Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya jumlah anak-anak tuna laras membuat para ahli semakin
menggali tentang hal tersebut. Anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan emosi dan
perilaku adalah tipe individu yang sulit dalam berteman. Masalah terbesar bagi mereka adalah
untuk membangun keakraban dengan orang lain dan mengikatkan emosi dengan orang lain yang
dapat membantu mereka. Bahkan jika mereka berteman, maka mereka akan berteman dengan
kelompok teman yang salah
Beberapa dari anak tersebut terkucilkan. Sedangkan anak-anak yang lain akan berusaha
untuk menjalin pertemanan dengan orang lain tetapi biasanya usaha ini akan dihadapkan pada
rasa takut. Dalam banyak kasus adanya penolakan yang terus menerus dari lingkungan di
sekitarnya akan menyebabkan mereka berputus asa. Karena kelekatan emosi dibangun dengan
respon timbal balik dari lingkungan sekitar. Dan biasanya individu akan hilang ketertarikannya
untuk menjalin hubungan social dengan orang lain jika ia selalu diabaikan.
Pada kasus lain banyak anak-anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
diisolasi dari teman-temannya yang lain bukan karena mereka dikucilkan dari teman-temannya
tapi karena mereka mulai berkelahi dengan kemarahan dan agresi. Mereka kasar, merusak, tidak
terprediksi, tidak bertanggung jawab, mudah marah, membangkang, dll.
Banyak terjadi kesalah pahaman pada masyarakat luas dalam memahami anak-anak
pengidap tuna laras. Salah satunya adalah bahwa anak-anak tersebut tidak menunjukkan
problematika mereka sepanjang hari selama 24 jam. Banyak individu yang tidak mengerti
tentang hal tersebut. Mereka menganggap permasalahan yang dibuat oleh anak-anak tuna laras
terjadi selama 24 jam per tujuh hari. Padahal, permasalahan tersebut muncul secara berperiode,
artinya tidak selalu anak-anak tersebut membuat keonaran. Anak-anak tuna laras tidak selalu
menunjukkan kelainannya secara konsisten sebagaimana anak-anak tunagrahita ataupun
celebral palsy.
Lalu dari mana masalah muncul? Apakah dimulai dari perilaku anak-anak tuna laras yang
membuat orang-orang di sekitarnya marah, frustasi, dan terganggu? Atau dimulai dari
1

lingkungan soasial yang tidak sesuai serta tidak nyaman yang menyebabkan anak-anak tersebut
menyerang orang lain? Pemikiran terbaik saat ini adalah bahwa masalah tidak hanya terdapat
pada diri anak-anak ataupun dari lingkungan sekitarnya. Masalah tersebut muncul karena
interaksi social antara anak-anak dan lingkungan social tidak sesuai.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang anak-anak
yang mengalami gangguan emosi dan perilaku atau yang biasa kita sebut sebagai tuna laras.

BAB II
PEMBAHASAN

A. TERMINOLOGI
Banyak istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang anak-anak yang mengalami
masalah social interpersonal atau intrapersonal secara ekstrim. Yang tercakup didalamnya
kecacatan emosi, kerusakan emosi, kerusakan perilaku, kecacatan social / emosional, konflik
emosi, dan kecacatan perilaku yang serius.Istilah ini tidak dapat menjelaskan secara jelas
perbedaan-perbedaan gangguan yang ada; oleh karena itu istilah-istilah tersebut tidak
menunjukkan perbedaan yang jelas dari anak-anak dengan gangguanm tersebut. Istilah yang
digunakan sangatlah variatif . Jadi, bisa saja kita sebut dengan gangguan emosi, gangguan
perilaku, gangguan emosi/perilaku, kecacatan social, dan lain-lain.
Hingga pada tahun 1997, istilah seriously emotionally disturbed digunakan dalam
departemen pendidikan khusus. Istilah seriously diambil dari terminologi pada tahun 1997.
Emotionally disturbed adalah istilah yang digunakan pada Individuals with Disabilities
Eduacation Act (IDEA).
Pada tahun 1990, Koalisi Nasional Kesehatan Mental dan pendidikan khusus menyiapkan
lebih dari 30 profesional dan kelompok pembela, mengusulkan tentang istilah emotional or
behavioral disorder. Istilah ini yang digunakan hingga sekarang.
B. DEFINISI
Mendefinisikan tentang perihal gangguan emosi dan perilaku selalu menjadi masalah.
Para professional dan ahli memberi kebebasan kepada individu untuk mendefinisikan hal
tersebut sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

1. Masalah Definisional
Mendefinisikan gangguan emosi dan perilaku dapat diibaratkan seperti mendefinisikan
pengalaman familiar yang sering kita rasakan, seperti marah, bahagia, sedih, dan lain-lain. Kita
semua memiliki pemahaman tentang hal-hal tersebut tetapi untuk membentuk definisi objektif
dari gangguan emosi dan perilaku akan terasa sulit karena alasan-alasan berikut ini :
a. kurangnya definisi yang tepat tentang kesehatan mental dan perilaku abnormal
b. adanya beberapa perbedaan substansial di antara model-model konsep
c. pengukuran emosi dan perilaku tidak jelas
d. terjadinya tumpang tindih antara gangguan emosi / perilaku dan gangguan-gangguan
yang lain
e. para professional yang mendiagnosis dan melayani anak-anak tersebut tidak setuju

dengan hal tersebut


Gangguan emosi dan perilaku cenderung untuk tumpang tindih dengan gangguan yang
lain khusunya gangguan

belajar dan gangguan intelektual. Maka pada akhirnya, para

professional memiliki alasan sendiri untuk melayani para individu dengan gangguan emosi dan
perilaku. Seperti psikolog klinis, konselor, pekerja social, dan guru. Mereka semua memiliki
focus dan bahasa yang khusus masing-masing. Perbedaan focus dari berbagai professional
cenderung menghasilkan perbedaan-perbedaan dalam definisi.
1. Definisi yang Digunaan Sekarang
Ada beberapa keistimewaan di antara definisi yang digunakan saat ini. Ada kesepakatan
umum bahwasanya yang dimaksud dengan gangguan emosi dan perilaku adalah :
a. perilaku ekstrim bukan sekedar perilaku yang berbeda dari bisasanya
b. sebuah masalah yang kronis bukan penyakit yang mudah hilang
4

c. perilaku yang tidak diterima dikarenakan harapan social dan kultural


DEFINISI FEDERAL tata tertib federal mengatur implementasi dari definisi IDEA tentang
gangguan emosi, sebagai hal berikut :
a. istilah bermakna sebuah kondisi yang menunjukkan satu atau lebih dari karakteristik
berikut:
-

