Anda di halaman 1dari 29

Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pengajaran dan

Pembelajaran Efektif di Sekolah: Perspektif Nigeria dan


Indonesia
(The Role of Guidance and Counselling in Effective Teaching and Learning in
Schools: The Nigerian and Indonesian Perspective)
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Teknologi dan
Inovasi BK (PB307) yang diampu oleh: Prof. Dr. Furqon, Ph.D dan
Dadang Sudrajat, M.Pd.

Disusun oleh:
Danis Rizki Swastika
Dede Intan Safitri
Rurul Azmi
Ulfah Nafisah Nurhidayah
Yuli Rizky Fatimah
Zia Luqmanul Hakim

1304518
1306718
1304854
1304615
1305580
1306437

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Peran
Bimbingan dan Konseling dalam Pengajaran dan Pembelajaran Efektif di
Sekolah: Perspektif Nigeria dan Indonesia (The Role of Guidance and
Counselling in Effective Teaching and Learning in Schools: The Nigerian and
Indonesian Perspective) ini.
Makalah ini menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan peran
Bimbingan dan Konseling dalam pengajaran dan pembelajaran yang efektif di
sekolah. Materi yang terangkum dalam makalah ini yaitu: Main Goals Of
Education In The National Policy On Education; Objectives Of Guidance And
Counselling In Schools; Major Counselling Services In Schools; Problems Facing
Guidance And Counselling In Schools; dan Recommendations are made for
promoting effective teaching and learning in schools.
Makalah yang berjudul Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pengajaran
dan Pembelajaran Efektif di Sekolah: Perspektif Nigeria dan Indonesia (The Role
of Guidance and Counselling in Effective Teaching and Learning in Schools: The
Nigerian and Indonesian Perspective) ini telah kami susun sebaik mungkin.
Namun, makalah ini akan lebih sempurna jika mendapat masukan dari banyak
pihak terutama pembaca.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan
dalam penyusunan makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian
penyusunannya. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak terutama penyusun dan pemabaca.

Bandung, Oktober 2016

PENYUSUN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Tujuan utama Pendidikan dalam Kebijakan Pendidikan


Nasional (Main Goals Of Education In The National Policy
On Education)

B. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Objectives


Of Guidance And Counselling In Schools)

C. Layanan Utama Konseling di Sekolah (Major Counselling


Services In Schools)

D. Masalah yang Dihadapi Bimbingan dan Konseling di Sekolah


(Problems Facing Guidance And Counselling In Schools)
BAB III PEMBAHASAN

10
13

A. Tujuan Utama Pendidikan dalam Kebijakan Pendidikan


Nasional di Indonesia dan Nigeria

13

B. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling di Indonesia dan


Nigeria

13

C. Layanan Utama Konseling di Indonesia dan Nigeria

14

D. Masalah yang dihadapi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

15

E. Kaitan antara Inovasi dan Teknologi Bimbingan dan Konseling


terhadap Keefektifan Pengajaran dan Pembelajaran di
Indonesia dan Nigeria

17

ii

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

22

A. Simpulan

22

B. Rekomendasi

22

DAFTAR PUSATAKA

24

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang paling penting
dalam pengajaran dan pembelajaran baik di sekolah di Nigeria maupun secara
global, termasuk di Indonesia. Hal itu merupakan sebuah proses perubahan,
pembaharuan dalam pendidikan, vokasional, dan praktek sosial pribadi dalam
setiap masyarakat. Perkembangan total anak hanya dapat berlangsung dalam
suatu lingkungan yang kondusif untuk pengajaran dan belajar. Hal ini dalam
realisasi di atas bahwa semua layanan pendidikan yang dapat mempromosikan
belajar mengajar di sekolah diberikan perhatian yang menonjol oleh perencana
pendidikan. Layanan Konseling adalah salah satu layanan pendidikan sekolah.
Hal ini diyakini bimbingan itu dan layanan konseling di sekolah harus
mengembangkan,
meningkatkan

menilai

pengajaran

dan
dan

meningkatkan
meningkatkan

program
kompetensi

pendidikan;
guru

dan

mengurangi biaya untuk anak-anak.


UNESCO 2002 sudah mengakui peran yang sangat penting dari
bimbingan dan konseling dalam suasana yang bervariasi dari eksistensi
manusia, karena itu UNESCO mensponsori perkembangan modul pelatihan
konselor. Konseling memiliki tujuan untuk membantu individu menjadi sadar
akan dirinya dan lingkungannya dan karena itu ia berada pada posisi untuk
memilih jenis perilaku, belajar, karir, dan pribadi sosial yang benar secara
alami. Tidak diragukan lagi bahwa bimbingan dan konseling memiliki peran
yang banyak yang diperlukan untuk pengajaran dan pembelajaran yang efektif
dan karena itu pantas mendapatkan dukungan yang maksimal dari semua
pihak. Oleh karena itu, makalah ini berfokus pada kebutuhan untuk layanan
konseling yang efektif di sekolah-sekolah. Demikian pula, untuk mengkaji
konsep konseling, layanan konseling yang berbeda seperti pendidikan,
kejuruan dan sosial/pribadi, dan masalah terkait bimbingan dan konseling

karena mempengaruhi proses belajar mengajar di Sekolah Nigeria dan


Indonesia.
Peran Bimbingan dan Konseling dalam keefektifan pengajaran dan
pembelajaran tidak terlepas dari inovasi dan teknologi. Teknologi menjadi
infrastruktur yang akan memberikan kemudahan bagi konselor untuk
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, sedangkan teknologi secara
umum sebagai bagian dukungan sistem bertujuan memberikan dukungan
kepada konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam memperlancar
penyelenggaraan komponen-komponen layanan sebelumnya dan mendukung
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
(Permendikbud No. 111 Tahun 2014). Akhirnya, individu dibuat untuk
memahami, menghargai dan menerima layanan bimbingan dan konseling di
sekolah karena peran mereka bermain dalam proses belajar mengajar yang
efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan utama pendidikan dalam Kebijakan Pendidikan Nasional di
Indonesia dan Nigeria?
2. Apa tujuan dari Bimbingan dan Konseling di Indonesia dan Nigeria?
3. Apa layanan utama Konseling di Indonesia dan Nigeria?
4. Bagaimana masalah yang dihadapi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Nigeria dan Indonesia?
5. Bagaimana kaitan antara inovasi dan teknologi Bimbingan dan Konseling
terhadap keefektifan pengajaran dan pembelajaran di Indonesia dan
Nigeria?
C. Tujuan
1. Mengengetahui tujuan utama pendidikan dalam Kebijakan Pendidikan
Nasional di Indonesia dan Nigeria.
2. Mengetahui tujuan dari Bimbingan dan Konseling di Indonesia dan
Nigeria.

3. Mendeskripsikan keutamaan Layanan Konseling di Indonesia dan Nigeria.


4. Mendeskripsikan masalah yang dihadapi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah.
5. Mendeskripsikan kaitan antara inovasi dan teknologi Bimbingan dan
Konseling terhadap keefektifan pengajaran dan pembelajaran di Indonesia
dan Nigeria.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Bimbingan

dan

konseling

digambarkan

sebagai

proses

mencerahkandimana seseorang membantu orang lain dengan memfasilitasi


pertumbuhan/perkembangan dan penyesuaian positif melalui pemahaman diri.
(Kolo 2001). Akinade (2012) mendefinisikan bimbingan dan konseling sebagai
proses membantu individu menjadi sepenuhnya sadar akan dirinya dan cara-cara
di mana ia menanggapi pengaruh dari lingkungannya. Lebih lanjutnya membantu
dia untuk membangun beberapa makna pribadi untuk perilaku ini dan untuk
mengembangkan dan mengklasifikasikan satu set tujuan dan nilai-nilai untuk
perilaku masa depan. Corey (1988) menganggap konseling sebagai proses yang
terjadi dalam satu sampai satu hubungan antar individu terganggu oleh masalah
yang tidak bisa ia atasi dan pekerja profesional yang terlatih dan pengalaman telah
memenuhi syarat dia untuk membantu orang lain mencapai solusi untuk
kebutuhan pribadi. Okoye (1990) melihat konseling sebagai hubungan
interaksional yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan pribadi dari
informasi yang mengarah ke pengambilan keputusan yang efektif dan kesadaran
diri.
Konseling adalah proses belajar di mana konselor membantu seorang
individu atau individuals learn, memahami diri dan lingkungan mereka dan
berada dalam posisi untuk memilih jenis yang tepat dari perilaku yang akan
membantu mereka berkembang, tumbuh, kemajuan, naik, matang dan
meningkatkan, mendidik, kejuruan dan sosial pribadi. (Egbo, 2013) .Dengan kata
lain, konseling adalah proses transformatif membantu orang untuk mempelajari
semua yang harus dipelajari baik dalam dan luar sekolah.
Abolade (2000) menjelaskan mengajar sebagai serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk membawa perubahan dalam perilaku peserta didik. Bamgbaiye
(2005) melihat mengajar sebagai menjelaskan, menunjukkan, membimbing dan
konseling oleh guru dalam rangka untuk efek perubahan pelajar. Okoye (2010)
menyatakan bahwa tujuan utama pengajaran adalah untuk membantu seseorang

memperoleh atau mengubah beberapa keterampilan, sikap, pengetahuan, ide atau


penghargaan. Dengan kata lain, itu adalah untuk membawa beberapa perubahan
yang diinginkan dalam peserta didik, dia juga mencatat bahwa pengajaran
dikatakan efektif hanya jika peserta didik telah mampu mencapai tujuan perilaku
yang ditetapkan. Nnabuike, (2012) berpendapat bahwa seorang guru juga seorang
pelajar karena tidak ada akhir untuk belajar.
Okoye (2010), memandang belajar sebagai aktivitas mental dimana
pengetahuan dan keterampilan, kebiasaan dan sikap, kebajikan dan ide-ide yang
diperoleh, dipertahankan dan menghasilkan kegunaan/manfaat dalam adopsi
progresif dan modifikasi tingkah laku dan kebiasaan.
Idowu (1989) melihat belajar sebagai perolehan perilaku baru atau
perubahan perilaku apakah perubahan positif atau negatif. Ini juga termasuk
akuisisi dalam pengetahuan, informasi, keterampilan dan budaya. Karena itu ia
mencatat bahwa belajar pasti akan menyebabkan perubahan dalam satu pikiran,
pola dan perasaan. Belajar juga melibatkan proses kognitif penalaran terutama
mental. Dengan demikian mengajar dan belajar berjalan bersama-sama; itu seperti
jual beli. Jika tidak ada yang belajar berikut bahwa tidak ada yang mengajarkan.
Nnabuike (2012) mencatat bahwa pekerjaan guru adalah untuk membantu siswa
untuk belajar melalui manipulasi yang disengaja dan sadar akan informasi,
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, sikap dan kebiasaan peserta didik dalam
rangka untuk membawa tentang pembelajaran, yang mengarah ke perubahan yang
diinginkan dalam karakter. Berdasarkan paparan di atas, tidak ada pengajaran
yang efektif dapat dikatakan telah terjadi jika pembelajaran tidak terjadi.
Di sebagian besar sekolah di Nigeria, kebanyakan guru bahkan curang
dalam mengajar. Beberapa tidak tahu metode untuk mengajar dan tidak membuat
dampak positif (mengajar dan belajar); beberapa meninggalkan pekerjaan
mengajar demi sesuatu agar mereka dibayar, untuk terlibat dalam perdagangan
kecil, pertanian dan bahkan kontrak. (Odo, 2007).Dia mencatat bahwa
kebanyakan tidak melakukan penelitian untuk mendapatkan pengetahuan lebih
untuk pengajaran yang efektif, efisien dan kualitatif dan untuk peningkatan

pengetahuan dan ide-ide. Dia mencatat bahwa beberapa guru tidak peduli tentang
siswa di bawah didikannya.
Namun Kolo (2001), menunjukkan bahwa mengajar adalah tugas yang
sulit dan karena itu tidak setiap ajaran dapat membuat murid ingin belajar. Dia
mencatat bahwa Anda dapat mengarahkan seekor kuda ke sungai tetapi Anda tidak
bisa memaksanya untuk minum air. Dalam arti, ada kemungkinan bahwa
seseorang bisa diarahkan ke dalam upaya yang terbaik untuk diajari dan beberapa
diantaranya tidak dapat diajari. Ini adalah tempat dimana konseling berasal karena
ada murid yang sulit untuk belajar karena beberapa masalah dalam pembelajaran.
Beberapa tidak mengerti mengapa mereka berada di sekolah, apa yang diharapkan
dari mereka dan bagaimana menangani beberapa masalah yang mereka alami.
Bimbingan adalah program pelayanan kepada individu siswa berdasarkan pada
kebutuhan masing-masing siswa, pemahaman faktor lingkungan langsung dan
pengaruh faktor-faktor seperti pada individu. Hal ini dirancang untuk membantu
setiap murid menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mengembangkan
kemampuan untuk menetapkan tujuan yang realistis untuk dirinya sendiri dan
untuk meningkatkan jumlah program pendidikan sementara di sekolah dan
posting kehidupan sekolah.
A. Tujuan utama Pendidikan dalam Kebijakan Pendidikan Nasional (Main
Goals Of Education In The National Policy On Education)
Dalam Filsafat Pendidikan di Nigeria, Pendidikan diyakini merupakan
pivot untuk pembangunan nasional dan semua mengenai perkembangan
individu. Pada akhirnya, ini merupakan perumusan ide, integrasi mereka untuk
pembangunan nasional dan interaksi orang dan ide-ide semua aspek
pendidikan. (Republik Federal Nigeria 2004). Peran pendidikan dalam
pengembangan individu dan masyarakat pada umumnya tidak bisa terlalu
ditekankan. Pendidikan tidak hanya alat yang dapat digunakan untuk transmisi
norma dan nilai-nilai kepada generasi muda, tetapi juga alat untuk
pembebasan dari kebodohan dan meningkatkan tingkat kepatuhan. Ketika
mengajar dan belajar meningkat, kejahatan sosial akan berkurang dan

masyarakat serta masyarakat yang lebih besar akan menikmati eksistensi nilai
damai dan hal tersebut tidak bisa terlalu ditekankan. Untuk setiap bangsa agar
mampu mewujudkan dan mencapai tujuannya ada kebutuhan untuk
memberikan suasana yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
Oleh karena itu, kebijakan Nasional Nigeria mengatur bahwa filsafat
pendidikan Nigeria didasarkan pada tiga tujuan utama yaitu:
1. Perkembangan individu menjadi warga negara yang baik dan efektif.
2. Integrasi penuh individu kepada masyarakat, dan
3. Penyediaan akses yang sama terhadap kesempatan pendidikan bagi
semua warga negara di tingkat primer, sekunder dan tersier baik di dalam
dan di luar sistem sekolah formal. Dalam rangka untuk membuat filosofi
kerja pendidikan harmonis dengan tujuan nasional dari Nigeria,
pendidikan di Nigeria harus diarahkan kepada realisasi diri, hubungan
manusia

yang

lebih

baik,

efisiensi

individu

dan

nasional,

kewarganegaraan yang efektif, kesadaran nasional, persatuan nasional


serta terhadap kemajuan politik sosial budaya ekonomi ilmiah dan
teknologi. Odo (2007), menegaskan bahwa Nigeria bersama-sama
dengan anggota lain dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Negara Maju
umum direncanakan untuk menghapus buta huruf pada akhir 2015.
Karena itu membutuhkan bimbingan dan konseling sebagai alat utama
untuk membantu dalam meningkatkan kualitas pengajaran dan
pembelajaran di sekolah.
B. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Objectives Of
Guidance And Counselling In Schools)
Tujuan bimbingan dan konseling tidak berbeda dengan tujuan
pendidikan. Alasan di balik konseling adalah bahwa seseorang percaya bahwa
individu yang memahami diri sendiri dan dunia mereka akan menjadi manusia
yang berubah, produktif, efektif dan lebih bahagia. Berikut ini adalah tujuan
dari bimbingan dan konseling di sekolah.

1. Untuk mengembangkan kesadaran pada siswa pada aspek personal,


kesempatan sosial dan daerah kejuruan dengan menyediakan mereka
informasi yang berguna.
2. Untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan belajar mandiri,
analisis diri dan pemahaman diri.
3. Untuk membantu semua siswa dalam pribadi, pilihan pendidikan sosial
yang tepat dan memuaskan.
4. Untuk membantu siswa mengembangkan sikap positif terhadap diri
sendiri, orang lain, untuk tepat isu-isu nasional, untuk bekerja dan belajar.
5. Untuk membantu siswa memperoleh keterampilan mengumpulkan dan
menggunakan informasi.
6. Untuk membantu siswa yang berprestasi penggunaan, potensi mereka
secara maksimal.
7. Untuk membantu anak-anak berhubungan perilaku yang bermanfaat untuk
prestasi kognitif dan peluang sukses dalam hidup.
8. Untuk membantu siswa memperoleh sedini mungkin dalam hidup mereka
citra positif diri melalui pemahaman diri dan arah diri.
9. Untuk membantu siswa dalam proses mengembangkan dan memperoleh
keterampilan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
10. Untuk membantu membangun / atau mempertajam persepsi anak tentang
realitas, pengembangan rasa otonomi dan untuk menyiapkan motivasi
untuk kreativitas dan produktivitas.
11. Untuk bekerja dengan orang lain yang signifikan dalam kehidupan anak,
membantu mereka untuk memahami kebutuhan dan masalah anak dengan
tujuan menciptakan, membangkitkan dan mempertahankan minat mereka
dan pemahaman mereka tentang kebutuhan, masalah dan tujuan anak
sehingga anak bisa optimal membantu untuk mencapai tujuan tersebut,
menangani masalah dan memenuhi kebutuhan tersebut.
12. Untuk membantu rute bangsa sumber daya manusia dalam saluran berguna
dan bermanfaat sesuai sehingga mencegah kemacetan ekonomi yang tidak
perlu.

