Case GBS 2
Case GBS 2
: Ny R
: 52 tahun
: Perempuan
: Menikah
::: Depok
:: Bougenville
: 18 Juli 2011
Status Neurologi
mampu untuk makan nasi. Selain itu jika berbicara, suaranya menjadi sengau. Tiap kali
buang air kecil os mengeluh seperti masih ada yang tersisa, nyeri BAK (-), darah (-),
selain itu os belum BAB juga. Keluarga memutuskan untuk membawanya berobat ke RS
X. Di RS X os sempat dirawat selama 1 hari, namun menurut keluarga, RS tersebut tidak
mempunyai obat untuk penyakit os, sehingga mereka memutuskan untuk membawa os ke
RS lain. Os menyangkal adanya trauma dikepala dan dipunggung, demam, kejang, sesak
nafas, dan alergi obat. Sebelumnya os tidak pernah mengalami hal seperti ini.
2 hari MRS, os mengaku mengalami perbaikan, os mengatakan jari-jari kaki
kanan dan kaki kirinya sudah mulai dapat digerakkan. Sedangkan bagian tubuh lainnya
masih belum dapat digerakkan dan os masih belum dapat menelan makanan.
4 hari MRS, dilakukan lumbal punksi pada os.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat hipertensi dan
kencing manis disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga os yang pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi Pribadi :
Kesan keadaan sosial ekonomi pasien adalah cukup.
III. Objektif
1. Status Presens
Keadaan Umum
Tekanan darah
Nadi
Suhu
RR
Kepala
Leher
Jantung
Paru
Perut
Alat kelamin
2. Status Psikikus
Cara berpikir : sesuai umur
Perasaan hati : normotim
Tingkah laku : pasien sadar
Ingatan
: amnesia (-)
Page 2
Status Neurologi
Kecerdasan
3. Status Neurologikus
Kesadaran
Kepala
1. Bentuk
2. Nyeri tekan
3. Simetris
4. Pulsasi
Leher
1. Pergerakan
2. Meningeal sign
Urat Syaraf Kepala
N I. (Olfaktorius)
Subjektif
Dengan bahan
N II. (Optikus)
Tajam penglihatan
Lapangan penglihatan
Melihat warna
Fundus okuli
N III. (Okulomotorius)
Kelopak mata:
Ptosis
Gerakan bola mata:
Superior
Inferior
Medial
Endoftalmus
Eksoftalmus
Pupil:
Diameter
Bentuk
Posisi
Reflex cahaya langsung
Reflex cahaya tak langsung
Strabismus
Nistagmus
Reflex konversi
N IV. (Troklearis)
Gerakan bola mata:
Medial bawah
Strabismus
Diplopia
Kiri
Normosmia
Normosmia
1/6
Normal
Normal
Tidak dilakukan
1/6
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
3 mm
Isokor
Ditengah
+
+
-
3 mm
Isokor
Ditengah
+
+
-
Normal
Normal
Page 3
Status Neurologi
N V. (Trigeminus)
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Reflex kornea
Sensibilitas
N VI. (Abduscens)
Pergerakan mata ke lateral
N VII. (Fascialis)
Mengerutkan dahi
Kerutan kulit dahi
Menutup mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Meringis
Memperlihatkan gigi
Bersiul
Perasaan lidah bagian 2/3 depan
N VIII. (Vestibulokoklear)
Suara berisik
Weber
Rinne
N IX. (Glossofaringeus)
Perasaan bagian lidah belakang
Sensibilitas
Sengau
Tersedak
Pharynx
N X. (Vagus)
Arcus pharynx
Bicara
Menelan
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi
+
+
+
+
+
+
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
+
Tidak dilakukan
Simetris
+
-
Simetris
+
-
+
+
+
+
+
-
+
-
:spontan, torakoabdominal
:tidak bisa
Page 4
Status Neurologi
(b) Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminasi
Lokalisasi
(c) Refleks
kulit perut atas
kulit perut bawah
kulit perut tengah
