Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DGN TYPUS ABDOMINALIS

1. Latar Belakang
Typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus.Penyakit ini termasuk
ke dalam penyakit tropik dan menular yang tersebar diseluruh dunia serta penyebarannya
tidak bergantung pada keadaan iklim, tetapi berhubungan erat dengan kebersihan
perseorangan dan lingkungan.Penyakit Typhus abdominalis banyak dijumpai di negaranegara yangsedang berkembang di daerah tropis termasuk di Indonesia dengan
insidentertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak yang berumur di atas 1tahun.
Sebagian besar penderita yang dirawat (80%) berumur di atas 5 tahun(Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1985 : 594).

1. Tujuan Penulisan

Tujuan umum
1. Memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhankeperawatan pada
anak dengan Typhus abdominalis.
2. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif
meliputi aspek bio-psikologi dengan pendekatan proseskeperawatan sesuai tumbuh
kembang anak.

Tujuan khusus
1. Dapat melakukan pengkajian terhadap masalah-masalah keperawatan pada anak
dengan Typhus abdominalis.
2. Dapat membuat rencana asuhan keperawatan terhadap masalah-masalahyang timbul
sesuai dengan prioritas masalah.
3. Dapat melaksanakan implementasi asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat pada anak dengan Typhus abdominalis.
4. Dapat melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telahdilaksanakan pada
anak dengan Typhus abdominalis.
5. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anak denganTyphus
abdominalis

TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi

Tifus Abdomenalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran
1. Etiologi

Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak
berspora

Masa inkubasi 10-20 hari

1. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredarahan darah
(bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ
lainnnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua
kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus
dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid
usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks
peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.
Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus halus

1. Manifestasi Klinik

Nyeri kepala, lemas, lesu

Demm yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu

Gangguan pada saluran cerna: halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi
salaput putih kotor, meteorismus, mual, tidak nafsu makan, hepatomegali,
splenomegali, yang disertai nyeri pada perabaan

Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis, smnolen)

Bibtik-bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit

Epistaksis

1. Tanda dan Gejala

Demam lebih dari seminggu

Siang hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh naik-turun.

Mencret

Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna karena itu saluran cerna terganggu.
Tapi pada sejumlah kasus, penderita malah sulit buang air besar.

Mual Berat

Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna, juga di kelenjar getah bening.
Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.

Muntah

Karena rasa mual, otomatis makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar
lagi lewat mulut. Karena itu harus makan makanan yang lunak agar mudah dicerna. Selain
itu, makanan pedas dan mengandung soda harus dihindari agar saluran cerna yang sedang
luka bisa diistirahatkan.

Lidah kotor

Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya
pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.

Lemas, pusing, dan sakit perut

Terkesan acuh tak acuh bahkan bengong

Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika kondisinya semakin parah, seringkali tak
sadarkan diri/pingsan.

Tidur pasif

Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak banyak
gerak) dengan wajah pucat.
1. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol.


Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah
meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.

Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali

pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian
kloramfenikol , diberi

ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,

intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau

amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,

oral/intravena selama 21 hari

kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian,

oral, selama 14 hari.


Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2
kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang
diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan
fluoroquinolon. (Darmowandowo, 2006)

Penatalaksanaan Keperawatan

Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.


Diet harus mengandung
1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
2. Tidak mengandung banyak serat.
3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
1. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi:terdapat gambar leukoperia, limfositosis relatif dan
aneosinofilia. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.
2. Pemeriksaan sumsum tulang :Teradapat gambaran sumsum tulang berupa
hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoesis,
granulopoesis dan trombopoesis berkurang.
3. Biakan empedu : basil salmonella typhii dapat ditemukan dalam darah
penderita biasnya dalam minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering

ditemukan dalam urin dan feses dan mungkin akan tetap positif untuk waktu
yang lama.
Oleh karena itu pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan untuk menegakan
diagnosis, sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses 2 kali berturt-turut
digunakan untuk memnentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan tidak menjadi
pembawakman (karier).
1.

Pemeriksaan widal

Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih sedangkan titer terhadap antigen
H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menengakkan diagnosis karena titer H
dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

ASHAN KEPERAWATAN TYPUS ABDOMINALIS


1. Pengkajian
Pengkajian sistem gastrointestinal meliputi riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik
komprehensif dimulai dari rongga mulut, abdomen, rektum dan anus pasien. Tujuan tindakan
ini untuk mengumpulkan riwayat, pengkajian fisik dan tes diagnostik untuk mengidentifikasi
dan mengatasi diagnosa keperawatan dan medis klien. (Monica Ester, 2001).
Pada pengkajian penderita dengan kasus typhus abdominalis yang perlu dikaji:

Riwayat keperawatan

Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari,

nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran (Suriadi, dkk
2001).
1. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi
2. Risiko kurangnya volume cairan b/d intake cairan, dan peningkatan suhu
tubuh
3. Perubahan persepsi sensoti b/d penurunan kesadaran
4. Kurangnya perawatan diri b/d istirahat total
5. Hiperterma b/d proses infeksi

1. Intervensi
1. Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhi kebutuhan cairan
3. Anak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut
4. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat
kembang anak
5. Anak dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
1. Implementasi
1. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan

Menilai status nutrisi anak

Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak

Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualits

intake nutrisi

Menganjurkan kepada orangtua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi

kecil tetapi sering

Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang

sama

Mempertahankan kebersihan mulut anak

Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit


1. Mencegah kurangnya volume cairan

Mengobservasi tannda-tnda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam

Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan

Mengobservasi dan mencatat intake dan output dan mempertahankan intake dan

output yang adekuat

Memonitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang

sama

Memberikan antibiotik sesuai program


1. Mempertahankan fungsi persepsi sensori

Kaji status neurulogis

Istirahatkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil

Hindari aktivitas yang berlebihan

Pantau tanda-tanda vital


1. Kebutuha parawatan dirii terpenuhi

Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas perkembangan

anak

Menjelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat dilakukan

hingga demam berangsur-angsur turun

Membantu kebutuhan dasar anak

Melibatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak


1. Mempertahankan suhu dalam batas normal

Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipetermia

Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan

Beri minum yang cukup

Berikan kompres air biasa

Lakukan tepid sponge

Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat

Pemberian obat antipireksia

Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat

1. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada tahap evaluasi adalah :
1. Anak menunjukkan tanda tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2. Anak menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
3. Anak tidak menunjukkan tanda tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut.
4. Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan
anak.
5. Anak akan menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal.

Anda mungkin juga menyukai