Anda di halaman 1dari 2

Pengantar

Selalu setiap suguhan karya lukis, yang biasa kita sebut pameran lukisan,
adalah upaya membangun relasi subyek penyampai pesan dan (kepada)
subyek penerima pesan. Ada proses penginderaan visual yang secara
semiotik terpostulatkan melalui interaksi personal (subyektif). Ujung tuju dari
interaksi tersebut melulu adalah pemaknaan. Demikianlah secara teoritis
ditulis dan telah disimpulkan.
Lalu, apakah hajatan rupa yang hadir dalam wujud pameran lukisan bisa
dianggap cukup dengan hadirnya pemaknaan? Tentu tidak.
Dalam konteks yang lebih menyeluruh, sebentuk pameran lukisan, dan
setiap krentek dan penampakan karya seni apapun, adalah gerak
kebudayaan. Menjadi bagian penting kebudayaan membutuhkan kesadaran
sebagai aku budaya, memahfumkan diri sebagai subyek budaya yang
sedang berproses mencari dan menemu. Maka, sebuah lukisan yang
terpajang tidak sekadar makna lukisan un sich, tetapi juga adalah
kodifikasi pesan (dan, ajakan) untuk ikut terkait- terlibat terhadap pesona
yang lebih besar; yaitu kebudayaan.
Dari sinilah agaknya kita bisa mulai mengetuk pintu ruang, dan masuk ke
dalam dimensi konsep pameran lukisan Iok Are You Swarm Enough,
(DKM, 7-17 Januari 2017). Semakin dalam, cobalah berinteraksi dengan
beberapa bidang yang dirangkai dan masing-masingnya menjadi terkait.
Bukankah kita lalu akan menemukan ajakan. Seolah Iok sedang memajang
kaca cermin besar agar kita bisa bercermin dan melihat siapapun diri kita
sekarang (bagi Iok): Sebuah kemasing-masingan yang komunal, atau
kesendirian dalam kebersamaan.
Harus juga dicatat agar tak lalu lewat, tema yang disuguhkan Iok dalam
pameran lukisan kali ini dikuatkan dengan cara pameran tunggal. Bukan
pameran kelompok, atau rombongan beberapa pelukis dalam satu tema. Ini
juga bisa dimengerti sebagai isyarat dan kaca cermin tentang bagaimana
memahfumkan aku sebagai subyek budaya.
Selamat berkarya untuk Iok!

Desember 2016
Johnny Suhermanto
Sekjen DKM

Anda mungkin juga menyukai