Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi adalah masa persaingan dalam segala bidang (Hartarto,2007). Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang dilandaskan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan hidup bagi setiap penduduk. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu adanya kerjasama lintas sektoral dan lintas program.
Keperawatan merupakan sutu profesi yang telah memenuhi kriteria sebagai sebuah disiplin ilmu yang dapat berdiri sendiri dan dapat
melakukan asuhan secara mandiri kepada klien baik sehat maupun sakit. Keperawatan komunitas bersifat umum dan menyeluruh yang
meliputi seluruh anggota masyarakat dan meliputi seluruh aspek kehidupan.
Pada dasarnya masalah kesehatan ada pada setiap lingkup kehidupan masyarakat. Tidak ada satupun komunitas baik keluarga, kelompok dan
masyarakat yang benar-benar terbebas dari masalah kesehatan (Hudson,1987) dan (Robicschon,1989). Oleh karena itu praktek keperawatan
komunitas dapat diterapkan dimanapun dan kapanpun.
Penerapan asuhan keperawatan komunitas yang difasilitasi oleh mahasiswa merupakan sarana pengenalan keperawatan komunitas pada
masyarakat sekaligus memberikan kesan positif bahwa perawat adalah suatu profesi independen yang terorganisir.
Pada kesempatan ini praktek keperawatan komunitas yang terdiri dari keperawatan komunitas, keperawtan keluarga dan keperawatan
gerontik

pada

mahasiswa

STIKES

Mitra

Lampung

angkatan VII difokuskan

pada Desa

haji

mena

Rt

Taman

sari

dan

Sumber

sari kecamatan Natar kabupaten Lampung selatan. Pemilihan wilayah pratek keperawatan komunitas di Haji mena karena masalah kesehatan
di wilayah tersebut masih tinggi.
1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Memberi intervensi tentang asuhan keperawatan komunitas yang akan dilakukan pada masyarakat Haji mena khususnya di RT Taman sari dan
Sumber sari kecamatan Natar.

1.2.2

Tujuan Khusus
1.

Teridentifikasi data kesehatan pada komunitas masyarakat di di RT Taman sari dan Sumber sari kecamatan Natar.

2.

Teridentifikasinya masalah keperawatan komunitas pada masyarakat di RT Taman sari dan Sumber sari kecamatan Natar.

3.

Terencananya asuhan keperawatan komunitas yang akan diberikan pada masyarakat di RT Taman sari dan Sumber sari kecamatan Natar.

4.

Diketahuinya implementasi / tindakan keperawatan

5.

Teridentifikasi rencana tindak lanjut yang akan dilakukan

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Masyarakat
a.

Membantu masyarakat dalam menemukan solusi dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada.

b.

Memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang ada di masyarakat

c.

Memperkenalkan keperawatan komunitas kepada masyarakat khususnya di RT Taman sari dan Sumber sari kecamatan Natar.
1.3.2 Bagi Institusi

a.

Memperkenalkan STIKES Mitra Lampung pada masyarakat Haji mena

b.

Mengggali dan menghubungkan konsep pendidikan yaitu pada mata ajar keperawatan komunitas, keperawatan keluarga, dan keperawatan
gerontik, yang mempunyai pemahaman terhadap pentingnya masalah kesehatan
1.3.3 Bagi Yankes

a.

Memberi gambaran keadaan kesehatan masyarakat Haji mena

b.

Membantu program kesehatan yang belum dilakukan oleh tenaga kesehatan terkait
1.3.4 Bagi Mahasiswa

a.

Memberikan pengalaman pada mahasiswa tentang praktek keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Paradigma Sehat 2010


Realisasi paradigma sehat yang sebagian besar tertuang di dalam Visi Indonesia Sehat 2010, masih cukup jauh dari harapan. Bahkan tidak
berlebihan jika mengatakan pembangunan kesehatan kita saat ini terancam gagal. Sebagai gambaran, indeks pembangunan manusia (Human
Development Index/HDI) Indonesia tahun 2004 berada di peringkat 111, sementara sebagai perbandingan, Vietnam yang tahun 1995 lalu HDInya di peringkat 117, justru melejit ke urutan 95 pada tahun yang sama. HDI merupakan gambaran keberhasilan pembangunan nasional suatu
bangsa dari Program Pembangunan PBB (UNDP), yang dilihat dari tiga aspek, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Setidaknya, terdapat dua faktor penting yang menyebabkan kegagalan program kesehatan di negara kita. Pertama, kebijakan kesehatan kita
masih terjebak dalam level kuratif (pengobatan). Ini sangat bertolak belakang dengan Paradigma Sehat yang lebih menomorsatukan
terbangunnya kesadaran sehat di masyarakat. Kesadaran sehat akan banyak berpengaruh terhadap status kesehatan setiap orang.
Sementara status kesehatan, sebagaimana H.L. Blum mengutarakannya, erat tergantung dari empat hal, yakni perilaku, lingkungan,
pelayanan kesehatan, dan genetika.
Lewat level kuratif, pemerintah masih euphoria dengan menghabiskan uang banyak dan waktu berpikir tentang bagaimana mengobati
penyakit dan menanggulangi wabah epidemik yang terjadi di masyarakat. Akibatnya, secara struktural, hingga institusi pelayanan kesehatan
paling bawah, Puskesmas, telah terjadi kesalahan kategorial dalam memetakan problem kesehatan di negara kita. Program-program
pengobatan penyakit berjalan paralel dengan semakin meningkatnya angka kematian akibat penyakit bersangkutan. Fenomena ini, jika dikaji
secara rasional mestinya lebih difokuskan pada upaya penanggulangan penyakit melalui strategi promosi dan prevensi kesehatan di semua
lini.
Masih relevan kiranya mengkaji dan mengaplikasikan parameter status kesehatan H.L. Blum dalam konteks kita. Yang paling penting dalam
hal ini adalah soal perilaku masyarakat. Upaya kuratif yang selama ini menjadi primadona pembangunan kesehatan tidak cukup beralasan
dapat mengubah banyak perilaku hidup masyarakat. Justru semakin memperparah kondisi. Realitas ini makin runyam jika melihat realisasi
pembangunan kesehatan yang cenderung sumir, mengagung-agungkan kemoderenan pelayanan kesehatan di atas kemampuan personal
manusia yang serba pas-pasan.
Alasan kedua yang mendasari kegagalan pembangunan kesehatan di negara kita adalah elitisme pengelolaan kesehatan yang banyak
disebabkan oleh sentralistiknya mekanisme pengambilan kebijakan. Jika memandang bahwa kesehatan merupakan bangunan universal yang
konstruksinya terdiri dari semua elemen dasar kehidupan, maka pelibatan masyarakat dan elemen lainnya menjadi kemutlakan.
Secara fenomenal, Gus Dur pada tahun 1999 pernah mengatakan: Kalau mau mengikuti kata hati, seharusnya juga tidak perlu ada
Departemen Kesehatan. Urusan kesehatan, termasuk masalah jamu, adalah urusan masyarakat. Karena itu, penanganannya cukup oleh

masyarakat. Selama ini masyarakat telah mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan, mulai dari menjual jamu gendongan hingga
rumah sakit yang moderen. Selain itu, tak ada setiap individu pun yang ingin menderita sakit, sehingga secara sendiri-sendiri atau bekerja
sama, orang pasti akan berusaha untuk tetap sehat dan terhindar dari penyakit.
Dalam kenyataannya di masyarakat, pola kebijakan yang top down masih sangat kuat membelenggu. Pelaksanaan otonomi daerah yang pada
awalnya dianggap angin segar, justru berubah jadi tornado yang meluluh-lantakkan struktur masyarakat, termasuk kesehatan. Kesalahan
kebijakan (malpolicy) justru semakin parah dan secara kuantitas menunjukkan grafik menanjak. Pemerintah terlalu menghegemoni dalam
menentukan hak hidup masyarakatnya, tak terkecuali untuk dapat hidup sehat secara wajar.
Reformasi bidang kesehatan bukan lagi bahasa yang baru. Hanya saja agendanya perlu dipertegas kembali sebagai landasan pembangunan
selanjutnya. Jika disederhanakan, agenda reformasi kesehatan akan lebih mengedepankan partisipasi masyarakat dalam menyusun dan
menyelenggarakan aspek kesehatannya dengan sesedikit mungkin intervensi pemerintah. Pemberdayaan masyarakat menjadi tolok ukur
keberhasilan dan pemihakan terhadap kaum miskin menjadi syarat penerimaan universalitasnya.
Gunawan Setiadi, seorang dokter dan master bidang kesehatan, mengungkapkan beberapa alasan mengapa masyarakat dapat
menyelenggarakan kesehatannya, dan lebih baik dari pemerintah, antara lain:

Komitmen masyarakat lebih besar dibandingkan pegawai yang digaji.

Masyarakat lebih paham masalahnya sendiri;

Masyarakat dapat memecahkan masalah, sedangkan kalangan profesional/pemerintah sekadar memberikan pelayanan;

Masyarakat lebih fleksibel dan kreatif;

Masyarakat mampu memberikan pelayanan yang lebih murah; dan

Standar perilaku ditegakkan lebih efektif oleh masyarakat dibandingkan birokrat atau profesional kesehatan.
Pandangan-pandangan di atas menjadi cukup beralasan muncul dengan melihat kecenderungan rendahnya etos kerja birokrat dan profesional
kesehatan selama ini. Sudah saatnya penyelenggaraan kesehatan diprakarsai oleh masyarakat sendiri, sehingga pemaknaan atas hidup sehat
menjadi sebuah budaya baru, di mana di dalamnya terbangun kepercayaan, penghargaan atas hak hidup dan menyuburnya norma-norma
kemanusiaan lainnya. Model penyelenggaraan kesehatan berbasis pemberdayaan (empowerment) harus disusun secara rasional dengan
sedapat mungkin melibatkan semua stakeholder terkait.
Jadi, prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk masyarakat miskin mereka yang jumlahnya mayoritas dan
telah banyak terampas haknya selama ini. Untuk itu, sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan perlu dipertajam dengan jalan
antara lain :
Pertama, meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak berkaitan dengan penduduk miskin. Misalnya program
pemberantasan penyakit menular, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan gizi masyarakat.
Kedua, meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak melayani penduduk miskin, yaitu Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu, ruang rawat inap kelas III di rumah sakit. Untuk itu, subsidi bantuan biaya operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk
menghindari praktik eksploitasi dan pemalakan pasien miskin atas nama biaya perawatan.
Ketiga, mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya.
Contohnya adalah pengadaan alat kedokteran canggih, program kesehatan olahraga dan lain sebagainya.
Keempat, mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, misalnya
pembangunan rumah sakit-rumah sakit stroke (Qauliyah, 2008).
Bila secara konsekwen paradigma sehat telah kita gunakan, peningkatan derajad kesehatan masyarakat akan lebih cepat tercapai dengan
biaya yang lebih efisien. Sehingga viei Departemen Kesehatan Indonesia Sehat 2010 dapat tercapai.
Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010, misi Depkes adalah :

1.

Penggerak pembangunan nasional berwawasan kesehatan

2.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

3.

Memelihara dan meningkatkan pelayanan ksehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.

4.

Mendorong kemandirian masyarakat untuk sehat.