ketidakmampuan

belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual,

sensori, atau kesehatan


-

ketidakmampuan untuk membangun atau mempertahankan kepuasan hubungan


dengan teman sebayanya dan guru-gurunya

tipe perilaku atau perasaan yang tidak sesuai dibawah keadaan normal

mood yang mudah meyerap dari ketidakbahagiaan atau depresi

kecenderungan untuk mengembangkan gejala fisik atau ketakutan yang


diasosiasikan dengan masalah personal atau sekolah

b. istilah ini juga termasuk anak-anak skizofrenia. Istilah tidak termasuk anak-anak yang
tidak dapat menyesuaikan diri secara social kecuali jika ditentukan bahwa mereka
terganggu secara emosi
Kritik Bower atas 5 poin di atas adalah untuk gangguan emosi mengindikasikan bahwa
skizofrenia pada anak harus dicakupkan dan anak-anak yang mengalami gangguan dalam
penyesuaian diri pada lingkungan social tidak dapat dikeluarkan, Lebih jauh klausa yang berisi
yang mempengaruhi prestasi sekolah menjadikan definisi tersebut menjadi hal yang mustahil,
kecuali jika definisi dari prestasi sekolah dapat dijelaskan
Satu aspek yang paling kontroversial dan dikritisi adalah definisi tersebut tidak
mencakupkan anak-anak dengan ketidakmampuan beradaptasi social tetapi tidak mengalami
gangguan emosi. Beberapa daerah mulai memaknai ketidakmampuan berdaptasi social dengan

conduct disorder- agresif, mengganggu, perilaku anti social. APA mengutuk konsep ini karena
tidak adanya dasar-dasar empiris.
SEBUAH ALTERNATIF Koalisi Nasional Kesehatan Mental dan Pendidikan Spesial
mengusulkan definisi alternative pada tahun 1990, definisi tersebut adalah sebagai berikut:
a. istilah gangguan emosi atau perilaku bermakna sebuah ketidakmampuan yang
dicirikan dengan respon perilaku dan emosi yang sangat berbeda dari anak seusianya,
budayanya, atau norma etik yang mempengaruhi prestasin sekolah. Prestasi sekolah
mencakup akademik, social, vokasional, dan skil personal, seperti ketidakmampuan:
-

lebih dari waktu sementara, diduga sebagai respon dari kejadian stressor dalam
lingkungan

secara konsisten ditunjukkan dalam dua hal berbeda, setidaknya salah satunya
berhubungan dengan sekolah

tidak merespon pada intervensi langsung dalam pendidikan umum, atau kondisi
anak yang tidak akan cukup hanya dengan intervensi dari sekolahnya

b. gangguan perilaku dan emosi dapat terjadi bersamaan dengan gangguan lain
c. kategori ini mungkin untuk memasukkan anak-anak atau remaja dengan gangguan
skizofrenia, gangguan afektif, gangguan kecemasan, atau gangguan lain yang terjadi
terus menerus dari perilaku ketika hal tersebut mempengaruhi prestasi sekolah seperti
pada bagian (a). (Forness & Knitzer, p.13)
Kelebihan definisi yang diusulkan oleh pemerintahan federal adalah sebagai berikut:
a. terminology yang diogunakan merefleksikan preferensi professional saat ini dan focus
untuk meminimalisir stigma
b. mencakup gangguan perilaku dan emosi, dan menyadari bahwa hal tersebut dapat terjadi
secara terpisah ataupun bersamaan

c. focus pada sekolah tetapi pernyataan bahwa gangguan bisa terjadi di luar setting sekolah
juga perlu diperhatikan
d. sensitive pada perbedaan etnis dan budaya
e. tidak termasuk masalah yang singkat atau seperti respon yang biasa atas stress
f. menyatakan tentang pentingnya intervensi tetapi bukan implementasi tiruan pada kasus
yang ekstrim
g. menyetakan bahwa anak-anak dan remaja dapat memiliki beberapa gangguan
h. mencakup tingkatan dari gangguan perilaku dan emosi dari kesehatan mental dan
prefisonal pada pendidikan khusus tanpa pengeluaran peraturan
C. KLASIFIKASI
Para peneliti telah mengidentifikasi dua dimensi dari gangguan perilaku: externalizing
dan internalizing. Perilaku externalizing mencakup memberikan serangan kepada orang lain.
Perilaku internalizing mencakup konflik mental atau emosi, seperti depresi dan kecemasan.
Beberapa peneliti telah menemukan gangguan yang lebih spesifik, tetapi semua gangguan
spesifik tersebut dapat dikategorikan pada dua dimensi utama tersebut.
Individu mungkin menunjukkan perilaku dari dua dimensi tersebut; dimensi-dimensi
tersebut tidak selalu terspisah satu sama lain. Seorang anak atau remaja mungkin menunjukan
beberapa perilaku yang diasosiasikan dengan masalah internalizing (seperti kurangnya
konsentrasi, konsentrasi jangka pendek) dan beberapa perilakau yang lain diasosiasikan dengan
masalah externalizing (seperti berkelahi, mengganggu orang lain, perilaku mengacau). Biasanya
komorbiditas merupakan hal yangbtidak biasa. Hanya sedikit individu yang mengalami
gangguan perilaku dan emosi meunjukan satu tipe dari perilaku maladaptive.
Anak-anak mungkin menunjukan perilaku khusus dengan berbagai tingkatan keparahan
gangguan. Maka dari itu, dimensi perilaku dapat ditunjukkan dengan tingkat yang lebih tinggi
maupun lebih rendah, tingkatan mungkin dimulai dari normal sampai hingga gangguan parah.
Contohnya adalah seorang individu mengalami conduct disorder yang berat, maka perilaku
7

externalizingnya ditunjukan dengan perilaku agresi, mengganggu, atau perilaku anti social yang
samar seperti mencuri dan berbohong. Gangguan emosi dan perilaku dengan tingkat berat
mencakup masalah internalizing dan externalizing yang berat. Mereka mungkin percaya bahwa
mereka dikendalikan oleh dorongan alien atau mungkin memiliki delusi dan halusinasi.
Khususnya, emosi mereka tidak sesuai untuk lingkungannya, dan mereka cenderung untuk
tertutup pada dunia mereka sendiri. Skizofrenia anak-anak adalah sebuah gangguan yang
khususnya dimulai setelah periode normal dari perkembangan selama masa anak-anak awal.

D. PREVALENSI
Studi yang dapat dipercaya di Amerika dan Negara lain secara konsisten menunjukan
bahwa setidaknya 6 sampai 10 persen dari anak-anak dan remaja pada usia sekolah menunjukan
gangguan perilaku/emosi yang serius dan menetap. Bagaimanapun kurang dari 1 persen dari
anak sekolah di Amerika diidentifikasi sebagai anak yang mengalami gangguan emosi untuk
tujuan pendidikan khusus. Sebuah laporan pada kesehatan mental anak-anak di Amerika telah
mengindikasikan bahwa hanya sebagian kecil anak-anak dengan gangguan emosi dan perilaku
yang mendapatkan pelayanan kesehatan mental.
Ada gerbang yang besar antara perkiraan dari prevalensi dan pelayanan, baik dari
kesehatan mental maupun pendidikan khusus. Bagaimanapun masyarakat pada umumnya tidak
memahami tentang hal ini.
Tipe yang sangat umum dari masalah ditunjukan dengan anak-anak yang ditempatkan
pada pendidikan khusus untuk gangguan emosi dan perilaku mereka melakukan perilaku
externalizing. Jumlah anak laki-laki yang melakukan hal ini lebih banyak dari anak perempuan,
perbandingannya bisa mencapai satu banding lima anak. Secara keseluruhan anak laki-laki
cenderung menunjukan lebih banyak agresi dibandingkan anak perempuan, meskipun perilaku
anti social pada anak-anak meningkat tajam.

E. PENYEBAB
8

Penyebab dari gangguan emosi dan perilaku dikategorikan pada 4 faktor utama :
1. gangguan biologis dan penyakit
2. hubungan keluarga yang patologis
3. pengalaman yang tidak diinginkan di sekolah
4. pengaruh budaya yang negative
Meskipun penyebab dari gangguan ini telah dibagi ke dalam 4 faktor utama, tidak bukti
empiris yang menunjukan bahwa salah satu factor menjadi penyebab utama dari gangguan
tersebut, beberapa factor mungkin menjadi pemyebab kecenderungan anak-anak untuk
menunjukan perilaku yang bermasalah, dan sebagian yang lain mendorong atau menguatkannya.
Oleh karena itu, beberapa factor seperti genetika mempengaruhi perilaku sepanjang waktu dan
meningkatkan kemungkinan bahwa sebuah lingkungan dapat mendorong perilaku maladaptive.
factor lain seperti menyaksikan orang tua yang saling bertengkar menjadi efek langsung dan
mungkin mendorong perilaku maladaptive pada individu yang memiliki kecenderungan
gangguan perilaku.
Konsep lain yang juga penting dalam semua teori adalah ide-ide tentang factor-faktor
yang ada saling berkontribusi untuk meningkatkan resiko dari sebuah gangguan. Adalah hal yang
sangat tidak bisa jika menemukan hanya satu factor sebagau pemicu atau penyebab terjadinya
gangguan ini. Karena biasanya beberapa factor saling berkontribusi untuk meningkatkan sebuah
masalah. Pada hamper semua kasus, pertanyaan tentang factor apa yang paling berpoengaruh
tidaklah pernah terjawab karena tidak ada satupun yang mengetahui tentang hal tersebut.
1. Faktor Biologis
Perilaku dan emosi dapat dipengaruhi oleh factor-faktor genentika, neurologis, dan
biokimia atau kombinasi dari kesemuanya. Secara pasti ada hubungan antara tubuh dan perilaku
dan hal tersebut memungkinkan kita untuk mencari penyebab gangguan emosi dan perilaku dari
factor biologis. Seperti contohnya, kita tahu bahwa seorang anaj yang pada masa prenatal sang
ibu mengkonsumsi alcohol dapat berkontribusi terhadap berbagai macam gangguan. Tetapi
9

sangat jarang untuk memungkinkan bahwa factor biologis dan gangguan emosi/perilaku
memiliki hubungan yang kuat.
Bagi hampir semua anak yang mengalami gangguan perilaku dan emosi tidak bukti yang
kuat yang menunjukan bahwa factor biologis merupakan satu-satunya factor atau akar penyebab
dari gangguannya tersebut. Bagi mereka yang mengalami gangguan ini dengan tingkat yang
cukup parah ada bukti yang menunjukan bahwa factor biologis berkontribusi pada keadaan
mereka. Lebih dari itu ada bukti yang meningkat bahwa bahwa pengobatan membantu mengatasi
gangguan pada anak-anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku jika mereka menerima
state-of-the-art psychopharmacology
Semua anak-anak dilahirkan dengan karakteristik biologis yang menentukan gaya
perilakunya atau temperamen. Meskipurn temperamen merupakan factor bawaan yang masih
dapat diubah sesuai dengan bagaimana cara anak tersebut diasuh, beberapa orang tetap percaya
bahwa anak-anak dengan temperamen yang sulit berpotensi untuk mengalami gangguan perilaku
dan emosi. Bagaimanapun tidak ada hubungan langsung antara temperamen dan gangguan.
Seorang anak yang nakal tetapi diasuh dengan cara yang baik ia akan baik atau anak dengan
temperamen yang baik tetapi menjadi nakal, hal ini akan sangat berbeda sebagaimana yang telah
diprediksikan sebelumnya. Faktor biologis lain selain temperamen seperti penyakit, trauma otak,
atau malnutrisi contohnya dapat mempengaruhi anak-anak untuk mengalami gangguan perilaku
dan emosi. Penyalahgunaan obat juga dapat berkontribusi terhadap masalah emosi dan perilaku.
Gangguan emosi dan perilaku secera esensi merupakan fenomena social, baik yang
dikarenakan factor biologis ataupun tidak.. Penyebab dari gangguan ini jarang diluar factor
bioloogis atau psikologis. Sekali saja sebuah gangguan biologis terjadi, akan selalu mendekatkan
terbentuknya masalah psikososial yang kemudian akan berkontribusi pada gangguan emosi dan
perilaku. Pengobatan akan menjadi sangat bermanfaat tetapi intervensi yang dibutuhkan tidak
hanya itu. . Aspek psikologis dan social juga harus diarahkan.

2. Faktor Keluarga

10

Meskipun pada beberapa kasus gangguan perilaku dan emosi dengan tingkat parah tidak
adanya bukti yang menunjukan dan memperbolehkan untuk menyalahkan gangguan tersebut
akibat orang tuanya. Orang tua yang baik pun terkadang memiliki anak dengan gangguan emosi
dan perilaku yang serius atau orang tua yang kasar terkadang memiliki anak yang tidak
berkecenderungan memiliki gangguan emosi dan perilaku.Hubungan antara pengasuhan orang
tua dan gangguan ini bukanlah hal yang simple.
Para pendidik harus menyadari bahwa orang tua dengan anak yang mengalami gangguan
ini berharap anaknya dapat berperilaku lebih adaptif dan akan melakuikan apapun untuk
membantu anak mereka. Orang tua tersebut membutuhkan sumber dorongan-bukan kutukan atau
kritik- untuk menerima keadaan keluarga yang rumit. Perkumoulan keluarga dengan gangguan
emosi dan perilaku didirikan pada tahun 1989 untuk membantu memberikan dukungan dan
sumber pengobatan.
3. Faktor Sekolah
Beberapa anak ketika masuk sekolah mereka telah mengalami gangguan perilaku dan
emosi, beberapa anak yang lain mulai mengalami gangguan ini ketika mereka mulai bersekolah,
mungkin salah satu penyebabnya adalah pengalaman yang salah dalam ruang kelas. Aanak-anak
yang menunjukan gangguan ketika mereka masuk sekolah mungkin bisa menjadi lebih baik atau
lebih buruk tergangtung pada bagaimana mereka diatur dalam ruang kelas. Pengalaman di
sekolah merupakan hal yang penting bagi anak-anak, tapi sebagaimana factor biologis dan factor
keluarga, kita tidak bisa menghakimi bahwa pengalaman di sekolah merupakan factor penyebab
yang paling berpengaruh dalam anak-anak dengan gangguan ini. Temperamen anak-anak dan
kompetensi social dapat berinteraksi dengan perilaku dari teman sekelas dan guru dalam
berkontribusi pada gangguan emosi dan perilaku.
Ada bahaya yang sangat nyata bahwa seorang anak yang menujukan masalah perilaku
akan terjerat dalam lingkaran interaksi yang negative, yaitu dy akan menjadi sangat menyebalkan
bagi teman dan gurunya. Untuk menyadari bagaimana mereka berkontribusi terhadap gangguan
perilaku, guru haruis bertanya dalam dirinya tentang bagaimana intruksi akademik mereka,
harapan, dan pendekatan terhadap manajemen perilaku mereka. Guru tidak boleh
11

mengasumsikan bahwa mereka tidak berkontribusi pada gangguan ini, peran guru merupakan
peran yang penting.
4. Faktor Budaya
Anak-anak, keluarga, dan sekolah dilekatkan dalam budaya yang mempengaruhi mereka.
Disampinv dari factor sekolah dan keluarga, banyak kondisi lingkungan yang mempengaruhi
ekspektasi orang dewasa dan ekspektasi anak-anak dalam dirinya dan teman sebaya mereka.
Standar nilai dan perilaku dikomunikasikan kepada anak-anak melalui berbagai macam kondisi
budaya, permintaan, larangan, dan model. Beberapa spesifik budaya mempengaruhi pikiran:
seperti tingkat kekerasan pada media, kekerasan pada terror, penyalahgunaan obat terlarang,
perubahan standar perilaku sexual, ancaman nuklir, dan lain-lain. Teman sebaya merupakan
sumber penting lain dari pengaruh lingkungan budaya, khususnya ketika anak memasuki tingkat
atas sekolah dasar.
Meskipun kita mengetahui lingkungan yang beresiko memicu gangguan ini pada anak
kita juga harus tau lingkungan sekolah yang bagaimana yang akan membantunya.
F. IDENTIFIKASI
Lebih mudah untuk mengidentifikasi gangguan perilaku dan emosi dibandingkan untuk
mendefinisikan dan mengklasifikasikan tipe-tipe dan penyebab dari gangguan ini. Hampir semua
siswa dengan gangguan perilaku dan emosi tidak bisa lari dari perhatian atau catatan para guru.
Terkadang ada beberapa murid yang tidak suka mengganggu temannya dan mereka inilah yang
tidak terdeteksi, tapi sangatlah mudah bagi guru yang telah berpengalaman untuk untuk
menyebutkan kapan anak-anak tersebut membutuhkan bantuan. Seringkali guru gagal untuk
menilai kelebihan yang ada pada murid dengan gangguan ini. Bagaimanapun sangatlah penting
untuk memahami apa kelebihan anak-anak tersebut bukan hanya kekurangan dalam diri mereka
Tipe yang paling sering dari gangguan perilaku dan emosi-conduct disorder, dengan
masalah eksternalizing- sangatlah menarik perhatian , jarang adanya masalah yang nyata dalam
identifikasi. Siswa dengan masalah internalizing dapat kurang terlihat, tetapi mereka tidak sulit
untuk dikenal. Anak-anak dengan gangguan emosi dan perilaku mudah dikenali oleh para
personel sekolah, pada kenyataannya, hanya sedikit sekolah yang menghiraukan untuk
12

menggunakan prsedur sistematis penyaringan. Dan juga ketersediaan pelayanan-pelayanan


khusus bagi mereka yang mengalami gangguan emosi dan perilaku jauh tertinggal dari angka
ynag membutuhkan mereka. Anak-anak skizofrenia adalah tipe dari gangguan ini yang paling
sedikit dan masalah-masalah dalam mengidentifikasi mereka biasanya tidak ditemukan.
Bagaimanapun di awal mereka akan diidentifikasi sebagai gangguan lain, seperti ADHD atau
depresi dan kemudian diidentifikasi sebagai skizofrenia.
Meskipun begitu, jangan menarik kesimpulan dengan bertanya apakah seorang anak
memiliki gangguan emosi dan perilaku. Semakin kecil usia seorang anak, akan semakin sulit
untuk memutuskan apakah ia mengalami gangguan ini atau tidak. Dan beberapa anak dengan
gangguan emosi dan perilaku tidak terdeteksi karena para guru tidak sensitive terhadap masalah
yang dialami oleh muridnya atau mereka tidak memahami anak-anak dalam lingkungannya
apakah ia memiliki gangguan atau tidak. Lebih jauh lagi, terkadang guru yang sensitive pun bisa
saja melakukan kesalahn dalam penilaian. Juga yang harus selalu diingat bahwa anak dengan
gangguan ini tidak selalu menunjukan masalahnya di sekolah.
Penyaringan formal dan identifikasi akurat sejak dini untuk tujuan perencanaan intervensi
pendidikan sangatlah rumit dikarenakan masalah define yang telah disebutkan sebelumnya.
Bagaimanapun penilaian guru secara informal diakui sebagai data layak yang valid dan reliabel
untuk menyaring anak-anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang juga dibandingkan
dengan hasil dari psikolog dan psikiater. Ketika prosedur formal dilakukan maka akan menjadi
sangat akurat.
Tiga proses langkah untuk memastikan bahwa anak tidak terlihat dalam penyaringan
tetapi tidak membuang waktu dan usaha:
1. Guru mendata murid dan merangkingnya dengan masalah internalizing dan
externalizing. Siapa saja yang sesuai dengan deskripsi malah internalizing dan
eksternalizing
2. Guru melengkapi dengan memberikan 2 ceklis bagi murud dengan 3 peringkat
teratas. Ceklis pertama tentang apakah murid menunjukan gangguan dan ceklis
kedua menunjukan seberapa sering gangguan tersebut
13

3. Anak-anak yang tertangkap secara data diperhatikan dimanapun ia berada. Ruang


kelas akan menunjukan seberapa luas gangguan yang ia alami. Usaha sistematis
pada identifikasi dasar atas penilaian guru dan observasi dengan teliti akan
menghasilkan pelayanan terbaik bagi murid yang memang membutuhkan.
G. KARAKTERISTIK PSIKOLOGIS DAN PERILAKU
Menggambarkan karakteristik anak-anak dan remaja dengan gangguan emosi atau
perilaku merupakan tantangan yang luar biasa karena gangguan emosi dan perilaku sangat
bervariasi. individu dapat sangat bervariasi dalam kecerdasan, prestasi, keadaan hidup, dan
karakteristik emosional dan perilaku.
1. Intelligensi dan Prestasi
Penelitian secara jelas menunjukkan bahwa rata-rata murid dengan gangguan emosi dan
perilaku memiliki IQ dalam penilaian kasar (berkisar 90) dan beberapa penilaian yang relatif
dalam penilaian yang normal. Dibandingkan dengan intelegensi distribusi normal, kebanyakan
anak dengan gangguan emosi dan perilaku termasuk kedalam peringkat belajar lambat dan
intelektual yang kurang baik.
Tes intelegensi bukanlah instrument yang sempurna untuk memastikan apakah intelegensi
kita sudah baik, dan ini beranggapan bahwa gangguan emosi dan perilaku sulit untuk mencegah
anak dari penilaian yang berdasarkan kemampuan dirinya. Faktanya, banyakan anak dengan
gangguan yang berat dalam kemampuan dasar membaca, kemampuan dasar berhitung dan
beberapa yang kompeten dalam membaca atau berhitung sering tidak mampu untuk menunjukan
kemampuan mereka dalam kesehariannya.

