Taslimah-Fkik Biji Srikaya Skripsi PDF
Taslimah-Fkik Biji Srikaya Skripsi PDF
Taslimah-Fkik Biji Srikaya Skripsi PDF
L)
SEBAGAI BIOINSEKTISIDA DALAM UPAYA INTEGRATED
VECTOR MANAGEMENT TERHADAP Aedes aegypti
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
TASLIMAH
109101000038
2014 M/1435 H
ABSTRAK
Aedes aegypti adalah salah satu nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit demam
berdarah dengue. Salah satu upaya untuk mencegah meluasnya penyakit ini ialah dengan
pengendalian vektor terpadu (IVM) melalui pemanfaatan bioinsektisida. Srikaya (Annona
squamosa L) adalah salah satu spesies Annonaceae yang memiliki potensi bioinsektisida
dengan kandungan kimia yang bersifat racun bagi nyamuk.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain studi post test only control
group. Sampel penelitian ini ialah 200 ekor Aedes aegypti dewasa berusia 2-5 hari yang
dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu 0% (kontrol), 10%, 15%, 20%, dan 25% v/v.
Masing-masing kelompok uji berisi 10 ekor Aedes aegypti dengan 4 kali replikasi. Data
diperoleh dengan menganalisa waktu jatuh 90 (KT90) dan analisa probit untuk memperoleh
nilai LC50. Serta analisa regresi dan korelasi antara probit dan LC50.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 0% (kontrol) tidak berpengaruh terhadap
mortalitas Aedes aegypti. Nilai LC50 dari ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) yang
dipaparkan pada Aedes aegypti ialah sebesar 14,710%. Hasil analisis korelasi dan regresi
LC50 terhadap probit menunjukkan hubungan antara konsentrasi dan probit dengan nilai p =
0.003 (p<0.05). Diketahui waktu jatuh 90 (KT90) yaitu pada konsentrasi 25% yang terjadi
hingga menit ke-30.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) terbukti
berpotensi sebagai bioinsektisida terhadap Aedes aegypti pada uji efikasi dalam upaya
integrated vector management.
Saran dari penelitian ini ialah perlunya penelitian lebih lanjut terkait penggunaan bahan aktif
ekstrak biji srikaya untuk digunakan sebagai bioinsektisida terhadap Aedes aegypti dan
aplikasi pengujian pada area yang lebih luas. Serta perlunya dukungan dan sosialisasi dinas
ii
kesehatan terkait penggunaan ekstrak biji srikaya oleh masyarakat sebagai alternatif
pengganti insektisida sintetis.
Kata kunci
Daftar bacaan
iii
ABSTRACT
Aedes aegypti is a mosquito that played as a vector of dengue fever. One of the method to
prevent the spread of dengue fever is by using bioinsecticide as integrated vector
management (IVM). Custard apple (Annona squamosa L) is one of the species of
Annonaceae with bioinsecticide potential that have chemical compounds with toxic effect
against mosquitoes.
This study was experimental study with post test only control group design. Two hundred
samples of 2-5 days old adults Aedes aegypti were used in this experiment that be divided
into 5 groups of experiment, which are 0% (control); 10%, 15% , 20%, and 25% v/v. Each
group contains 10 Aedes aegypti with four replication. The results of this experiment were
obtained by analyzing knockdown time 90 (KT90) every ten minutes in one hour and probit
analysis were used to get LC50 values. Analysis of correlation and regresion were also done in
order to get the relation between concentration and probit.
The results showed that there was no mortality of Aedes aegypti in the concentration of 0%
(control). LC50 values of Annona squamosa L seeds extract that applied to Aedes aegypti was
14,710 %. The result of correlation and regresion analysis between concentration and probit
showed the relations between concentration and probit with Pvalue = 0.003 (P<0.05). The
concentration of knockdown time 90 (KT90) was known at 25% on thirty minutes.
Thus, the conclusion of this research is that Annona squamosa seeds extract proven its
potential as bioinsecticide againts Aedes aegypti on efficay study for alternative integrated
vector management.
The next study is needed to know the potential of the active compounds of Annona squamosa
seeds extract to used as bioinsecticide against Aedes aegypti and its application in wide
iv
spectrum area. Also the support and sosialization are needed from department of health about
the using of Annona squamosa seeds extract by people as subtitute of sintetic insectiside.
Keywords
Reading List
: 70 (1977-2013)
L'1
Skipsi
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
untuk Memenuhi Persyaratan Mernperoleh Celar
$arjana Kesehatan Masyarakat
oleh
I'tsl!rqpI
NIM: 109101000038
Pembimbing I,
<'
dr. Y
ha Satar, MARS
vi
Jakarta,
l3 fbruari 2014
i
*
{,I
Penguji
tr
[-
^t'b-+]-tI
MeilaniAnwar, M.Eoid
Penguji
vil
III
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Taslimah
Alamat
Agama
: Islam
No. Telp
: 08561826803
: imapotter@rocketmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 2002
2002 2005
2005 2008
: SMAN 70 Jakarta
2009 2014
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
kita panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan hingga zaman yang terang benderang.
Skripsi yang berjudul Uji Efikasi Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa L)
Sebagai Bioinsektisida Dalam Upaya Integrated Vector Management Terhadap Aedes
aegypti ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.KM). Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi
ini terdapat banyak kesulitan dan tidak akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tidak
lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Siti dan (Alm) Mochamad Ali selaku orang tua penulis. Terima kasih atas
segala kasih sayang dan doa selama ini. You are the best parents ever...
2. Kakak-kakak penulis (Nurodin, Sopiah, Hasanah, Urpiah, Rodiah, Zahroh,
dan Rosidi) terima kasih atas doa, dukungan moril dan materil yang diberikan
kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ix
5. Bapak Dr. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku ketua Peminatan Kesehatan
Lingkungan sekaligus sebagai pembimbing skripsi. Terima kasih atas semua
nasihat, saran, dan motivasinya terhadap penulis.
6. Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS, selaku dosen pembimbing skripsi.
7. Ibu Catur Rosidati, S.KM, M.Kes, Ibu Dewi Utami Iriani, S.KM, M.Kes,
Ph.D dan Ibu Meilani Anwar, M.Epid selaku penguji skripsi.
8. Ibu Fahma selaku kepala Pusat Laboratorium Terpadu dan Ka Pipit selaku
laboran Laboratorium Pangan.
9. Bapak Zulkifli Rangkuti selaku dosen peminatan Kesehatan Lingkungan.
Terima kasih atas semua kesempatan untuk mengenal dunia industri yang
sebenarnya.
10. Bapak Supriyanto atas bantuan dan dukungannya dalam menyediakan
referensi bagi penulis.
11. Sahabat-sahabat Kesmas 2009 khususnya KL09 (Nita, Ratna, Dilla, Fauziah,
Ersa, Rudi, Agung, Morrys, Rahmi, Risma, Fauziah, Maya, Cita, Reni, Aan,
Nisa, Tary, Yudi, dan Udin), Kimia09 serta ENVIHSA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
12. Sahabat sahabatku (Vita, Malika, Desi, Nita, dan Ratna) atas doa, nasihat,
motivasi dan bantuannya selama ini. I love you all..
Semoga semua bantuan yang telah kalian berikan mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam skripsi ini. Segala saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga hasil laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
sendiri maupun bagi semua pihak. Terima Kasih...
Wassalamualaikum....
Jakarta, Februari 2014
Taslimah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................
ABSTRAK................................................................................................
ii
ABSTRACT..............................................................................................
iv
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................
vi
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................
vii
RIWAYAT HIDUP..................................................................................
viii
KATA PENGANTAR..............................................................................
ix
DAFTAR ISI.............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.....................................................................................
xvi
DAFTAR BAGAN................................................................................
xvii
DAFTAR GRAFIK..................................................................................
xviii
DAFTAR ISTILAH.................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xx
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Batasan Masalah.............................................................................
D. Pertanyaan Peneltian......................................................................
xi
E. Tujuan Penelitian............................................................................
1.
TujuanUmum..........................................................................
2.
Tujuan Khusus.........................................................................
F. Manfaat Penelitian..........................................................................
11
A. Aedes aegypti..................................................................................
11
1. Taksonomi...............................................................................
11
2. Morfologi................................................................................
12
3. Siklus Hidup............................................................................
12
15
15
B. Bioinsektisida.................................................................................
16
17
18
20
1.
21
2.
21
3.
Taksonomi ..........
22
4.
23
5.
24
xii
6.
24
7.
Efektivitas Insektisida.............................................................
27
D. Uji Toksisitas.................................................................................
29
29
30
30
F. Ekstraksi.........................................................................................
32
33
34
I. Kerangka Teori...............................................................................
37
38
A. Alur Penelitian................................................................................
38
B. Definisi Operasional.......................................................................
39
C. Hipotesis.........................................................................................
41
42
A. Desain Penelitian............................................................................
42
42
43
1.
Populasi...................................................................................
xiii
43
2.
Sampel.....................................................................................
43
44
1.
Alat..............................
44
2.
Bahan...........
45
E. Alur Penelitian........................................
46
46
2.
48
3.
Pengujian.............................
46
a. Pembagian Kelompok.......................................................
51
b. Uji Pendahuluan....
52
c. Uji Efikasi...................
54
F. Pengumpulan Data.....................................
56
1.
Data Primer.............................................................................
56
2.
Data Sekunder.........................................................................
56
56
58
58
1.
2.
59
60
xiv
3.
62
64
66
68
70
A. Keterbatasan Penelitian..................................................................
70
70
73
78
82
A. Kesimpulan....................................................................................
82
B. Saran..............................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
84
4.
5.
xv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Definisi Operasional..........................................................................
39
Tabel 5.1 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya pada Konsentrasi 0% (Kontrol)...........................................
59
Tabel 5.2 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya pada Konsentrasi 0% (Kontrol)..................................................
60
Tabel 5.3 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya pada Konsentrasi 10%.........................................................
61
Tabel 5.4 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya pada Konsentrasi 10%................................................................
62
Tabel 5.5 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya pada Konsentrasi 15%.........................................................
63
Tabel 5.6 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya pada Konsentrasi 15%................................................................
64
Tabel 5.7 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya pada Konsentrasi 20%.........................................................
65
Tabel 5.8 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya pada Konsentrasi 20%................................................................
66
Tabel 5.9 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya pada Konsentrasi 25%.........................................................
67
Tabel 5.10 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya pada Konsentrasi 25%................................................................
xvi
68
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan 2.1 Kerangka Teori........
37
38
47
50
53
55
xvii
DAFTAR GRAFIK
Hal
Diagram 5.1 Persamaan Garis Rregresi LC50...............................
xviii
69
DAFTAR ISTILAH
DBD
IVM
KT90
KNOCKDOWN TIME 90
LC50
LETHAL CONCENTRATION 50
WHO
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Nyamuk merupakan serangga yang hidup berdampingan dengan manusia
tetapi berperan sebagai organisme penggangu maupun vektor penyakit (vector borne
disease). Salah satu nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit ialah Aedes
aegypti. Nyamuk ini merupakan vektor demam berdarah atau pembawa virus dengue
yang menyebabkan penyakit DHF (Dengue Haemorragic Fever) (Sudrajat et.al,
2011).
Penyakit DHF atau DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan penyakit
yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis terutama wilayah urban dan
periurban. DBD pertama kali ditemukan di Asia Tenggara tahun 1950-an, tetapi sejak
tahun 1975 hingga sekarang menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di
negara-negara Asia (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Berdasarkan data WHO, Asia
Tenggara merupakan wilayah dengan kasus DBD terbanyak. Dimana setiap tahunnya
terdapat sekitar 50-100 juta kasus DBD dan sebanyak 500.000 diantaranya
memerlukan perawatan rumah sakit (SEARO (2008) dalam Rahayu et.al (2010).
Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD merupakan
kasus endemik yang menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Tercatat hingga tahun
pengendalian vektor. Namun, upaya pengendalian vektor saat ini lebih terpaku pada
penggunaan bahan kimia sintetis. Bahan kimia tersebut umumnya digunakan sebagai
insektisida rumah tangga baik semprot maupun bakar untuk mengendalikan
penyebaran Aedes aegypti dewasa. Sayangnya, penggunaan zat kimia sebagai
insektisida rumah tangga menyebabkan terjadinya resistensi Aedes aegypti terhadap
insektisida tersebut (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Penggunaan bahan kimia untuk mengurangi populasi nyamuk awalnya banyak
dipertimbangkan dalam banyak program kesehatan masyarakat. Tetapi hal tersebut
menyebabkan terjadinya kegagalan program pengendalian nyamuk. Karena
penggunaan insektisida kimia secara konstan sering membuat terganggunya sistem
pengendalian biologis pada alam dan ledakan populasi serangga lainnya. Selain itu,
penggunaan insektisida sintetis juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi
nyamuk, pencemaran lingkungan, dan keracunan pada manusia, mamalia, dan
organime non target lainnya (Lee et.al (2001) dalam Assefa (2011)).
Berdasarkan PerMenKes RI No. 374 Tahun 2010 Tentang Pengendalian
Vektor, pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan fisik
atau mekanis, penggunaan agen biotik, kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat
perkembangbiakannya
serta dapat
yang berpotensi sebagai bioinsektisida. Salah satu jenis tanaman yang kini banyak
digunakan dalam pengembangan bioinsektisida melalui uji efikasi ialah srikaya.
Annona squamosa atau lebih dikenal dengan nama srikaya adalah salah satu
tanaman dari spesies Annonaceae yang dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida
dan telah diverifikasi potensial. Tanaman ini banyak ditemukan di dataran rendah
hingga ketinggian kurang lebih 800 m dpl dan banyak dibudidayakan di ladang serta
di halaman rumah (Setiawati et. al, 2008).
Kandungan zat kimia alami yang terkandung dalam srikaya antara lain
acetogenin, squamocin, bullatacin, annonacin dan neoannonacin. Senyawa kimia
tersebut dapat bersifat sebagai insektisida, racun kontak, penolak (repellent), dan
penghambat makan (antifeedant) bagi hama maupun organisme pengganggu lainnya.
Adapun kandungan zat kimia aktif yang terdapat biji srikaya yaitu 42-45% lemak,
annonain, dan resin yang bekerja sebagai racun perut dan racun kontak terhadap
serangga (Kardinan, 2001).
Penelitian yang dilakukan terhadap larva Aedes aegypti menunjukkan bahwa
ekstrak biji A. squamosa dapat digunakan sebagai insektisida. Berdasarkan penelitian
tersebut, tingkat kematian larva Aedes aegypti tertinggi tercapai pada dosis 1 % yaitu
dengan persentase angka kematian 100% dan dosis 0,1 % dengan persentase angka
kematian 96% (Sundari dan Wulandari, 2005).
Selain itu, uji laboratorium yang dilakukan oleh Kempraj dan Bhat (2011)
menunjukkan bahwa ekstrak biji srikaya memiliki efek toksisitas akut terhadap Aedes
albopictus dewasa melalui uji bioassay dengan nilai LC50 dan LC90 kurang dari 70
g/mL dengan konsentrasi 15,21 dan 60,38g/mL. Dimana hal tersebut menunjukkan
level toksisitas tertinggi terhadap Aedes albopictus dewasa yang diuji. Sementara
penelitian lain yang dilakukan oleh Intaranongpai et.al. (2006) menunjukkan bahwa
ekstrak heksana biji srikaya efektif dalam membunuh kutu rambut secara in vitro.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Assefa (2011) menunjukkan bahwa
ekstrak aseton dan heksana dari biji A. squamosa memiliki aktivitas larvasida yang
tinggi terhadap Anopheles arabiensi. Yaitu dengan tingkat kematian masing-masing
96% dan 98% pada pengujian laboratorium dan 90% dan 87,5% pada pengujian semi
lapang dengan konsentrasi hingga 100 ppm yang dipaparkan selama 24 jam.
Sedangkan penelitian oleh Sharma et.al (2011) menunjukkan bahwa ekstrak
etanol Annona squamosa memiliki efek larvasida dan adultisida terhadap Aedes
aegypti dengan persentase kematian 70% dan 63%.
Dari uraian beberapa hasil penelitian diatas telah diketahui bahwa ekstrak biji
srikaya memiliki efek toksisitas terhadap beberapa jenis seranggga hama, nyamuk,
maupun organisme pengganggu lainnya. Namun, sejauh ini penelitian efek toksisitas
ekstrak biji srikaya melalui uji efikasi terhadap Aedes aegypti lebih banyak pada
tahap larva saja. Oleh karena itu, hal tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai manfaat biji srikaya (Annona squamosa) sebagai bioinsektisida
dalam mengendalikan vektor demam berdarah dengue yaitu Aedes aegypti dewasa
melalui uji efikasi.
B.
Rumusan masalah
Aedes aegypti merupakan salah satu vektor penyebaran penyakit DBD. Oleh
karena itu perlu dilakukan pemberantasan Aedes aegypti untuk memutus mata rantai
penyebaran penyakit tersebut. Namun, pengendalian vektor DBD yang dilakukan
dengan pemakaian insektisida rumah tangga baik insektisida semprot (spray) ataupun
bakar
dapat
mempercepat
terjadinya
resistensi
vektor
dan
menimbulkan
C.
Batasan masalah
Penelitian ini dibatasi pada pengukuran berbagai konsentrasi ekstrak biji
srikaya (Annona squamosa) yang dipaparkan terhadap Aedes aegypti dewasa untuk
mengetahui potensinya sebagai bioinsektisida berdasarkan nilai LC50 dan KT90 dalam
upaya integrated vector management melalui uji efikasi.
D.
Pertanyaan Penelitian
1.
Apakah
ekstrak
biji
sikaya
(Annona
squamosa)
berpotensi
sebagai
3.
E.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui potensi penggunaan ekstrak biji srikaya (Annona squamosa)
sebagai bioinsektisida dalam upaya integrated vector management terhadap Aedes
aegypti.
2. Tujuan khusus
1.
2.
F.
Manfaat Penelitian
1. Mahasiswa
Sebagai pembelajaran dan pengamalan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan
lingkungan melalui pemanfaatan bahan-bahan alami seperti tumbuhan dalam
pemberantasan dan pengendalian vektor penyakit khususnya DBD.
2. Masyarakat
Sebagai pengetahuan dan informasi mengenai bahan alami dari tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bioinsektisida sebagai pengganti pestisida sintetis dalam
memberantas vektor penyakit DBD.
3. Peneliti Lain
Sebagai pengetahuan, pengalaman, maupun referensi dalam pengembangan penelitian
serupa maupun lanjutan terkait pengendalian vektor dengan menggunakan berbagai
tumbuhan yang berpotensi sebagai bioinsektisida.
10
4. Dinas Kesehatan
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan kebijakan dalam program pengendalian vektor DBD dan melakukan
pengembangan penelitian lanjutan terkait sosialisasi hasil penelitian kepada
masyarakat.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Aedes aegypti
Aedes aegypti adalah nyamuk yang termasuk dalam subfamili Culicinae,
famili Culicidae. Jenis nyamuk ini dapat membawa virus Dengue penyebab penyakit
demam berdarah dengue (DBD). DBD adalah suatu penyakit yang dapat menyerang
anak-anak termasuk bayi serta orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan demam
mendadak, perdarahan di kulit dan bagian tubuh lainnya, dan dapat menyebabkan
kematian (Ishartadiati, 2012)
1.
Taksonomi
Klasifikasi dan identifikasi Aedes aegypti menurut Boror et.al, (1989) dalam
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Diptera
Famili
: Culicidae
Sub family
: Culicinae
Genus
: Aedes
12
Spesies
2.
: Aedes aegypti
Morfologi
Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan
ukuran nyamuk Culex quinquefasciatus. Memiliki warna dasar hitam dengan garisgaris putih di bagian badan yaitu pada bagian punggung (mesonotum) dan juga
kakinya. Nyamuk jantan memiliki ukuran yang lebih kecil daripada nyamuk betina
serta terdapat rambut-rambut tebal pada antenanya (Djakaria (2000) dalam
Ishartadiati (2012)).
3.
a.
Siklus Hidup
Telur
Seekor Aedes aegypti betina mampu meletakkan 80-100 butir telur setiap
kali bertelur. Telurnya berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 0,6 mm dan
berat 0,0113 mg. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya satu persatu
dengan menempelkannya pada wadah perindukan yaitu wadah yang tergenang
air bersih seperti tempat penampungan air, ruas bambu, lubang pohon, ban bekas,
dan vas bunga (Hoedoyo (1993) dalam Setyowati (2013)).
Telur akan berkembang dan menetas menjadi larva setelah 48 jam dalam
lingkungan yang hangat dan lembab. Telur Aedes aegypti dapat bertahan dalam
waktu yang lama dalam kondisi kering yaitu hingga 6 bulan. Setelah itu telur
dapat ditetaskan dengan meletakkannya pada kontainer yang berisi air bersih.
13
Meskipun demikian, tidak semua telur dapat menetas dalam waktu yang sama
(WHO/SEARO (1998); Depkes RI (2004)).
b. Larva
Larva Aedes aegypti melalui empat tahap dalam perkembangannya.