13. Untuk membantu mengidentifikasi dan memelihara potensi manusia dalam


berbagai bidang usaha studi, sehingga memastikan tenaga kerja yang
memadai di berbagai sektor perekonomian bangsa.
14. Untuk membantu membangun di Nigeria individu sikap positif untuk
sesama Nigeria dan rasa komitmen untuk kesatuan Nigeria.
15. Untuk membantu anak sedini mungkin untuk belajar menghargai nilainilai budaya Nigeria.
C. Layanan Utama Konseling di Sekolah (Major Counselling Services In
Schools)
Menurut Egbo (2008), alasan untuk bimbingan dan konseling di
sekolah didasarkan pada keyakinan bahwa pencegahan selalu lebih baik
daripada mengobati di setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu ia mencatat
bahwa konseling tidak diragukan lagi memiliki kunci untuk pencegahan
hampir semua masalah yang terkait dengan blajar kebutuhan untuk memahami
layanan yang disediakan di bawah program bimbingan sekolah terhadap
pencapaian belajar mengajar yang efektif.
1. Layanan

Orientasi:

ini

dirancang

untuk

membantu

siswa

menyesuaikan/adaptif saat ditemui di lingkungan sekolah baru untuk


belajar efektif. Para guru juga harus diberikan orientasi tentang cara
menangani peserta didik dari waktu ke waktu.
2. Layanan Informasi: Layanan ini dirancang untuk memberikan para siswa
dengan data tentang kesempatan pendidikan, sosial dan kejuruan. Ini
melibatkan pengumpulan data untuk klien / siswa.
3. Layanan Penilaian: Appraisal melibatkan pengumpulan, administrasi,
interpretasi dan penggunaan klinis berbagai perangkat tes dalam rangka
memberikan layanan konseling yang efektif untuk siswa. (Akinade, 2012).
4. Layanan Penempatan: Tujuan dari layanan ini adalah untuk memastikan
bahwa siswa mencapai penempatan yang tepat seperti program studi,
karier, studi kerja atau bahkan program perawatan medis.

5. Tindak lanjut, penelitian atau evaluasi layanan: Tujuan dari layanan ini
adalah untuk memberikan umpan balik pada efektivitas bimbingan sekolah
melalui penelitian hasil konkret dari bimbingan sekolah.
6. Layanan Rujukan: ini adalah mengirimkan klien ke lembaga untuk
bantuan lebih lanjut, di mana hal ini dikarenakan konselor tidak dapat
memecahkan masalah. konselor mengaku tidak tahu segala sesuatu dan
sehingga kebutuhan untuk rujukan ke kebutuhan lain dari siswa (Salawu
2000).
7. Layanan Konseling: Oko (2006) menyatakan bahwa layanan konseling
adalah interaksi antara klien dan konselor yang bertujuan untuk
memecahkan atau memahami lebih masalah klien. Dia juga menyatakan
bahwa interaksi ini meningkatkan pengajaran dan pembelajaran yang
efektif.
8. Forum Guru: Forum guru ini dimaksudkan untuk mengumpulkan semua
guru di sekolah untuk mendiskusikan guru / siswa masalah (Teaching and
Learning). Konselor menggunakan program ini untuk memperkenalkan
diri kepada guru dan apa yang ia berdiri dapat dilakukan di sekolah.
Konselor mengajak beberapa narasumber yang akan berbicara dengan
guru pada beberapa siswa perlu daerah yang mempengaruhi proses belajar
mengajar, seperti Harmony di tempat kerja, ramah hubungan antara guru
dan siswa, penanganan siswa tanpa stres, yang berbeda metode mengajar,
perbedaan individu peserta didik dan sebagainya.
Layanan bimbingan dan konseling ketika diberikan seperti itu harus
diberikan di sekolah-sekolah mengingat tujuan nasional pendidikan tidak
diragukan lagi akan pergi jauh dalam memastikan pengajaran yang efektif dan
pembelajaran di sekolah.
D. Masalah yang Dihadapi Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Problems
Facing Guidance And Counselling In Schools)
Odu (2004) menyatakan bahwa tujuan utama dari bimbingan dan
konseling adalah untuk membantu siswa untuk berkembang secara fisik,

10

mental, emosional, moral dan mendidik untuk mengatasi belajar situasi dalam
dan di luar lingkungan sekolah. Beberapa dari layanan ini disediakan oleh
konselor terhalang karena masalah berikut;
1. Kurangnya konselor terlatih: Terlepas dari kenyataan bahwa ada banyak
pemegang gelar yang lebih tinggi dalam bimbingan dan konseling di
Nigeria saat ini, tidak banyak yang memenuhi syarat untuk menjadi nyata
konselor karena mereka tidak memiliki keterampilan yang diperlukan
untuk praktek. Ada sejumlah terlatih konselor di sekolah-sekolah Nigeria
dan yang sudah dilatih memilih untuk pergi ke pengaturan non-sekolah
(Akinade 2012).
2. Keraguan tentang kemanjuran bimbingan dan konseling: Beberapa
orang seperti belum tahu rekan, guru, kepala sekolah atau administrator
meragukan efektivitas konseling. Mereka skeptis tentang ketergantungan
ada penggunaannya. (Orubu 1986, Akinade 1990).
3. Kurangnya komitmen dari pejabat Pemerintah: Ogunyemi (2003)
mencatat bahwa meskipun Pemerintah federal yang bercokol program
bimbingan dan konseling di NPE (1981), masih banyak yang harus
dilakukan ketika datang ke dukungan praktis dan pelaksanaannya. Dia
mencatat

bahwa

tindakan

lebih

berkomitmen

akan

membantu

pertumbuhan profesi.
4. Kurangnya atau pendanaan yang tidak memadai: Bimbingan dan
konseling tidak baik didanai hari ini, perusahaan pendidikan telah menjadi
usaha mahal. dana cukup tidak dialokasikan untuk setiap sekolah untuk
menjalankan berbagai layanan. Di mana dana yang tersedia, sangat sedikit
yang dialokasikan untuk tujuan konseling. Tampaknya berbagai tingkat
pemerintahan (federal, negara bagian dan lokal) tidak ingin meregangkan
anggaran mereka dengan tuntutan tambahan dari unit berkembang seperti
bimbingan dan konseling, namun yang diketahui bahwa konseling yang
efektif menuntut pembiayaan yang cukup untuk memperoleh item, sepeti
tes psikologis, jurnal-jurnal dan publikasi yang bervariasi, menggunakan
gadget, papan kartu dan pulpen bervariasi seperti hal nya uang untuk

