Anda di halaman 1dari 15

Status Neurologi

Kepaniteraan Klinik Status Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran UKRIDA
SMF Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No CM
Dirawat diruang
Tanggal masuk

: Ny R
: 52 tahun
: Perempuan
: Menikah
::: Depok
:: Bougenville
: 18 Juli 2011

II. Data Subjektif


Anamnesis diambil secara auto dan alloanamnesis pada tanggal 18 Juli 2011
Keluhan Utama :
Kelemahan ke empat anggota gerak 4 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
6 hari SMRS, os mengatakan sempat menderita diare. Kemudian os berobat ke
dokter, dan setelah minum obat dari dokter tersebut os mengatakn is sudah tidak diare
lagi. Os tidak dirawat di rumah sakit untuk sakit diarenya. Setelah diarenya sembuh, os
mengeluh tangan kanannya menjadi lemah sehingga tidak kuat untuk mengangkat gayung
di kamar mandi dan menjadi tangannya sulit untuk diangkat. Tidak lama kemudian,
tangan kirinya pun menjadi lemah seperti tangan kanannya. Saat itu os belum pergi ke
dokter untuk memeriksakan dirinya.
4 hari SMRS, os mengatakan kelemahan pada kedua tangannya menjadi lebih
berat sehingga tidak dapat lagi digerakkan sama sekali. Kemudian kedua kakinya, pada
kaki kanan dan kaki kiri secara bersamaan juga mengalami kelemahan dan sulit untuk
digerakkan. Untuk pergi ke toilet os harus dibantu oleh keluarganya karena os tidak
mampu berjalan sendiri. Kemudian os memutuskan untuk pergi berobat ke dokter, oleh
dokter os diberikan obat. Os menceritakan bahwa ia tidak merasakan adanya perbaikan
dengan obat-obatan tersebut bahkan kedua kakinya semakin bertambah lemah dan tidak
dapat digerakkan sama sekali.
3 hari SMRS, os mengeluh bahwa ia menjadi sulit menelan, setiap kali os minum
air putih, ia selalu memuntahkan air tersebut keluar lagi. Hal ini membuat os tidak
Page 1

Status Neurologi

mampu untuk makan nasi. Selain itu jika berbicara, suaranya menjadi sengau. Tiap kali
buang air kecil os mengeluh seperti masih ada yang tersisa, nyeri BAK (-), darah (-),
selain itu os belum BAB juga. Keluarga memutuskan untuk membawanya berobat ke RS
X. Di RS X os sempat dirawat selama 1 hari, namun menurut keluarga, RS tersebut tidak
mempunyai obat untuk penyakit os, sehingga mereka memutuskan untuk membawa os ke
RS lain. Os menyangkal adanya trauma dikepala dan dipunggung, demam, kejang, sesak
nafas, dan alergi obat. Sebelumnya os tidak pernah mengalami hal seperti ini.
2 hari MRS, os mengaku mengalami perbaikan, os mengatakan jari-jari kaki
kanan dan kaki kirinya sudah mulai dapat digerakkan. Sedangkan bagian tubuh lainnya
masih belum dapat digerakkan dan os masih belum dapat menelan makanan.
4 hari MRS, dilakukan lumbal punksi pada os.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat hipertensi dan
kencing manis disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga os yang pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi Pribadi :
Kesan keadaan sosial ekonomi pasien adalah cukup.
III. Objektif
1. Status Presens
Keadaan Umum
Tekanan darah
Nadi
Suhu
RR
Kepala
Leher
Jantung
Paru
Perut

Alat kelamin

: Tampak sakit sedang


: 130/90 mmHg
: 80 x/menit
: 36,8c
: 20 x/menit
: Normocephal,
: tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid, tidak ada deviasi trakea
: BJ I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-)
: SN Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/: supel, BU (+) normal, NT abdomen (-), tidak teraba
pembesaran hepar dan lien
: tidak dilakukan

2. Status Psikikus
Cara berpikir : sesuai umur
Perasaan hati : normotim
Tingkah laku : pasien sadar
Ingatan
: amnesia (-)
Page 2

Status Neurologi

Kecerdasan

: sesuai tingkat pendidikan

3. Status Neurologikus
Kesadaran
Kepala
1. Bentuk
2. Nyeri tekan
3. Simetris
4. Pulsasi
Leher
1. Pergerakan
2. Meningeal sign
Urat Syaraf Kepala
N I. (Olfaktorius)
Subjektif
Dengan bahan
N II. (Optikus)
Tajam penglihatan
Lapangan penglihatan
Melihat warna
Fundus okuli
N III. (Okulomotorius)
Kelopak mata:
Ptosis
Gerakan bola mata:
Superior
Inferior
Medial
Endoftalmus
Eksoftalmus
Pupil:
Diameter
Bentuk
Posisi
Reflex cahaya langsung
Reflex cahaya tak langsung
Strabismus
Nistagmus
Reflex konversi
N IV. (Troklearis)
Gerakan bola mata:
Medial bawah
Strabismus
Diplopia

`: Compos Mentis, E4 V5 M6 GCS 15


: normocephal
: tidak ada
: kanan sama dengan kiri
: tidak ada
: normal
: tidak ada
Kanan
Normosmia
Normosmia

Kiri
Normosmia
Normosmia

1/6
Normal
Normal
Tidak dilakukan

1/6
Normal
Normal
Tidak dilakukan

Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal

3 mm
Isokor
Ditengah
+
+
-

3 mm
Isokor
Ditengah
+
+
-

Normal

Normal

Page 3

Status Neurologi

N V. (Trigeminus)
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Reflex kornea
Sensibilitas
N VI. (Abduscens)
Pergerakan mata ke lateral
N VII. (Fascialis)
Mengerutkan dahi
Kerutan kulit dahi
Menutup mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Meringis
Memperlihatkan gigi
Bersiul
Perasaan lidah bagian 2/3 depan
N VIII. (Vestibulokoklear)
Suara berisik
Weber
Rinne
N IX. (Glossofaringeus)
Perasaan bagian lidah belakang
Sensibilitas
Sengau
Tersedak
Pharynx
N X. (Vagus)
Arcus pharynx
Bicara
Menelan
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi

+
+
+

+
+
+

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
+
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
+
Tidak dilakukan

Simetris
+
-

Simetris
+
-

+
+

+
+

+
-

+
-

Badan dan Anggota Gerak


1. Badan
(a) Motorik
Respirasi
Duduk

:spontan, torakoabdominal
:tidak bisa
Page 4

Status Neurologi

Bentuk Kolumna Vertebralis


Pergerakan Kolumna Vertebralis

:tidak dapat dinilai


:tidak dapat dinilai

(b) Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminasi
Lokalisasi
(c) Refleks
kulit perut atas
kulit perut bawah
kulit perut tengah
kremaster

Kanan
+
+
tidak dilakukan
+
+

Kiri
+
+
tidak dilakukan
+
+

:::: tidak dilakukan

2. anggota gerak atas


(a) motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi

Kanan
0
Menurun
+

Kiri
0
Menurun
+

(b) Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminasi
Lokalisasi
(c) refleks
Biceps
Triceps

Kanan
+
+
Tidak dilakukan
+
+

Kiri
+
+
Tidak dilakukan
+
+

Kanan
-

Kiri
-

Kanan
0
Menurun
+

Kiri
0
Menurun
+

3. Anggota gerak bawah


(a). motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi

Page 5

Status Neurologi

(b) Sensibilitas
Kanan
+
+
Tidak dilakukan
+
+

Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminasi
Lokalisasi

Kiri
+
+
Tidak dilakukan
-

(c) refleks
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Rosolimo
Mandel-Bechterev
Schaffer
Oppenheim
Klonus kaki
Tes lasegue
Kernig

Kanan
-

5. koordinasi gait dan keseimbangan


Cara berjalan
Test romberg
Disdiadokokinesia
Ataksia
Rebound phenomena
Dismetria

Kiri
-

: tidak dapat dinilai


: tidak dapat dinilai
: tidak dapat dinilai
: tidak dapat dinilai
: tidak dapat dinilai
: tidak dapat dinilai

6. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor
: tidak ada
Miokloni
: tidak ada
Chorea
: tidak ada
Atetose
: tidak ada
7. Alat vegetative
Miksi
Defekasi

: urin kuning pekat, tidak ada darah


: belum BAB 3 hari

8. Test tambahan
Page 6

Status Neurologi

Test Nafziger : tidak dilakukan


Valsava
: tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang
18 Juli 2011
Ureum
Creatinin
Natrium
Kalium
Chlorida
GDS
SGOT
SGPT
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
LED
MCV
MCH
MCHC
Basofil
Eosinofil
Neutrofil stab
Neutrofil segmen
Limfosit
Monosit
21 Juli 2011
Analisa Cairan Otak
(LCS)
Glukosa
Protein
None
Pandi
Jumlah sel
Mono
Poli

Hasil
0,5
5,9
143
3,79
95*
111
29
27
15,2
12,7*
45
205
25*
90,9
30,6
33,7*
0
2
1*
70*
18*
9*

Satuan
Mg/dl
Mg/dl
Meq/L
Meq/L
Meq/L
Mg/dl
U/L
U/L
g/dl
Ribu/mm
%
Ribu/mm
Mm/jam
Fl
Pg
g/dl
%
%
%
%
%
%

Nilai normal
0,5-1,5
2,7-7
135-146
3,5-5
97-107
<180
<35
<40
12-18
5-10
38-47
150-450
<20
82-92
27-42
34-45
0-1
1-3
3-5
54-62
25-33
3-7

Hasil

Satuan

Nilai normal

100*
96,1*
+
+
3
33
67

Mg/dl
Mg/dl

50-80
<50
0-5

uL

IV. Ringkasan:
Subjektif

Page 7

Status Neurologi

Pasien wanita berusia 52 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan kelemahan pada ke
empat anggota geraknya 6 hari SMRS. Os menceritakan sebelumnya ia baru saja sembuh dari
diare. Kelemahan dimulai dari tangan kanannya dan dengan cepat diikuti oleh tangan kirinya,
kemudian 2 hari kemudian disusul dengan kelemahan pada kedua kakinya. Lama kelamaan
keempat anggota geraknya tidak dapat digerakkan, selanjutnya os mengatakan ia menjadi sulit
untuk menelan, dan jika berbicara menjadi sengau. Jika ia BAK terasa masih ada yang tersisa. Os
menyangkal adanya trauma dikepala dan dipunggung, demam, kejang, sesak nafas, dan alergi
obat. 2 hari MRS os mengaku mengalami perbaikan dimana jari-jari kakinya sudah mulai dapat
digerakkan dan pada hari ke 4 MRS dilakukan lumbal punksi pada os.
Objektif
Dari pemeriksaan fisik pada status presens didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, TD=130/90 mmHg,S= 36,8C, N= 80x/menit, RR= 20x/menit. Pada status neurologis
didapatkan kesadaran compos mentis, GCS=15, pada pemeriksaan N IX ditemukan adanya
sengau dan pasien tersedak bila makan, pada pemeriksaan N X ditemukan bicara sengau. Dari
pemeriksaan pada badan tidak ditemukan adanya gangguan sensibilitas, pada pemeriksaan
anggota gerak atas didapatkan pergerakan (-), kekuatan 0, tonus menurun dan atrofi (+), tidak
ada gangguan sensibilitas, reflex bisceps dan triceps menurun. Pada pemeriksaan anggota gerak
bawah didapatkan pergerakan (-), kekuatan 0, tonus menurun dan atrofi (+), tidak ada gangguan
sensibilitas, reflex Achilles dan patella menurun. Tidak terdapat gerakan abnormal.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan adanya peningkatan leukosit (12,7), LED (25),
neutrofil segmen (70), dan monosit (9), dari hasil analisa LCS didapatkan peningkatan glukosa
(100) dan protein (96,1), serta tidak terdapat peningkatan jumlah sel (3).
V. Diagnosis
Klinik
Topic
Patologi
Etiologi