2. Karakteristik Sosial dan Emosional


Studi dari status sosial pelajar dalam SD regular dan kelas menengah mengindikasikan
bahwa mereka yang teridentifikasi memiliki gangguan emosi dan perilaku mungkin mengalami
14

penolakan sosial. Beberapa anak dan remaja dengan gangguan emosi dan perilaku sangat sulit
dalam memahami dan berbahasa dalam situasi sosial.
Aggressive, acting-out behavior (externalizing). Conduct disorder adalah problem yang
paling umum ditunjukkan oleh murid dengan gangguan emosi dan perilaku. Hal yang biasa jika
seorang anak menangis, berteriak, memukul, berkelahi, berbuat hal negatif, dan melakukan hal
lainnya terhadap anak yang lain dengan gangguan emosi dan perilaku yang dilakukan tetapi
belum sebagai gerakan dari hati dan bukan sebagai suatu yang sering dilakukan.
Agresi telah dianalisis dari beberapa poin penglihatan. Studi mereka memperhitungkan
pengalaman anak dan motivasinya, berdasarkan konsekuensi agresi yang diantisipasi. Individu
yang model agresinya lebih mungkin untuk ditirukan jika mereka berstatus sisoal tinggi dan
diamati untuk menerima penghargaan dan bebas dari hukuman khususnya karena agresi yang
mereka buat jika mereka tidak mengalami konsekuensi yang tidak menyenangkan atau
memperoleh penghargaan dengan mengatasi korban mereka.
Hukuman sebenarnya dapat meningkatkan agresi dalam kondisi tertentu: ketika tidak
konsisten atau tertunda, ketika tidak ada alternative positif terhadap perilaku Punisher, ketika
memberikan contoh agresi, atau ketika serangan balik melawan punisher terlihat akan berjalan
lancar. Mengajar anak-anak yang agresif agar lebih baik bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi
teori pembelajaran sosial dan penelitian perilaku memberikan beberapa pedoman umum. Teknik
yang paling membantu termasuk memberikan contoh-contoh (model) dari respon tidak agresif
dengan keadaan memprovokasi agresi, membantu anak berlatih atau bermain peran perilaku
yang tidak agresif, memberikan penguatan untuk tidak berperilaku agresif, dan menghukum
agresi dengan cara yang melibatkan sedikit pembalasan agresi yang memungkinkan.
Keseriusan agresif anak-anak, memerankan perilaku tidak seharusnya akan diremehkan.
Dipercayai selama beberapa decade bahwa meskipun anak-anak menyebabkan banyak masalah,
mereka tidak serius dalam melakukannya seperti anak-anak yang pemali dan cemas.
Immature, Withdrawn behavior and Depression (Internalizing). Anak yang perilakunya
sama dengan pola perilaku yang belum matang dan pendiam atau depresi tidak dapat
mengembangkan hubungan secara lebih dekat dengan orang lain dan membuatnya nyaman yang
15

menjadi ciri perkembangan normal. Seperti dalam kasus agresif, memerankan perilaku, pendiam
dan depresi dapat ditafsirkan dalam berbagai cara.
Faktor umum yang mungkin juga masuk kedalamnya adalah aturan orang tua yang terlalu
membatasinya, hukuman yang sesuai terhadap respon sosial, apresiasi untuk berperilaku yang
tidak dianjurkan, kurangnya kesempatan untuk belajar dan berlatih keterampilan sosial, dan
contoh lain dari perilaku yang tidak tepat. Perilaku yang belum matang dan sifat pendiam pada
anak dapat diajarkan mengenai keterampilan yang masih kurang dalam dirinya dengan cara
mengurutkan kesempatan untuk mereka belajar dan berlatih merespon dengan sesuai,
menampilkan model yang menarik dalm berperilaku yang pantas. Dan memberikan apresiasi
untuk perilaku baik.
Indikasi dari depresi termasuk gangguan mood atau perasaan, ketidakmampuan untuk
berpikir dan konsentrasi, kurang motivasi, dan berkurangnya kesehatan fisik. Anak-anak atau
remaja yang depresi merasakan sedih, kesepian, dan bertindak apatis dengan kuat; penghargaan
diri yang kurang; merasa bersalah secara berlebihan, dan pesimis yang teramat dalam;
menhindari tugas dan pengalaman sosial; dan atau memiliki keluhan fisik, atau masalah tidur,
makan atau memuntahkan.
Depresi, khususnya depresi berat dan ditemani dengan rasa keputusasaan, ini
berhubungan dengan bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Terkadang penyebab depresi adalah
faktor biologis dan obat anti depresan terkadang berhasil mengobatinya dalam menolong anak
dan remaja depresi untuk mengatasi masalah mereka. Depresi bisa juga terjadi karena faktor
psikologis dan lingkungan, seperti kematian orang yang dicintai, perceraian orang tua, putus
sekolah, penolakan teman sebaya, atau lingkungan rumah yang kacau beserta hukumannya.
H. PELAYANAN PENDIDIKAN
Murid dengan gangguan emosi dan perilaku secara khas memiliki kualitas rendah dan
hasil akademik yang tidak memuaskan, memiliki peringkat dropout yang lebih tinggi dan
peringkat sarjana yang rendah daripada kelompok siswa yang lain, dan sering ditempatkan dalam
pengaturan yang sangat ketat.

16

Menemukan obat untuk representasi proporsional etnis minoritis dalam program bagi
murid dengan gangguan emosi atau perilaku merupakan isu penting. Namun, menemukan
strategi intervensi yang efektif bagi siswa yang beragam sama pentingnya. (Ishii-Jordan, 2000;
Landrum & Kauffman, 2003)
Kombinasi model memandu program pendidikan yang paling baik saat ini. (Kauffman &
Landrum, 2009a, 2009b, untuk mendeskripsikan dan alasan ilustrasi dari model.) model
konseptual yang dapat dipercaya mempunyai 2 sasaran hasil:
1.Mengontrol kesalahan perilaku
2.Mengajar murid tentang akademik dan keterampilan sosial yang mereka butuhkan
1. Penyeimbangan Kontrol Perilaku dengan Akademik dan Belajar Sosial
Strategi kontrol perilaku adalah bagian dari hal-hal yang dibutuhkan dalam program
pendidikan untuk murid dengan masalah eksternal (Colvin, 2004). Tanpa arti efektif dalam
kontrol perilaku yang kacau , ini sangat tidak disukai oleh akademik dan pelajaran sosial yang
terjadi. Instruksi akademik yang bagus sudah pasti mengurangi beberapa masalah perilaku
sebagai pengajaran penting keterampilan akademik (Falk & Wehby, 2001; Kauffman et al., 2006;
Stein & Davis, 2000; Sutherland & Wehby, 2)
2. Pentingnya Penggabungan Pelayanan
Anak dan remaja dengan gangguan emosi dan perilaku cenderung memiliki kebutuhan
multiple dan kompleks. Anak atau remaja dengan gangguan emosi dan perilaku mungkin butuh,
penambahan pendidikan khusus, berbagai layanan yang berorientasi pada keluarga, psikoterapi
atau konseling, pengawasan masyarakat, pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan
sebagainya.

3. Strategi yang bekerja


Tanpa memperhatikan dari model konseptual panduan pendidikan, kita dapat nilai
untuk beberapa strategi yang efektif. Keberhasilan strategi pada semua level, mulai dari
17

intervensi dini melalui transisi, menyeimbangkan perhatian untuk akademik dan kemampuan
sosial dan memberikan layanan terpadu. Strategi ini termasuk unsur-unsur berikut (Peacock Hill
Working Group, 1991; bisa dilihat juga Walker, Forness, et al., 1998; Kauffman & Landrum,
2009a):
- Sistematis, intervensi berbasis data intervensi yang diterapkan secara sistematis dan
konsisten dan yang didasarkan pada data penelitian yang reliabel, teori tidak berdasar,
- Penilaian kontinus dan monitoring kemajuan langsung, penilaian keseharian dari kinerja,
dengan perencanaan berdasarkan pada monitoring ini,
- Ketentuan untuk praktek keterampilan baru keterampilan tidak diajarkan dalam isolasi
tetapi diterapkan langsung dalam situasi sehari-hari melalui modeling, latihan, dan praktek
dibimbing,
- Treatment disesuaikan dengan masalah intervensi yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan individu siswa dan keadaan khusus mereka hidup, formula tidak umum yang
mengabaikan sifat, kompleksitas, dan tingkat keparahan masalah,
- Multicompenent treatment banyak intervensi yang berbeda diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan beberapa siswa (contoh pelatihan kemampuan sosial, remediasi akademik,
pengobatan, konseling atau psikoterapi, dan treatment keluaga dan pelatihan orang tua),
- Program untuk pengalihan dan pemeliharaan intervensi di disain untuk meningkatkan
pengalihan dari pembelajaraan untuk situasi baru, mengakui bahwa perbaikan yang cepat
hampir selalu gagal untuk menghasilkan perubahan umum,
- Komitmen untuk intervensi berkelanjutan intervensi di disain dengan kesadaran bahwa
banyak gangguan emosional atau perilaku yang kemampuan perkembangan dan tidak akan
menjadi dieliminasi seluruhnya atau disembuhkan.

4. Pelayanan
Hanya persentase yang relatif kecil dari anak-anak dan remaja dengan gangguan
emosional atau perilaku yang menerima pendidikan khusus atau pelayanan kesehatan mental
(Costello et al., 2005). Karenanya, individu yang memperoleh pendidikan khusus cenderung
memiliki masalah yang sangat serius, meskipun sebagian besar (bersama dengan mereka yang
memiliki cacat intelektual ringan atau ketidakmampuan belajar) biasanya telah diasumsikan
18

memiliki cacat ringan saja. Yaitu, masalah siswa yang khas dengan yang emosional atau perilaku
yang diidentifikasi untuk pendidikan khusus sering lebih serius daripada banyak orang telah
diasumsikan. Istilah severe tidak hanya berlaku untuk schizophrenia; seorang anak dapat
mempunyai severe conduct disorder, sebagai contoh, pengaruh ketidakmampuan itu dapat
menjadi sangat serius dan menetap (Farmer et al., 2001; Kauffman & Landrum, 2009a; Kazdin,
1997; Patterson et al., 1992).
Dibandingkan ke siswa dengan paling banyak ketidakmampuan, persentase tertingi dari
siswa dengan gangguan emosional atau perilaku yang dididik di luar kelas reguler dan sekolah,
mungkin sebagian karena siswa dengan gangguan ini cenderung memiliki masalah yang lebih
serius sebelum mereka diidentifikasi. Gangguan emosional atau perilaku termasuk banyak
perbedaan tipe masalah dari perilaku dan emosi, yang membuatnya sulit untuk membuat
generalisasi tentang bagaimana program yang diberikan.
Tren menuju inklusi. Meskipun demikian, tren dalam program bagi siswa dengan
gangguan emosional atau perilaku terhadap integrasi ke sekolah reguler dan kelas. Bahkan ketika
siswa ditempatkan di sekolah-sekolah dan kelas terpisah, pendidik berharap untuk integrasi
kembali kedalam mainstream. Integrasi dari beberapa siswa yang biasanya sulit dan
membutuhkan kerja intensif pada kasus per kasus. Selanjutnya, beberapa pendidik, peneliti, dan
orang tua telah membuat kasus bahwa siswa dengan gangguan emosional atau perilaku yang
mempunyai resiko tinggi untuk masalahnya membutuhkan bimbingan dan dukungan emosional
dari kelas khusus; dan berada di kelas yang terpisah bisa lebih baik daripada yang termasuk
dalam kelas reguler.
Kebutuhan yang berbeda membutuhkan penempatan yang berbeda. Pemilihan
penempatan untuk siswa dengan gangguan emosional atau perilaku mempunyai masalah.
Pendidik yang melayani siswa dengan gangguan yang paling severe menyediakan banyak
pembenaran untuk lingkungan yang spesial untuk anak dan remaja. Itulah, tidak mungkin meniru
dalam konteks pendidikan umum dalam lingkungan yang intensif, individualis, lingkungan yang
terstruktur dengan orang dewasa dan siswa dengan kelas dan fasilitas khusus. Karenanya, sangat
penting pemilihan penempatan secara kontinum dipertahankan untuk siswa yang mempunyai
gangguan emosional atau perilaku dan pemilihan penempatan dibuat dalam basis individu
19

setelah program yang sesuai didisain dari pendidikan dan layanan terkait. IDEA memberikan
perintah dari penempatan dalam lingkungan paling ketat berlaku untuk siswa dengan gangguan
emosional atau perilaku serta orang-orang di semua kategori lainnya: mereka harus diajarkan
dalam pendidikan umum dengan teman-teman yang normal sampai mereka melakukan sesuatu
yang konsisten dengan mereka. Namun, kebutuhan siswa untuk pendidikan dan keselamatan
yang tepat memperoleh prioritas di atas penempatan dalam lingkungan yang kurang terbatas.
5. Pertimbangan Instruksional
Sebelum teridentifikasi untuk pendidikan khusus, banyak siswa dengan gangguan
emosional atau perilaku berada di dalam pendidikan umum yang mereka bisa mengamati dan
belajar dari model rekan yang sesuai. Dalam kenyataannya, meskipun, para siswa ini biasanya
gagal untuk meniru model ini. Mereka tidak mungkin untuk mendapatkan keuntungan sematamata dari yang dengan siswa lain yang normal, sebagai pembelajaran sosial insidental yang
cukup untuk mengatasi kesulitan mereka. Untuk siswa dengan gangguan emosional atau perilaku
yang belajar model rekan yang cocok sesuai , akan paling memerlukan kejelasan, difokuskan
pada instruksi siapa dan apa modelnya. Tambahan juga, mereka mungkin membutuhkan instruksi
yang jelas dan intensif dalam kemampuan sosial, termasuk kapan, dimana dan bagaimana untuk
menunjukkan tipe spesifik dari perilaku.
Kebutuhan untuk kemampuan sosial. Siswa dengan gangguan emosional dan perilaku
mungkin butuh instruksi yang spesifik dalam kemampuan sosial yang baik. Kita menekankan
pada dua point: (1) metode yang efektif adalah yang dibutuhkan untuk mengajarkan kemampuan
dasar akademik, dan (2) kemampuan sosial dan pengalaman afeksi sebagai sangat penting bagi
kemampuan akademik. Bagaimana untuk mengatur satu perasaan dan perilaku dan bagaimana
untuk memahami dengan orang lain yang secara esensi kurikulum dengan banyak siswa
gangguan emosonal dan perilaku. Siswa ini tidak dapat diharapkan untuk belajar semacam
kemampuan tanpa instruksi, untuk proses sosialisasi biasa jelas gagal.
Kebutuhan dari anak-anak nakal. Peraturan pendidikan untuk anak-anak nakal sulit untuk
dijelaskan dalam istilah umum karena deliquency adalah istilah hukum, tidak sebuah perbedaan
pendidikan. Kelas atau sekolah khusus kadang memberikan untuk anak yang mempunyai sejarah
perilaku

