Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERSILANGAN GEN TERPAUT SEX PADA DROSOPHILA MELANOGASTER

Oleh:
Nama

:Fathimah Al Mujahidah

NIM

:1001070057

Kelas

:A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011

I.

Tujuan
1. Melihat ratio fenotip yang dihasilkan dari persilangan antar individu yang memiliki gen terpaut sex
pada Drosophila melanogaster.
2. Membandingkan sifat yang mengatur kromosom X dan kromosom Y.

II.

Tinjauan Pustaka
Gen terpaut sex atau pautan sex ( sex linkage ) adalah gen yang terletak pada gonosom atau kromosom

sex. Kromosom atau gonosom adalah kromosom yang menentukan jenis kelamin suatu individu ( Karmana,
2007 : 130 ). Pautan kelamin ( sex linkage ) adalah gen-gen yang terangkai pada kromosom kelamin
( kromosom sex ). Dengan demikian ada 2 macam pautan kelamin, yaitu pautan X dan pautan Y. Pautan X
adalah gen-gen yang hanya terdapat pada kromosom kelamin X. Pautan Y adalah gen-gen yang hanya
terdapat pada kromosom kelamin Y ( Priadi, 2010 : 91 ). Kromosom kelamin ( gonosom ) pada individu
jantan umumnya berupa kromosom XY. ( Syamsuri, 2004 : 117 ). Morgan adalah orang pertama yang
menghubungkan suatu gen tertentu dengan kromosom khusus ( Aryulina, 2005 : 122 ). Morgan melakukan
penelitian dengan organisme lalat buah, Drosophila melanogaster, yang merupakan serangga yang
umumnya tidak berbahaya dan merupakan serangga pemakan jamur yang tumbuh pada buah.
Dari hasil perkawinan antara lalat buah yang dikembangbiakkan oleh Morgan, maka Morgan
mendapatkan individu-individu baru yang varian. Morgan menemukan lalat yang matanya berwarna putih
yang berbeda dengan warna mata normal. Setelah Morgan menemukan lalat yang bermata putih tersebut,
akhirnya morgan pun mengawinkan lalat tersebut dengan lalat normal bermata merah. Hasilnya adalah
bahwa keturunan F1 mempunyai mata merah yang menyiratkan bahwa memiliki tipe yang dominan.
Dari bukti tersebut, kemudian Morgan menarik kesimpulan bahwa gen yang menyebabkan warna mata
putih pada lalat mutannya terletak hanya pada kromosom X. Gen-gen yang berada pada kromosom seks
disebut gen terpaut sex ( Mitchell, 2002 : 281 ). Setiap kromosom memiliki ratusan atau ribuan gen. Gengen yang berada pada kromosom yang sama cenderung diwarisi bersama pada persilangan genetik karena
kromosom diteruskan sebagai satu unit ( Mitchell, 2002 : 282 ).
Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh maupun kromosom kelamin. Tautan pada kromosom tubuh
disebut tautan atau tautan non kelamin (tautan autosomal). Sedangkan tautan kelamin disebut juga tautan
seks ( Aryulina, 2005 : 122 ). Gen tertaut kelamin ( sex linked genes ) adalah gen yang terletak pada
kromosom kelamin dan sifat yang ditimbulkan gen pada kromosom ini diturunkan bersama dengan jenis
kelamin ( Aryulina, 2005 : 125 ).kromosom kelamin terdiri dari kromosom X dan Y. Pada perempuan
memiliki susunan XX dan laki-laki XY. Pada kedua kromosom tersebut, terdapat bagian yang homolog dan
tidak homolog.

Bagian yang homolog dari kedua kromosom tersebut adalah pada kromosom X dan

kromosom Y mempunyai susunan dan bentuk yang sama. Yang tidak homolog adalah pada bagian dimana
kromosom X dan kromosom Y tidak memiliki persamaan baik dalam bentuk kromosom maupun dalam
susunan gen.
Gen tertaut kromosom X adalah gen yang terdapat pada kromosom X. Gen tertaut kromosom X
merupakan gen tertaut kelamin tidak sempurna. Gen tertaut kromosom Y merupakan gen tertaut kelamin

sempurna. Gen tertaut kromosom Y dan sifat-sifat yang disebabkannya disebut holandrik, berarti sifat yang
diturunkan hanya terdapat pada laki-laki ( Aryulina, 2005 : 125 ).
Hasil persilangan gen terpaut sex sangat tergantung kepada fenotipe pada setiap jenis kelamin
parentalnya. Hal ini karena hewan betina mempunyai dua kromosom seks atau kromosom x, sedangkan bagi
hewan jantan hanya mempunyai sebuah kromosom x saja ( Sisunandar, 2011 : 36 ).

