Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Keluhan hidung tersumbat memiliki berbagai kemungkinan antara lain
rinosinusitis, polip, kelainan septum, trauma, rhinitis alergi, dan adanya massa
atau tumor. Rinosinusitis adalah proses inflamasi yang melibatkan mukosa hidung
dan sinus paranasal dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang mengalami
peningkatan secara nyata dan memberikan dampak bagi pengeluaran finansial
masyarakat.1,2 Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yang mengenai
hidung dan lesi menyerupai tumor pada rongga hidung, kulit dari hidung luar dan
vestibulum nasi. Polip hidung adalah massa lunak mengandung banyak cairan,
berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan
licin dan agak bening yang terjadi akibat inflamasi mukosa.3
Berdasarkan data dari National Health Interview Survey 1995, sekitar
17,4% penduduk dewasa Amerika Serikat (AS) pernah mengidap sinusitis dalam
jangka waktu 12 bulan. Dari survei yang dilakukan, diperkirakan angka prevalensi
rinosinusitis kronik pada penduduk dewasa AS berkisar antara 13-16%, dengan
kata lain, sekitar 30 juta penduduk dewasa AS mengidap rinosinusitis kronik.
Dengan demikian rinosinusitis kronik menjadi salah satu penyakit kronik yang
paling populer di AS melebihi penyakit asma, penyakit jantung, diabetes dan
sefalgia. Pada penelitian di poliklinik THT-KL RS Hasan sadikin Bandung
periode januari 2007 sampai dengan desember 2007 didapatkan penderita
rinusinositis kronik sebesar 64,29% dari seluruh pasien yang datang ke poliklinik
THT-KL. Dampak yang diakibatkan rinosinusitis kronik meliputi berbagai aspek,
antara lain aspek kualitas hidup ( Quality of Life / QOL ) dan aspek
sosioekonomi.1,2,4,5,6,7
Insiden tertinggi tumor ganas hidung dan sinus ditemukan di Jepang yaitu
2 per 10.000 penduduk pertahun. Di bagian THT FKUI-RSCM, keganasan ini
ditemukan pada 10,1% dari seluruh tumor ganas THT. Polip hidung dapat timbul
pada semua umur tetapi umumnya terjadi pada penderita dewasa muda dengan

rentang usia 30-60 tahun. Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dengan rasio
perbandingan 2-4:1. Polip hidung tidak diderita oleh suatu ras tertentu. Prevalensi
polip hidung (Nasal Polyposis) dalam populasi adalah sekitar 1-4%.8,9,10
Sebagai dokter umum, kompetensi rinosinusitis kronik adalah 3A, dimana
dokter umum harus mampu mendiagnosis dan memberikan tatalaksana awal serta
mampu menentukan rujukan, sedangkan kompetensi untuk polip dan tumor
hidung adalah 2, dimana dokter umum harus mampu mendiagnosis dan
menentukan rujukan yang tepat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang. Laporan kasus ini akan membahas kasus
mengenai rinosinusitis kronik dengan massa cavum nasi dan diagnosis banding
polip beserta tinjauan pustakanya agar kompetensi sebagai dokter umum dapat
terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai