absolute maupun relatif terhadap total energi penyediaan atau
konsumsi pangan yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan
penduduk baik kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan aspekaspek sosial, ekonomi, budaya dan cita rasa.
Berdasarkan kesepakatan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun
1998 yang menggunakan bobot (rating) FAO RAPA (1989) yang terus
disempurnakan menjadi Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2020
disepakati bahwa skor mutu pangan yang ideal untuk hidup sehat bagi
penduduk Indonesia adalah 100. Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WKNPG VIII, 2004)
D. Perhitungan Pola Pangan Harapan

1. Penyediaan pangan
Penyedian pangan terdiri dari komponen produksi, perubahan stok, impor
dan ekspor. Rumus penyediaan pangan adalah :
Ps = Pr - St + Im Ek
Ps

: Total penyediaan dalam negeri

Im

: Impor

Pr

: Produksi

Ek

: Ekspor

St

: Stok akhir stok awal

2. Ketersediaan bahan makanan per kapita


Ketersediaan bahan makanan per kapita dalam bentuk kandungan nilai
gizinya dengan satuan kkal energi dan gram protein, menggunakan rumus:
Ketersediaan energi (Kkal/Kapita/Hari) =
Ketersediaan Pangan/Kapita/Hari x Kandungan kalori x BDD
100
Ketersediaan protein (gram/kapita/hari) =
Ketersediaan pangan/Kapita/Hari x Kandungan protein x BDD
100
Catatan:
BDD = Bagian yang dapat dimakan (buku DKBM)
Ketersediaan pangan/kapita/hari sumbernya dari Neraca Bahan
Makanan (NBM)
Kandungan zat gizi (kalori dan protein sumbernya dari daftar
komposisi bahan makanan (DKBM)
Bagi komoditas yang data produksinya tidak tersedia (misal komoditas
sagu, jagung muda, gula merah) untuk mendapatkan angka ketersediaan
menggunakan pendekatan angka konsumsi dari data Susenas BPS
ditambah 10% dengan asumsi bahwa perbedaan antara angka kecukupan
energi pada tingkat konsumsi dengan angka kecukupan energi di tingkat
ketersediaan sebesar 10%.
Contoh :
Dari rumus perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa tingkat
ketersedian energi dan protein pada tahun 2007 2008, ternyata sudah
melebihi Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan

Tahun Energi Ketersediaan


Tingkat
Ketersediaan
Tingkat
Protein
(Kkal/Kap/Hr) Ketersediaan (Gram/Kap/Hr) Ketersediaan
(%)
(%)
2007

3.157

143,5

76,27

133,8

2008

3.056

138,9

81,20

142,5

Dalam menentukan PPH ada beberapa komponen yang harus diketahui


diantaranya yaitu:
1. Menghitung energi dan zat gizi
Energi dihitung dari total energi yang dikonsumsi dari masing masing
bahan pangan. Pada cell energy pada sheet PPH diketik = SUM (data
energy setiap golongan bahan pangan pada sheet konsumsi). Selanjutnya
dihitung jumlah total energy untuk semua golongan bahan pangan dengan
cara ketik = SUM (data energy setiap golongan bahan pangan dari padipadian sampai yang lainnya).

2. Menghitung % energy dan zat gizi


Menghitung persentas energi energy energy adalah dengan membagi energy
setiap golongan dengan energy total untuk semua golongan. Caranya adalah
dengan mengetik = cell setiap golongan / cell total energy*100.
3. Menghitung % angka kecukupan energy dan zat gizi
Untuk menghitung persentase Angka Kecukupan Energi adalah dengan
membandingkan persentase energy energydenganangkakecukupan energy
(2000 kkal) dikali 100. Untuk rumus formulanya dapat ditulis dengan
mengetik = cell % energy / 2000*100.
4. Menghitung skor AKE

Untuk menghitung skor angka kecukupan energi (AKE) adalah dengan


mamasukkan kolom bobot untuk setiap golongan pangan terlebih dahulu.
Bobot menggambarkan kontribusi setiap golongan bahan pangan dalam
menyumbangkan energi. Misalnya untuk golongan padi-padian bobotnya
adalah 0.5, umbi-umbian 0.5 pangan hewani 2.0 dan seterusnya. Selanjutnya
adalah menghitung skor aktual energy setiap golongan bahan pangan yaitu
dengan mengalikan persentase AKE setiap golongan bahan pangan dengan
bobot setiap golongan bahan pangan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar,
dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional,
bahkan politis. Terpenuhinya pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan
hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang. Undang-undang pangan Nomor
7/1996 mengamatkan bahwa pangan merupakan salahsatu kebutuhan pokok
yang pemenuhannya bagian dari hak asasi manusia (Depkes RI,2005).
Pola pangan harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau
kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara
absolute maupun relative terhadap total energy baik dalam hal ketersediaan
maupun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengnan

mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, cita rasa


(Depk es RI,2005).
B. Saran
Makalah ini telah disusun sedemikian rupa dan diusahakan untuk
sempurna dan bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa mahasiswi
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Tolitoli. Agar dapat menambah wawasan dan
cara pandang khususnya dalam bidang biologi. Oleh karna itu, kritik dan saran
yang berhubungan dengan perbaikan makalah ini sangaat dibutukan.

DAFTAR PUSTAKA

Www.scrib.com
http://bkpd.jabarprov.go.id/program-aksi/pola-pangan-harapan/
Baliwati,Y. F, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
http://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?

Anda mungkin juga menyukai