: tetraplegi, disfagia, disfonia, inkontinensia urin


: radix anterior system saraf tepi
: proses autoimun
: Sindroma Guillain Barre Akut

VI. Penatalaksanaan/therapy
A. Perawatan
- perawatan umum :
1. mencegah timbulnya bed sores dengan perubahan posisi tidur
2. pengamatan terhadap kemungkinan deep vein thrombosis
3. pengeluaran sekret dari saluran nafas
4. pergerakan sendi-sendi secara pasif
5. pemberian cairan dan elektrolit terutama natrium
- perawatan khusus :
1. monitoring fungsi respirasi
2. monitoring tekanan darah dan EKG
Page 8

Status Neurologi

3. pasang NGT dan kateter


B. Pengobatan
- methylprednisolon sodium succinate iv 40 mg/kgbb diikuti prednison oral
4x30mg setelah pengobatan iv 48 jam kemudian
- IVIG (Intra Venous Immunoglobulin) 8 ampul/hari selama 5 hari
VII. Prognosis
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam

: ad bonam
: Dubia
: Dubia

Follow Up
18 Juli 2011
S : kurang lebih sudah
6 hari kaki dan tangan
lemah serta tidak
dapat menelan

19 Juli 2011
S : jari kaki mulai bisa
digerakkan, belum
bisa menelan

20 Juli 2011
S : jari kaki mulai bisa
digerakkan, belum
bisa menelan

Page 9

21 Juli 2011
S : jari kaki mulai bisa
digerakkan, belum
bisa menelan

Status Neurologi

O : td=130/90
S= 36,8
P=20x
N=80x
Pupil= isoskor RCL
+/+, RCTL +/+
Saraf cranial= kesan
parese N.IX dan N.X
Motorik=

O : td=120/80
S= 36,4
P=18x
N=82x
Pupil= isoskor RCL
+/+, RCTL +/+
Saraf cranial= kesan
parese N.IX dan N.X
Motorik=

O : td=120/80
S= 36,4
P=18x
N=82x
Pupil= isoskor RCL
+/+, RCTL +/+
Saraf cranial= kesan
parese N.IX dan N.X
Motorik=

O : td=120/80
S= 36,4
P=18x
N=82x
Pupil= isoskor RCL
+/+, RCTL +/+
Saraf cranial= kesan
parese N.IX dan N.X
Motorik=

R.fisiologis= menurun
R.patologis=(-)
A : GBS dd/
polineuropati
P:
- IVFD RA+NB
1 amp 20 tpm
- Medixon
3x125cc
- Acran 2x1
ampul
- Neulin
3x250mg
- Gamaras 1
amp/12 jam
- EKG

R.fisiologis= menurun
R.patologis=(-)
A : GBS dd/
polineuropati
P:
- IVFD RA+NB
1 amp 20 tpm
- Medixon
3x125cc
- Acran 2x1
ampul
- Neulin
3x250mg
- Gamaras 1
amp/12 jam
EKG= Normal EKG

R.fisiologis= menurun
R.patologis=(-)
A : GBS dd/
polineuropati
P:
- IVFD RA+NB
1 amp 20 tpm
- Medixon
3x125cc
- Acran 2x1
ampul
- Neulin
3x250mg
- Gamaras 1
amp/12 jam
Pro LP

Sindroma Guillain Barre Akut


Batasan:
Page 10

R.fisiologis= menurun
R.patologis=(-)
A : GBS
P:
-

IVFD RA+NB
1 amp 20 tpm
Medixon
3x125cc
Acran 2x1
ampul
Neulin
3x250mg
Gamaras 1
amp/12 jam

Status Neurologi

Sindroma Guillain Barre adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan demielinisasi pada akar
saraf tepi.
Penyebab:
infeksi virus ( influenza, CMV, EBV, herpes, hepatitis, HIV), infeksi bakteri ( C. Jejuni,
micoplasma), pasca vaksinasi (rabies, tetenus, hepatitis B), penyakit sistemik ( kanker, lmfoma),
kehamilan (sering pada trimester III), operasi dan anestesi epidural spinal.

Pathogenesis dan Patofisiologi :


Terdapat sejumlah teori mengenai bagaimana sistem imun ini tiba-tiba menyerang saraf, namun
teori yang dikenal adalah suatu teori yang menyebutkan bahwa organisme (misalnya infeksi
virus ataupun bakteri) telah mengubah keadaan alamiah sel-sel sistem saraf, sehingga sistem
imun mengenalinya sebagai sel-sel asing. Organisme tersebut kemudian menyebabkan sel-sel
imun, seperti halnya limfosit dan makrofag, untuk menyerang myelin. Limfosit T yang
tersensitisasi bersama dengan limfosit B akan memproduksi antibodi melawan komponenkomponen selubung myelin dan menyebabkan destruksi dari myelin.
Pada GBS, terbentuk antibodi atau immunoglobulin (Ig) sebagai reaksi terhadap adanya antigen
atau partikel asing dalam tubuh, seperti bakteri ataupun virus. Antibodi yang bersirkulasi dalam
darah ini akan mencapai myelin serta merusaknya, dengan bantuan sel-sel leukosit, sehingga
terjadi inflamasi pada saraf. Sel-sel inflamasi ini akan mengeluarkan sekret kimiawi yang akan
mempengaruhi sel Schwan, yang seharusnya membentuk materi lemak penghasil myelin.
Dengan merusaknya, produksi myelin akan berkurang, sementara pada waktu bersamaan, myelin
yang ada telah dirusak oleh antibodi tubuh. Seiring dengan serangan yang berlanjut, jaringan
saraf perifer akan hancur secara bertahap. Saraf motorik, sensorik, dan otonom akan diserang;
transmisi sinyal melambat, terblok, atau terganggu; sehingga mempengaruhi tubuh penderita.
Pada GBS, terjadi malfungsi pada sistem imunitas sehingga muncul kerusakan sementara pada
saraf perifer, dan timbullah gangguan sensorik, kelemahan yang bersifat progresif, ataupun
paralisis akut. Karena itulah GBS dikenal sebagai neuropati perifer.
Manifestasi Klinis :
Perjalanan penyakit GBS dapat dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase progresif.
2. Fase plateau.
3.

Fase penyembuhan

Page 11

Status Neurologi

Diagnosis :

Kerusakan myelin pada GBS menyebabkan adanya gangguan fungsi saraf perifer, yakni
motorik, sensorik, dan otonom. Manifestasi klinis yang utama adalah kelemahan motorik
yang bervariasi, dimulai dari ataksia sampai paralisis motorik total yang melibatkan otototot pernafasan sehingga menimbulkan kematian. Awalnya pasien menyadari adanya
kelemahan pada tungkainya, seperti halnya kaki karet, yakni kaki yang cenderung
tertekuk (buckle), dengan atau tanpa disestesia (kesemutan atau kebas).

Umumnya keterlibatan otot distal dimulai terlebih dahulu (paralisis asendens Landry),
meskipun dapat pula dimulai dari lengan. Seiring perkembangan penyakit, dalam periode
jam sampai hari, terjadi kelemahan otot-otot leher, batang tubuh (trunk), interkostal, dan
saraf kranialis.

Pola simetris sering dijumpai, namun tidak absolut. Kelemahan otot bulbar menyebabkan
disfagia orofaringeal, yakni kesulitan menelan dengan disertai oleh drooling dan/atau
terbukanya jalan nafas, serta kesulitan bernafas.

Kelemahan otot wajah juga sering terjadi pada GBS, baik unilateral ataupun bilateral;
sedangkan abnormalitas gerak mata jarang, kecuali pada varian Miller Fisher.

Gangguan sensorik merupakan gejala yang cukup penting dan bervariasi pada GBS.
Hilangnya sensibilitas dalam atau proprioseptif (raba-tekan-getar) lebih berat daripada
sensibilitas superfisial (raba nyeri dan suhu). Tidak dijumpai demam pada GBS; jika ada,
perlu dicurigai penyebab lainnya. Pada kasus berat, didapati hilangnya fungsi otonom,
dengan manifestasi fluktuasi tekanan darah, hipotensi ortostatik, dan aritmia jantung.

Pemeriksaan penunjang:
1. Cairan serebrospinal (CSS) Yang paling khas adalah adanya disosiasi sitoalbuminik,
yakni meningkatnya jumlah protein (100-1000 mg/dL) tanpa disertai adanya pleositosis
(peningkatan hitung sel). Pada kebanyakan kasus, di hari pertama jumlah total protein
CSS normal; setelah beberapa hari, jumlah protein mulai naik, bahkan lebih kanjut di saat
gejala klinis mulai stabil, jumlah protein CSS tetap naik dan menjadi sangat tinggi.
Puncaknya pada 4-6 minggu setelah onset.
2. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) dan elektromiografi (EMG) Manifestasi
elektrofisiologis yang khas dari GBS terjadi akibat demyelinasi saraf, antara lain
prolongasi masa laten motorik distal (menandai blok konduksi distal) dan prolongasi atau
absennya respon gelombang F (tanda keterlibatan bagian proksimal saraf), blok hantar
saraf motorik, serta berkurangnya KHS.
Page 12

Status Neurologi

3. EMG menunjukkan berkurangnya rekruitmen motor unit Dapat pula dijumpai degenerasi
aksonal dengan potensial fibrilasi 2-4 minggu setelah onset gejala, sehingga ampilitudo
CMAP dan SNAP kurang dari normal. Derajat hilangnya aksonal ini telah terbukti
berhubungan dengan tingkat mortalitas yang tinggi serta disabilitas jangka panjang pada
pasien GBS, akibat fase penyembuhan yang lambat dan tidak sempurna.
4. Pemeriksaan darah Pada darah tepi, didapati leukositosis polimorfonuklear sedang
dengan pergeseran ke bentuk yang imatur, limfosit cenderung rendah selama fase awal
dan fase aktif penyakit. Pada fase lanjut, dapat terjadi limfositosis; eosinofilia jarang
ditemui. Laju endap darah dapat meningkat sedikit atau normal, sementara anemia
bukanlah salah satu gejala.
5. Dapat dijumpai respon hipersensitivitas antibodi tipe lambat, dengan peningkatan
immunoglobulin IgG, IgA, dan IgM, akibat demyelinasi saraf pada kultur jaringan.
Abnormalitas fungsi hati terdapat pada kurang dari 10% kasus, menunjukkan adanya
hepatitis viral yang akut atau sedang berlangsung; umumnya jarang karena virus hepatitis
itu sendiri, namun akibat infeksi CMV ataupun EBV.
6. Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan adanya perubahan gelombang T serta sinus
takikardia. Gelombang T akan mendatar atau inverted pada lead lateral. Peningkatan
voltase QRS kadang dijumpai, namun tidak sering.
7. Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital paru) akan menunjukkan adanya
insufisiensi respiratorik yang sedang berjalan (impending).
Diagnosis Banding :
1. Polineuropati defisiensi vitamin
2. Miastenia Gravis
3. Paralisis periodic hipokalemia
Tatalaksana Perawatan dan Pengobatan:
A. Perawatan
Perawatan Umum :
1. mencegah timbulnya luka baring/bed sores dengan perubahan posisi tidur
2. pengamatan terhadap kemungkinan deep veins thrombosis
3. pengeluaran secret dari saluran nafas
Page 13