11

mengorganisir aktivitas seperti orientasi, darmawisata, klub karir, career


day dan perlengkapan kantor konselor.
5. Kerahasiaan: konseli berharap jika rahasia atau informasi berharga tetap
menjadi rahasia dan tidak diketahui orang lain. Bagaimanapun, orangorang alih tangan kasus seperti guru-guru, teman sebaya, orang tua, kepala
sekolah, dll berharap konselor memberitahukan informasi semacam itu
pada mereka. Kegagalan konselor dalam mengungkapkan rahasia
mungkin meningkatkan kecurigaan dalam aktivitasnya. Mengungkapkan
rahasia sama saja dengan menghilangkan kepercayaan dalam konseling
dan pada satu waktu konselor akan kehilangan konseli.
6. Konselor menciptakan masalah: konselor juga membuat permasalahan
utama dalam bimbingan dan konseling. Beberapa konselor tidak
melakukan secara penuh tentang profesi konselingnya. Daripada berpikir
serius tentang urusan konseling mereka, mereka lebih memilih bergabung
dalam diskusi ruangan pegawai.
7. Perasaan kecurigaan terhadap peran/integritas konselor: beberapa
personil sekolah masih melihat konselor memiliki agenda rahaisa atau
sesuatu yang tersembunyi ketika konseli mendatangi ruang konseling
(dimana hal tersebut dibolehkan) memberikan label menghina atau negatif.
Hal itu sudah berlebihan ketika pegawai lain meragukan integritas moral
konselor yang memberikan konseling individual pada yang lebih muda.
Perasaannya menjadi lebih serius ketika konselor laki-laki memberikan
layanan kepada siswa perempuan dan berinteraksi dengan rahasia.
8. Peran yang kabur tentang konselor bimbingan: beberapa orang dalam
masyarakat tidak tahu peran spesifik konselor. Bahkan dalam setting
sekolah, yang diharapkan memiliki kesadaran yang lebih tinggi, personil
sekolah seperti guru-guru dan kepala sekolah tidak mengerti atau salah
menanggapi mengenai fungsi konselor. misalnya, Makinde (1980) menulis
bahwa kepala sekolah melihat konselor sebagai rival, bukan sebagai
helper.

12

BAB III
PEMBAHASAN
A. Tujuan Utama Pendidikan dalam Kebijakan Pendidikan Nasional di
Indonesia dan Nigeria
Kebijakan Nasional Nigeria mengatur bahwa filsafat pendidikan
Nigeria didasarkan pada tiga tujuan utama yaitu:
1. Perkembangan individu menjadi warga negara yang baik dan efektif.
2. Integrasi penuh individu kepada masyarakat, dan
3. Penyediaan akses yang sama terhadap kesempatan pendidikan bagi
semua warga negara di tingkat primer, sekunder dan tersier baik di
dalam dan di luar sistem sekolah formal.
Di Indonesia, tujuan pendidikan diatur dalam Undang-Undang No. 20
tahun 2003, yaitu agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
B. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling di Indonesia dan Nigeria
Berikut ini adalah tujuan dari bimbingan dan konseling di sekolah
Nigeria,

diantaranya:

mengembangkan

kesadaran,

mengembangkan

keterampilan belajar, membantu semua siswa dalam pribadi, mengembangkan


sikap positif, memperoleh keterampilan mengumpulkan, menggunakan
informasi, dan membantu siswa yang berprestasi penggunaan, potensi mereka
secara maksimal, membantu membangun di Nigeria individu sikap positif
untuk sesama Nigeria dan rasa komitmen untuk kesatuan Nigeria dan
membantu anak sedini mungkin untuk belajar menghargai nilai-nilai budaya
Nigeria.
Secara umum, tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah
membantu peserta didik agar dapat mencapai kematangan dan kemandirian
dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas perkembangannya yang

13

mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara utuh dan optimal
(Permendikbud No. 111 Tahun 2014). Sedangkan tujuan khususnya ialah
membantu konseli agar mampu:
1. Memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
2. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan krir dan
kehidupannya di masa yang akan datang,
3.

Mengembangkan potensinya seoptimal mungkin,

4. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya,


5. Mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya,
6. Mengaktualisasikan dirinya secara bertanggung jawab.
C. Layanan Utama Konseling di Indonesia dan Nigeria
Berikut ini merupakan layanan utama konseling di sekolah Nigeria,
yaitu: Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penilaian, Layanan
Penempatan, Tindak lanjut, penelitian atau evaluasi layanan, Layanan
Rujukan, Layanan Konseling, dan Forum Guru.
Menurut Permendikbud No. 111 Tahun 2014 layanan bimbingan dan
konseling terbagi menjadi empat komponen layanan, yaitu:
1. Layanan dasar. Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur
secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis dalam rangka mengembangkan kemampuan penyesuaian diri
yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang
dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian).
2. Layanan perencanaan individual. Layanan Perencanaan individual adalah
bantuan kepada peserta didik/konseli agar mampu merumuskan dan
melakukan

aktivitas-aktivitas

sistematik

yang

berkaitan

dengan

perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman tentang kelebihan dan


kekurangan dirinya, serta pemahaman terhadap peluang dan kesempatan
yang tersedia di lingkungannya.

