Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas berkat dan rahmat-Nya, maka selesailah pembuatan makalah

ini.

Makalah ini dibuat dengan maksud, menyampaikan kepada

pembaca mengenai hal – hal yang berkaitan dengan “ kebijakan-

kebijakan pemerintah dalam meredam inflasi ”. Dan tujuan lainnya

adalah untuk memenuhi tugas matakuliah ekonomi moneter.

Dalam pembuatannya tentu saja kami masih memiliki

kekurangan, semoga kekurangan tersebut tidak menjadi halangan

bagi para pembaca untuk dapat memahami isi serta maksud dan

tujuan yang ingin disampaikan.

Singkat kata, semoga makalah ini dapat menjadi bacaan yang

bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 22 mei 2010

Penyusun
Inflasi adalah suatu kecenderungan kenaikan harga-harga

barang dan jasa secara umum dan terjadi secara terus menerus

dihitung dalam suatu waktu, biasanya satu bulan atau satu tahun.

Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari

penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya.

Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan

cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang

beredar.

Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi :

Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter, adalah proses mengatur persediaan

uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti

menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.

Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga

pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau

bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui

persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan

yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal

(pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca

pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni

menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan


kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang

seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian

terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk

memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter

pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian

ditransfer pada sektor riil.***

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan

tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan

tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur

keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang

agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan

kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter

dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada

instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum,

intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi

bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan

likuiditas.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat

diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang

beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah

suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang

bereedar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang

yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money

policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen

kebijakan moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang

beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah

(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,

pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila

ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan

menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat

berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau

singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan

atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar

dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.

Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus

meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang

bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral,

serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang


yang beredar berkurang.***

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang

beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang

harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,

pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan

jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur

jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku

ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit

untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi

jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang

lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar

pada perekonomian.

5. Kebijakan Kredit Selektif

Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan pengetahuan jumlah

uang yang beredar. Kredit selektif ini dilakukan dengan cara

menentukan syarat-syarat kredit yang dikenal dengan 5C.

6. Sanering

Sanering adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank

sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang. Hal ini


dilakukan untuk menyehatkan kembali nilai uang yang sudah jatuh.

Pemerintah Indonesia pernah melakukan kebijakan sanering pada

tahun 1950-an.***

Kebijakan fiskal

merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk

mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan

pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda

dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan

perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah

uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah

pengeluaran dan pajak. Kebijakan-kebijakan fiskal untuk mengatasi

inflasi meliputi :

1. menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor

uang lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran

pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

2. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah

3. Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah

memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi

pada masa orde lama.***

Kebijakan Sektor Riil

Kebijakan sektor riil dapat dilakukan dengan menstimulus

bank untuk memberikan kredit lebih spesifik kepada UMKM (Usaha


Mikro Kecil Menengah). Contohnya bank BRI mencanangkan tahun

ini sebagai Microyear,

Menekan arus barang impor dengan cara menaikkan pajak serta

Menstimulus masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.

Kebijakan Lain

Kebijakan Lain adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan

finansial pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini

merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi.***

1. Penurunan nilai uang

Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan

ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi

simpanan jangka panjang oleh pemerintah.

2. Devaluasi

Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri

terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya

pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri

tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan

menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing.

Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan

nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.***

3. Menaikan hasil produksi.

Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan


jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang

beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi

atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan

bakar, produksi beras.

4. Kebijakan upah

Tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam

pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang

relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan

pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-

barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan

inflasi.

5. Pengawasan harga dan distribusi barang.

Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti

yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi

(harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak

akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik

biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar

gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar,

seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.***


Kebijakan-kebikajan Pemerintah dalam Meredam Inflasi

(Makalah ditujukan pada matakuliah Ekonomi Moneter)

Disusun oleh :
Berlian Nova Saputri
Dadan Gandara Sofyan
Dea Anom Sari
Erinawan Hardika
Rani Annisa Rohmi
Tiara Paras
Veri Sihombing

Politeknik Negeri Jakarta


2010/2011

Anda mungkin juga menyukai