III.

Alat dan Bahan

a. Alat
1. Cawan petri
2. Botol medium berisi lalat buah
3. Kuas kecil
4. Styrofoam
5. Kapas
6. Pipet tetes
7. Botol berisi air sabun
8. Botol eterisasi
9. Kaca pembesar
b. Bahan
1. Drosophila melanogaster
2. Air sabun
3. Eter
IV.

Cara Kerja
1. Menyediakan botol kultur yang sudah berisi medium lalat buah.
2. Menyediakan botol eterisasi dengan sumbat gabus.
3. Menyentakkan botol kultur yang sudah berisi lalat buah pada styrofoam supaya lalat buah yang ada
pada ruangan botol turun ke bawah, melakukannya berkali-kali sambil membuka tutup sumbat pada
botol kultur dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri membuka tutup sumbat botol eterisasi.
4. Menautkan mulut botol kultur yang berisi lalat buah dengan botol eterisasi, kemudian tangan kanan
memutar botol kultur supaya lalat buah berpindah ke botol eterisasi. Sedangkan tangan kiri menutup
celah antara kedua mulut botol tersebut.
5. Setelah lalat yang berpindah telah cukup, maka botol kultur berisi medium lalat buah kembali ditutup
dengan sumbat sementara itu mengarahkan botol eterisai tetap pada sumber cahaya kemudian segera
menutup dengan sumbat gabus yang sudah disediakan.
6. Setelah menetesi larutan eter pada botol eterisasi kemudian menunggu beeberapa saat sampai lalat
buah pingsan.

7. Setelah lalat buah pingsan, kemudian memindahkannya pada cawan petri untuk dapat mengamati,
kemudian meletakkan kapas yang sudah ditetesi larutan eter pada cawan petri supaya lalat yang
terdapat pada cawan petri tetap pingsan.
8. Dengan menggunakan kuas, mengamati lalat buah dari bentuk mata, sayap, dan warna tubuh.
9. Menentukan jenis mutan yang ditemukan.
10. Melakukan perhitungan pada lalat buah dengan melakukan pemisahan antara lalat yang normal
dengan yang mutan.

Kemudian menentukan jenis parental dari lalat tersebut untuk kemudian

menentukan diagram persilangan.


11. Setelah selesai melakukan perhitungan, kemudian membuang lalat yang sudah tidak dihitung dan
tidak digunakan lagi dalam botol pembunuh berisi air sabun detergen.
V.

Hasil
1. Parental
: curled dan white
No botol
: 45
Pada botol nomor 45 yang diamati terdapat lalat normal, normal, curled, curled, white,
-

white, white curled dan white curled dengan jumlah total adalah 408 ekor.
Jumlah lalat normal (++) adalah 78 ekor.
Jumlah lalat normal (++) adalah 62 ekor.
Jumlah lalat curled (cu) adalah 22 ekor.
Jumlah lalat curled (cu) adalah 38 ekor.
Jumlah lalat white (w) adalah 92 ekor.
Jumlah lalat white (w) adalah 58 ekor.
Jumlah lalat white curled adalah 34 ekor.
Jumlah lalat white curled adalah 24 ekor.

2. Diagram Persilangan
P

curled

+
w cu

normal

F2

white

cu
cu

F1

><

+
cu

w
><

+
+

white

3+

: 3 normal

1 cu

: 1 curled

3+

: 3 white

1 cu

: 1 white curled

3+

: 3 normal

1 cu

: 1 curled

3+

: 3 white

1 cu

: 1 white curled

Jadi didapat perbandingan antara betina normal : betina curled : betina white : betina white curled :
jantan normal : jantan curled : jantan white : jantan white curled adalah 3 : 1 : 3 : 1 : 3 : 1 : 3 : 1.

3. Analisis data menggunakan chi-kuadrat (untuk mengetahui perbandingan)

++

++

cu

cu

w cu

w cu

Jml

78

62

92

58

22

38

34

24

408

ft

Ft

3
x 408
16

3
x 408
16

3
x 408
16

3
x 408
16

1
x 408
16

1
x 408
16

1
x 408
16

1
x 408
16

= 76.5

= 76.5

= 76.5

= 76.5

= 25.5

= 25.5

= 25.5

= 25.5

Derajat kebebasan (dk) = K - 1


=81=7
Dari perhitungan di atas :
x 2=

x 2=

( ftFt )2
Ft
2

(7876.5) (6276.5) (9276.5) (5876.5) (2225.5) ( 3825.5 ) (3425.5) (2425.5)


+
+
+
+
+
+
+
76.5
76.5
76.5
76.5
25.5
25.5
25.5
25.5
2

(1.5) (14.5) (15.5) (18.5) (3.5) (12.5) (8.5) (1.5)