14

3. Layanan responsif. Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada


peserta didik/konseli yang menghadapi masalah dan memerlukan
pertolongan dengan segera, agar peserta didik/konseli tidak mengalami
hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangannya.
4. Dukungan sistem. Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan
kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi
Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional
konselor atau guru bimbingan dan konseling secara berkelanjutan, yang
secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik/konseli
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik/konseli dan
mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling.
D. Masalah yang dihadapi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Berikut ini masalah yang dihadapi layanan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah Nigeria, yaitu: kurangnya konselor terlatih, keraguan tentang
kemanjuran bimbingan dan konseling, kurangnya komitmen dari pejabat
pemerintah, kurangnya atau pendanaan yang tidak memadai, kerahasiaan,
konselor menciptakan masalah, perasaan kecurigaan terhadap peran/integritas
konselor, dan peran yang kabur tentang konselor bimbingan.
Bimbingan dan konseling di Indonesia berkembang seiring dengan
tantangan dan agenda yang perlu diperhatikan, terutama pada abad 21 dimana
bimbingan

dan

konseling

dituntut

mengembangkan

model-model

penyelenggaraan yang dapat meningkatkan keefektifannya dalam setting


pendidikan. Beberapa hal yang patut menjadi perhatian serius dalam
mengembangkan bimbingan dan konseling professional di era abad 21 ialah
(Kartadinata, t.t, hlm. 4):
1. Kebutuhan akan kejelasan tujuan dan misi. Kejelasan tujuan dan misi
dapat dikemukakan melalui kerjasama atau kolaborasi antara profesi
bimbingan dan konseling dengan profesi lain, baik di dalam setting
pendidikan maupun di luar pendidikan. Secara formal, dala berbagai

15

dokumen telah dikemukakan bahwa bimbingan dan konseling dinyatakan


sebagai bagian terpadu dari pendidikan, meskipun secara praktek
bimbingan dan konseling hanya ditempatkan sebagai pelengkap. Myers
(1920) dan Payne (1923) telah menegaskan bahwa bimbingan dan
konseling adalah bagian integral ulang. Sudah saatnya dilakukan
penegasan ulang bahwa bimbingan dan konseling adalah bagian terpadu
dari pendidikan, dan meletakkan prinsip kebijaksanaan di dalam
prakteknya.
2. Kebutuhan akan kerangka kerja bimbingan dan konseling komprehensif.
Model bimbingan dan konseling komprehensif (perkembangan) adalah
model yang memposisikan konselor untuk menauh perhatian penuh
kepada

seluruh

siswa,

bekerja

bersama

dengan

orantua,

guru,

administrator, dan stakeholder lainnya. Riset yang berbasis pada model


komprehensif memberikan penguatan untuk dikokohkannya model ini
sebagai model bimbingan dan konseling sekolah, namun masih belum
tersosialisasikan kepada seluruh sekolah dan belum menjadi kebijakan
nasional; substansi bimbingan dan konseling masih memerlukan
pengembangan.
3. Kebutuhan

akan

akuntabilitas.

Akuntabilitas

berkaitan

dengan

pertanggung jawaban atas hasil yang harus dicapai oleh layanan/program


yang ditawarkan. Fokus akuntabilitas bimbingan dan konseling terletak
pada prestasi akademik, perkembangan pribadi/sosial dan karir. Prinsip ini
mengandung arti bahwa rumusan perilaku yang hendak dicapai, sistem
intervensi psikoedukatif, an asesmen merupakan komponen yang terkait
dengan akuntabilitas bimbingan dan konseling. Sebab, bimbingan dan
konseling komprehensif merupakan model yang berbasis pada program
terstruktur yang memungkinkan konselor dapa tmengakses hasil
bimbingan dan konseling dalam wujud perkembangan perilaku.
4. Kebutuhan akan advokasi. Bimbingan dan konseling sebagai sebuah
profesi memiliki kebutuhan advokasi yang dapat dinyatakan dalam
keterlibatan secara aktif di dalam reformasi pendidikan, sosial, dan

16

pekerjaan, terutama dalam bidang-bidang reformasi yang memerlukan


kepakaran konselor.
5. Kebutuhan melayani semua siswa. Fokus utama bimbingan dan konseling
ialah menyiapkan pengalaman bagi seluruh siswa untuk membantu mereka
tumbuh dan berkembang. Kebutuhan melayani semua siswa artinya
program bimbingan dan konseling komprehensif melayani siswa,
orangtua, guru, dan stakeholder lains ecara seimbang tanpa membedakan
gender, ras, etnik, latar belakang budaya, disabilitas, struktur keluarga, dan
status ekonomi.
6. Visi bimbingan dan konseling. Visi bimbingan dan konseling abad 21
harus diletakkan pada pelaksanaan sepenuhnya bimbingan dan konseling
komprehensif di semua sekolah, melayani semua siswa dan orangtuanya,
serta melibatkan konselor secara aktif. Apabila bimbingan dan konseling
dikonseptualisasikan, diorganisasikan, dan diimplementasikan sebagai
program, akan menempatkan konselor secara konseptual dan structural
sebagai pusat layanan pendidikan dan akan menjadikan bimbingan dan
konseling aktif dan terlibat.
E. Kaitan antara Inovasi dan Teknologi Bimbingan dan Konseling terhadap
Keefektifan Pengajaran dan Pembelajaran di Indonesia dan Nigeria
Teknologi merupakan hasil kreasi dan inovasi manusia yang dapat
mempermudah proses kehidupan manusia (Barnawi & Arifin, M., 2012, hlm.
176). Teknologi juga diartikan sebagai a design for instrumental action that
reduces the uncertainty in the cause effect relationship involved in achieving
in desired outcomes (teknologi adalah suatu desain aksi kegiatan yang
ditempuh guna mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dari
hasil yang ingin dicapai) (Wahyudin, D. & Susilana, R., 2011, hlm. 227).
Inovasi adalah perubahan ke arah yang baru. Menurut Miles dalam
bukunya Innovation in Education menuis tentang inovasi sebagai spesies
dari jenis perubahan. Meurut Miles, Innovation is a species of the genus
change, yaitu suatu perubahan yang sifatnya khusus, memiliki nuansa

17

kebaruan, dan disengaja melalui suatu program yang jelas dan direncanakan
terlebih dahulu, serta dirancang untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari
suatu sistem tertentu (Wahyudin, D. & Susilana, R., 2011, hlm. 224).
Tujuan dari pengembangan teknologi dan inovasi Bimbingan dan
Konseling salah satunya adalah memberikan pelayanan/ pembelajaran yang
komprehensif harus memperhatikan perbedaan interest siswa, di mana siswa
ada yang tipe auditif, visual, dan kinestetik (Darmawan, D. & Permasih, 2011,
hlm. 132). Penggunaan teknologi dalam pelayanan akan menjembatani
keempat minat siswa tersebut, sehingga pelayanan yang diberikan lebih
akomodatif dan menyenangkan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan
kualitas layanan. Namun, karena tujuan bimbingan dan konseling adalah agar
konseli mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal
sesuai tuntutan lingkungannya, maka selain teknologi juga dibutuhkan inovasi.
Inovasi

tersebut

bertujuan

untuk

memperbaiki

suatu

keadaan

atau

memecahkan masalah yang ada sehingga layanan yang diberikan dapat lebih
bervariasi dan efektif.
Berkaitan dengan keefektifan Pengajaran dan Pembelajaran di
Indonesia dan Nigeria, teknologi dan inovasi turut memberikan konstribusi
terutama dalam hal pengembangan dan penggunaan media. Penggunaan dan
pengembangan media tersebut tidak terlepas dari salah satu peran atau fungsi
bimbingan dan konseling yaitu menyalurkan, mengadaptasi dan menyesuaikan
(Farozin, M., 1999, hlm. 96).
Pada hakikatnya, teknologi yang termasuk dalam teknologi informasi
dan komunikasi merupakan bagian integral dari dukungan sistem sebagai
komponen program bimbingan dan konseling. Dukungan sistem dalam
komponen program meliputi kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur
(misalnya teknologi informasi dan komunikasi), dan pengembangan
kemampuan professional konselor atau guru bimbingan dan konseling secara
berkelanjutan.
Menurut Triyanto (hlm. 21) teknologi maupun media dalam bimbingan
dan konseling bermanfaat untuk memotivasi, penyampaian informasi, serta

18

pembelajaran

atau

bimbingan

dan

konseling.

Lendarty

(hlm.

6)

mengemukakan bahwa pemanfaatan teknologi yang mutakhir senantiasa


merubah gaya serta penerapan bimbingan dan konseling yang konvensional,
serta mengefisienkan dan mempermudah akses informasi.
Pengembangan teknologi maupun inovasi dalam bimbingan dan
konseling juga tidak akan terlepas dari kompetensi guru bimbingan dan
konseling maupun konselor, baik kompetensi dalam melaksanakan need
assessment, program, maupun evaluasi. Beberapa kompetensi guru bimbingan
dan konseling atau konselor yang perlu diperhatikan ialah (Kemdikbud, 2015):
1. Menguasai teori dan praksis pendidikan.
2. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku
konseli.
Tujuan pengembangan teknologi informasi maupun inovasi dalam
bimbingan dan konseling ialah easy to use, easy to manage, simple dan
dynamic (Lendarty, hlm. 6). Tujuan lainnya ialah:
1. Mempermudah konselor dalam menyusun, mencari, dan mengolah data.
2. Menjaga kerahasiaan suatu data, karena dengan teknologi memungkinkan
untuk menguncinya dan tidak sembarang orang dapat mengaksesnya.
3. Membantu individu maupun kelompok untuk dapat berkomunikasi dengan
lebih mudah dan relatif murah dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
4. Memberikan kesempatan kepada individu untuk berkomunikasi lebih baik
dengan menggunakan informasi yang mereka terima tanpa perlu bertemu
secara fisik.
5. Menjadikan teknologi informasi sebagai alat dalam suatu program
kegiatan, sehingga kegiatan tersebut lebih teratur dan terstruktur.
Aplikasi teknologi maupun teknologi informasi secara keseluruhan
memberikan dampak yang cukup baik bagi pelayanan bimbingan dan
konseling. Aplikasi tersebut memberikan manfaat dalam berbagai komponen,
diantaranya

bantuan

diri

sendiri,

konseli,

diseminasi

informasi,

dukungan/pngukuhan, kegiatan asosiasi professional, konsultasi, marketing,


masukan, membantu diri sendiri, monitoring tiap sesi, pekerjaan rumah,
pelatihan

keterampilan,

pelatihan

19

kompetensi,

pemasaran

periklanan,

penelitian, penilaian dan analisis, publikai, referral, screening, sumber daya


informasi, sumber informasi perpustakaan, supervisi, surat menyurat untuk
penjadwalan, terapi kelompok, dan tindak lanjut (Kodong, 2011, hlm. 187).
Terdapat beberapa layanan yang bisa digunakan dengan memanfaatkan
teknologi sebagai media yang bersifat membimbing siswa ke arah yang baik
yaitu layanan (Kusmanto, 2015, hlm. 105):
1. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek
yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan
memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
2. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan dan
pendidikan lanjutan.
3. Penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan
kegiatan esktrakurikuler.
4. Penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasai konten tertentu, seperti kompetensi dan kebiasaan.
5. Konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.
6. Bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan
tertentu melalui dinamika kelompok.
7. Konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika
kelompok.
8. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain
dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antarpeserta didik.

20

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab II dan III, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tujuan utama pendidikan dalam Kebijakan Pendidikan Nasional di
Indonesia dan Nigeria memiliki kesamaan dalam hal mendorong
pengembangan potensi individu dan mengintegrasikan perkembangan
pribadi dan sosialnya sebagai rujud dari tercapainya tujuan pendidikan.
2. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling di Indonesia dan Nigeria mengarah
pada pengembangan potensi konseli seoptimal mungkin.
3. Layanan utama Konseling di Indonesia dan Nigeria pada dasarnya sama
hanya berbeda dalam istilahnya saja yaitu mencakup layanan dasar,
responsive, perencanaan individual, dan dukungan sistem.
4. Masalah yang dihadapi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Nigeria dan
Indonesia berasal dari pribadi konselor sendiri dan teknis pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di lapangan.
5. Kaitan antara inovasi dan teknologi Bimbingan dan Konseling terhadap
keefektifan pengajaran dan pembelajaran di Indonesia dan Nigeria
mengarah pada perlunya inovasi dan teknologi untuk mempermudah serta
menyesuaikan layanan yang diberikan dengan kondisi siswa sehingga
mendorong terciptanya keefektifan dalam proses pengajaran dan
pembelajaran yang komprehensif di sekolah melalui inovasi media sebagai
bentuk pemanfaatan teknologi yang tersedia.
B. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran yang aktif di sekolah ialah:
1. Ada kebutuhan untuk pencerahan serius pada bagian dari masyarakat
untuk menerima bimbingan dan konseling. Ini akan membantu

21

mengembangkan strategi untuk administrator sekolah dan guru untuk


mencapai persepsi realistis siswa di lingkungan sekolah mereka.
2. Pemerintah harus mendukung bimbingan dan konseling praktis dengan
menyediakan dan membuat dana yang tersedia untuk semua layanan dalam
bimbingan dan konseling.
3. Bimbingan dan konseling harus dilakukan merupakan bagian integral dari
program sekolah dan oleh karena itu didukung oleh semua pihak.
4. Guru pembimbing harus dikonsultasikan dengan administrasi sekolah
dalam melaksanakan beberapa program konseling.
5. konselor Pedoman sekolah bagian mereka sendiri berkomitmen untuk
program konseling melalui membantu guru dengan identifikasi siswa
dengan masalah belajar dan menginformasikan guru, sehingga metode
individual yang berbeda dapat digunakan untuk efektif mengajar dan
belajar.
6. Pemerintah harus membantu melatih dan menunjuk pembimbing yang
berkualitas di sekolah-sekolah untuk membantu memenuhi dengan
masalah siswa.
7. Orang tua juga harus dimasukkan dalam bimbingan dan program
konseling melalui memberi mereka. Laporan progresif anak-anak mereka.
8. Konselor harus memahami batas mereka dalam membantu siswa dan
karena itu membuat penggunaan arahan.
9. Konselor harus menjaga rahasia siswa dengan kerahasiaan.
10. Ada kebutuhan untuk kejelasan tentang layanan yang diberikan oleh
konselor sekolah. Hal ini dilakukan dengan mendefinisikan konselor
peran, fungsi dan tujuan untuk kepentingan sekolah administrator, guru,
siswa, orang tua, staf dan masyarakat.

22

DAFTAR PUSTAKA
Akinade, E.A. (2012). Modern Behaviour modification, principles and practices.
Ibadan Bright way publishers.
Barnawi & Arifin, M. (2012). Etika & profesi kependidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Chinonyelum, A.A. (2013). The role of guidance and counselling in effective
teaching and learning in schools: the Nigerian perspective. Official
Conference Proceedings. Nigeria: Enugu State University of Science
and Technology.
Corey G. Corey, M.S and Callanan P. (1988). Issues and Ethics in the Helping
professions. Pacific Grove, CA, Brooks Cole.
Darmawan, D. & Permasih. (2011). Kurikulum & pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Pers.
Egbo, A.C. (2008). Organization of Guidance and counselling in schools, Enugu;
Joe Best Publisher.
Egbo, A.C. (2013). Development of Guidance and counselling, Enugu; Joe best
publishers.
Farozin, M. (1999). Peran bimbingan dan konseling dalam proses belajar
mengajar. Dinamika Pendidikan, 2(6), hlm. 96.
Federal ministry of Education. (2004). National policy on Education, Lagos
federal Government printers.
Kartadinata, S. (t.t). Arah dan tangan bimbingan dan konseling profesional:
proposisi
historic-futuristik.
[Online].
Diakses
dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BI
MBINGAN/195003211974121SUNARYO_KARTADINATA/ARAH_DAN_TANTANGAN_BIMBI
NGAN_DAN_KONSELING_PROFESIONAL.pdf
Kolo, F.D. (2001). Elements of psychological testing for counsellors and
psychologists, Zaria; Amadu Bello Co.
Kusmanto, A.S. (2015). Penggunaan media dan teknologi dalam membentuk
karakter cerdas melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Prosiding
seminar nasional kebangkitan teknologi tahun 2015. Kudus:
Universitas Muria Kudus.
Lendarty, N. (t.t). Penggunaan teknologi komputer dalam layanan bimbingan dan
konseling.
[Online].
Diakses
dari:

23

http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=307820&val=5886&title=PENGGUNAAN%20TEKNOLOGI
%20KOMPUTER%20DALAM%20LAYANAN%20BIMBINGAN
%20KONSELING.
Makinde, O. (1980). A survey of counselling approaches. A paper presented at the
workshop on the use of psychological tests in guidance and
counselling university of Ibadan.
Nnabuike, E. K. (2012). Practical Guide to effective Teaching .Enugu: Hallmark
publishers.
Odo, E. (2007). Factors inhibiting teachers effectiveness, www journal of
educational psychology.
Odu, B.K. (2004). counselling intervention and crisis management as medium of
improving psychological well being of the students journal of
educational research and evaluation 4 (i) 140-148.
Ogunyemi, B. (2003), The counsellor and other school personnel; Practical
collaboration for quality education. The counsellor 19 (2) 27-42.
Okoh, S.E. (2006). Guidance for the 6-3-3-4 system of education, Zaria; institute
of education press, Amadu Bello University, Zaria.
Okoye, A.U. (2010). Counselling in the industrial setting Visa Vis industrial
relation. Aroka; Erudite publishers.
Oladejo .O. (2006). Guidance and counselling. A functional approach, Lagos;
John Lad publishers Ltd.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling.
Salawu, A.A. (2000). Introduction to guidance and counselling reading in
education, Vol. 1. Publisher educational foundation unit. Faculty of
education and extension services, Usman Dan Fodio University,
Sokoto. Pp 52-54.
Triyanto, A. (t.t). pemanfaatan/pengembangan media dan teknologi dalam
bimbingan
dan
konseling.
[Online].
Diakses
dari:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/agus-triyantompd/pemanfaatan-media-dan-teknologi-dalam-bimbingan-dankonseling.pdf.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wahyudin, D. & Susilana, R. (2011). Kurikulum & pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.

24

25

Anda mungkin juga menyukai