yang

mengancam,

bengis,atau

mengganggu.
20

Beberapa

kelas

dan

sekolah

diadministrasikan hukum dibawah pendidikan khusus, tetapi murid ditugaskan untuk mereka
yang mempunyai gangguan emosional.
I. PENILAIAN KEMAJUAN
Hanya sebagai pertimbangan pendidikan untuk siswa dengan gangguan emosional atau
perilaku (EBD) harus termasuk mengendalikan perilaku buruk dan mengajarkan siswa
kemampuan akademik dan sosal, pengukuran harus juga menunjukkan area ini. Guru seharusnya
terkait dalam metode menentukan apakah sosial atau akademik dan akademik yang dibutuhkan
dari siswa EBD yang harus diterprnuhi. Tambahan untuk pengukuran penilaian fungsional
(FBA), menilai siswa EBD juga memantau kemajuan siswa untuk rencana instruksi dan
mengukur hasil siswa untuk data suksesnya intervensi sosial dan akademik.
1. Pemantauan Kemajuan dan Hasil Pengukuran

Dua metode yang mungkin dipekerjakan untuk memantau kemajuan perilaku adalah
rating scale dan observasi langsung. Observasi langsung adalah sering diimplementasikan
melalui FBA. Rating scale tersedia untuk mengukur kemampuan sosial siswa. The School Social
Behavior Scale (SSBS-2; Merrell, 2002) mengevaluasi kompetensi sosial dan perilaku antisosial
dan seharusnya diselesaikan oleh guru atau warga sekolah. Setiap dua skala terdiri dari 32 item
terbagi kedalam subskala: hubungan terhadap rekan, pemenuhan Self Management, Perilaku
akademik, Hostile-Irritable, Antisocial-Aggresive, dan Menantang-Mengganggu.
The Learning and Study Strategies Inventory (Weinstein, Palmer, & Schulte, 2002)
adalah sebuah self report sebagai instrumen yang sesuai untuk SMA dan Mahasiswa untuk
menilai pembelajaran da strategi belajar. Skala LASSI termasuk pengukuran dari sikap, motivasi,
managemen waktu, kecemasan, konsentrasi, pertolongan belajar, dan tes strategi.
Siswa EBD sering mempunyai kesulitan dalam tugas akademik dan gagal membuat
kemajuan dalam sekolah. Penilaian terus menerus untuk sswa ini seharusnya diimplementasikan
untuk memastikan bahwa mereka membuat kemajuan yang cukup pada bidang akademik dan
untuk rencana instruksi. Metode untuk memantau kemajuan siswa EBD salah satunya dengan
cara Curriculum-based measurement (CBM). CBM secara signifikan meneliti dasar untuk
21

mendukung

penggunaannya,

khususnya

dengan

siswa

yang

tinggi

pengaruh

ketidakmampuannya.
The Academic Competence Evaluation Scale (ACES; Diperna & Elliott, 2000) adalah
pengukuran bahwa menilai baik keterampilan akademik serta keterampilan sosial dan perilaku
yang mengarahkan ke suksesnya di bidang akademik. Komponen akademik dari ACES adalah
membaca dan seni, matematika, dan berpikir kritik.
J. INTERVENSI DINI
Identifikasi dan pencegahan dini adalah tujuan dasar dari program intervensi untuk semua
kategori dari ketidakmampuan. Untuk siswa EBD, tujuan ini memberikan kesulitan tertentu,
seperti dikaitkan dengan definisi dan pengukuran EBD, khususnya saat masih anak-anak; janji
tertentu bahwa pada anak-anak sosial dan emosional cukup fleksibel, jadi usaha pencegahan
terlihat mempunyai kesempatan sukses.
Diagnosis perilaku mengganggu pada anak-anak adalah menantang karena mereka
muncul untuk menanggapi berbagai faktor resiko dengan perilaku hiperaktif, agresif, dan
menantang. Identifikasi dan pencegahan dini dari EBD atau yangng beberapa disebutkan
perilaku menantang adalah mungkin. Tiga cara di mana perilaku seperti itu bisa dicegah,
seperti (1) anak-anak dan keluarganya yang perhatian secara mental dan fisik yang kurang,
cenderung memiliki masalah perilaku dan sosial; (2) memelihara dan positif dalam pengasuhan
adalah terkait dengan anak yang memiliki hubungan yang sehat dan mengurangi perilaku
menantang; (3) kualitas yang tinggi pada lingkungan pendidikan din dan interaksi pengasuh
dikaitkan dengan sedikit masalah perilaku dan pengenmangan dari kompetensi sosial.
K. TRANSISI DI MASA DEPAN
Program didisain untuk orang dewasa dengan EBD bervariasi dalam tujuan dan struktur.
Nelson dan Kauffman (1977) mendeskripsikan tipe yang tetap pada pilihan dasar saat ini:

Kelas sekolah menengah umum


Konsultan guru yang bekerja dengan guru pendidikan umum untuk memberikan
pekerjaan akademik secara individu dan managemen perilaku.
22

Kamar sumber daya dan kelas mandiri khusus yang siswa dapat ditugaskan untuk

menjadi bagian atau seluruhnya dari hari sekolah.


Program bekerja dan belajar dalam pendidikan kejuruan dan pengalaman bekerja yang

dikombinasikan dengan belajar akademik.


Privat khusus atau sekolah umum yang menawarkan kurikulum sekolah menengah umum

dalam setting berbeda.


Sekolah alternatif yang menawarkan program yang sangat individual yang tidak

tradisional baik dalam setting maupun konten.


