1 FIX Persuasi Negosiasi - Analisis Negosiasi
1 FIX Persuasi Negosiasi - Analisis Negosiasi
Film dokumenter ini adalah salah satu bukti bagaimana konflik Palestina dan Israel memakan
banyak korban hingga kini. Seperti yang kita ketahui, bahwa konflik ini dimulai setelah
perang dunia kedua, saat Israel (yahudi) berpikir ingin memiliki negara sendiri. Konflik
antara Palestina dan Israel telah berlangsung lama sejak tahun 1947. Pada masa itu tepatnya
pada bulan Mei, dilakukan pembagian wilayah antara Israel dan Palestina yang dilakukan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hasil dari pembagian wilayah adalah 54% dari
wilayah diserahkan untuk Israel sedangkan sisanya untuk Palestina yakni 46%. Apabila
ditinjau dari segi jumlah penduduk yang ada antara Israel dan Palestina, prosentase
masyarakat Israel yakni bangsa Yahudi hanya berkisar 31,5 % dari populasi yang ada.
Hal inilah yang menimbulkan reaksi balik dari rakyat Palestina yang memperjuangkan
kemerdekaan di tanah mereka sendiri. Sementara bangsa Yahudi menganggap pembagian
yang telah dilakukan itu tidaklah cukup. Mereka menginginkan wilayah yang lebih luas.
Sejak itulah terror yang meluas terhadap rakyat Palestina berlangsung.
Berdasarkan perspektif persuasi dan negosiasi, ada banyak hal yang dapat kita analasis di
dalam film Death In gaza tersebut. Yang pertama adalah dari segi kepentingan. Kedua negara
yang sedang berkonflik ini memiliki kepentingannya masing-masing, yaitu memperebutkan
tanah. Israel menginginkan tanah Palestina menjadi hak miliknya sedangkan Palestina ingin
mempertahankan tanah tersebut. Yang kedua, dari keseimbangan kekuatan yang mereka
miliki (power balance) yang bisa mereka gunakan untuk bernegosiasi. Palestina, diperkeruh
dengan konflik internal antara Hamas dan fatah yang membuat kekuatan Palestina semakin
melemah. Kekuatan Palestina berada pada militan-militan yang mereka miliki (dalam film
disebutkan bahwa perkumpulan militan disebut sebagai laskar). Sementara Israel, diperkuat
dengan militer serta senjata-senjata, buldoser, dan tank yang mereka miliki untuk
bernegosiasi.
Yang ketiga, dari strategi negosiasi yang terjadi diantara Israel dan Palestina. Kedua belah
pihak yang berkonflik ini, yaitu Israel dan Palestina memiliki kepentingan yang berbeda.
Kedua belah pihak memiliki kepentingan yang dimana, ketika kesepakatan terjadi akan
menguntungkan satu pihak saja, dan merugikan pihak yang lain (kepentingan/tujuan tidak
tercapai). Kita dapat menyimpulkan bahwa ini adalah distributive negotiationdimana ketika
kesepakatan tercapai, maka pilihannya adalah Palestina menjadi milik Israel atau Palestina
dapat mempertahankan tanah miliknya.
Dengan keadaan yang seperti saya sebutkan di atas, kedua belah pihak yang berkonflik
melakukan berbagai macam negosiasi atau diplomasi. Di dalam film Death In Gaza tersebut,
kita bisa melihat kini kedua belah pihak memilih untuk menggunakan jenis Hard negosiasi.
Mereka melakukan pendekatan yang bersifat kompetitif, dengan melihat kemenangan sebagai
satu-satunya tujuan akhir. Sebagai contoh, mereka akan tetap berpegang tegu h dengan posisi
awal mereka, atau tawaran pertama mereka, menolak untuk melakukan perubahan. Dan hal
itu terjadi di kedua belah pihak. Palestina dengan Laskar militannya, bom bunuh dirinya, para
martirnya, serta Israel dengan militer dan perlengkapan senjatanya. Mereka hanya fokus pada
kemenangan untuk mencapai kepentingan mereka. Akan tetapi, karena bargain kedua belah
pihak terlihat sama kompetetifnya dan sama-sama berpegang teguh pada posisi mereka, jenis
negosiasi prinsipal pun sepertinya digunakan oleh kedua belah pihak. Maka dari itulah,
hingga saat ini hasil negosiasi tidak dapat disepakati dan merugikan kedua belah pihak
(loose-loose).
Dalam film itu sendiri, banyak kalimat-kalimat pada dialog ataupun narasi yang menunjukan
negosiasi yang mereka lakukan, misalnya saja Israel membunuh (membom) seorang
anggota hamas dan memperingatkan akan membunuh lebih banyak militan Palestina. Kata
memperingatkan adalah salah satu contoh negosiasi yang dilaukan Israel kepada Palestina. Di
SEKIAN -