+
+
+
+
+
+
+
76.5
76.5
76.5
76.5
25.5
25.5
25.5
25.5

2.25 210.25 240.25 342.25 12.25 156.25 72.25 2.25


+
+
+
+
+
+
+
76.5 76.5
76.5
76.5
25.5
25.5
25.5 25.5

= 0.02 + 2.74 + 3.14 + 4.47 + 0.48 + 6.12 + 2.83 + 0.08


x

= 19.88
Setelah melakukan perbandingan dengan Drosophila yangg normal dan mutan (sepia), dari individu

yang diamati dan diharapkan, dihitung dengan menggunakan chi kuadrat didapat bahwa : x2 ( chi yang
diamati ) = 19.88
Ketentuan : x2 yang diamati > x2 tabel = H0 ditolak.
Ketentuan : x2 yang diamati < x2 tabel = H0 diterima.
Jadi hasil x2 yang diamati lebih besar dibandingkan dengan tabel. Sehingga menolak hipotesis nol pada taraf
kepercayaan 95%. Artinya bahwa persilangan tersebut menyimpang dari hukum Morgan. Maka H0 ditolak.

VI.

Pembahasan
Pada pembahasan kali ini, yang akan di bahas adalah pengamatan persilangan yang terpaut sex pada

Drosophila melanogaster. Dari pengamatan kali ini dibutuhkan ketelitian pada jenis dan ciri-ciri Drosophila
melanogaster untuk menentukan kecenderungan pada kromosom sex yang terpaut. Gen yang mengatur sifat
jantan dan betina masing-masing tersebar di antara autosom dan terletak pada kromosom X. Sebab itu, satu
kromosom X akan memberikan 1,5 kecenderungan betina sedang satu set autosom cenderung menjadi jantan
dengan perbandingan 1,5 : 1.

Sedangkan pada kromosom Y tidak menentukan jenis jantan ataupun

kehidupan lalat Drosophila. Tetapi kromosom Y tersebut perlu untuk menjaga fertilitas.
Penampakan gen yang ditentukan oleh jenis kelamin dari pembawanya dipengaruhi jenis kelamin
yang mungkin tidak terletak pada kromosom kelamin tetapi pada kromosom autosom.

Gen yang

menyebabkan warna mata putih pada lalat buah mutannya terletak hanya pada kromosom X saja, tidak ada
lokus warna mata putih tersebut pada kromosom Y.
Dalam percobaan Morgan, saat menemukan lalat Drosophila melanogaster jantan berwarna putih
maka Morgan pun segera mengawinkan lalat buah jantan bermata putih tersebut dengan lalat buah betina
normal. Dan akan diperoleh keturunan pada F2 -nya bermata normal, sedangkan -nya bermata putih.
Maka Morgan pun mengambil kesimpulan bahwa generasi yang menentukan warna putih tersebut ruparupanya hanya memperlihatkan pengaruhnya pada lalat jantan saja. Lagipula gen yang menentukan warna
mata tersebut terdapat pada kromosom X yang disebut kromosom sex. Yang perlu di ingat di sini adalah gen
mata merah dominan terhadap gen mata putih.

Lalat betina dapan memiliki mata berwarna putih apabila ada lalat betina yang memiliki warna merah
heterozigot kawin dengan lalat jantan yang memiliki mata berwarna putih.
VII.

Kesimpulan
Dari percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

Gen terpaut sex atau pautan sex ( sex linkage ) adalah gen yang terletak pada gonosom atau kromosom

sex. Kromosom atau gonosom adalah kromosom yang menentukan jenis kelamin suatu individu .
Pautan X adalah gen-gen yang hanya terdapat pada kromosom kelamin X. Pautan Y adalah gen-gen

yang hanya terdapat pada kromosom kelamin Y.


Tautan pada kromosom tubuh disebut tautan atau tautan non kelamin (tautan autosomal). Sedangkan

tautan kelamin disebut juga tautan seks.


Hasil persilangan gen terpaut sex sangat tergantung kepada fenotipe pada setiap jenis kelamin

parentalnya.

Daftar Pustaka

Aryulina, Diah, dkk. 2005. Biologi SMA untuk Kelas XII. Jakarta: Esis
Crowder. 2006. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Karmana, Oman. 2007. Biologi untuk Kelas XII. Bandung: Grafindo Media Utama
Mitchell, Compbell Reece. 2002. Biologi Edisi ke 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi 3A untuk SMA Kelas XII Semester 1. Malang: Erlangga
Sisunandar, Ph.D. 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto: UMP

Anda mungkin juga menyukai