Status Neurologi

4. pergerakan sendi-sendi secara pasif


5. perlu diperhatikan pemberian cairan dan elektrolit terutama natrium
Perawatan Khusus :
1. pernafasan : walaupun pasien masih bernafas spontan, monitoring fungsi respirasi dengan
mengukur kapasitas vital secara regular sangat penting untuk mengetahui progresivitas penyakit,
kapasitas vital lebih akurat untuk memprediksi gagal nafas daripada analisa gas darah. Pasien
dengan kapasitas vital <15 ml/kgbb disertai peningkatan PCO2>60%, penurunan PO2<70%
mutlak perlu alat bantu nafas.
2. kardiovaskuler : monitoring yang ketat terhadap tekanan darah dan EKG sangat penting
karena gangguan fungsi otonom dapat mengakbatkan timbulnya hipotansi atau hipertensi yang
mendadak serta gangguan irama jantung. Hipotensi dan hipertensi yang berlangsung sementara
tidak perlu diobati, tetapi hipotansi yang menetap dan menggangu perfusi ginjal dan otak harus
datasi dengan pemberian cairan. Hipertensi yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat diberikan propanolol.
3. cairan, elektrolit, nutrisi : ileus paralitik terkadang ditemukan terutama pada fase akut
sehingga parenteral nutrisi perlu diberikan pada fase ini. Pada sindroma Guillain Barre sering
terjadi gangguan sekresi ADH sehingga perlu diperhatikan pembesaran cairan dan elektrolit
terutama natrium karena sering terjadi retensi cairan.
4. sedatifa dan analgesic : pada penderita yang tidak memakai alat bantu nafas, obat-obat sedatifa
harus dihindari karena akan memeperburuk fungsi pernafasan. Untuk mengatasi nyeri sering
digunakan obat golongan N-SAID (Non Steroid Anti Inflamatoar Drug).
5. Antibiotika ; pada pasien yang berbarng lama dan menggunakan alat abntu nafas, frekuensi
timbulnya pneumonia cukup tinggi, sehingga dibutuhkan antiobiotika yang disesuaikan dengan
hasil kultur dan resistensi kuman.
B. Pengobatan
1. Pengobatan dengan steroid
2. Pengobatan dengan immunosupresan
3. Plasmafaresis
4. Immunoglobulin

Page 14

Status Neurologi

Pembahasan
Sindrom Guillain-Barr merupakan kelainan di mana sistem kekebalan tubuh
menyerang bagian dari sistem saraf perifer bersifat autoimun. Gejala penyakit ini intensitasnya
dapat meningkat sampai otot tidak dapat digunakan sama sekali dan pasien hampir sepenuhnya
lumpuh. Dalam kasus ini terdapat gejala kelemahan desendens yang dimulai dari tangan
kemudian diikuti kelemahan kaki, disertai dengan terkenanya saraf otak N.IX dan N.X dimana
pembicaraan pasien menjadi sengau dan sulit menelan. Terdapat gangguan fungsi otonom berupa
inkontinetia urin. Pada ke-empat anggota gerak nya didapatkan penurunan kekuatan, tonus dan
refleks fisiologis, refleks patologis (-), dan terjadi atrofi dari otot yang menunjukkan
kelumpuhannya bersifat LMN. Pada pasien tidak didapatkan gangguan sensibilitas dari anggota
gerak. Dari hasil analisa LCS yang dilakukan pada hari ke-10 sejak onset penyakitnya,
didapatkan adanya peningkatan jumlah protein cairan otak yang tidak disertai dengan
peningkatan jumlah sel. Hal ini dapat menjadi petunjuk diagnosis yang cukup kuat untuk
memastikan penyakit ini.
Dalam kasus ini, otot-otot pernafasan tidak terkena, dan tidak terdapat gejala otonom
berupa gangguan system kardiovaskuler sehingga pasien masih dapat dirawat di ruang biasa.
Namun pasien harus dipasang NGT dan kateter karena adanya gangguan menelan dan gangguan
dalam BAK. Penatalaksanaan pasien meliputi pemantauan seluruh fungsi vital, pengobatan harus
dimulai sesegera mungkin. Dosis tinggi intravena imunoglobulin (IVIG) adalah 200 mg/kgBB
atau 400 mg / kg selama 5 hari dan methylprednisolon diberikan dengan dosis 40 mg/kgbb .
Fisioterapi juga diperlukan untuk mengembalikan ADL (aktif daily learning).

Page 15

Anda mungkin juga menyukai