Anda di halaman 1dari 12

Karakteristik Dan Ruang Lingkup Kurikulum

Pendidikan Agama Islam SMP Tahun 1964

Disusun Guna Memenuhi Tugas:


Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Dr. H. Muhlisin

Disusun Oleh:
Nur Khabibah

2021214467

Kelas M
JURUSAN TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2016

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat, taufik dan hidayahNya kepada penulis, sehingga makalah
Pengembangan Kurikulum dengan judul Karakteristik dan Ruang
Lingkup Kurikulum Pendidikan Agama Islam SMP Tahun 1964 ini
dapat selesai.
Penulis menyadari

bahwa

makalah

ini

masih

terdapat

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.


Oleh karena itu, kepada semua pembaca di mohon saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk pembaca.

Pekalongan, 03
November 2016

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Kurikulum

sebagai

sebuah

program

atau

rencana

pembelajaran, tidaklah hanya berisi tentang program kegiatan,


tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh beserta alat
evaluasi

untuk

mengetahui

keberhasilan

pencapaian

tujuan,

disamping itu, juga berisi tentang alat atau media yang diharapkan
mampu menunjang pencapaian tujuan tersebut. Kurikulum sebagai
suatu rencana disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar
di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya. Kurikulum sebagai rencana
pembelajaran ini juga diikuti oleh UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003
yang mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggaraan

kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.


Kurikulum pendidikan agama islam merupakan sarana atau
alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam yang sekaligus
juga arah pendidikan agama dalam rangka pembangunan bangsa
dan pembangunan manusia indonesia seutuhnya. Pendidikan agama
islam akan membawa dan menghantarkan serta membina anak
didik menjadi warga negara yang baik sekaligus umat yang taat
beragama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum PAI?
2. Apa karakteristik kurikulum PAI SMP tahun 1964?
3. Apa ruang lingkup kurikulum PAI SMP tahun 1964?

Pembahasan
A. Definisi Kurikulum
According to Beauchamp (1968:6), in the broadest sense the
term curriculum ordinarily is used by a specialists in the field in
two ways: (1) To indicate, roughly, a plan for the education, of
learners, and (2) To identify a field of study.
Curriculum is a plan for the education of learners usually is
referred to as curriculum or the curriculum. What is required
when referring to the term is the grasp of the basic notions
education involves as well as the structural organization every
author states within this definition for the term curriculum
(Moreno, 2000:11).1
Colin J. Marsh dan George Willis dalam bukunya Curriculum
Alternative Approaches, Ongoing Issues telah menginventarisasi
beberapa definisi kurikulum baik yang bermakna luas maupun
sempit, yaitu:
1. Curriculum is those subjects that are most useful for
living

in

contemporary

society

(kurikulum

adalah

subjek-subjek yang sangat berguna untuk hidup di


masyarakat kontemporer)
2. Curriculum is all planned learnings for which the school
is responsible (kurikulum adalah semua pembelajaran
yang direncanakan untuk sekolah yang mapan)
3. Curriculum is all the experiences learners have under
the guidance of the school (kurikulum adalah seluruh
pengalaman

pembelajar

yang

didapatkan

dibawah

bimbingan sekolah)
4. Curriculum is all the experiences that learners have in
the

course

of

living

(kurikulum

adalah

semua

1 Irma Dolores Nunezy Bodegas. From Curriculum to Syllabus Design: The


Different Stages to Design a Programme (Quintana Roo: Universidad de Quintana
Room, 2007), hal. 1-2

pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar dalam


tempaan hidup).2
B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama islam merupakan sarana atau
alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam yang
sekaligus

juga

arah

pendidikan

agama

dalam

rangka

pembangunan bangsa dan pembangunan manusia indonesia


seutuhnya.

Pendidikan

agama

islam

akan

membawa

dan

menghantarkan serta membina anak didik menjadi warga negara


yang baik sekaligus umat yang taat beragama.
Tujuan pendidikan agama islam ditekankan pada terbentuknya
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Untuk itu ditetapkan kompetensi atau kemampuan dasar
yang perlu dicapai oleh setiap peserta didik pada setiap jenjang
pendidikan, yaitu:
a. Pada tingat Sekolah Dasar diharapkan peserta didik:
1) Memiliki iman yang benar.
2) Mampu beribadah dengan baik, benar dan tertib.
3) Mampu membaca Al Quran.
4) Membiasakan berakhlak mulia.
b. Pada tingkat SMP diharapkan peserta didik:
1) Memiliki iman yang benar.
2) Mampu beribadah, berdzikir dan berdoa.
3) Mampu membaca Al Quran dengan benar.
4) Terbiasa berakhlak baik.
c. Pada tingkat SMA diharapkan peserta didik:
1) Memiliki iman yang benar.
2) Taat beribadah, berdzikir dan berdoa serta mampu
menjadi imam sholat.
3) Mampu membaca Al Quran dan menghayati
kandungan maknanya.
4) Memiliki akhlak yang baik.
5) Mampu menerapkan muamalah dengan baik alam
kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa

dan

bernegara yang didasarkan Pancasila dan UUD


1945.