Untuk

mencapai

1.

misi

dan

misi

Paradigma

tersebut,

telah

dikembangkan

pilar

sehat/pembangunan

strategi

pembangunan

2.
3.
4. Desentralisasi

kesehatan

berawawasan

yang

meliputi

kesehatan
Profesionalisme

Jaminan

pemeliharaan

kesehatan

masyarakat

Jika dianalisa lebih mendalam, ada empat tantangan utama yang sangat menentukan terjadinya perubahan dan perkembangan keperawatan
di Indonesia, yang secara nyata dapat dirasakan khususnya dalam sistem pendidikan keperawatan, yaitu (1) terjadinya pergeseran pola
masyarakat Indonesia; (2) Perkembangan IPTEk; (3) Globalisasi dalam pelayanan kesehatan; dan (4) Tuntutan tekanan profesi keperawatan.

Transisi

Pola

Masyarakat

Indonesia

Pergeseran pola masyarakat agrikultur ke masyarakat industri dan dari masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat maju,
menimbulkan dampak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk aspek kesehatan. Kendatipun masih ada masyarakat
yang menderita penyakit terkait dengan kemiskinan seperti infeksi, penyakit yang disebabkan oleh kurang gizi dan pemukiman tidak sehat,
tetapi penyakit atau kelainan kesehatan akibat pola hidup modern juga sudah makin meningkat. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu
sebagai indikator derajad kesehatan, masih tinggi. Peningkatan umur harapan hidup juga mengakibatkan masalah kesehatan yang terkait
dengan

masyarakat

lanjut

usia

seperti

penyakit

generatif.

Begitu pula masalah kesehatan yang berhubungan dengan urbanisasi, pencemaran kesehatan lingkungan dan kecelakaan kerja cenderung
meningkat sejalan dengan pembangunan industri. Selain masalah kesehatan yang makin kompleks, pergeseran nilai-nilai keluarga pun turut
terpengaruh di mana berkembang kecenderungan keluarga terhadap anggotanya menjadi berkurang. Keadaan ini akan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan dan kesejahteraan kelompok lanjut usia yang cenderung meningkat jumlahnya dan sangat memerlukan dukungan
keluarga. Selain daripada itu, kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan penghasilan yang lebih besar membuat masyarakat
Indonesia lebih kritis dan mampu membayar pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.

Perkembangan

Ilmu

Pengetahuan

dan

Teknologi

Perkembangan IPTEk menuntut kemampuan spesifikasi dan penelitian bukan saja agar dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi juga untuk menapis
dan memastikan hanya IPTEK sesuai dengan kebutuhan dan sosial budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi, disamping tentunya
untuk mengembangkan IPTEK baru lainnya. IPTEK juga berdampak pada biaya kesehatan yang makin tinggi dan pilihan tindakan
penanggulangan maslah kesehatan yang makin banyyak dan kompleks, selain tentunya menurunkan jumlah hari rawat (Hamid, 1997;
Jerningan, 1988). Penurunan jumlah hari rawat mempengaruhi kebutuhan pelayanan keeshatan yang belih berfokus kepada kualitas bukan
hanya kuantitas, serta meningkatkan kebutuhan untuk pelayanan / asuhan keperawatan di rumah dengan mengikutsertakan klien dan
keluarganya. Perkembangan IPTEk harus diikuti dengan upaya perlindungan terhadap hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
aman, hak untuk diberitahu, hak untuk memilih tindakan yang akan dilakukan dan hak untuk didengarkan pendapatnya. Oleh karena itu,
pengguna jasa pelayanan kesehatan perlu memberikan persetujuan secara tertulis sebelum dilakukan tindakan (informed cinsent).

Globalisasi

dalam

Pelayanan

Kesehatan

Pada dasarnya dua hal utama dari globalisasi yang akan berpengaruh terhadap perkembangan pelayanan keseahtan termasuk pelayanan
keperawatan adalah : 1) tersedianya alternatif pelayanan, dan 2) persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa
pelayanan kualitas untuk memberikan jasa pelayanan keseahtanyang terbaik. Untuk hal ini berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga
keperawatan diharapkan untuk dapat memenuhi standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan. Dengan demikian
diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan profesional dengan standar internasional dalam aspek intelektual, interpersonal dan
teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan sosial bidaya dan mempunyai pengetahuan transtruktural yang luas serta mampu memanfaatkan
alih IPTEK.
Tuntutan

Profesi

Keperawatan

Keyakinan bahwa keperawatan merupakan profesi harus disertai dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi yang
disebut dengan profesional (Kelly & Joel, 1995).

Karakteristik profesi yaitu :


1.

Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui penelitian

2.

Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.

3.

Pendidikan yang memenuhi standar

4.

Terdapat pengendalian terhadap praktek

5.

Bertanggung jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan

6.

Merupakan karir seumur hidup

7.

Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi

Praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional masyarakat penggunaan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari
berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostik, menyusun perencanaan,
melaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan
untuk menentukan tindakan selanjutnya. Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat juga harus mempunyai
otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang
dilakukannya,

termasuk

dalam

melakukan

dan

mengatur

dirinya

sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat tersebut, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh
kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat profesional melalui pendidikan keperawatan profesional
dan beberapa langkah yang telah disebutkan diatas (Nursalam, 2008).
2.2 Konsep Keperawatan

A.

Definisi

Keperawatan komunitas adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki cabang sdisiplin ilmu lain yaitu keperawatan gerontik dan keperawatan
keluarga (Hudson,1987) dan (Robicschon,1989). Komunitas adalah kelompok social yang ditentukan oleh batas-batas wilayah nilai keyakinan
dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dengan lainya (WHO, 2005).

B.

Tujuan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat, menanggulangi masalah kesehatan sendiri, kegiatan dilakukan secara
berkesinambungan atau berkelanjutan dan menggunakan metode konsep proses keperawatan komunitas yang dilakukan melalui 5 tahap yaitu
pengkajian, pelaksanaan, dan evaluasi (Anderson dan Mc. Forience, 1985). Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui :
a.

Pelayanan keperawatan langsung, terhadap individu, keluarga, kelompok dalam komunitas

b.

Perlatihan langsung terhadap keseluruhan masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat dapat

c.

Pengaktifan fasilitas kesehatan masyarakat seperti pelatihan kader posyandu

mempengaruhi idividu, keluarga, dan masyarakat.

C. Sasaran
Sasaran keperawatan komunitas adalah masyarakat yang tergabung dalam suatu kelompok atau komunitas yang meliputi seluruh generasi
(Hermawan, 2002) dan Betty Neuman (1972)

D.

Strategi Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas menerapkan suatu strategi pelaksanaan yang berfokus pada peningkatan peranserta masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan. Tahapan penerapan asuhan keperawatan komunitas adalah segabai berikut :
1.

Tahap persiapan

Pengaktifan sumberdaya yang dimiliki.

Perencanaan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada.

Interaksi dengan masyarakat yang bertujuan untuk terbinanya rasa saling percaya

2.
a.

Tahap pengorganisasian
Pembinaan terhadap organisasi pelayanan kesehatan yang ada seperti pokjakes, kader, melalui masyarakat RT, tokoh masyarakat, dan
puskesmas

b.

Penyusunan rencana kerja kelompok dengan baik dan terperinci

3.

Tahap edukasi dan latihan


Mengadakan pertemuan secara teratur dalam kelompok-kelompok inti dengan menetapkan masalah, rencana tindakan, dan evaluasi.

4.

Tahap akhir, mengikuti pengevaluasian kegiatan

E. Peran dan Fungsi Perawat Komunitas


1.

Sebagai pemberi asuhan keperawatan yang mandiri

2.

Sebagai organisasi profesi yang memiliki pola asuhan keperawatan yang merupakan bagian integral dari disiplin ilmu keperawatan

3.

Sebagai fasilitator pelayanan kesehatan masyarakat

4.

Sebagai advokad dalam membela kepentingan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat

5.

Sebagai pendidik masyarakat sehubungan dengan kesehatan

2.3 Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan asuhan keperawatan yang memfokuskan asuhan keperawatan pada pemenuhan
kebutuhan dasar komunitas yang berkaitan dengan ketidak mampuan masyarakat, ketidak mauan masyarakat dan ketuhdak tahuan
masyarakat. Tahap Asuhan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a.

Pengkajian

Pengkajian komunitas terdiri dari inti komunitas yaitu demografi, populosi, nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk riwayat kesehatan
yang dipengaruhi oleh sub sistem komunitas yang terdiri dari fisik, lingkungan, perumahan, pendidikan, keselamatan, transportasi, politik
pemerintah, kesehatan dan pelayanan sosial, komunitas, ekonomi dan rekreasi. Semua aspek ini dikaji emlalui pengamatan langsung,
penggunaan data statistik, angket wawancara dengan masyarakat, tokoh agama, dan aparat pemerintah setempat.

b.

Analisa data dan Perumusan diagnosa

Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, kemudian data dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor
yang mengancam masyarakat dan seberapa besar reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut.
Setelah data dianalisa, maka dapat terlihat data senjang yang menuju pada suatu permasalahan. Masalah keperawatan tersebut dijadikan
sebagai dasar untuk menentukan diagnosa keperawatan komunitas ( Mueke, 1987) dan (Hermawan, 2002), dimana terdiri dari : masalah
kesehatan, kareakteristik populasi dan lingkungan, dan siagnosa yang dirumuskan dapat berupa aktual, resiko atau potensial.

c.

Perencanaan

Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup aspek primer, skunder, dan tersier melalui pendidikan kesehatan dan kerjasama, proses
kelompok serta mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi, yang akhirnya dapat
menimbulkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian masyarakat yang dirancang untuk membuat sebuah perubahan.
Pendekatan pengorganisasian yang digunakan untuk merumuskan perencanaan adalahlocality development (pengembangan masyarakat)
(Hermawan, 2002) berdasarkan sumber daya yang dimiliki serta mampu mengurangi hambatan yang ada.

d.

Implementasi

Fokus pelaksanaan praktek keperawatan komunitas memiliki 3 tingakatan pencegahan (Anderson dan Mc Foriece, 1985) yaitu :
a.

Primer

Pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan khusus
terhadap penyakit. Contoh imunisasi, penyuluhan, simulasi dan biumbingan dini dalam keluarga dan lain-lain.
b.

Skunder
Yaitu

pencegahan

yang

dilakukan

pada

saat

terjadinya

perubahan

derajat

kesehatan

masyarakat

dan

ditemukan

masalah

kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnose dini untuk menghambat proses penyakit, contohnya, mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dan lain
sebagainya.
c.

Pencegahan Tersier
Yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, contoh :
membantu keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk latihan secara teratur.

e.

Evaluasi

Merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana beriutnya. Evaluasi dilakukan dalam tiga tahap yaitu evaluasi struktur, efaluasi proses, dan evaluasi hasil.

BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DALAM KONTEKS KESEHATAN UTAMA DI RT 06 LINGKUNGAN 02
KELURAHAN RAJABASA JAYA KECAMATAN RAJABASA
BANDAR LAMPUNG

A.

Pendahuluan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas digunakan pendekatan proses keperawatan melalui pengkajian, analisa data, diagnose,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sebelum memulai pengkajian, kelompok melakukan persiapan terlebih dahulu.
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan komunitas dalam konteks pelayanan kesehatan utama, selama periode 1 juni 2009 sampai dengan
31 juli 2009 mahasiswa STIKES Mitra Lampung melakukan praktek kerja keperawatan komunitas. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di wilayah
RT 06 lingkungan 2 kelurahan Rajabasa Jaya kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. Kelompok terdiri dari 11 orang yang bertanggung jawab
membina masyarakat RT 05, 06, dan 07 di lingkungan kampung Bayur.

B.

Persiapan
Dalam rangka persiapan kegiatan, mahasiswa melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi yang diadakan pada
hari Rabu 3 Juni 2009 di kediaman ketua RT 06 pukul 19.00 WIB. Kegiatan tersebut dihadiri oleh warga masing-masing RT beserta tokoh
masyarakat, tokoh agama, perwakilan pemuda, serta mahasiswa kelompok 5 berserta pembimbing. Dalam kegiatan ini dijelaskan tujuan
praktek mahasiswa, jadwal praktek, dan gambaran kegiatan yang akan dilakukan selama masa praktek keperawatan komunitas.

C.

Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mendata segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah kesehatan yang dapat ditemukan di
komunitas tersebut melalui data rujukan dari kelurahan, RT, dan sebagainya. Adapun data data tersebut adalah sebagai berikut :

1.
A.

Dimensi Lokasi
Batas Wilayah
Batas Wilayah RT 05, RT 06, dan RT 07 adalah sebagai berikut :
Sebelah timur berbatas dengan kampung Lingsuh
Sebelah barat berbatas dengan Sinar Harapan
Sebelah utara berbatas dengan Labuhan dalam
Sebelah selatan berbatas dengan Suka Jaya

B.

Lokasi Pelayanan Kesehatan


Di kelurahan Rajabasa Jaya terdapat satu pustu yang terdapat di RT 6 kampung bayur. Terdapat posyandu lansia dan balita di setiap dusun.

2.

Jumlah Penduduk

1.

Bayi

75 jiwa

2.

Anak usia sekolah

461 jiwa

3.

Remaja

366 jiwa

4.

Dewasa

497 jiwa

5.

Lansia

40 jiwa

Di Kampung Bayur terdapat :

1.409 jiwa

Yang terdiri dari 285 kepala keluarga yang saat dilakukan pengkajian tidak semua dapat terkaji oleh karena berbagai sebab. Adapun
penjabaran jumlah kepala keluarga yang terkaji adalah sebagai berikut :
1.

RT 5 berjumlah 86 Kepala keluarga


Yang terkaji 32 KK, dan 4 KK tidak terkaji. Hal ini disebabkan karena 2 KK bukan berdomisili tetap di desa Bayur, sementara 2 KK lainya sudah
3 kali dikunjungi namun tidak ada di rumah. Menurut informasi tetangga, keluarga tersebut sering menginap di rumah di ladangnya yang
letaknya Labuhan dalam.

2.

RT 6 berjumlah 72 kepala keluarga


KK yang terkaji berjumlah 67 KK. 5 KK tidak dapat kami temui oleh karena tidak ada di tempat. Menurut tetangga, mereka sudah pergi sejak
pagi dan ada juga yang sejak siang, tetangga tidak mengetahui dimana dan kemana keluarga tersebut pergi.

3.

RT 7 berjumlah 87 Kepala keluarga


Yang terkaji 63 kepala keluarga, 24 Kepala keluarga tidak terkaji olehkarena mereka tidak berada di rumah. Umumnya mereka pergi ke kebun
dan sawah yang tidak diketahui pasti dimana lokasinya.
Sehingga total kepala keluarga yang terkaji adalah :
RT 05

= 86 KK

RT 06
RT 07

= 72 KK
= 87 KK

Jumlah

212 KK

Dalam proses pengkajian hal yang dikaji adalah (1) Data inti meliputi agama, pekerjaan, umur, penghasilan, suku (2) Masalah kesehatan
terdiri dari masalah 6 bulan terakhir, cara mengatasi, informasi yang pernah didapat, informasi yang dibutuhkan (3) PHBS terdiri dari Makanan
yang biasa disajikan, cara mengolah makanan, kebiasaan mengkonsumsi citarasa makanan, kebiasaan mengolah makanan, jenis minuman
yang dikonsumsi, mencuci tangan dengan sabun, lama tidur, penempatan pakaian kotor, kebiasaan merokok, kebiasaan membuang dahak
sembarangan, membuka jendela, menggosok gigi setelah makan, kebiasaan periksa kesehatan secara rutin (4) Kesehatan Lingkungan
meliputi menyapu halman dalam satu minggu, kebiasaan membersihkan penampungan air, cara pengolahan sampah, sumber polusi udara,
fentilasi udara, sumber air, WC yang digunakan, jarak sumur dengan septiktank, keadaan air yang digunakan. Adapun nterpretasi data
terlampir.
D.

Diagnosa Keperawatan Komuitas

1.

Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan masyarakat berhubungan dengan tidak optimalnya wadah atau organisasi kesehatan yang ada

Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan maka dapat dirumuskan 3 diagnosa utama yaitu :

di masyarakat Kampung Bayur RT 05, RT 06 dan RT 07 di Kelurahan Rajabasa Jaya Kec. Rajabasa Bandar Lampung.
2.

Resiko meningkatnya penyakit degeneratif (hipertensi dan rematik) pada lansia di masyarakat RT 05, RT 06 dan RT 07 di Kelurahan Rajabasa
Jaya Kec. Rajabasa Bandar Lampung berhubunngan dengan belum optimalnya pembinaan kesehatan lansia, kurangnya informasi tentang
kesehatan lansia

3.

Resiko terjadinya Penyakit Pharyngitis pada orang dewasa di kampung Bayur RT 05, RT 06 dan RT 07 Kelurahan Rajabasa Jaya Kec. Rajabasa
Bandar Lampung berhubungan dengan kurang pengetahuan warga tentang informasi kesehatan mengenai penyakit paryngitis

E.