Lamanya perkembangan larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan, dan
kepadatan larva dalam wadah. Pada suhu yang rendah, perkembangan larva akan
memerlukan
waktu
hingga
beberapa
minggu
hingga
menjadi
dewasa
(WHO/SEARO, 1998).
Dalam keadaan yang optimal, perkembangan larva memelukan waktu 4-8
hari untuk perkembangannya. Larva akan tumbuh menjadi larva instar I, II, III,
dan IV secara berturut-turut. Larva instar I memiliki tubuh yang sangat kecil
dengan panjang 1-2 mm, transparan, duri-duri pada dada belum begitu jelas dan
siphon belum menghitam. Pada larva instar II, tubuhnya lebih besar dengan
panjang 2,5-3,9 mm, duri pada dada belum begitu jelas, dan siphon telah
menghitam. Larva instar IV, tubuh larva telah lengkap. Tubuh larva terdiri atas
kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala terdapat antena dan mata sedangkan
pada bagian perut terdapat rambut-rambut lateral, pada segmen kedelapan pada
bagian perut terdapat siphon dan insang (Soegijanto (2006); Sekar Sari (2010);
Setyowati (2013)).
Larva Aedes aegypti bergerak lincah dan sangat sensitif terhadap rangsangan
getar dan cahaya. Saat terjadi rangsangan, larva akan segera menyelam ke dasar
tempat penampungan air dan akan muncul kembali ke permukaan air dalam
14
15
4.
genangan air bersih buatan manusia (man made breeding place). Adapun tempat
perindukannya dibedakan menjadi tempat perindukan sementara, tempat perindukan
permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara antara lain yaitu kaleng bekas,
ban bekas, talang air, vas bunga, dan barang-barang yang dapat menampung air
bersih. Tempat perindukan permanen ialah tempat yang merupakan penampungan air
untuk keperluan rumah tangga seperti bak mandi, gentong air, bak penampung air
hujan, dan reservoir air. Sedangkan tempat perindukan alamiah berupa genangan air
yang terdapat pada lubang-lubang pohon (Chahaya (2003) dalam Ishartadiati (2012)).
5.
yang menghisap darah hanyalah nyamuk betina. Hal tersebut dikarenakan nyamuk
betina membutuhkan protein untuk pembentukan telur setelah kawin. Nyamuk Aedes
aegypti betina memiliki kebiasaan menghisap darah pada pagi dan sore hari yaitu
antara pukul 08.00 hingga 12.00 dan 15.00 hingga 17.00. Jenis darah yang disukai
oleh nyamuk ini ialah darah manusia (Soegijanto (2006) dalam Sekar Sari (2010)).
Setelah menghisap darah, nyamuk betina akan mencari tempat beristirahat
yang aman untuk mengubah darah menjadi telur. Nyamuk betina biasanya beristirahat
di tempat-tempat dengan vegetasi yang padat, lubang-lubang pohon, kandang hewan,
atau bebatuan selama 2 hingga 4 hari hingga telur berkembang secara utuh. Setelah
16
itu nyamuk betina akan terbang dari tempat peristirahatannya pada sore atau malam
hari untuk mencari tempat untuk meletakkan telur. Kemudian nyamuk betina akan
menghisap darah lagi untuk mengulang siklus (Achmadi, 2011).
B.
Bioinsektisida
Bioinsektisida merupakan jenis insektisida baru yang memanfaatkan
dari
pengembangan
bioinsektisida
adalah
untuk
membantu
17
1.
Bioinsektisida Nabati
Bioinsektisida nabati merupakan bioinsektisida yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang memiliki sifat insektisida sehingga mampu membunuh atau menolak
serangga hama. Penggunaan bioinsektisida hayati tumbuhan merupakan salah satu
alternatif pilihan. Secara alamiah nenek moyang telah mengembangkan bioinsektisida
nabati dengan menggunakan tumbuhan yang ada di lingkungan pemukiman. Nenek
moyang memakai bioinsektisida nabati atas dasar kebutuhan praktis dan disiapkan
secara tradisional. Tradisi ini akhirnya hilang karena desakan teknologi yang tidak
ramah lingkungan (Asmaliyah, 2005).
Kearifan nenek moyang bermula dari kebiasaan menggunakan bahan jamu
(empon-empon), tumbuhan bahan racun (gadung, ubi kayu hijau), tumbuhan
berkemampuan spesifik (mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai
hewan/serangga atau tumbuhan lain berkemampuan khusus terhadap hama (biji
srikaya, biji sirsak, biji mindi, biji dan daun mimba, dan lain-lain). Bahan tumbuhan
dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak membahayakan
hewan, manusia dan serangga non-target (Margino et.al, (2002); Asmaliyah (2005)).
Beberapa bioinsektisida nabati yang sudah diaplikasikan pada aras petani,
penelitian laboratorium, dan lapangan, diantaranya mimba (Azadirachtaindica),
mindi (Melia azedarach), sirsak (Annona muricata), tembakau (Nicotianatabacum),
jarak (Ricinus communis), bawang putih (Alliun sativum), Lombok (Capsicum
fructescens), piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium), dan melakuka (Melaleuca
bracteata). Sebagian besar bioinsektisida ini dimanfaatkan terhadap hama pada
18
2.
19
mati.Senyawa yang memiliki sifat seperti ini adalah terpenes dan senyawa yang
umumnya diisolasi dari tumbuhan obat dari Afrika dan India (Kardinan, 2001).
3. Penolak (Repellent)
Penggunaan tanaman sebagai penolak serangga sudah lama diketahui
namun tidak pernah mendapat perhatian khusus untuk dilakukan pengembangan
lebih lanjut. Penggunaan tanaman sebagai repellent umumnya menggunakan
tanaman dengan bau yang tidak enak atau memiliki efek iritan seperti bawang
putih dan cabai. Contoh pemanfaatan kedua tanaman tersebut ialah penggunaan
kedua tanaman tersebut oleh masyarakat Guatemala dan Costa Rika untuk
melapisi kontainer dengan bubuk bawang putih dari serangan kumbang penggerek
dan juga untuk menghalau tikus. Selain itu juga pemanfaatan adas (Foniculum
vulgare), rue (Ruta graveolens) dan eucalyptus (Eucaliptus globolus)
untuk
20
sumber rangsangan sehingga tidak dapat merusak tumbuhan. Pilihan lainnya yaitu
membuat perangkap yang mengandung ekstrak tumbuhan sehingga serangga akan
hinggap pada perangkap tersebut (Kardinan, 2001).
C.
Famili Annonaceae
Annonaceae atau famili apel susu adalah salah satu famili besar dari sebagian
besar tumbuhan tropis dan semak yang terdiri dari lebih dari 2300 jenis. Beberapa
spesies tertentu digunakan secara tradisional sebagai obat cacing dan untuk anti kutu
yang merupakan insektisida yang diperoleh dari ekstrak ranting Asimina triloba
Dunal dan ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L.) dan sirsak (A. muricata L.)
(Rupprecht et.al (1990); McLaughlin et.al (1997) dalam Isman (2005).
McLaughlin dan rekannya secara khusus telah mengisolasi lebih dari 100
asetogenin dengan panjang gugus C-32 atau C-34 dan mengandung asam lemak 2propanol. Zat kimia ini secara khusus ditemukan pada Annonaceae tidak hanya
sebagai insektisida, tetapi juga berpotensi sebagai anti-tumor. Asetogenin adalah
racun mitokondria, mencegah produksi energi seluler dengan cara serupa dengan
rotenone yang dikenal sebagai insektisida botani dan racun ikan (McLaughlin et.al
(1997) dalam Isman (2005)).
Pendekatan lain terhadap pemanfaatan zat kimia alami ini adalah penggunaan
ekstrak biji srikaya dan sirsak oleh negara-negara berkembang sebagai pelindung
hasil panen. Sebagai contoh, kedua spesies ini secara luas ditanam di bagian timur
21
Indonesia sebagai buah yang dapat dimakan; sedangkan bijinya dimanfaatkan sebagai
insektisida dengan biaya yang minimal (Isman, 2005).
1.
Annona squamosa L.
Srikaya merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Latin yaitu
Peru. Buah ini ditemukan oleh para pelaut pengelana dari Eropa. Oleh pelaut Inggris
tanaman ini dinamai sugar apple atau custard apple, yang berarti berasa seperti
puding yang berbentuk seperti apel (Pinto et.al, 2005).
Di Indonesia, srikaya telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda dengan
nama buah nona sri.Srikaya yang tersebar di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal
dan srikaya yang berasal dari luar negeri yang telah lama beradaptasi.
2.
Nama Tumbuhan
Nama ilmiah
: Annona squamosa L.
Nama Local
22
Daerah
Delima
bintang
(Aceh);
Seraikaya
(Lampung);
Srikaya
3.
Taksonomi
Klasifikasi srikaya (Annona squamosa L) menurut Setiawati et.al (2008) adalah
sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Ranunculales
Suku
: Annonaceae
Marga
: Annona
Jenis
: Annona squamosa L.
23
4.
Ciri-ciri Tanaman
Annona squamosa adalah tumbuhan kecil dengan tinggi 3-7 meter, kulit
pohon tipis, percabangan tidak beraturan, kulit kayu berwarna cokelat muda dengan
lentisel dan kulit kayu bagian dalam berwarna kuning cerah dan sedikit pahit, daun
tunggal, bertangkai kaku, letaknya berseling. Helai daun berbentuk lanset atau
lonjong lanset dengan panjang 6-17 x 3-6 cm, ujung dan pangkal daun runcing, dasar
lengkung, tepi rata, berwarna hijau pucat pada kedua permukaannya, sedikit berambut
atau gundul. Rasanya pahit dan sedikit dingin. Panjang tangkai 0,4-2,2 cm (Orwa
et.al, 2009).
Bunga bergerombol pendek menyamping dengan panjang sekitar 2,5 cm,
dengan jumlah 2-4 kuntum berwarna kuning kehijauan yang saling berhadapan pada
tangkai kecil panjang berambut dengan panjang 2 cm, tumbuh pada ujung tangkai
atau ketiak daun. Daun bunga bagian luar berwarna hijau, ungu pada bagian bawah,
membujur dengan panjang 1,6-2,5 cm, lebar 0,6-0,75 cm. Daun bunga bagian dalam
sedikit lebih kecil atau sama besar. Terdapat banyak serbuk sari, bergerombol putih,
panjang kurang dari 1,6 cm, putik berwarna hijau muda. Tiap putik membentuk
semacam benjolan, panjang putik 1,3-1,9 cm dan lebar 0,6-1,3 cm yang tumbuh
menajdi kelompok-kelompok buah (Orwa et.al, 2009).