2 Ali, Mudlofir. Aplikasi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agam Islam (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hal. 2

Untuk
delapan

mencapai
indikasi

kemampuan

keberhasilan

dasar

tersebut

Pendidikan

Agama

ditetapkan
Islam

di

sekolah-sekolah umum swasta Islam, sebagai berikut:


1. Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang Agama
Islam
2. Siswa meyakini kebenaran ajaran Agama Islam dan
menghormati orang lain yang meyakini agama pula
3. Siswa gairah beribadah
4. Siswa mampu membaca Al Quran dan berusaha
5.
6.
7.
8.

memahami kandungan maknanya


Siswa berakhlak mulia
Siswa rajin belajar, giat bekerja dan gemar berbuat baik
Siswa mampu mensyukuri nikmat Allah SWT
Siswa mampu menciptakan suasana hidup rukun dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara3

C. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Agama Islam 1964


Umumnya kurikulum pada masa ini identik dengan rencana
mengajar, dan

sampai dengan kurikulum 1968, pelaksanaan

pengajarannya memiliki karakteristik berikut: pertama, tujuan


pendidikannya adalah agar siswa dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi dan sekaligus dipersiapkan untuk
memasuki dunia kerja. Kedua, menekankan penguasaan materi
pelajaran, sehingga bersifat intelektualistik dan verbalistik.
Ketiga, orientasi pengajaran pada guru, artinya guru yang aktif
sedang siswa pasif (teacher-oriented). Keempat, pada umumnya
komunikasi

pengajaran

hanya

satu

arah

(one-way

traffic

communication). Kelima, organisasi kurikulum bervariasi antara


satu jenis sekolah dengan jenis sekolah lainnya. Keenam,
dokumen kurikulum hanya berbentuk struktur program dan pada
jenis sekolah itu dilengkapi dengan uraian mata pelajaran.
Ketujuh, untuk sekolah kejuruan, teori dan praktik kejuruan
dilaksanakan secara terpisah dengan bobot praktik kejuruan
berkisar antara 20 persen sampai 50 persen dari keseluruhan

3 Hafni, Ladjid. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis


Kompetensi (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005). hal. 26-27

program

pendidikan.

Dan

kurikulum

sekolah

kejuruan

menggunakan istilah jurusan.


Kurikulum PAI di masa ini diselenggarakan oleh masyarakat
secara bervariasi, sedang di Sekolah Negeri, sesuai dengan UUPP
No.4 Tahun 1950, pelaksanaannya amat longgar, di samping
jumlah jam pelajarannya tidak menentukan kenaikan kelas.
Rencana Pendidikan 1964 sehubungan dengan posisi PAI
adalah: pertama, bahwa pelajaran agama (islam) merupakan
pelajaran alternatif, bilamana seorang murid tidak mengikuti
pelajaran agama (islam), ia harus mengikuti pelajaran Budi
Pekerti. Kedua, pengaruh ide Manipol USDEK amat kuat dalam
rencana pendidikan 1964, seperti terlihat dalam struktur mata
pelajaran di SD yang mengikuti konsep Pancawardhana dan
Sapta Usaha Tama, atau pembagian mata pelajaran kelompok
Rasa/ Karya di SMP yang bertujuan membiasakan anak didik
memenuhi

tuntutan

Sosialisme

Indonesia,

serta

sistem

penjurusan di SMA yang cenderung memprioritaskan pembagian


jurusan Sos-Bud dan PasPal, kurang konsentrasinya dalam bidang
agama. Menurut C. E. Beeby, kurikulum 1964 ini sangat bercorak
politis-ideologis

yang

didasarkan

atas

doktrin

Demokrasi

Terpimpin Soekarno. Ketiga, rincian tentang isi pelajaran agama


islam beserta ketetapan yang mengaturnya tidak secara eksplisit
tercantum dalam Rencana Pendidikan 1964, melainkan di atur
oleh Departemen Agama. Dengan demikian sejak saat itu telah
terjadi dualisme dalam kebijakan pendidikan nasional.4
D. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 1964
Dari beberapa definisi yang sudah disebutkan di atas,
kurikulum bisa dimaknai dalm tiga konteks, yaitu sebagai
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
(course of

studies), sebagai

pengalaman belajar (learning

experiences) dan sebagai rencana program belajar (learning


plan).
4 Abdurrahman, Assegaf. Politik Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Kurnia Alam, 2005),
hal. 136-140

Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang


harus ditempuh oleh peserta didik merupakan konsep kurikulum
yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik
pendidikan. Dalam makna ini kurikulum sering dikaitkan dengan
usaha untuk memperoleh ijazah, sedangkan ijazah itu sendiri
adalah

keterangan

yang

menggambarkan

kemampuan

seseorang yang mendapatkan ijazah tersebut.