Sekolah asrama untuk pribadi atau umum.
Dipenjara anak-anak dengan EBD adalah spesial kelompok diabaikan dalam pendidikan

khusus. Pendidikan khusus membutuhkan dari beberapa bahkan lebih remaja yang dalam penjara
mungkin diabaikan karena dipenjara anak-anak didefinisikan sebagai yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan sosial daripada terganggu secara emosional.
Sulit untuk mendisain program pendidikan khusus untuk anak EBD karena sangat
bervariasi. Kategori deasa untuk pendidikan khusus bertujuan sebagai gangguan emosinya dapat
mungkin memiliki karakteristik perilaku mulai dari penarikan ekstrim ke kenakalan agresif,
peringkat intelegensimulai dari yang cacat sampai yang sangat berbakat, dan kemampuan
akademik mulai dari sebelum sekolah sampai kuliah. Ini sangat realistis untuk menyarankan
bahwa ada satu tipe dari program atau model akan menjadi sesuai untuk semua anak. Faktanya,
anak EBD boleh jadi memiliki lebih dari satu kategori kekurangan, sangat membutuhkan
pendidikan individulisasi, kreatif dan fleksibel.
Suksesnya transisi ke kehidupan dewasa sering dipersulit oleh kelalaian, kekasara, atau
ketidak mampuan dalam hubungan keluarga. Persentase yang tinggi dari remaja dengan
gangguan perilaku yang memiliki hubungan keluarga. Bagaimanapun, perhatian pada hukuman
dan penjaram khususnya di Afrika Amerika, tampaknya kontraproduktif. Tekanan pada hukuman
berkontribusi kepada kemunduran keluarga dan kondisi yang kerasdari hidup yang membuat
terjadinya perilaku yang tidak diinginkan.

23

BAB III
PENUTUP
Yang dimaksud dengan gangguan emosi dan perilaku adalah : perilaku ekstrim bukan
sekedar perilaku yang berbeda dari biasanya; sebuah masalah yang kronis bukan penyakit
yang mudah hilang; perilaku yang tidak diterima dikarenakan harapan social dan kultural.
DEFINISI FEDERAL tata tertib federal mengatur implementasi dari definisi IDEA tentang
gangguan emosi, sebagai hal berikut : istilah bermakna sebuah kondisi yang menunjukkan
satu atau lebih dari karakteristik berikut:
-

ketidakmampuan

belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual,

sensori, atau kesehatan


-

ketidakmampuan untuk membangun atau mempertahankan kepuasan hubungan


dengan teman sebayanya dan guru-gurunya

tipe perilaku atau perasaan yang tidak sesuai dibawah keadaan normal

mood yang mudah meyerap dari ketidakbahagiaan atau depresi

kecenderungan untuk mengembangkan gejala fisik atau ketakutan yang


diasosiasikan dengan masalah personal atau sekolah

istilah ini juga termasuk anak-anak skizofrenia. Istilah tidak termasuk anak-anak yang
tidak dapat menyesuaikan diri secara social kecuali jika ditentukan bahwa mereka
terganggu secara emosi.

Dua dimensi dari gangguan perilaku: externalizing dan internalizing. Perilaku


externalizing mencakup memberikan serangan kepada orang lain. Perilaku internalizing
mencakup konflik mental atau emosi, seperti depresi dan kecemasan.

24

Secara keseluruhan anak laki-laki cenderung menunjukan lebih banyak agresi


dibandingkan anak perempuan, meskipun perilaku anti social pada anak-anak meningkat
tajam.

Penyebab dari gangguan emosi dan perilaku dikategorikan pada 4 faktor utama :
1. gangguan biologis dan penyakit
2. hubungan keluarga yang patologis
3. pengalaman yang tidak diinginkan di sekolah
4. pengaruh budaya yang negative
Tiga proses langkah untuk memastikan bahwa anak tidak terlihat dalam penyaringan tetapi
tidak membuang waktu dan usaha:
1. Guru mendata murid dan merangkingnya dengan masalah internalizing dan externalizing.
Siapa saja yang sesuai dengan deskripsi malah internalizing dan eksternalizing
2. Guru melengkapi dengan memberikan 2 ceklis bagi murud dengan 3 peringkat teratas.
Ceklis pertama tentang apakah murid menunjukan gangguan dan ceklis kedua
menunjukan seberapa sering gangguan tersebut
3. Anak-anak yang tertangkap secara data diperhatikan dimanapun ia berada. Ruang kelas
akan menunjukan seberapa luas gangguan yang ia alami. Usaha sistematis pada
identifikasi dasar atas penilaian guru dan observasi dengan teliti akan menghasilkan
pelayanan terbaik bagi murid yang memang membutuhkan.
Karakteristik Psikologi dan Perilaku:
1. Intelligensi dan Prestasi -> Faktanya, banyakan anak dengan gangguan yang berat dalam
kemampuan dasar membaca, kemampuan dasar berhitung dan beberapa yang kompeten
dalam membaca atau berhitung sering tidak mampu untuk menunjukan kemampuan
mereka dalam kesehariannya.
25

2. Karakteristik Sosial dan Emosional -> Conduct disorder adalah problem yang paling
umum ditunjukkan oleh murid dengan gangguan emosi dan perilaku. Hal yang biasa jika
seorang anak menangis, berteriak, memukul, berkelahi, berbuat hal negatif, dan
melakukan hal lainnya terhadap anak yang lain dengan gangguan emosi dan perilaku
yang dilakukan tetapi belum sebagai gerakan dari hati dan bukan sebagai suatu yang
sering dilakukan.
Pelayanan Pendidikan Menemukan obat untuk representasi proporsional etnis minoritis dalam
program bagi murid dengan gangguan emosi atau perilaku merupakan isu penting. Namun,
menemukan strategi intervensi yang efektif bagi siswa yang beragam sama pentingnya.
Kombinasi model memandu program pendidikan yang paling baik saat ini. Model konseptual
yang dapat dipercaya mempunyai 2 sasaran hasil:
1.Mengontrol kesalahan perilaku
2.Mengajar murid tentang akademik dan keterampilan sosial yang mereka butuhkan
Hanya sebagai pertimbangan pendidikan untuk siswa dengan gangguan emosional atau
perilaku (EBD) harus termasuk mengendalikan perilaku buruk dan mengajarkan siswa
kemampuan akademik dan sosal, pengukuran harus juga menunjukkan area ini.
Tujuan intervensi dini memberikan kemudahan tertentu, seperti dikaitkan dengan definisi dan
pengukuran EBD dan untuk pencegahan EBD.
Model untuk transisi:
1. Kelas sekolah menengah umum
2. Konsultan guru yang bekerja dengan guru pendidikan umum untuk memberikan
pekerjaan akademik secara individu dan managemen perilaku.
3. Kamar sumber daya dan kelas mandiri khusus yang siswa dapat ditugaskan untuk
menjadi bagian atau seluruhnya dari hari sekolah.
4. Program bekerja dan belajar dalam pendidikan kejuruan dan pengalaman bekerja yang
dikombinasikan dengan belajar akademik.
5. Privat khusus atau sekolah umum yang menawarkan kurikulum sekolah menengah umum
dalam setting berbeda.
26

6. Sekolah alternatif yang menawarkan program yang sangat individual yang tidak
tradisional baik dalam setting maupun konten.
7. Sekolah asrama untuk pribadi atau umum.

27

DAFTAR PUSTAKA
Hallahan, Daniel P., Kauffman, James M., Pullen, Paige C. (2009). Exceptional Learners: An
Introduction to Special Education,(11 th ed)

28

Anda mungkin juga menyukai