kremaster
Kanan
+
+
tidak dilakukan
+
+
Kiri
+
+
tidak dilakukan
+
+
Kanan
0
Menurun
+
Kiri
0
Menurun
+
(b) Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminasi
Lokalisasi
(c) refleks
Biceps
Triceps
Kanan
+
+
Tidak dilakukan
+
+
Kiri
+
+
Tidak dilakukan
+
+
Kanan
-
Kiri
-
Kanan
0
Menurun
+
Kiri
0
Menurun
+
Page 5
Status Neurologi
(b) Sensibilitas
Kanan
+
+
Tidak dilakukan
+
+
Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminasi
Lokalisasi
Kiri
+
+
Tidak dilakukan
-
(c) refleks
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Rosolimo
Mandel-Bechterev
Schaffer
Oppenheim
Klonus kaki
Tes lasegue
Kernig
Kanan
-
Kiri
-
6. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor
: tidak ada
Miokloni
: tidak ada
Chorea
: tidak ada
Atetose
: tidak ada
7. Alat vegetative
Miksi
Defekasi
8. Test tambahan
Page 6
Status Neurologi
Hasil
0,5
5,9
143
3,79
95*
111
29
27
15,2
12,7*
45
205
25*
90,9
30,6
33,7*
0
2
1*
70*
18*
9*
Satuan
Mg/dl
Mg/dl
Meq/L
Meq/L
Meq/L
Mg/dl
U/L
U/L
g/dl
Ribu/mm
%
Ribu/mm
Mm/jam
Fl
Pg
g/dl
%
%
%
%
%
%
Nilai normal
0,5-1,5
2,7-7
135-146
3,5-5
97-107
<180
<35
<40
12-18
5-10
38-47
150-450
<20
82-92
27-42
34-45
0-1
1-3
3-5
54-62
25-33
3-7
Hasil
Satuan
Nilai normal
100*
96,1*
+
+
3
33
67
Mg/dl
Mg/dl
50-80
<50
0-5
uL
IV. Ringkasan:
Subjektif
Page 7
Status Neurologi
Pasien wanita berusia 52 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan kelemahan pada ke
empat anggota geraknya 6 hari SMRS. Os menceritakan sebelumnya ia baru saja sembuh dari
diare. Kelemahan dimulai dari tangan kanannya dan dengan cepat diikuti oleh tangan kirinya,
kemudian 2 hari kemudian disusul dengan kelemahan pada kedua kakinya. Lama kelamaan
keempat anggota geraknya tidak dapat digerakkan, selanjutnya os mengatakan ia menjadi sulit
untuk menelan, dan jika berbicara menjadi sengau. Jika ia BAK terasa masih ada yang tersisa. Os
menyangkal adanya trauma dikepala dan dipunggung, demam, kejang, sesak nafas, dan alergi
obat. 2 hari MRS os mengaku mengalami perbaikan dimana jari-jari kakinya sudah mulai dapat
digerakkan dan pada hari ke 4 MRS dilakukan lumbal punksi pada os.
Objektif
Dari pemeriksaan fisik pada status presens didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, TD=130/90 mmHg,S= 36,8C, N= 80x/menit, RR= 20x/menit. Pada status neurologis
didapatkan kesadaran compos mentis, GCS=15, pada pemeriksaan N IX ditemukan adanya
sengau dan pasien tersedak bila makan, pada pemeriksaan N X ditemukan bicara sengau. Dari
pemeriksaan pada badan tidak ditemukan adanya gangguan sensibilitas, pada pemeriksaan
anggota gerak atas didapatkan pergerakan (-), kekuatan 0, tonus menurun dan atrofi (+), tidak
ada gangguan sensibilitas, reflex bisceps dan triceps menurun. Pada pemeriksaan anggota gerak
bawah didapatkan pergerakan (-), kekuatan 0, tonus menurun dan atrofi (+), tidak ada gangguan
sensibilitas, reflex Achilles dan patella menurun. Tidak terdapat gerakan abnormal.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan adanya peningkatan leukosit (12,7), LED (25),
neutrofil segmen (70), dan monosit (9), dari hasil analisa LCS didapatkan peningkatan glukosa
(100) dan protein (96,1), serta tidak terdapat peningkatan jumlah sel (3).