Perencanaan dan Proses Implementasi

1.

Identifikasi komunitas
Implementasi diterapkan pada masyarakat di komunitas kampung Bayur yang menjadi Recepient community (komunitas yang menerima)
danTarget community (komunitas target) yang artinya komunitas penerima adalah seluruh masyarakat kampung bayur RT 05, RT 06, RT 07
kelurahan Rajabasa jaya,dan yang menjadi komunitas target disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Namun mayoritas yang
menjadi target utama dalam kegiatan kelompok 5 adalah lansia. Hal tersebut didasarkan atas pelayanan terhadap lansia sangat kurang
terbukti dari kader lansia yang hanya satu orang dan posyandu lansia yang kadang tidak terlaksana oleh karena kekurangan tenaga
pelayanan kesehatan.

2.
A.

Tujuan
Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada masarakat yang ada di RT 05, 06, dan 07 kelurahan Rajabasa Jaya kecamatan Rajabasa
Bandar Lampung.

B.

Tujuan Khusus

o Tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kader mampu memimpin dan menjelaskan kembali data kesehatan dan masalah kesehatan yang ada di RT
05, 06, dan 07 kelurahan Rajabasa Jaya kecamatan Rajabasa Bandar Lampung
o Masyarakat mampu mengenal masalah kesehatan yang ada di RT 05, 06, dan 07 kelurahan Rajabasa Jaya kecamatan Rajabasa Bandar Lampung
o Secara bersama-sama menentukan perencanaan yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang ada di RT 05, 06, dan 07 kelurahan Rajabasa
Jaya kecamatan Rajabasa Bandar Lampung
o Masyarakat mampu mengambil keputusan untuk bersama-sama mencegah masalah kesehatan yang ada di RT 05, 06, dan 07 kelurahan
Rajabasa Jaya kecamatan Rajabasa Bandar Lampung
3.

Metode-metode yang digunakan


Untuk mengukur tujuan umum dan khusus digunakan metode survey dan wawancara. Metode ini diterapkan saat diadakanya kegiatan MMD
dimana masyarakat diarahkan untuk menentukan langkah penanganan masalah kesehatan secara madiri.

4.

Pendekatan Teoritis
Dalam pengimplementasian rencana kegiatan kepada komunitas masyarakat, mahasiswa merujuk pada teori agar mempermudah selama
proses berlangsung. Pendekatan teori yang dipilih adalah penggabungan antara Social Planing dan Social Action. Social planing dilakukan saat
pemaparan program dalam kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Social action dilakukan saai implementasi, sebagai contoh adalah
kegiatan senam lansia, pembentukan dan pelatihan kader, pembentukan dan pelatihan UKS di SDN 1 Rajabasa Jaya. Penggabungan metode
ini dilakukan olehkarena penyesuaian dengan keadaan social masyarakat setempat.
Perencanaan dan implementasi disusun dalam rancangan Rencana Tindakan atau Plan Of Action (POA) yang mana disajikan dalam lampiran.

5.

Evaluasi

A. Evaluasi Struktur
1. Konsultasi pra planing dengan pembimbing
2. Mengadakan kontrak dengan masyarakat melalui
B. Evaluasi Proses
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat dan bahan pada setiap kegiatan tidak
pernah mendapat kesulitan untuk memenuhinya karena sudah dipersiapkan sebelumnya.
2. Mempersiapkan materi yang akan disajikan
3. Mengadakan kolaborasi dengan sesama anggota kelompok
4. Melakukan diskusi dengan peserta kegiatan
5. Memberikan reinforcemen positif pada setiap respon yang diberikan warga
C. Evaluasi Hasil
Pada hasil MMD yang dilakukan oleh Mahasiswa STIKES Mitra Lampung Program Profesi
Ners pada tanggal 20 Juni 2009 Pukul 16.00 WIB dihadiri oleh Masyarakat Kampung Bayur RT
05, RT 06 dan RT 07 kurang lebih 15 orang, dimana 2 laki-laki dan 13 perempuan. Selama
kegiatan berlangsung masyarakat Nampak antusias untuk mengikuti kegitan tersebut. Ini terbukti
dari banyaknya masukan masyarakat tentang kegiatan yang akan dilakukan dan aktivnya
masyarakat mengikuti kegiatan dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Selama proses
implementasi asuhan keperawatan komunitas, masyarakat telah menunjukkan perubahan yang
positif mengenai kesehatan. Perubahan paradigma yang baik terhadap kesehatan. Rincian hasil
kegiatan dapat dilihat dalam lampiran hasil kegiatan.
Evaluasi hasil diukur berdasarkan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan. Adapun kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :
o

Masyarakat mengenal masalah kesehatan yang ada di RT 05, 06, dan 07 kelurahan Rajabasa Jaya kecamatan Rajabasa Bandar Lampung

Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang ada di RT 05, 06, dan 07 kelurahan Rajabasa Jaya kecamatan Rajabasa Bandar
Lampung

Kriteria evaluasi ini dapat mengukur dampak program lebih efektif saat diterapkan dalam implementasi kegiatan. Evaluasi setiap akhir
kegiatan baik penyuluhan maupun non penyuluhan menjadi tolak ukur keefektifan criteria evaluasi.
F.

Hasil lain yang diobservasi adalah adanya antusias warga pada beberapa kegiatan penyuluhan, kemampuan warga yang baik dalam menyerap
pengetahuan yang diberikan. Walaupun dalam beberapa kegiatan lain antusias warga sangat minim.

G.

Urutan diagnosa yang dirumuskan saat MMD sudah tepat dan tidak perlu dibuat urutan yang baru. Dalam pengaplikasiannya sudah sesuai

H.

Rekomendasi yang disarankan untuk kelanjutan program ini

dengan jadwal yang ditentukan.