Buah majemuk berbentuk bola atau kerucut menyerupai jantung, permukaan
berbenjol-benjol, warna hijau berbintik putih, penampang 5-10 cm, menggantung
pada tangkai yang cukup tebal. Jika masak, anak buah akan memisahkan diri satu
24
dengan yang lain, berwarna hijau kebiruan. Daging buah berwarna putih kekuningan
dan terasa manis. Biji membujur di setiap karpel, berwarna coklat tua hingga hitam
dengan panjang 1,3-1,6 cm (Orwa et.al, 2009).
5.
ketinggian 1000 m dari permukaan laut, terutama tanah-tanah berpasir sampai tanahtanah lempung berpasir dengan system drainase yang baik pada pH 5,5 - 7,4.
Tumbuhan ini menyukai iklim panas, tidak terlalu dingin atau banyak hujan.
Tanaman ini tumbuh baik pada berbagai kondisi tanah yang tergenang dan
beradaptasi baik terhadap iklim lembab dan panas. Tanaman ini tahan kekeringan dan
akan tumbuh subur bila mendapat pengairan yang cukup. Di Jawa, tanaman ini
ditanam sebagai tanaman buah (Sastrahidayat et.al (1991); George et.al (1992) dalam
Setiawati et.al (2008)).
6.
Kandungan Kimia
Tanaman
srikaya
mengandung
squamosin,
asimisin,
aterospermidin,
25
Pada pulpa buah yang telah dimasak ditemukan mengandung sitrulin, asam
aminobutirat, ornitin, dan arginin. Sedangkan pada biji terkandung senyawa
poliketida dan suatu senyawa turunan bistetreahidrofuran; asetogenin (skuamosin C,
D, anonain, anonasin A, anonin I, IV, VI, VIII, IX, XVI, skuamostatin A, bulatasin,
bulatasinon, skuamon, neoanonin B, neo desasetilurarisin, neo retikulasin A,
skuamosten A, asimisin, sanonasin, anonastatin, neoanonin), diterpen, dan saponin.
Isolasi dari biji didapati sekitar 30 jenis asetogenin seperti coumarinoligan,
annotemoyin-1, annotemoyin-2, cholesterol, danglukopiranosida yang bersifat
antimikobial dan sitotoksik (Anonim (2011) dalam Riata dan Anindyajati (2012)).
Zat asetogenin seperti annonin atau annonasin, bulatasin, bulatasinon,
skuamosin, asimisin, dan annonastatin merupakan kandungan kimia yang terpenting
yang terdapat pada biji. Zat-zat tersebut memiliki efek toksik ketika dimakan oleh
serangga dan dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi
serangga. Sitotoksik anonin dapat menyebabkan 70% kematian Aedes aegypti dengan
konsentrasi 10 ppm. Hal tersebut terjadi karena zat anonin bekerja dengan
menghambat pernapasan Aedes aegypti (Londershausen et al. (1991) dalam Pinto
et.al (2005)).
Sedangkan senyawa asetogenin lainnya, seperti asimisin dan squamosin
bekerja dengan cara menghambat respirasi sel pada transpor elektron di dalam
mitokondria sehingga menyebabkan habisnya cadangan energi (Zafra-Paolo et.al
(1996) dalam Febrianni (2011)).
26
(dimetilkoklaurin
27
7.
Efektitivas Insektisida
Wardhana et.al (2004) mengemukakan bahwa biji srikaya mengandung
28
odorata dan Annona squamosa 0,1% menunjukkan efektivitas yang sama terhadap
terhadap larva P.xylostella dan
29
III, dan annonin IV. Annonin I lebih efektif dibandingkan dengan annonin lainnya.
Gejala yang dapat dilihat setelah aplikasi terhadap serangga uji adalah serangga
berkurang keaktifannya.
D.
1.
Uji Toksisitas
Lethal Concentration 50 (LC50)
LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan
kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan
perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC50 96
jam sampai waktu hidup hewan uji (Dhahiyat dan Djuangsih (1997) dalam Rossiana
(2006)) .
Uji toksisitas dibedakan dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi menurut
waktu, yaitu uji hayati jangka pendek (short term bioassay), jangka menengah
(intermediate bioassay) dan uji hayati jangka panjang (long term bioassay).
Klasifikasi menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan, yaitu uji
hayati statik (static bioassay), pergantian larutan (renewal biossay), mengalir (flow
trough bioassay). Klasifikasi menurut maksud dan tujuan penelitian adalah
pemantauan kualitas air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan
toksisitas serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji. Adapun untuk mengetahui
nilai LC50 digunakan uji statik. Dalam penentuan nilai LC50 terbagi dalam dua tahapan
penelitian yaitu (Rossiana, 2006):
30
2.
untuk dapat menyebabkan hingga 90% kejatuhan pada hewan uji (Komisi Pestisida,
2012).
Berdasarkan kriteria efikasi oleh Komisi Pestisida, suatu formulasi akan
dinyatakan efektif apabila Knockdown Time 90 (KT90) paling lama 30 menit untuk
formulasi waterbase.
E.
31
Uji efikasi insektisida adalah suatu pengujian kekuatan atau daya bunuh
insektisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor secara kimiawi terhadap
nyamuk maupun larva atau jentik (Kustiamah, 2010).
Kriteria efikasi insektisida yang dilakukan di laboratorium ditentukan
berdasarkan persentase kelumpuhan dan kematian serangga uji pada periode waktu
tertentu. Koreksi angka kelumpuhan dan kematian dilakukan apabila angka
kelumpuhan dan kematian pada kelompok kontrol berkisar antara 5%-15%. Yaitu
dengan menggunakan rumus Abbott (Komisi Pestisida, 2012) :
()
A1 = 100 100%
Keterangan :
A1 = angka kematian/kejatuhan setelah dikoreksi
A = angka kematian/kejatuhan pada perlakuan
C = angka kematian/kejatuhan pada kontrol
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya atau kekuatan insektisida
antara lain (Dadang, 2006) :
a. Intrinsik
Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam insektisida itu sendiri yaitu
kandungan senyawa, organisme sasaran, dosis, konsentrasi, dan formulasi.
b. Aplikasi
Faktor aplikasi antara lain alat aplikasi, waktu aplikasi, cara aplikasi, cara
pencampuran, dan cara penyimpanan.
c. Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik antara lain sinar matahari, suhu, hujan, dan angin.
32
F.
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan komponen-komponen dari
suatu bahan dimana komponen yang diinginkan akan larut ke dalam pelarut yang
dipakai sedangkan komponen yang tidak larut akan tertinggal didalam bahan. Hasil
ekstraksi (simplisia) yang diperoleh bergantung pada kandungan ekstrak yang
terdapat pada bahan tersebut dan jenis pelarut yang digunakan. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas, kapasitas, kemudahan
pelarut tersebut untuk diuapkan. Dalam proses ekstraksi terdapat suatu prinsip
kelarutan yang harus diperhatikan yaitu like dissolve like. Prinsip tersebumaksud
dari prinsip tersebut ialah (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, demikian
juga sebaliknya pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa non-polar, (2) pelarut
organik akan melarutkan senyawa organik (Khopkar (1990) dalam Yunita (2004)).
Metode ekstraksi yang umum untuk mengekstrak bahan insektisida botani
ialah ekstraksi dengan pelarut dan distilasi uap
sokhlet. Tujuan metode ekstraksi ini adalah mengeluarkan bahan yang diinginkan dari
sel-sel yang terkandung dalam bahan dengan proses difusi. Hasil ekstraksi yang
diperoleh dari proses ini dipengaruhi oleh suhu, pH, ukuran bahan yang akan
diekstraksi dan gerakan pelarut yang terjadi di sekitarnya (Darwiati (2009).
Keanekaragaman senyawa yang dapat diekstraksi biasanya membutuhkan
serangkaian ekstraksi yang hasilnya memberikan ciri awal komposisinya. Adapun
hal-hal yang mempengaruhi kandungan zat ekstraktif dalam tanaman diantaranya
33
adalah umur, tempat tumbuh, genetik, jenis pelarut yang digunakan dan kecepatan
pertumbuhan (Fengel dan Wegener (1995) dalam Darwiati (2009)).
G.
34
lalat dengan pertimbangan matang melalui fisik, kimia dan hayati (Lloyd (2003)
dalam Supatha (2008)).
Prinsip dasar IVM adalah surveilans epidemiologi dan entomologis,
manajemen lingkungan sehat, kajian bioekologi serangga vektor, sosialisasi dan
program aksi kesehatan lintas instansi, partisipasi aktif masyarakat. Prinsip tersebut
juga menyangkut usaha mencari dan menyusun cara-cara alternatif yang kompatibel
dan efektif mengendalikan vektor dan penyakit (Supartha, 2008).
Pendekatan IVM menyediakan beragam alternatif biologis yang dapat
digunakan sebagai pengganti bahan kimia antara lain pengendalian biologis,
biopestisida, botanikal, semi-kimia, dan organisme transgenik. Dari beberapa jenis
pengendalian tersebut, metode pengendalian biologis dan biopestisida ataupun
botanikal adalah metode yang paling sering digunakan sebagai pengganti penggunaan
pestisida kimia (SP-IPM, 2006).
H.
35
36
tergantung pada jumlah residu, jenis senyawa pestisida, kondisi cuaca saat
pengaplikasian dan frekuensi aplikasi, afinitas karbon organik, bentuk molekul dan
struktur pestisida, mobilitas dan persistensi senyawa dan kondisi hidrogeologis
(UNEP (2003), Lapworth et. al (2006)).
37
I.
Kerangka Teori
Racun kontak
Anti feedant
Inaktivasi Aedes
aegypti
Mengurangi
aktivitas makan
Ades aegypti
Fumigant
Menghambat
respirasi sel pada
mitokondria Aedes
aegypti
Lethal
Aedes aegypti
BAB III
ALUR PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A.
Alur Penelitian
Telur Aedes aegypti
Pupa
(2-3 hari)
Telur
(1-2 hari)
Ae. aegypti
dewasa
(2-5 hari)
10 ekor Aedes aegypti dewasa dimasukkan ke tiap kotak perlakuan hingga berusia 2-5 hari
dengan diberi makan larutan gula
Konsentrasi
0%
Konsentrasi
10 %
Konsentrasi
15 %
Konsentrasi
20 %
Konsentrasi
25 %
Observasi & analisis Aedes aegypti yang jatuh setiap 10 menit selama 60 menit
Observasi & Analisis Aedes aegypti yang mati pada jam ke-1 hingga jam ke-6 dan jam ke-24
B.