V. Diagnosis
Klinik
Topic
Patologi
Etiologi
VI. Penatalaksanaan/therapy
A. Perawatan
- perawatan umum :
1. mencegah timbulnya bed sores dengan perubahan posisi tidur
2. pengamatan terhadap kemungkinan deep vein thrombosis
3. pengeluaran sekret dari saluran nafas
4. pergerakan sendi-sendi secara pasif
5. pemberian cairan dan elektrolit terutama natrium
- perawatan khusus :
1. monitoring fungsi respirasi
2. monitoring tekanan darah dan EKG
Page 8
Status Neurologi
: ad bonam
: Dubia
: Dubia
Follow Up
18 Juli 2011
S : kurang lebih sudah
6 hari kaki dan tangan
lemah serta tidak
dapat menelan
19 Juli 2011
S : jari kaki mulai bisa
digerakkan, belum
bisa menelan
20 Juli 2011
S : jari kaki mulai bisa
digerakkan, belum
bisa menelan
Page 9
21 Juli 2011
S : jari kaki mulai bisa
digerakkan, belum
bisa menelan
Status Neurologi
O : td=130/90
S= 36,8
P=20x
N=80x
Pupil= isoskor RCL
+/+, RCTL +/+
Saraf cranial= kesan
parese N.IX dan N.X
Motorik=
O : td=120/80
S= 36,4
P=18x
N=82x
Pupil= isoskor RCL
+/+, RCTL +/+
Saraf cranial= kesan
parese N.IX dan N.X
Motorik=
O : td=120/80
S= 36,4
P=18x
N=82x
Pupil= isoskor RCL
+/+, RCTL +/+
Saraf cranial= kesan
parese N.IX dan N.X
Motorik=
O : td=120/80
S= 36,4
P=18x
N=82x
Pupil= isoskor RCL
+/+, RCTL +/+
Saraf cranial= kesan
parese N.IX dan N.X
Motorik=
R.fisiologis= menurun
R.patologis=(-)
A : GBS dd/
polineuropati
P:
- IVFD RA+NB
1 amp 20 tpm
- Medixon
3x125cc
- Acran 2x1
ampul
- Neulin
3x250mg
- Gamaras 1
amp/12 jam
- EKG
R.fisiologis= menurun
R.patologis=(-)
A : GBS dd/
polineuropati
P:
- IVFD RA+NB
1 amp 20 tpm
- Medixon
3x125cc
- Acran 2x1
ampul
- Neulin
3x250mg
- Gamaras 1
amp/12 jam
EKG= Normal EKG
R.fisiologis= menurun
R.patologis=(-)
A : GBS dd/
polineuropati
P:
- IVFD RA+NB
1 amp 20 tpm
- Medixon
3x125cc
- Acran 2x1
ampul
- Neulin
3x250mg
- Gamaras 1
amp/12 jam
Pro LP
R.fisiologis= menurun
R.patologis=(-)
A : GBS
P:
-
IVFD RA+NB
1 amp 20 tpm
Medixon
3x125cc
Acran 2x1
ampul
Neulin
3x250mg
Gamaras 1
amp/12 jam
Status Neurologi
Sindroma Guillain Barre adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan demielinisasi pada akar
saraf tepi.
Penyebab:
infeksi virus ( influenza, CMV, EBV, herpes, hepatitis, HIV), infeksi bakteri ( C. Jejuni,
micoplasma), pasca vaksinasi (rabies, tetenus, hepatitis B), penyakit sistemik ( kanker, lmfoma),
kehamilan (sering pada trimester III), operasi dan anestesi epidural spinal.
Fase penyembuhan
Page 11
Status Neurologi
Diagnosis :
Kerusakan myelin pada GBS menyebabkan adanya gangguan fungsi saraf perifer, yakni
motorik, sensorik, dan otonom. Manifestasi klinis yang utama adalah kelemahan motorik
yang bervariasi, dimulai dari ataksia sampai paralisis motorik total yang melibatkan otototot pernafasan sehingga menimbulkan kematian. Awalnya pasien menyadari adanya
kelemahan pada tungkainya, seperti halnya kaki karet, yakni kaki yang cenderung
tertekuk (buckle), dengan atau tanpa disestesia (kesemutan atau kebas).
Umumnya keterlibatan otot distal dimulai terlebih dahulu (paralisis asendens Landry),
meskipun dapat pula dimulai dari lengan. Seiring perkembangan penyakit, dalam periode
jam sampai hari, terjadi kelemahan otot-otot leher, batang tubuh (trunk), interkostal, dan
saraf kranialis.
Pola simetris sering dijumpai, namun tidak absolut. Kelemahan otot bulbar menyebabkan
disfagia orofaringeal, yakni kesulitan menelan dengan disertai oleh drooling dan/atau
terbukanya jalan nafas, serta kesulitan bernafas.
Kelemahan otot wajah juga sering terjadi pada GBS, baik unilateral ataupun bilateral;
sedangkan abnormalitas gerak mata jarang, kecuali pada varian Miller Fisher.
Gangguan sensorik merupakan gejala yang cukup penting dan bervariasi pada GBS.
Hilangnya sensibilitas dalam atau proprioseptif (raba-tekan-getar) lebih berat daripada
sensibilitas superfisial (raba nyeri dan suhu). Tidak dijumpai demam pada GBS; jika ada,
perlu dicurigai penyebab lainnya. Pada kasus berat, didapati hilangnya fungsi otonom,
dengan manifestasi fluktuasi tekanan darah, hipotensi ortostatik, dan aritmia jantung.
Pemeriksaan penunjang:
1. Cairan serebrospinal (CSS) Yang paling khas adalah adanya disosiasi sitoalbuminik,
yakni meningkatnya jumlah protein (100-1000 mg/dL) tanpa disertai adanya pleositosis
(peningkatan hitung sel). Pada kebanyakan kasus, di hari pertama jumlah total protein
CSS normal; setelah beberapa hari, jumlah protein mulai naik, bahkan lebih kanjut di saat
gejala klinis mulai stabil, jumlah protein CSS tetap naik dan menjadi sangat tinggi.
Puncaknya pada 4-6 minggu setelah onset.
2. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) dan elektromiografi (EMG) Manifestasi
elektrofisiologis yang khas dari GBS terjadi akibat demyelinasi saraf, antara lain
prolongasi masa laten motorik distal (menandai blok konduksi distal) dan prolongasi atau
absennya respon gelombang F (tanda keterlibatan bagian proksimal saraf), blok hantar
saraf motorik, serta berkurangnya KHS.
Page 12
Status Neurologi
3. EMG menunjukkan berkurangnya rekruitmen motor unit Dapat pula dijumpai degenerasi
aksonal dengan potensial fibrilasi 2-4 minggu setelah onset gejala, sehingga ampilitudo
CMAP dan SNAP kurang dari normal. Derajat hilangnya aksonal ini telah terbukti
berhubungan dengan tingkat mortalitas yang tinggi serta disabilitas jangka panjang pada
pasien GBS, akibat fase penyembuhan yang lambat dan tidak sempurna.
4. Pemeriksaan darah Pada darah tepi, didapati leukositosis polimorfonuklear sedang
dengan pergeseran ke bentuk yang imatur, limfosit cenderung rendah selama fase awal
dan fase aktif penyakit. Pada fase lanjut, dapat terjadi limfositosis; eosinofilia jarang
ditemui. Laju endap darah dapat meningkat sedikit atau normal, sementara anemia
bukanlah salah satu gejala.
5. Dapat dijumpai respon hipersensitivitas antibodi tipe lambat, dengan peningkatan
immunoglobulin IgG, IgA, dan IgM, akibat demyelinasi saraf pada kultur jaringan.
Abnormalitas fungsi hati terdapat pada kurang dari 10% kasus, menunjukkan adanya
hepatitis viral yang akut atau sedang berlangsung; umumnya jarang karena virus hepatitis
itu sendiri, namun akibat infeksi CMV ataupun EBV.
6. Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan adanya perubahan gelombang T serta sinus
takikardia. Gelombang T akan mendatar atau inverted pada lead lateral. Peningkatan
voltase QRS kadang dijumpai, namun tidak sering.
7. Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital paru) akan menunjukkan adanya
insufisiensi respiratorik yang sedang berjalan (impending).
Diagnosis Banding :
1. Polineuropati defisiensi vitamin
2. Miastenia Gravis
3. Paralisis periodic hipokalemia
Tatalaksana Perawatan dan Pengobatan:
A. Perawatan
Perawatan Umum :
1. mencegah timbulnya luka baring/bed sores dengan perubahan posisi tidur
2. pengamatan terhadap kemungkinan deep veins thrombosis
3. pengeluaran secret dari saluran nafas
Page 13
Status Neurologi
Page 14
Status Neurologi
Pembahasan
Sindrom Guillain-Barr merupakan kelainan di mana sistem kekebalan tubuh
menyerang bagian dari sistem saraf perifer bersifat autoimun. Gejala penyakit ini intensitasnya
dapat meningkat sampai otot tidak dapat digunakan sama sekali dan pasien hampir sepenuhnya
lumpuh. Dalam kasus ini terdapat gejala kelemahan desendens yang dimulai dari tangan
kemudian diikuti kelemahan kaki, disertai dengan terkenanya saraf otak N.IX dan N.X dimana
pembicaraan pasien menjadi sengau dan sulit menelan. Terdapat gangguan fungsi otonom berupa
inkontinetia urin. Pada ke-empat anggota gerak nya didapatkan penurunan kekuatan, tonus dan
refleks fisiologis, refleks patologis (-), dan terjadi atrofi dari otot yang menunjukkan
kelumpuhannya bersifat LMN. Pada pasien tidak didapatkan gangguan sensibilitas dari anggota
gerak. Dari hasil analisa LCS yang dilakukan pada hari ke-10 sejak onset penyakitnya,
didapatkan adanya peningkatan jumlah protein cairan otak yang tidak disertai dengan
peningkatan jumlah sel. Hal ini dapat menjadi petunjuk diagnosis yang cukup kuat untuk
memastikan penyakit ini.
Dalam kasus ini, otot-otot pernafasan tidak terkena, dan tidak terdapat gejala otonom
berupa gangguan system kardiovaskuler sehingga pasien masih dapat dirawat di ruang biasa.
Namun pasien harus dipasang NGT dan kateter karena adanya gangguan menelan dan gangguan
dalam BAK. Penatalaksanaan pasien meliputi pemantauan seluruh fungsi vital, pengobatan harus
dimulai sesegera mungkin. Dosis tinggi intravena imunoglobulin (IVIG) adalah 200 mg/kgBB
atau 400 mg / kg selama 5 hari dan methylprednisolon diberikan dengan dosis 40 mg/kgbb .
Fisioterapi juga diperlukan untuk mengembalikan ADL (aktif daily learning).
Page 15