Pengertian
kurikulum
sebagai
pengalaman

belajar

mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh kegiatan


yang dilakukan oleh anak didik baik di dalam sekolah maupun di
luar sekolah asal kegiatan tersebut berada di bawah tanggung
jawab dan monitoring guru (sekolah). Dalam pemahaman kedua
ini tidak dibedakan apakah kegiatan anak didik itu intra kurikuler
atau ekstra kurikuler, asal aktivitas anak didik tersebut di bawah
kontrol, bimbingan dan tanggung jawab guru (sekolah) maka ia
adalah bagian dari kurikulum sekolah.
Kurikulum
sebagai
sebuah
program

atau

rencana

pembelajaran, tidaklah hanya berisi tentang program kegiatan,


tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh beserta
alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
disamping itu, juga berisi tentang alat atau media yang
diharapkan mampu menunjang pencapaian tujuan tersebut.
Kurikulum sebagai suatu rencana disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung
jawab

sekolah

atau

lembaga

pendidikan

beserta

staf

pengajarnya. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran ini juga


diikuti

oleh

UU

SISDIKNAS

No.

20

Tahun

2003

yang

mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan


pengaturan tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggaraan

kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.5


5 Ali, Mudlofir. Aplikasi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agam Islam (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hal. 3-4

Pada Rencana Pendidikan 1964, Pendidikan Agama/ Budi


Pekerti

dimasukkan

perkembangan

moral

dalam
dan

wardhana

diintegrasikan

(bidang
antara

studi)

pelajaran

sejarah, ilmu bumi dan kewarganegaraan.


Adapun yang menyusun Rencana PAI ialah Departemen Agama
setelah disetujui oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan, atas usul instansi agama yang bersangkutan.
Seperti halnya di SD, pendidikan agama di SMP ini di usahakan
dan diselenggarakan oleh Departemen Agama dengan beberapa
ketentuan:
1) Guru-guru agama (termasuk staf guru pada sekolahnya)
ditempatkan serta diangkat oleh Departemen Agama.
2) Rencana pelajaran agama dibuat oleh Departemen
Agama dan disampaikan kepada sekolah-sekolah yang
bersangkutan.
3) Jam pelajaran
Di

agama

termasuk

pelajaran pada tiap-tiap sekolah.6


penghubung era pemerintahan

dalam
Presiden

daftar

jam

Soekarno

menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan


sistem kurikulum di indonesia. Kurikulum ini di beri nama
Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004).
Fokus kurikulum 1964 adalah pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan mulai merambah lingkup

6 Abdurrahman, Assegaf. Politik Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Kurnia Alam.


2005), hal. 137-138

praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang diajarkan disekolah dapat
berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa dalam masyarakat.7

Penutup
A. Kesimpulan
Rencana Pendidikan 1964 sehubungan dengan posisi PAI
adalah: pertama, bahwa pelajaran agama (islam) merupakan
pelajaran alternatif, bilamana seorang murid tidak mengikuti
pelajaran agama (islam), ia harus mengikuti pelajaran Budi
Pekerti. Kedua, pengaruh ide Manipol USDEK amat kuat dalam
rencana pendidikan 1964, seperti terlihat dalam struktur mata
pelajaran di SD yang mengikuti konsep Pancawardhana dan
Sapta Usaha Tama, atau pembagian mata pelajaran kelompok
Rasa/ Karya di SMP yang bertujuan membiasakan anak didik
memenuhi

tuntutan

Sosialisme

Indonesia,

serta

7 Sholeh, Hidayat. Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2013), Hlm. 3-4

sistem

penjurusan di SMA yang cenderung memprioritaskan pembagian


jurusan Sos-Bud dan PasPal, kurang konsentrasinya dalam bidang
agama. Menurut C. E. Beeby, kurikulum 1964 ini sangat bercorak
politis-ideologis

yang

didasarkan

atas

doktrin

Demokrasi

Terpimpin Soekarno. Ketiga, rincian tentang isi pelajaran agama


islam beserta ketetapan yang mengaturnya tidak secara eksplisit
tercantum dalam Rencana Pendidikan 1964, melainkan di atur
oleh Departemen Agama. Dengan demikian sejak saat itu telah
terjadi dualisme dalam kebijakan pendidikan nasional.
Adapun yang menyusun Rencana PAI ialah Departemen Agama
setelah disetujui oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan, atas usul instansi agama yang bersangkutan.
Seperti halnya di SD, pendidikan agama di SMP ini di usahakan
dan diselenggarakan oleh Departemen Agama dengan beberapa
ketentuan:
1) Guru-guru agama (termasuk staf guru pada sekolahnya)
ditempatkan serta diangkat oleh Departemen Agama.
2) Rencana pelajaran agama dibuat oleh Departemen
Agama dan disampaikan kepada sekolah-sekolah yang
bersangkutan.
3) Jam pelajaran agama termasuk dalam daftar jam
pelajaran pada tiap-tiap sekolah.

Daftar Pustaka
Assegaf, Abdurrahman. 2005. Politik Pendidikan Nasional. Yogyakarta:
Kurnia Alam.
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Irma Dolores Nunezy Bodegas. 2007. From Curriculum to Syllabus Design:
The Different Stages to Design a Programme. Quintana Roo: Universidad
de Quintana Room.
Ladjid, Hafni. 2005. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Ciputat: Ciputat Press Group.

Mudlofir, Ali. 2011. Aplikasi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP)
dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agam Islam.
Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai