KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN..
A.
Latar Belakang.
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan...
BAB II : PEMBAHASAN...
A.
Trend curent issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
B.
C.
D.
E.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
`
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
1
balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah
sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia
lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang
dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Keperawatan komunitas belum menjadi suatu trend dikalangan masyarakat secara
merata. Sementara ini orang masih mengenal Posyandu, Puskesmas atau Rumah Sakit
manakala menjumpai masalah kesehatan aktual atau emergency. Masyarakat mungkin
sering lupa atau kurang terbisa berfikir dan berperilaku yang dapat meningkatkan derajat
kesehatan atau pencegahan penyakit. Belum lagi adanya pemikiran bahwa status
kesehatan komunitas adalah semata-mata menjadi tanggung jawab petugas kesehatan dan
bukan bagian dari kinerja kehidupan masyarakat pada umumnya.
Keperawatan komunitas memprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan
kesehatan (promotif dan preventif) dengan tidak mengabaikan usaha-usaha kuratif dan
rehabilitatif hal ini sesuai dengan motto : lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Keperawatan Komunitas juga berguna untuk mengingatkan dan membawa masyarakat
untuk mengantisipasi masalah kesehatannya sendiri, menggali potensi dan menggunakan
sumber daya manisia yang ada di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa saja yang termasuk trend curent issue dan kecenderungan dalam
keperawatan jiwa!
2. Jelaskan bagaimana trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri!
3. Jelaskan bagaimana trend pelayanan keperawatan mental psikiatri globalisasi!
4. Jelaskan bagaimana issue pelayanan keperawatan mental psikiatri!
5. Jelaskan upaya profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia!
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menyebutkan apa saja yang termasuk trend
curent issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana trend dalam pelayanan keperawatan
mental psikiatri.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana trend pelayanan keperawatan mental
psikiatri globalisasi.
2
teori
perkembangan
neurokognitif,
yang
yang ditemukan pada mereka itu menggambarkan suatu yang stress yang terjadi
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dengan demikian mereka menjadi manusia
yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat dan resultante akhir penderita ini
akan menjadi tidak produktif. Padahal seperti diketahui ada diantara mereka yang
berkali-kali telah mengalami pengalaman katastropik yaitu saat daerah tersebut ada
dalam kondisi berlangsungnya Daerah Operasi Militer dan peristiwa-peristiwa
sesudahnya. Kondisi itu memang amat melumpuhkan tidak hanya ragawi, tetapi juga
kondisi kejadian masyarakat di daerah NAD. Di kemudian hari, mereka menjadi
manusia yang tanpa alasan selalu berusaha menghindar terhadap kejadian yang mirip,
terutama terhadap kekerasan yang sebernarnya tidak akan terjadi. Mereka juga
menjadi manusia yang selalu bermimpi menakutkan terjadi secara berulang-ulang.
Akibatnya, tidur yang seharusnya kan membuat restorasi terhadap kondisi tubuh,
namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka berada dalam keadaan lelah dan seakan
berada dalam kondisi depresi. Mungkin saja mereka kan berperilaku atau merasa
seakan-akan kejadian traumatis itu terjadi kmbaki, termasuk pengalaman, ilusi,
halusinasi, dan episode kilas balik dalam bentuk disosiatif.
Penelitian mutakhir tentang kajian trauma (trauma studies) mulai memahami bahwa
trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat individual. Trauma muncul
sebagai akibat dari saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang
peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan. Dalam konteks tsunami Aceh dan
bencana-bencana besar lainnya di Indonesia, kompleksitas sosial dan kultural sangat
penting mengingat bahwa masyarakat telah mengalami dan menjadi saksi berbagai
macam kekerasan sejak berlangsungnya operasi keamanan di daerah ini. Oleh karena
itu, pemahaman tentang trauma sebagai proses sosial dan sekaligus proses kejiwaan
yang bersifat personal mutlak diperlukan untuk mencari jalan keluar dari lingkaran
ingatan traumatis yang dialami oleh klien-klien yang mengalami yang mengalami
bencana di seluruh penjuru Indonesia. Menariknya, Sigmund Freud sendiri pernah
mengemukakan bahwa trauma adalah suatu ingatan yang direpresi. Dan, karena
direpresi itulah maka trauma sering berlangsung secara tidak sadar dalam periode
yang cukup lama. Guncangan psikologis yang disebabkan oleh ingatan mengerikan
tentang gelombang tsunami, tentang mayat-mayat yang berserakan, dan tentang
kehilangan banyak anggota keluarga sekaligus berpotensi untuk membentuk ingatan
yang traumatis.
Perawat jiwa pada masa akan datang penting untuk menekuni kajian trauma, juga
menggarisbawahi proses yang dalam studi psikologi sering disebut sebagai
transference. Istilah ini merujuk pada transfer pengalaman traumatis yang terjadi
dari orang yang secara fisik langsung mengalami peristiwa yang mengerikan kepada
orang lain yang tak secara langsung mengalaminya. Freud memberi contoh bahwa
psikoanalis juga dapat mengalami proses transference saat ia secara tak sadar
melakukan identifikasi dengan korban trauma tersebut. Dori Laub, psikiater yang
terlibat dalam pembuatan Shoah, mengatakan bahwa transference itu bisa terjadi saat
psikoanalis, atau siapapun juga yang melakukan wawancara dengan korban.
7. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang
umum di alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka
menjdi manusia yang invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi
tidak produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang bersifat individual,
trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan
pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.
8. Meningkatnya Masalah Psikososial
Lingkup masalah kesehatan jiwa, sangat luas dan kompeks juga saling berhubungan
dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa (psychitri), secara garis
besar masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi :
a. Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas, hidup
yaitu masalah kejiwaan yang berkait dengan makna dan nilai-nilai kehidupan
manusia, misalnya:
o Masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan lifecycle kehidupan manusia,
mulai dari persiapan pranikah, anak dalam kandungan, balita, anak, remaja,
dewasa, usia lanjut.
o Dampak dari menderita penyakit menahun yang menimbulkan disabilitas.
o Pemukiman yang sehat.
o Pemindahan tempat tinggal.
b. Masalah Psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai
aikbat terjadinya perubahan sosial, misalnya :
o Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum dan
diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap mengganggu
ketertiban/keamanan lingkungan).
o Pemasungan penderita gangguan jiwa.
o Masalah anak jalanan.
9
dan lain-lain.
d. Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan fisik, gangguan
psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap perubahan, perubahan minat,
gangguan tidur, kecemasan, depresi, gangguan pada daya ingat, dll).
e. Masalah kesehatan tenaga kerja ditempat kerja (kesehatan jiwa tenaga kerja,
penurunan produktivitas, stress di tempat kerja, dan lain-lain).
9. Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja
Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam Sejak tahun
1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh
diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang.
Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di
Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri
yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini
yang mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anakanak dan remaja.
Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa
warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut
sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai
contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri,
ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau
yang paling terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri
Tanaka, ketika skandal suap Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya,
demi menjaga kehormatan pimpinannya.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa
satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya.
10
Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34
tahun, selain faktor kecelakaan.
10. Masalah Napza dan HIV/AIDS
Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak dari
pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting
yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang
lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah
dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga
dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas
terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk
masa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi
tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang disebut dengan istilah Gerakan
Kafirisasi. Bila beberapa dekade yang lalu kita mengenal istilah zionisme, maka
dengan ini sejalan dengan globalisasi kita berhadapan dengan dengan ideologi
kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan
tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang
mereka
anggap
sebagai
kepalsuan,
racun,
dan
dogmatis
fundamentalis.
Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah kaum
beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai
fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah
mengatakan : Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam. Salah satu
program mereka adalah menghancurkan islam melalui penghancuran generasi
mudanya dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan energi yang
tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda) yang berusia 15-25 tahun
melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30 orang
perbulannya. Masalah lainnya muncul seiring dengan merebaknya pemakaian
NAPZA. Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4
orang permenit. Ini merupakan ancaman hilangnya kehidupan dan runtuhnya
peradaban.
Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil menyelamatkan
generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA (Narkotika, Alkohol, psikotropika,
dan Zat Adiktif lainnya). Perawat merupakan komponen terbesar dari seluruh tim
kesehatan, maka upaya-upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan
menjadi hal yang sangat penting karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam
11
rentang waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya. Melalui forum presentasi
orientasi keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu topic dengan tema
Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.
11. Pattern Of Parenting dalam Keperawata Jiwa
Dengan banyaknya bunuh diri dan depresi pada anak, maka saat ini pola asuh
keluarga menjadi sorotan. Pola aush yang baik adalah pola asuh dimana orang tua
menerapkan kehangatan tinggi yang disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan
adalah bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang
menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar, dan berkomunikasi.
Adakalanya kehangatan diwujudkan dengan mendekap, mencium, menggendong atau
mengajak anak menjalajahi alam sambil belajar. Kehangatan adalah upaya-upaya yang
dilakukan orang tua agar anak dekat dan berani bicara pada orang tuanya pada saat
anak mendapatkan masalah. Orang tua menjadi teman dalam express feeling anak
sehingga anak menjadi sehat jiwanya.
Kontrol yang tinggi adalah bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin di
rumahnya. Kemandirian ini menjadi hal yang sangat penting dalam kesehatan jiwa.
Anak mandiri terbiasa menyelesaikan masalahnya, ia akan memiliki self confidence
yang cukup. Contoh kontrol yang diterapkan orang tua adalah kapan anak harus
bangun pagi, kapan belajar, kapan anak berlatih memakai kaos kaki sendiri, makan
sendiri dan berpakaian secara mandiri. Orang tua juga melatih anak bertanggung
jawab mengerjakan tugas-tugas di rumah seperi mencuci, menyiram bunga, dan
sebagainya.
Tipe pola asuh :
Autoriatif : Bila orang tua menerapkan pola asuh dengan kontrol yang tinggi dan
kehangatan tinggi.
Otoriter : Bila orang tua menerapkan pola asuh dengan kontrol tinggi kehangatan
rendah.
Permisif : Bila orang tua menerapkan pola asuh dengan kontrol rendah
kehangatan tinggi.
Neglected : Bila orang tua menerapkan pola asuh dengan kontrol rendah
kehangatan rendah.
12. Masalah Ekonomi dan Kemiskinan
Pengangguran lebih dari 40 juta orang telah menyebabkan rakyat Indonesia semakin
terpuruk. Daya beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah
terigitasi, kekebalan menurun dan infrastruktur yang masih rendahmenyebabkan
banyaknya rakyat Indonesia yang mengalami gangguan jiwa. Masalah ekonomi
merupaka masalah yang paling dominant menjadi pencetus gangguan jiwa di
12
Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM selalu dsertai
dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan
biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang
kerap terjadi.
a. Trend dalam Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri
Sejarah Keperawatan mental psikiatri muncul sebagai sebuah profesi pada awal abad ke19. Kemudian sejak tahun 1940 keperawatan mental psikiatri mulai berkembang pesat,
tetapi pelayanan masih terpusat di Rumah Sakit (Antai Otong, 1994). Hal ini terjadi
sejalan dengan program deinstitusionalisasi. Deinstitusionalisasi adalah suatu program
pembebasan klien gangguan jiwa kronik dari institusi rumah sakit dan mengembalikan
mereka ke lingkungan rehabilitas di masyarakat (Lefley, 1996). Angka kejadian
gangguan jiwa dapat diminimalkan dengan menggunakan cara-cara preventif seperti
menemukan kasus-kasus secara dini, diagnosa dini da intervensi krisis (Gerald Kaplan
dikutip oleh Antai Otong, 1994).
b. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri Globalisasi
Leininger (1973) mengemukakan 3 kunci utama dalam proses tersebut : pengalaman dan
pendidikan perawat, peran, dan fungsi perawat serta hubungan perawat dengan profesi
lain di komunitas. Reformasi dalam pekayanan kesehatan ini te;ah menuntut perawat
untuk merendefenisi perannya. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek
pencegahan dan promosi kesehatan sudah saatnya mengembangkan community based
care (Lefley, 1996).
Kurangnya dukungan tenaga, biaya, dan fasilitas yang tersedia menantang perawat
mental psikiatri dan profesi lain untuk memaksimalkan sumber-sumber yang tersedia dan
mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam memenuhi kebuuhan masyarakat (Antai
Otong, 1994). Sehubungan dengan hal itu, adalah penting untuk mengembangkan
pendidikan keperawatan (Suhaemi, 1997), terutama keperawatan mental psikiatri yang
bekerja di rumah sakit jiwa maupun di komunitas paling rendah pada level universitas
(Jintana, 2002).
c. Issue Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri
13
3. Perbedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali
tidak jelas dalam Position Description, job responsibility dan system reward di
dakam pelayanan keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen, 1998).
4. Di negara lain pun mempunyai kecenderungan yang sama, hasil penelitian di Ireland
menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai persepsi yang salah tentang peran
perawat psikiatri (Wells, 2000).
d. Upaya Profesi Keperawatan Mental Psikiatri di Indonesia
Dalam menghadapi trend dan issue yang berkembang, profesi keperawatan mental
psikiatri di Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti membuat standar praktek
keperawatan jiwa di rumah sakit, membuat model prakek keperawatan professional
(MPKP) di rumah sakit jiwa, dan mengadakan berbagai pelatihan seperti pelatihan
asuhan keperawatan jiwa dan pelatihan clinical instructur bagi perawat mental
psikiatri. Akan tetapi, mungkin masih banyak yang masih perlu dibenahi dan
ditingkatkan agar mampu menghadapi segala tantangan di masa depan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus menjadi perhatian profesi keperawatan
mental psikiatri dalam menghadapi trend dan issue pelayanan keperawatan mental
psikiatri di era globalisasi :
1. Fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas
(community based care) yang memberi penekanan pada preventif dan promotif.
penelitian tentang keperawatan mental psikiatri, terutama
2. Meningkatkan
ekonomi yang semakin besar dikarenakan penghasilan yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dapat menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh
diri. Saat ini masalah ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin
berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa.
Terutama karena meningkatnya harga-harga semua bahan pokok, BBM dan adanya era
globalisasi.
Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah karena gangguan
sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu masalah keuangan.
Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang yang merupakan kalangan
kelas bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat menyerang baik itu orang kalangan
bawah, menengah maupun kelas atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik
dalam lingkungan dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam
hidupnya maka seseorang akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa. Dari
berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-tindakan yang
dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau pengingkaran diri akan kondisi atau
kenyataan yang ada. Pasien cenderung tidak mampu menerima kondisi yang ada
sehingga muncul suatu keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung
jawab tersebut. Dan dalam kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri
pasien adalah dengan melakukan bunuh diri.
Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue dalam keperawatan
jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan beban kerja yang
dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir dalam menyelesaikan masalah yang
dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir inilah yang seharusnya menjadi pusat garapan
perawat-perawat jiwa untuk meluruskan kembali persepsi yang berkembang di
masyarakat mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang
pernah mencoba untuk melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan
terjadinya tindakan ini yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi
ini tentu akan terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun
bidang kesehatan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah
yang sedang hangat dibicarakan. Masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau
15
tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan
regional maupun global.
B. SARAN
Diharapkan setelah mempelajari mampu memahami tentang isu ecenderungan
pada empat area/setting praktik keperawatan komunitas sehingga dapat
menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1992, Jakarta, Pedoman Kerja Perkesmas Jilid
Departemen Kesehatan RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan
Masyarakat.
16
17