1.

Lokasi praktek mahasiswa harus tepat sasaran artinya dilakukan pada daerah yang penduduknya benar-benar membutuhkan pelayanan
asuhan keprawatan komuitas tidak diukur berdasarkan jarak tempuh dari kampus yang dekat sehingga asuhan keperawatan komunitas yang
diberikan mahasiswa akan lebih bermanfaat bagi masyarakat.

2.

Melakukan evaluasi terhadap sasaran yang telah dilakukan asuhan keperawatan komunitas.

BAB IV
PEMBAHASAN

5.1 Pendahuluan
Keperawatan komunitas adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki cabang disiplin ilmu lain yaitu keperawatan gerontik dan keperawatan
keluarga (Hudson,1987) dan (Robicschon,1989). Komunitas adalah kelompok social yang ditentukan oleh batas-batas wilayah nilai keyakinan
dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dengan lainya (WHO, 2005).
Selama praktek keperawatan komunitas mulai tanggal 1 juni 2009 hingga 31 juli 2009 mahasiswa melakukan asuhan keperawatan komunitas
dengan tahap tahap meliputi : pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Memandirikan masyarakat merupakan tujuan dari
asuhan keperawatan maka harus terlihat adanya ahli peran dimana pada awalnya peran perawat lebih dominan dibandingkan dengan
masyarakat dan akhirnya peran perawat semakin berkurang dengan bertambahnya kemandirian masyarakat.
5.2 Pengkajian
Pengkajan dilakukan dengan metode survey, observasi, dan wawancara. Pengkajian yang dilakukan yaitu berupa pengkajian data inti dan
pengkajian terhadap sub system yang mempengaruhi komunitas seperti lingkungan fisik, pendidikan kesehatan, pelayana kesehatan, pola
hidup, dan lain-lain.
Analisa (SWOT)
1.

Strength (kekuatan)
Tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat desa, serta anggota masyarakat sangat mendukung dengan kegiatan ini

Dukungan dan bimbingan dari dosen pembimbing dalam memberikan bimbingan dalam rangka pengumpulan data selama proses pengkajian.

Kerja sama yang baikantar anggota kelompok yang saling mendukung satu dengan lainya

2.

Weakness (kelemahan)
Kelurahan Rajabasa Jaya khususnya kampung Bayur sudah 3 tahun berturut turut dihadiri oleh mahasiswa praktek keperawatan komunitas
dari akademi keperawatan yang ada di Bandar Lampung sehingga masyarakat sudah merasa bosan dengan keberadaan mahasiswa.

3.

Opportunity (Kesempatan)
Mahasiswa Program Profesi Ners Mitra Lampung merupakan program profesi keperawatan (S 1) yang pertama yang yang berdinas praktek di
kelurahan Rajabasa Jaya sehingga kepercayaan warga lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang berdinas praktek sebelumnya.

4.

Treath (Ancaman)
Adanya keragaman terhadap kekuatan dan keabsahan data yang dibuat serta keragaman terhadap jawaban pada setiap pertanyaan kuesioner
yang diajukan pada masyarakat karena adanya berbagai faktor penyebab diantaranya adalah rendahnya pendidikan masyarakat.

5.3 Perencanaan
Analisa (SWOT)
1.

Strength (kekuatan)
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya implementasi keperawatan komunitas

2.

Weakness (kelemahan)
Luasnya wilayah kerja kelompok yang mencakup 1 kampung (3 RT), sehingga mempersulit dalam penentuan lokasi diadakanya implementasi
keperawatan komunitas.

Pekerjaan masyarakat heterogen yang menyulitkan mahasiswa dalam menentukan waktu pertemuan untuk membahas asuhan keperawatan
komunitas yang akan dilaksanakan.

3.

Opportunity (Kesempatan)
Mahasiswa Program Profesi Keperawatan (Ners) memiliki perencanaan asuhan keperawatan yang didasarkan pada kemauan dan kebutuhan
warga, sehingga asuhan keperawatan yang akan dilaksanakan dapat tepat pada sasaran.

4.

Treath (Ancaman)
Tidak semua warga menyetujui dengan program kerja yang disusun oleh mahasiswa.

5.4 Implementasi
Implementasi yang diterapkan dalam asuhan keperawatan komunitas mencakup 8 implementasi dalam 3 diagnosa keperawatan yaitu :

Diagnosa 1
Resiko meningkatnya penyakit degenerative (hipertensi dan rematik) pada lansia di masyarakat RT 05, RT 06 dan RT 07 di kelurahan Rajabasa
Jaya Kec. Rajabasa Bandar Lampung berhubungan dengan belum optimalnya pembinaan kesehatan lansia, kurangnya informasi tentang
kesehatan lansia.
1.

Strength (kekuatan)
Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya implementasi keperawatan komunitas

Implementasi disesuaikan dengan kebutuan masyarakat

Penentuan tempat dan waktu atas kehendak masyarakat

Pelaksanaan kegiatan berbarengan dengan posyandu lansia sehingga mempermudah pengumpulan warga

2.

Weakness (kelemahan)
Dari total 40 lansia hanya 18 lansia yang menghadiri posyandu lansia dan kegiatan penyuluhan yang diadakan

3.

Opportunity (Kesempatan)
Kegiatan berbarengan dengan posyandu lansia sehingga dapat mempermudah pengumpulan warga dan pelaksanaan kegiatan.

4.

Treath (Ancaman)
Tidak semua lansia memahami materi yang disampaikan oleh karena terbatasnya daya serap akibat penuaan.

Diagnosa 2
Resiko terjadinya peradangan jalan napas pada orang dewasa di kampung Bayur RT 05, RT 06 dan RT 07 Kelurahan Raja Basa Jaya Kecamatan
Raja BAsa Bandar Lampung berhubungan dengan kurang mengenal masalah kesehatan mengenai penyakit Pharingitis.

1.

Strength ( Kekuatan )

Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya implementasi keperawatan komunitas
Implementasi disesuaikan dengan kebutuan masyarakat
Penentuan tempat dan waktu atas kehendak masyarakat penyakit

2.

Weakness ( Kelemahan )

Pada saat pelaksanaan banyak warga yang berhalangan hadir oleh karena kepentingan masing masing
Kesulitan dalam mencari sarana listrik untuk memaksimalkan sarana yang digunakan dalam penyampaian materi

3.

Opportunity ( Kesempatan )

Hadirnya tokoh masyarakat yang menjadi pemacu semangat sebagian warga untuk menghadiri kegiatan

4.

Treath ( Ancaman )

Tidak semua warga dapat menghadiri kegiatan penyuluhan.

Diagnosa 3
Risiko terjadinya penurunan derajat kesehatan masyarakat berhubungan dengan tidak optimalnya wadah atau organisasi kesehatan yang ada
di masyarakat Kampung Bayur RT 05, RT 06 dan RT 07 Ddikelurahan Raja Basa Jaya Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung.
1.

Strength ( Kekuatan )

Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya implementasi keperawatan komunitas
Antusias warga yang tinggi dalam pembentukan kader lansia.
Sesuai dengan data bahwa kader lansia Kampung Bayur hanya satu orang dan memang dibutuhkan lima orang sebagai kader.
Mendapat dukungan dari aparat desa

2.

Weakness ( Kelemahan )

Sulit dalam menanamkan keinginan untuk menjadi ksder oleh karena selama ini kader lansia tidak mendapatkan insentif dari pihak manapun.
Menentukan waktu yang tepat untuk mengumpulkan seluruh calon kader.
3.

Opportunity ( Kesempatan )

Belum terbentuknya kader lansia.


4.

Treath ( Ancaman )

Karena selama ini kader tidak mendapatkan penghargaan khusus untuk kader lansia, dan belum adanya asuhan langsung dari peugas PUSTU
atau petugan PUSKESMAS.

5.5

Evaluasi SWOT
1.

Strength ( Kekuatan )

Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya implementasi keperawatan komunitas
Ada lima orang warga yang bersedia ikut serta dilatih menjadi kader. lansia.
Mendapat dukungan dari aparat desa

2.

Weakness ( Kelemahan )

Rendahnya kemampuan warga dalam menyerap materi, dimana hanya sekitar 54% materi yang berhasil diserap.
Sulitkan menyamakan waktu untuk masing masing kader saat akan diadakan pelatihan.
Ada beberapa kader yang sibuk sehingga ada beberapa kali pertemuan tidak mengikuti.
3.

Opportunity ( Kesempatan )

Belum terbentuknya kader lansia.


Pelaksanaan posyandu lansia belum terorganisir secara baik dan belum menggunakan sisitim 5 ( lima ) meja.
4.

Treath ( Ancaman )

Adanya anggapan anggapan negatif dari warga yang merasa tidak tersentuh oleh kegiatan mahasiswa
Luasnya cakupan wilayah kerja mahasiswa yang meliputi satu kampung ( RT 05, RT 06 dan RT 07 ) dimana pusat dari kegiatan mahasiswa adalah
di RT 06 dan RT 07 yang menjadi area tengah dari wilayah kerja mahasiswa.

BAB. V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktek keperawatan di RT. 05,06, dan 07 di lingkungan 2 kelurahan raja basa jaya sesuai dengan tujuan praktek keperawatan komunitas yaitu
melaksanakan asuhan keperawatan berupa pengajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Praktek ini menitik beratkan pada peran serta
masyarakat yang aktif, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, dan pengelolaan upaya kesehatan.
Pelaksanaan keperawatan komunitas dilaksanakan dengan mengacu kepada komunitas sebagai klien dengan menggunakan peran serta
masyarakat untuk semua kegiatan, seperti pembentukan kader lansia, pembentukan perawat kecil dan melakukan penyuluhan sesuai dengan
masalah kesehatan yang terdapat dimasyarakat.
Pembinaan komunitas ini menggunakan prinsip kerja sama dengan masyarakat dalam hal ini ditumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat dalam bidang kessehatan, serta adanya perubahan sikap masyarakat dalam menangani masalah kesehatan, agar diharapkan
masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
Pada pelaksanaan keperawatan komunitas di RT 05, 06, dan 07 Lingkungan 2 Kampung Bayur Kelurahan Rajabasa Jaya diharapkan masalah
kesehatan, seperti Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan masyarakat, Resiko meningkatnya penyakit degeneratif (hipertensi dan
rematik) pada lansia, dan Resiko terjadinya Penyakit Pharyngitis. Masalah-masalah tersebut telah berusaha dipecahkan secara bersamasama dengan masyarakat melalui penyuluhan.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, kelompok pada kesempatan ini mengajukan saran- saran sebagai berikut :
1.

Mengutamakan masyarakat dalam semua kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan sehingga tercipta kemandirian masyarakat yang
diinginkan.

2.

Perlu adanya pembinaan yang berkesinambungan dari puskesmas terhadap kader- kader lansia yang telah dibentuk.

3.

Adanya usaha- usaha untuk memotivasi kader, seperti pelatihan dan penyelenggaraan kader yang diadakan oleh pihak puskesmas.

4.

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dari segi dana, maupun partisipasi aktif masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

5.

Adanya tindak lanjut dari pihak kelurahan terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa guna menjaga kesinambungan
pelaksanaan kegiatan kesehatan yang dilakukan di RT 05, 06, dan 07 lingkungan 2 Kampung Bayur Kelurahan Rajabasa Jaya Kecamatan
Rajabasa.

Anda mungkin juga menyukai