Definisi Operasional
TABEL 3.1
DEFINISI OPERASIONAL
No.
1.
Variabel
Ekstrak biji
Annona
squamosa
Definisi Operasional
Sediaan yang diperoleh dari biji
Annona squamosa yang telah
diekstraksi
dengan
metode
distilasi uap dan diencerkan
dengan pelarut heksana hingga
didapat
konsentrasi
yang
Cara Ukur
Alat Ukur
2.
Aedes aegypti
Skala
Ukur
1. 0 %
Pengukuran
persentase
pelarut dan
ekstrak biji
srikaya
2. 10 %
Gelas ukur
dan
Makropipet
3. 15 %
4. 20 %
Ordinal
5. 25 %
Dalam perbandingan
diinginkan.
Aedes aegypti dewasa berusia 2-5
hari yang dipelihara dari telur dan
diberi makan larutan gula.
Hasil Ukur
volume/volume (v/v)
Observasi
Lup
Ekor
Rasio
40
3.
Lethal
Concentration
50 (LC50)
4.
5.
Mortalitas Ae.
Aegypti
Analisa
Statistik
Probit
Analysis
Probit
SPSS 16.0
Observasi
Stopwatch
dan Lembar
Pengamatan
Observasi
Lembar
pengamatan
Volume/volume
Ratio
Menit
Rasio
Ekor
Rasio
C.
Hipotesis
1.
2.
3.
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true experiment)
dengan rancangan post test dengan kelompok kontrol (post test only control group
design). Desain penelitian ini dipilih karena tidak dilakukan pretest terhadap sampel
sebelum perlakuan. Sampel yang digunakan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dianggap sama sebelum mendapat perlakuan. Penelitian dengan
cara ini memungkinkan peneliti untuk melakukan pengukuran pengaruh perlakuan
(intervensi) pada kelompok eksperimen yang satu dengan cara membandingkannya
dengan kelompok eksperimen yang lain dan kelompok control (Imron dan Munif,
2010).
B.
43
C.
1.
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah Aedes aegypti dewasa steril. Nyamuk
dewasa didapat dengan memelihara telur Aedes aegypti yang diperoleh dari
Laboratorium Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan
IPB. Larva akan diberi fish food sebagai makanan hingga berubah menjadi Aedes
aegypti dewasa.
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Aedes aegypti dewasa yang berusia 2-5
hari masa hidup nyamuk berdasarkan kriteria WHO. Jumlah sampel yang digunakan
ialah masing-masing 10 ekor nyamuk untuk masing-masing pengujian (WHO,2006).
Dimana jumlah replikasi pengujian sebanyak empat kali (Komisi Pestisida, 2012).
Dengan begitu jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah 10 x 5 x 4 =
200 ekor nyamuk.
Kriteria Inklusi
1. Aedes aegypti dewasa
2. Berumur 2-5 hari
3. Nyamuk kenyang larutan gula sebelum diberi perlakuan
Kriteria Eksklusi
1. Nyamuk mati sebelum perlakuan
44
D.
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Neraca analitik
Pipet
Gelas ukur
Beaker glass
Batang pengaduk
Kertas label
Alumunium foil
Kawat kasa
Kain kasa
Kertas saring
Baskom
Labu ukur
Stopwatch
45
2.
Gelas pemeliharaan
Lembar pengamatan
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Pelarut heksana. Jenis pelarut ini dipilih berdasarkan sifat dari senyawa
aktif biji srikaya yang akan digunakan dalam penelitian ini. Sifat senyawa
aktif biji srikaya yang digunakan dalam penelitian ini merupakan senyawa
polar yang terlarut dalam lemak pada biji srikaya. Selain itu, heksana juga
cukup aman dan memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan
pelarut lain sehingga menghemat waktu ekstraksi. Oleh karena itu
digunakan heksana yang merupakan pelarut non polar untuk melarutkan
senyawa aktif pada biji srikaya.
Biji srikaya (Annona squamosa L) yang diperoleh dari buah srikaya yang
telah matang. Biji yang digunakan memiliki kulit biji berwarna coklat tua
hingga kehitaman yang mengkilat.
Aedes aegypti dewasa berusia 2-5 hari yang diperoleh dari hasil rearing.
Kapas
Fish food
46
Gula pasir
E. Alur Penelitian
1.
47
Atur suhu dan kelembaban ruangan. Yaitu pada suhu berkisar antara
25 32oC dengan kelembaban 70%-90%
Setelah 3 hari, dipindahkan masing-masing 10 ekor larva Aedes aegypti ke dalam 20 buah
gelas pemeliharaan yang berisi air bersih dan beri fish food sebagai makanan larva.
Kemudian tutup dengan kain kasa.
Dilakukan pemelihaan larva selama 3-5 hari dengan memberi makan fish food setiap hari.
Setelah 3 hari, dipisahkan larva yang telah berubah menjadi pupa ke dalam gelas
pemeliharaan dan tutup kembali dengan kain kasa.
Dipindahkan nyamuk ke dalam kotak perlakuan dan dipelihara hingga berusia 2-5 hari
dengan diberi makan larutan gula
Bagan 4.1 Alur Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti
48
2.
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan Kelurahan Pisangan, Ciputat. Kedua daerah
tersebut banyak ditumbuhi tanaman srikaya sehingga dipilih sebagai daerah untuk
mendapatkan biji srikaya.
Adapun biji srikaya yang digunakan ialah biji yang tua, ditandai dengan
warna kulit biji yang hitam mengkilat. Biji srikaya yang didapat dikering-anginkan
dengan sinar matahari. Setelah benar-benar kering, biji srikaya digiling halus hingga
berbentuk serbuk kering.
Selanjutnya dilakukan pembuatan ekstrak biji srikaya dengan menggunakan
pelarut heksana. Pembuatan ekstrak heksana biji srikaya dilakukan dengan
mencampurkan sebanyak 643 g serbuk biji srikaya dan 1000 ml heksana.
Kemudian diaduk menggunakan orbital shaker selama 24 jam. Campuran
serbuk biji srikaya dan heksana disaring sehingga diperoleh supernatan. Ampasnya
dicampur 600 ml heksana dan diaduk selama 1 jam. Larutan tersebut disaring lagi dan
ditampung ke dalam labu Erlenmeyer bercampur dengan hasil saringan pertama
(Prijono (1994) dalam Wardhana et.al (2004)).
Selanjutnya supernatan yang telah didapat dipindahkan kedalam labu
evaporator dan diuapkan dengan suhu 60C. Proses ekstraksi dihentikan setelah
semua senyawa heksana menguap dan didapat ekstrak biji srikaya berupa larutan
kental berwarna kuning.
49
50
6b
6a
Supernatan
7
8
Dicampur kembali dalam labu
erlenmeyer
9
11
Konsentrasi
0%
Konsentrasi
10 %
Konsentrasi
15 %
Konsentrasi
20 %
Konsentrasi
25 %
51
3.
a.
Pengujian
Pembagian Kelompok
Setelah didapatkan larutan ekstrak biji srikaya dari proses ekstraksi,
R1
0%
(Kontrol)
10%
15%
20%
25%
R2
0%
(Kontrol)
10%
15%
20%
25%
R3
0%
(Kontrol)
10%
15%
20%
25%
R4
0%
(Kontrol)
10%
15%
20%
25%
Keterangan :
R1 : Replikasi ke-1
R2 : Replikasi ke-2
52
R3 : Replikasi ke-3
R4 : Replikasi ke-4
Konsentrasi 0% (kontrol)
Konsentrasi 10%
Konsentrasi 15%
Konsentrasi 20%
Konsentrasi 25%
b.
Uji Pendahuluan
Setelah dilakukan pembuatan larutan ekstrak biji srikaya, selanjutnya
dilakukan uji pendahuluan. Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan batas kritis
konsentrasi yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati
50% dan kematian terkecil mendekati 50%. Uji pendahuluan dilakukan dengan satu
kali pengulangan pada empat kelompok yang mendapat perlakuan dan satu kontrol.
Adapun uji pendahuluan dilakukan dengan cara :
53
Diamati jumlah nyamuk yang jatuh setiap 10 menit hingga menit ke-60
(WHO (2009); Komisi Pestisida (2012)).
Diamati dan dihitung jumlah nyamuk yang mati pada jam ke-1 hingga jam ke6 dan jam ke-24.
Diisi masing-masing kotak perlakuan yang terbuat dari kawat kasa berukuran 10
cm x 20cm x 20 cm dengan 10 ekor Aedes aegypti dewasa yang berusia antara 2-5
hari dari gelas pemeliharaan dan diberi makan larutan gula.
Konsentrasi
Konsentrasi
Konsentrasi
Konsentrasi
Konsentrasi
0 ml
10 %
15 %
20%
25%
Dilakukan pengamatan dan dihitung jumlah nyamuk yang jatuh setiap 10 menit
selama 60 menit
Observasi dan analisis jumlah nyamuk yang mati pada jam ke-1 hingga jam ke-6
dan pada jam ke-24
54
c. Uji Efikasi
Setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan konsentrasi akut
berdasarkan seri logaritma konsentrasi yang dimodifikasi. Uji efikasi dilakukan
dengan cara menguji berbagai konsentrasi ekstrak biji srikaya yang didapat dari hasil
uji pendahuluan. Adapun cara yang dilakukan pada uji efikasi sama dengan yang
dilakukan pada uji pendahuluan yaitu :
10 ekor Aedes aegypti dewasa berusia antara 2-5 hari dimasukkan ke dalam
masing-masing kotak perlakuan dan diberi makan larutan gula.
Kemudian nyamuk dipindahkan dari ruang uji ke ruangan dengan suhu 25-32o
C dengan kelembaban 70-90% dan diberi makan larutan gula .
A1 = 100 100 %
55
Keterangan :
A1 = angka kejatuhan/kematian setelah dikoreksi
A = angka kejatuhan/kematian pada perlakuan
C = angka kejatuhan/kematian pada control
Diisi masing-masing kotak perlakuan dengan 10 ekor Aedes aegypti dewasa yang
berusia antara 2-5 hari dari kotak pemeliharaan dan diberi makan larutan gula.
Konsentrasi
0%
Konsentrasi
10 %
Konsentrasi
15 %
Konsentrasi
20 %
Konsentrasi
25 %
Observasi dan analisa jumlah nyamuk yang jatuh tiap 10 menit selama 60 menit
Observasi dan analisa jumlah nyamuk yang mati pada jam pertama hingga keenam dan
pada jam ke-24
56
F.
1.
Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dengan
menghitung jumlah nyamuk yang jatuh dan mati pada kotak perlakuan. Penghitungan
jumlah nyamuk yang jatuh dilakukan setiap 10 menit selama 60 menit untuk
mengetahui Knockdown Time 90 (KT90) berdasarkan hasil uji efikasi. Sedangkan
penghitungan jumlah nyamuk yang mati dilakukan dengan mengamati dan
menghitung jumlah nyamuk yang mati pada jam pertama hingga keenam dan pada
jam ke-24 setelah perlakuan. Selanjutnya data-data tersebut dicatat dalam lembar data
berbentuk tabel.
2.
Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa jurnal-jurnal, skripsi,
tesis,
maupun hasil prosiding dan seminar. Selain itu data sekunder tersebut juga diperoleh
dari buku-buku, buletin, laporan Riset Kesehatan Dasar, serta Profil Kesehatan baik
Nasional maupun Provinsi dan data-data statistik lainnya.
G.
grafik. Adapun analisa dan pengolahan data ini menggunakan analisa probit pada
program statistik komputer (SPSS 16.0 for Windows).
57
58
BAB V
HASIL PENELITIAN
A.
terhadap jumlah Aedes aegypti yang jatuh dan mati setelah dilakukan aplikasi
penyemprotan dengan menggunakan ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L).
Sebelum dilakukan aplikasi penyemprotan, dilakukan standardisasi pada
Aedes aegypti yang akan digunakan dalam pengujian. Standardisasi dilakukan dengan
menghomogenkan morfologi, ukuran, dan kondisi Aedes aegypti. Standardisasi
dilakukan untuk menghindari terjadinya bias pada penelitian. Yaitu berupa kejatuhan
dan mortalitas Aedes aegypti yang bukan disebabkan oleh adanya perlakuan.
Aplikasi penyemprotan dilakukan terhadap 10 ekor Aedes aegypti dewasa
berusia 2-5 hari untuk masing-masing perlakuan dengan konsentrasi 0% (kontrol),
10%, 15%, 20%, dan 25% yang diperoleh berdasarkan hasil uji pendahuluan. Adapun
konsentrasi dibuat dengan mencampurkan ekstrak dengan pelarut hingga volume 100
ml dengan perbandingan volume/volume (v/v).
Kemudian dilakukan observasi dan analisis jumlah Aedes aegypti yang jatuh
setelah aplikasi penyemprotan setiap 10 menit selama 60 menit untuk mengetahui
nilai knockdown time 90 (KT90). Dilanjutkan dengan menghitung jumlah Aedes
59
aegypti yang mati pada jam ke-1 hingga jam ke enam dan dilanjutkan pada jam ke24. Jam ke-24 merupakan tenor (rentang) waktu pengamatan mortalitas Aedes aegypti
yang terjadi mulai jam ke-7 hingga jam ke-24. Dimana penghitungan data mortalitas
yang terjadi selama rentang waktu tersebut dimasukkan ke dalam data mortalitas pada
jam ke-24 untuk analisa nilai lethal concentration 50 (LC50) (WHO, 2009).
Selanjutnya dilakukan 4 kali replikasi pada masing-masing konsentrasi. Adapun hasil
penelitian adalah sebagai berikut.
1.
Jumlah
Persentase
(%)
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
ke-10
ke-20
ke-30
ke-40
ke-50
ke-60
0%
II
0%
III
0%
IV
0%
0%
Rata-rata
60
Tabel 5.2 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 0% (Kontrol)
Mortalitas Aedes aegypti Pada Konsentrasi 0%
Waktu Pengamatan
Replikasi
Jumlah
Persentase
(%)
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
ke-5
ke-6
ke-24
0%
II
0%
III
0%
IV
0%
0%
Rata-rata
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 5.1 dan 5.2 diatas, diketahui bahwa
penyemprotan dengan konsentrasi 0% (kelompok kontrol) menggunakan larutan
heksana tidak menyebabkan kejatuhan maupun mortalitas pada Aedes aegypti. Hal
tersebut dapat dilihat dari tidak adanya nyamuk yang jatuh ataupun mati selama
waktu pengamatan yaitu setiap 10 menit hingga 60 menit serta pada waktu
pengamatan hingga 24 jam dengan 4 kali Replikasi.
2.
61
Tabel 5.3 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 10%
Angka Kejatuhan Aedes aegypti Pada
Konsentrasi 10%
Replikasi
Waktu Pengamatan
Jumlah
Persentase
(%)
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
ke-10
ke-20
ke-30
ke-40
ke-50
ke-60
40%
II
50%
III
50%
IV
40%
4,5
45%
Rata-rata
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel 5.3 diatas, diketahui bahwa
penyemprotan larutan ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) dengan konsentrasi
10% dapat menyebabkan kejatuhan dengan persentase rata-rata hingga 45%. Angka
kejatuhan terbanyak yaitu 5 ekor Aedes aegypti terjadi pada replikasi ke-2 dan ke-3.
Sementara pada replikasi ke-1 dan ke-4 terdapat 4 ekor Aedes aegypti yang jatuh.
Adapun jumlah kejatuhan terbanyak terjadi pada menit ke-10 yaitu sebanyak 4 ekor
Aedes aegypti yang terjadi pada replikasi ke-3.
62
Tabel 5.4 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 10%
Mortalitas Aedes aegypti Pada Konsentrasi 10%
Waktu Pengamatan
Replikasi
Jumlah
Persentase
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
ke-5
ke-6
ke-24
30%
II
20%
III
20%
IV
30%
2,5
25%
Rata-rata
Sedangkan berdasarkan tabel 5.4 rata-rata jumlah nyamuk yang mati setelah
penyemprotan larutan ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) pada konsentrasi
10% ialah sebanyak 25%. Dengan mortalitas terbanyak yaitu 3 ekor pada replikasi
ke-1 dan ke-4. Sementara, mortalitas pada Replikasi ke-2 dan ke-3 ialah sebanyak 2
ekor. Adapun mortalitas terbanyak terjadi pada jam ke-24 dengan jumlah mortalitas
sebanyak 3 ekor Aedes aegypti.
3.
(%)
Jam
63
Tabel 5.5 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 15%
Angka Kejatuhan Aedes aegypti Pada
Konsentrasi 15%
Replikasi
Waktu Pengamatan
Jumlah
Persentase
(%)
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
ke-10
ke-20
ke-30
ke-40
ke-50
ke-60
60%
II
40%
III
60%
IV
60%
5,5
55%
Rata-rata
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel 5.5 diatas, diketahui bahwa
penyemprotan larutan ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) dengan konsentrasi
15% dapat menyebabkan kejatuhan nyamuk Aedes aegypti dengan persentase ratarata sebesar 55%. Angka kejatuhan terbanyak 6 ekor terjadi pada replikasi ke-1, ke-3,
dan ke-4. Sementara angka kejatuhan terkecil terjadi pada replikasi ke-2. Adapun
jumlah kejatuhan terbanyak terjadi pada menit ke-10 dengan jumlah kejatuhan
terbanyak yaitu 5 ekor Aedes aegypti.
64
Tabel 5.6 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 15%
Mortalitas Aedes aegypti Pada Konsentrasi 15%
Waktu Pengamatan
Replikasi
Jumlah
Persentase
(%)
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
ke-5
ke-6
ke-24
40%
II
50%
III
40%
IV
50%
4,5
45%
Rata-rata
4.
65
Tabel 5.7 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 20%
Angka Kejatuhan Aedes aegypti Pada
Konsentrasi 20%
Replikasi
Persenta
Waktu Pengamatan
Jumlah
se
(%)
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
ke-10
ke-20
ke-30
ke-40
ke-50
ke-60
70%
II
60%
III
70%
IV
70%
6,5
65%
Rata-rata
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel 5.7 diatas, diketahui bahwa
penyemprotan larutan ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) dengan konsentrasi
20% dapat menyebabkan kejatuhan Aedes aegypti dengan persentase rata-rata sebesar
65%. Dengan kejatuhan terbanyak hingga 7 ekor yaitu pada replikasi ke-1, ke-3, dan
ke-4. Sementara pada replikasi ke-2 hanya terdapat 6 ekor Aedes aegypti yang jatuh
setelah penyemprotan. Angka kejatuhan terbanyak terjadi pada menit ke-10 yaitu
dengan kejatuhan terbanyak sebesar 4 ekor Aedes aegypti yaitu pada replikasi ke-1,
ke-3, dan ke-4.
66
Tabel 5.8 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 20%
Mortalitas Aedes aegypti Pada Konsentrasi 20%
Waktu Pengamatan
Replikasi
Jumlah
Persentase
(%)
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
ke-5
ke-6
ke-24
70%
II
80%
III
60%
IV
70%
70%
Rata-rata
5.
67
Tabel 5.9 Data Angka Kejatuhan Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak
Biji Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 25%
Angka Kejatuhan Aedes aegypti Pada
Konsentrasi 25%
Replikasi
Waktu Pengamatan
Jumlah
Persentase
(%)
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
ke-10
ke-20
ke-30
ke-40
ke-50
ke-60
90%
II
90%
III
10
100%
IV
90%
9,25
92,5%
Rata-rata
Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel 5.9 diatas, diketahui bahwa
persentase rata-rata kejatuhan Aedes aegypti setelah penyemprotan larutan ekstrak biji
srikaya (Annona squamosa L) dengan konsentrasi 25% ialah sebesar 92,5%. Dengan
kejatuhan terbanyak yaitu 10 ekor yang terjadi pada replikasi ke-3. Sementara
kejatuhan Aedes aegypti pada replikasi ke-1, ke-2, dan ke-4 yaitu sebanyak 9 ekor.
Adapun jumlah kejatuhan terbanyak terjadi pada menit ke-10 dengan kejatuhan
terbesar sebanyak 7 ekor yaitu pada replikasi ke-2.
68
Tabel 5.10 Data Mortalitas Aedes aegypti Setelah Penyemprotan Ekstrak Biji
Srikaya (Annona squamosa L) Pada Konsentrasi 25%
Mortalitas Aedes aegypti pada konsentrasi 25%
Waktu Pengamatan
Replikasi
Jumlah
Persentase
(%)
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
Jam
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
ke-5
ke-6
ke-24
10
100%
II
90%
III
80%
IV
10
100%
9,25
92,5%
Rata-rata
B.
aegypti setelah terpapar ekstrak biji srikaya (Annona squamosa) yaitu 30 menit pada
konsentrasi 25%. Sedangkan, hasil analisis probit nilai LC50 dari ekstrak biji srikaya
(Annona squamosa L) yang dipaparkan terhadap Aedes aegypti yaitu sebesar 14,71%
69
atau 14,71ml/100ml. Dari analisis korelasi dan regresi linier terhadap hubungan
antara konsentrasi dan probit diperoleh nilai P = 0.003. Adapun grafik hubungan
Probit
y = -0,052 + 0.037x
1,00
0,90
0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
R2 = 0.982
LC50
0%
5%
10%
15%
20%
25%
Konsentrasi (%)
Grafik 5.1 Persamaan Garis Regresi LC50
30%
70
BAB VI
PEMBAHASAN
A.
Keterbatasan Penelitian
B.
71
(kontrol), 10%, 15%, 20%, dan 25% dengan 4 kali pengulangan menunjukkan hasil
yang berbeda-beda terhadap angka kejatuhan Aedes aegypti.
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa penyemprotan pada konsentrasi 0%
(kontrol) dengan menggunakan heksana tidak terdapat nyamuk yang jatuh pada 60
menit setelah paparan. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan heksana tanpa
campuran ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) tidak berpengaruh terhadap
Aedes aegypti sehingga tidak menyebabkan kejatuhan.
Dari tabel 5.3; 5.5; 5.7; dan 5.9 diketahui bahwa adanya peningkatan
konsentrasi ekstrak biji srikaya yang dipaparkan terhadap Aedes aegypti sejalan
dengan angka kejatuhan nyamuk. Semakin tinggi konsentrasi, semakin banyak
nyamuk yang jatuh. Hal tersebut terbukti dari hasil pengamatan angka kejatuhan
nyamuk selama 60 menit setelah pemaparan. Angka kejatuhan Aedes aegypti mulai
terjadi pada konsentrasi 10%
72
73
C.
(kontrol) dengan menggunakan heksana tidak terdapat nyamuk yang mati pada jam
pertama setelah paparan maupun hingga jam ke-24. Hal tersebut menunjukkan bahwa
larutan heksana tanpa campuran ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) tidak
berpengaruh terhadap Aedes aegypti. Sehingga tidak menyebabkan kematian. Oleh
karena itu, tidak perlu dilakukan koreksi mortalitas pada kelompok kontrol dengan
rumus Abbot.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 5.4; 5.6; 5.8; dan 5.10 diketahui data
mortalitas Aedes aegypti pada waktu pengamatan hingga 24 jam setelah paparan.
Mortalitas Aedes aegypti terjadi pada konsentrasi 10% yaitu dengan persentase ratarata kematian sebesar 25%. Pada konsentrasi 15% terjadi peningkatan mortalitas
Aedes aegypti hingga mendekati 50% yaitu dengan persentase rata-rata sebesar 45%.
Pada konsentrasi 20%, mortalitas Aedes aegypti naik menjadi 70% dan terus
meningkat hingga konsentrasi 25% dengan persentase rata-rata 92,5%. Dimana hal
tersebut menunjukkan bahwa angka kematian tertinggi terjadi pada konsentrasi 25%.
Adapun waktu kematian Aedes aegypti terbanyak terjadi pada jam ke-24 bila
dibandingkan dengan jumlah Aedes aegypti yang mati pada jam ke-1 hingga jam ke6.
Pada grafik 5.1 diketahui
nilai LC 50
(Lethal Concentration 50) larutan ekstrak biji srikaya yang dipaparkan terhadap
74
Aedes aegypti yaitu sebesar 14,71 ml/100 ml (14,71%). Hal tersebut menunjukkan
bahwa konsentrasi terendah dari larutan ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L)
yang dapat membunuh hingga 50% Aedes aegypti ialah sebesar 14,71 ml/100 ml
pada waktu pengamatan 24 jam setelah paparan. Hasil analisis regresi dan korelasi
konsentrasi terhadap probit didapat nilai p = 0.003 (p < 0.05) dengan nilai R2 = 0.982.
Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara konsentrasi
ekstrak biji srikaya dengan probabilitas kematian Aedes aegypti. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak biji srikaya yang dipaparkan, semakin tinggi pula probabilitas
kematian Aedes aegypti.
Berdasarkan Paramita et.al (2010) potensi ekstrak biji srikaya akan semakin
meningkat seiring dengan dengan lamanya waktu paparan dan peningkatan
konsentrasi. Hal tersebut disebabkan karena zat asetogenin dari biji srikaya bersifat
sebagi racun kontak. Dimana semakin lama waktu paparan, semakin banyak pula
senyawa asetogenin yang masuk ke dalam tubuh Aedes aegypti melalui kontak fisik
setelah terjadi paparan ekstrak biji srikaya. Sehingga efek asetogenin terhadap
nyamuk semakin besar.
Prijono (1994) dalam Wardhana et.al (2005) menyatakan bahwa penyerapan
insektisida racun kontak sebagian besar terjadi pada kutikula. Senyawa aktif akan
berpenetrasi ke dalam tubuh serangga melalui bagian yang dilapisi oleh kutikula yang
tipis, seperti selaput antar ruas, selaput persendian pada pangkal embelan dan
kemoreseptor pada tarsus. Annonain dan squamosin yang terdapat dalam ekstrak biji
75
srikaya diduga mampu berdifusi dari lapisan kutikula yang tipis hingga menyebar ke
seluruh tubuh Aedes aegypti melalui aliran hemolimfa.
Pada hasil observasi memperlihatkan bahwa setelah paparan larutan ekstrak biji
srikaya (Annona squamosa L), terjadi perubahan perilaku Aedes aegypti. Setelah
terjatuh ke dasar kotak perlakuan akibat adanya paparan, gerakan Aedes aegypti
terlihat lemah, melambat, lebih diam, dan malas bergerak. Selain itu nyamuk terlihat
malas menghampiri pakan berupa air gula yang diberikan setelah 1 jam pengamatan.
Setelah 1 jam pengamatan setelah paparan terjadi peningkatan jumlah Aedes
aegypti yang mati dan terus meningkat hingga waktu pengamatan 24 jam setelah
paparan. Hal tersebut disebabkan karena adanya kontak antara Aedes aegypti dengan
residu dari ekstrak biji srikaya yang menempel pada kotak perlakuan. Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin lama waktu paparan, semakin banyak
pula senyawa asetogenin yang masuk ke dalam tubuh Aedes aegypti melalui kontak
fisik. Dimana hal tersebut terjadi melalui kontak fisik antara tubuh Aedes aegypti
dengan permukaan kotak perlakuan yang mengandung residu dari ekstrak biji srikaya.
Adanya peningkatan konsentrasi larutan ekstrak biji srikaya yang dipaparkan
menyebabkan lebih banyak Aedes aegypti yang jatuh dan mati. Karena peningkatan
konsentrasi larutan akan meningkatkan kandungan kimia yang bersifat toksik bagi
Aedes aegypti. Sehingga akan menggangu proses fisiologis Aedes aegypti dan
menyebabkan nyamuk berkurang aktivitas makan dan keaktifannya hingga akhirnya
mati.
76
77
merupakan senyawa non polar yang mampu melarutkan lemak dan senyawa-senyawa
lipofilik lainnya dalam suatu bahan atau organisme (Wardhana et.al, 2004).
Oleh karena itu, ekstrak biji srikaya yang dihasilkan pada penelitian ini diduga
memiliki efek racun perut (antifeedant) terhadap Aedes aegypti. Paparan ekstrak biji
srikaya dengan pelarut heksana akan terserap ke dalam mesenteron dan merusak selsel epitelium yang bersifat lipofilik. Akibat adanya kematian sel pada pada
mesenteron menyebabkan terhambatnya aktivitas makan Aedes aegypti. Sehingga
nyamuk menjadi malas makan hingga akhirnya mati karena kekurangan energi.
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Herminanto et.al
(2004) bahwa penggunaan ekstrak biji srikaya dapat mempengaruhi aktivitas makan
ulat krop kubis. Dimana terjadi penurunan aktivitas makan pada ulat krop sebesar
91,99%- 97,87% saat peningkatan konsentrasi ekstrak dari 3-15cc/l. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan kondisi
kondisi tubuh ulat semakin lemah dan berakibat turunnya nafsu makan.
Kandungan annonain dan squamosin bersifat sitotoksik dan neurotoksik.
Senyawa tersebut dapat menimbulkan kematian sel apabila masuk ke dalam tubuh.
Saat masuk ke dalam tubuh, senyawa tersebut akan menghalangi ikatan enzim NADH
dengan sitokrom c-reduktase dan sitokrom komplek sub unit I yang berada dalam
mitokondria serangga. Akibatnya pernapasan sel terhenti dan mengakibatkan
kematian pada serangga (Londershausen et.al (1991) dalam Wardhana et.al (2004)).
78
D.
79
80
hewan lain. Sehingga penggunaan ekstrak biji srikaya sebagai bioinsektisida aman
bagi manusia dan lingkungan.
Berbeda dengan penggunaan ekstrak biji srikaya sebagai bioinsektisida,
penggunaan insektisida sintetis dalam mengendalikan serangga vektor termasuk
Aedes aegypti dinilai lebih banyak merugikan. Meskipun insektisida sintetis memiliki
daya bunuh yang cepat, namun insektisida sintetis berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Hal tersebut dikarenakan insektisida sintetis dapat meninggalkan residu
yang akan terakumulasi dalam air, bahan makanan, susu, dan lain-lain yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Selain itu, insektisida sintetis sukar terdegradasi
oleh alam dan butuh waktu bertahun-tahun untuk dapat terurai oleh alam serta dapat
menyebabkan terjadinya resistensi vektor (Sharma et.al, 2011).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep IVM ialah dengan
mengintegrasikan cara-cara yang potensial secara efektif, ekonomis, dan ekologis
untuk menekan serangga vektor. Oleh karena itu ekstrak biji srikaya dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif dalam pengendalian vektor terpadu (IVM) termasuk
Aedes aegypti yang merupakan vektor DBD.
Hal tersebut dikarenakan biji srikaya cara penggunaan biji srikaya yang mudah
serta mudah dilarutkan dengan pelarut, murah dan mudah didapat, tidak mempunyai
bau yang menyengat, tidak mudah terbakar, dan mempunyai daya bunuh yang besar,
aman, selektif, tidak mencemari lingkungan, dan residunya relatif pendek (Paramita
(2010); Herminanto et.al (2004)).
81
Selain itu, insektisida dari ekstrak biji srikaya juga memiliki nilai ekonomis dan
dapat disimpan lama tanpa mengalami penurunan aktivitas insektisida. Hal tersebut
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh A.K. Satria dan Prasetyowati (2012) yang
menyatakan bahwa ekstrak biji srikaya disimpan dengan rentang waktu yang berbeda
yaitu 0, 1, 2, dan 3 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
mortalitas larva Culex quinquefasciatus.
82
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak biji srikaya terbukti berpotensi sebagai bioinsektisida dalam upaya
integrated vector management terhadap Aedes aegypti berdasarkan nilai
LC50 dan KT90 serta sesuai dengan konsep IVM yaitu efektif, ekonomis,
dan ekologis.
2. Nilai lethal concentration 50 (LC50) dari ekstrak biji srikaya yang
dipaparkan
terhadap
Aedes
aegypti
yaitu
sebesar
14,71%
atau
14,71ml/100ml.
3. Knockdown Time 90 (KT90) dari ekstrak biji srikaya yang dipaparkan
terhadap Aedes aegypti ialah 30 menit yang terjadi pada konsentrasi 25%.
B.
Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan
Perlunya dukungan dan sosialisasi dari dinas kesehatan terhadap masyarakat
terkait dengan potensi ekstrak biji srikaya sebagai bioinsektisida yang
ramah lingkungan dan ekonomis sebagai pengganti insektisida sintetis.
83
84
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Satria, W dan Heni Prasetyowati. 2012. Daya Larvasida Ekstrak Biji Srikaya
(Annona squamosa) Dengan Rentang Waktu Penyimpanan Yang Berbeda
Terhadap Larva Culex quinquefasciatus. Jurnal Aspirator 4 (1) : 21-26.
Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta :
Rajawali Press
Aradilla, A. Shikka. 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Etanol Daun Mimba
(Azadirachta indica) Terhadap Larva Aedes aegypti. Semarang : Skripsi
Universitas Diponegoro.
Arnason, JT, M Abou-Zaid, JT Romeo [eds.]. 2005. Recent Advances in
Phytochemistry, Volume 39:
85
86
Campuran
Ketiganya
Terhadap
Larva
Plutella
xylostella
(L.)
http://www.web.entomology.cornell.edu/shelton/cornell-biocontrol-
87
Wangi
Pada
Formula
Gel
Penolak
Nyamuk
Culex
88
Martinique
Distribution,
Mechanism,
And
Relations
With
Linn.
International
Journal of Research in
89
90
Rossiana, Nia. 2006. Uji Toksisitas Limbah Cair Tahu Sumedang Terhadap
Reproduksi Daphnia carinata King. Laporan Penelitian Universitas
Padjajaran.
Sastrosiswojo, Sudarwohadi. 2002. Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Penggunaan
Biopestisida Di Indonesia. Kumpulan Makalah Lokakarya Keanekaragaman
Hayati Untuk Perlindungan Tanaman, Yogyakarta 7 Agustus 2002.
Sekar Sari, W.D. 2010. Efektifitas Ekstrak Daun Babdanotan (Ageratum conyzoides
L) Terhadap Mortalitas Nyamuk Aedes aegypti.Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.
Setiawati, Wiwin, et.al. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara
Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT). Prima Tani. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Setyowati, E.A. 2013. Biologi Nyamuk Aedes eegypti Sebagai Vektor Demam
Berdarah Dengue. Universitas Jenderal Soedirman.
Sharma et.al. 2011. Bioprospection of Some Plants for Management of Aedes aegypti
L. Current Botany Vol. 2 No.4 : 44-47
Soegijanto, S. 2006. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia.
Airlanggga : Surabaya.
SP-IPM. 2006. Integrated Pest Mmanagement Research Brief No.4 : Biological
Alternatifs to Harmful Chemical Pesticides. Republik of Benin.
91
Sudrajat et.al. 2011. Bioprospeksi Sirih Hutan (Piper aduncum L) Sebagai Sumber
Bahan Baku Obat Larvasida Nyamuk Aedes aegypti L Vektor Virus Dengue.
Universitas Mulawarman.
Sundari, Sri. dan Tri Wulandari. 2005. Efikasi Fase Air Ekstrak Biji Srikaya (Annona
squamosa, L) Sebagai Larvasida Terhadap Larva Nyamuk Aedes Aegypti..
Jurnal Kedokteran Yarsi 13(1): 56-60
Supartha, I. Wayan. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah
Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera :
Culicidae).Dies Natalis Universitas Udayana, 2008.
Thaul, Susan. 2012. How FDA Approves Drugs and Regulates Their Safety and
Effectiveness. Congressional Research Service Report. Diunduh dari
http://www.crs.gov pada tanggal 5 Mei 2013.
UNEP. 2003. Groundwater And Its Susceptibility To Degradation : A Global
Assessment Of The Problem And Options For Management.
Urrahaman, Zhiyya. 2010. Gambaran Konsep Diri Penderita Filariasis Limfatik
(Elephantiasis) Di Kota Tangerang Selatan.Skripsi.Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wardhana et.al. 2005. Efektifitas Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa L) Dengan
Pelarut Air, Metanol Dan Heksan Terhadap Mortalitas Larva Caplak
Boophilus microplus Secara In Vitro. JITV Vol. 10 No. 2 : 134-142
92
Wardhana, et.al. 2004. Uji Efikasi Ekstrak Heksana Daging Biji Srikaya (Annona
squamosal L.) Terhadap Pertumbuhan Larva Lalat Chrysomya bezziana
secara In Vitro.J ITV Vol. 9. No.4 : 272-280
Weinzierl, R., T. Henn, P. G. Koehler dan C. L. Tucker. 2005. Microbial Insecticides.
Entomology and Nematology Department, Florida Cooperative Extension
Service, Institute of Food and Agricultural Sciences. University of Florida
Welling, W. 1977. Dynamic Aspects of Insect-Insecticide Interactions. Annual
Review of Entomology. Vol. 22 : 53-78
WHO. 2006. Guidelines For Testing Mosquito Adulticides for Indoor Residual
Spraying and Treatment of Mosquito Nets. Kontrol of Neglected Tropical
Diseases WHO Pesticide Evaluation Scheme : Switzerland
WHO. 2009. Guidelines For Efficacy Testing Of Household Insecticide Products :
Mosquito Coils, Vaporizer Mats, Liquid Vaporizers, Ambient Emanators, And
Aerosols. Control Of Neglected Tropical Diseases WHO Pesticide Evaluation
Scheme : Switzerland
WHO. 2012. Handbook for Integrated Vector Management. WHO : Department of
Control of Neglected Tropical Diseases
WHO/SEARO.1998. Comprehensive Guidelines For Prevention And Control Of
Dengue And Dengue Haemorrhagic Fever. WHO Regional Publication
SEARO No.29
93
LAMPIRAN
Hasil Analisis Probit LC50 Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa L) terhadap Aedes
aegypti
Data Information
N of Cases
Valid
Rejected
4
2
Missing
LOG Transform Cannot be
Done
Number of Responses >
Number of Subjects
Control Group
0
0
1
Convergence Information
Number of
Iterations
PROBIT
Optimal
Solution Found
5 Yes
Parameter Estimates
95% Confidence Interval
Parameter
PROBIT
konsentrasi
Intercept
Estimate
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
4.898
.782
6.265
.000
3.366
6.430
-5.719
.949
-6.027
.000
-6.668
-4.770
a. PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base 10,000
logarithm.)
Chi-Square Tests
Chi-Square
PROBIT
Pearson Goodness-of-Fit
Test
2.638
dfa
Sig.
2
.267b
Number
konsentrasi
Number of
Subjects
Observed
Responses
Expected
Responses
Probabili
ty
Residual
PROBIT 1
1.000
40
10
8.232
1.768
.206
1.176
40
18
20.661
-2.661
.517
1.301
40
28
29.730
-1.730
.743
1.398
40
37
34.814
2.186
.870
Confidence Limits
Lower
Bound
Upper Bound
Estimate
Lower
Bound
Upper Bound
0.01
4.928
2.840
6.619
.693
.453
.821
0.02
5.602
3.416
7.310
.748
.534
.864
0.03
6.076
3.841
7.786
.784
.584
.891
0.04
6.460
4.194
8.166
.810
.623
.912
0.05
6.789
4.504
8.489
.832
.654
.929
0.06
7.083
4.786
8.776
.850
.680
.943
0.07
7.351
5.048
9.035
.866
.703
.956
0.08
7.599
5.294
9.275
.881
.724
.967
0.09
7.832
5.527
9.498
.894
.743
.978
0.1
8.053
5.751
9.710
.906
.760
.987
0.15
9.037
6.774
10.643
.956
.831
1.027
0.2
9.904
7.706
11.462
.996
.887
1.059
0.25
10.713
8.598
12.228
1.030
.934
1.087
0.3
11.496
9.473
12.976
1.061
.977
1.113
0.35
12.273
10.348
13.732
1.089
1.015
1.138
0.4
13.059
11.232
14.518
1.116
1.050
1.162
0.45
13.867
12.129
15.357
1.142
1.084
1.186
0.5
14.710
13.044
16.278
1.168
1.115
1.212
0.55
15.606
13.980
17.314
1.193
1.146
1.238
0.6
16.571
14.940
18.507
1.219
1.174
1.267
0.65
17.632
15.935
19.910
1.246
1.202
1.299
0.7
18.823
16.986
21.591
1.275
1.230
1.334
0.75
20.199
18.130
23.654
1.305
1.258
1.374
0.8
21.850
19.429
26.273
1.339
1.288
1.420
0.85
23.946
20.996
29.785
1.379
1.322
1.474
0.9
26.870
23.080
34.983
1.429
1.363
1.544
0.91
27.629
23.605
36.381
1.441
1.373
1.561
0.92
28.477
24.186
37.968
1.454
1.384
1.579
0.93
29.439
24.839
39.799
1.469
1.395
1.600
0.94
30.553
25.585
41.953
1.485
1.408
1.623
0.95
31.875
26.460
44.559
1.503
1.423
1.649
0.96
33.501
27.521
47.837
1.525
1.440
1.680
0.97
35.614
28.877
52.211
1.552
1.461
1.718
0.98
38.630
30.775
58.667
1.587
1.488
1.768
0.99
43.912
34.005
70.540
1.643
1.532
1.848
Correlations
probability
probability
Pearson Correlation
konsentasi
.982**
Sig. (2-tailed)
konsentasi
.003
Pearson Correlation
**
.982
Sig. (2-tailed)
.003
Variables
Entered
konsentasi
Variables
Removed
Method
. Enter
R
.982a
R Square
Adjusted R
Square
.965
.953
.078461
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.509
.509
Residual
.018
.006
Total
.527
F
82.654
Sig.
.003a
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
Std. Error
(Constant)
-.052
.067
konsentasi
.037
.004
Standardized
Coefficients
Beta
t
.982
Sig.
-.775
.495
9.091
.003
DOKUMENTASI PENELITIAN
Biji Srikaya
Proses Ekstraksi
Aspirator
Kotak Pemeliharaan
Kotak Perlakuan