Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Pengantar Redaksi
Implementasi Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah
H. Taufiqurrahman
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penggunaan Media Bangun Ruang
(Penelitian Tindakan Kelas X, 4 MAN Model)
Susi Heryani, dkk.
Meningkatkan Kualitas dan Hasil Belajar Kimia Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas MAN Model
Bengkulu)
Diniah, dkk.
Pembelajaran IPS Bernuansa AIKEMI
Sukarno
Model Pengelolaan Kelas Berbasis Kebutuhan Siswa Untuk Meningkatkan Mutu Proses
dan Hasil Belajar Bahasa Inggris (Penelitian Tindakan di MAN Model Kota Bengkulu)
Budiarni
Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tentang Operasi Hitung Dasar pada Siswa
Kelas VIIA dan VII C SMP Negeri 7 Kota Bengkulu
Dewi Herawaty, dkk
Upaya Membendung Penjajahan Budaya Melalui Media Elektronik
H. Sutan Bahari, dkk.
Model Pembelajaran Berbasis Level Triad++
Wahyu Widada
Pengembangan Profesional Guru Berdasarkan Kontek Kerja
Nurhamid

UPAYA MEMBENDUNG PENJAJAHAN BUDAYA


MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
H. Sutan Bahari
Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Bengkulu
Abstrak:
Media elektronik merupakan alatkomunikasi untukmenyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat melalui audio, audio
visual, data text, internet, dan multimedia, maka dari itu penjajahan budaya dapat terjadi untuk itu perlu dilakukan
berbagai upaya guna membendung budaya asing yang masuk melalui media elektronik, berbagai upaya telah/ sedang
dilaksanakan seperti; menerbitkan undang-undang dan peraturan, pengelola media elektronik, lembaga pemerintah
dan lembaga non pemerintah dan tindakan nyatayang diperlukan, sehingga penjajahan budaya melalui media
elektronik dapat dibendung.
Kata Kunci: Media Elektronik, Penjajahan Budaya, Upaya Membendung

PENDAHULUAN
Media elektronik merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan kepada
masyarakat melalui; pertama, aufio (radio, telepon, mobile phone (HP)); kedua, audio visual
(televise, video tape, film); ketiga, data/ text (faximile, pager, sms, mms); keempat, internet (situs
web, E-mail); kelima, multimedia (TV interactive/ web-TV/ TV- internet, video phone, mms, HP
multimedia).
Perkembangan teknologi mengalami percepatan yang luar biasa hal ini dipengaruhi oleh
globalisasi, terutama teknolologi informasi dan komunikasi, teknologi industri, dan teknologi
transportasi. Keunggulan teknologi industri telah mencapai effisiensi yang belum pernah terjadi
sebelumnya, sehingga mampu menghasilkan alat-alat informasi, komunikasi dan transportasi
sedemikian murahnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, tidak mengherankan kalau dunia
entertaimen berkembang dengan pesat, memberikan hiburan secara live atau recorded, on stage
maupun broad cassed, cetak atau elektronik digital.
Kemajuan IPTEK selain membawa kemudahan aktifitas, juga membawa dampak negative, salah
satunya adalah dekadensi moral para generasi muda, hasil survei yang dilakukan RB menunjukkan
data yang cukup mengejutkan, sebanyak 31,9% siswi di Kota Bengkulu dengan usia responden 1218 tahun, mengaku pernah berhubungan seks dengan lawan jenisnya, yang ironisnya dari jumlah
siswi yang mengaku pernah berhubungan seks tersebut 52,8% diantaranya berumur di bawah

umur 17 tahun dan 47,2% diantaranya berusia di atas 17 tahun. (Rakyat Bengkulu, 07 Februari
2010)
Berbagai pengaruh perdagangan bebas sebagai implikasi dari giobalisasi dunia tidak dapat
dihindari oleh Negara manapun termasuk Indonesia, oleh karena itu penguatan lembaga-lembaga
adat di daerah-daerah terpencil merupakan salah satu upaya untuk membendung pengaruh giobalisasi
yang belum tentu sesuai dengan nila-nilai yang dianut di Indonesia.
Adanya suatu metode peningkatan kesadaran menjaga budaya local yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan ajaran agama, kedepan sangat mutlak diperlukan
koordinasi yang insentif perlu segera dilakukan terutama Kementrian Agama, Penerangan, HAM,
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Komunikasi dan Informatika
Pentingnya kesadaran mempertahankan budaya local yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut di
Indonesia dimasa depan akan memberikan sumbangan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Masyarakat yang sadar akan keunggulan budaya sendiri tidak akan terpedaya oleh
pihak-pihak manapun, untuk itu keterlibatan lembaga swadaya masyarakat bersama-sama
dengan pemerintah merupakan prioritas yang utama sehingga pemberdayaan masyarakat dapat
terwujud.
Berkaitan dengan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penjajahan
budaya dapat terjadi seiring perkembangan teknologi penyiaran (radio dan televise), dan kemajuan
teknologi

yang

pesatjuga

terjadi

dibidangtelekomunikasi

dan

computer,

serta

terjadinyakonvergensi teknologi antara telepon, televisi, radio dan computer di satu pesawat.
TINJAUAN TEORITIS
1. Televisi Sebagai Media Audio Visual
Televisi sebagai media audio visual (pandang-dengar) merupakan media yang unik dan paling
effektif digunakan sebagai; pertama, TV bukan hanya mempengaruhi anak-anak melaikan juga
orang dewasa bahkan dapat mengubah budaya masyarakat atau suatu bangsa; kedua,
disamping dampak sebagai disinggung di atas, secara ringkas, media televise dapat memperkokoh
persatuan dan kesatuan suatu bangsa, serta dapat pula berakibat sebaliknya apabila tidak
dimanfaatkan dengan tepat dan benar sesuai dengan kondisi obyektif masyarakat atau bangsa;
ketiga, bahkan dapat pula sebagai media propaganda untuk mempopulerkan suatu bangsa atau
memporakporandakan Negara dan bangsa lain melalui penetrasi budaya, pemberitaan tendensius
dan Iain-lain; keempat; pada awalnya televisi merupakan hiburan keluarga, hiburan yang
bersifat personal (segmented program) dan akibatnya seperti antara lain; 1) setiap anggota
keluarga asyik dengan hiburan atau dunianya sendiri; 2) berkurangnya waktu untuk bersama; 3)
pendekatan psikologis antar anggota keluarga menjadi berkurang; 4) tidak ada control lagi

terhadap penggunaan televisi, baik dari segi program ataupun waktu menonton anak-anak.
Semua akibat di atas tidak hanya berhenti di situ, melainkan akan beranak pinak dengan segala
dampaknya seperti; a) mudah terkontaminasi nilai-nilai baru yang negative; b) permisif,
konsumtif, hedosnistic, individualistic; c) prestasi belajar dan Iain-lain.
2. Media Elektronik di Indonesia
Sangat banyak media elektronik yang ada di Indonesia seperti; pertama, TVRI dan 10 TV siaran
nasional; kedua, ratusan stasiun TV local yang tersebar di seluruh Indonesia; ketiga, saat ini
sudah ada 7 (tujuh) operator televise berbayar yang beroperasi, yaitu; indovision, kabel vision
(sekarang bernama first media), IM2, aura, telkomvision, oke vision, dan direct vision; keempat,
sampai dengan tahun 2008 terdapat RRI dan 845 stasiun radio anggota PRSSNI dan sekitar
tahun 2000 stasiun radio swasta beroperasi tanpa izin; kelima, pengelola website (dot com) yang
juga sangat banyak; keenam, semakin lengkap dengan hadirnya radio dan televise luar negeri yang
bebas
masuk melalui satelit (open air policy). (Wardi Wahid: disampaikan pada pertemuan dan
konsultasi budayawan muslim tingkat nasional tahun 2009).
3. Evaluasi Singkat Program Siaran Televisi Nasional
Berbagai macam program yang ditayangkan di televisi Indonesia, baik yang bernilai positif dan
sangat banyak program yang bernilai negative seperti;pertama, program siaran yang masih
banyak menampilkan sadisme dan berbau pornografi; kedua, program yang sangat profit oriented
dan mngabaikan mutu; ketiga, durasi dan prosentase siaran iklan terlalu banyak; keempat,
adanya siaran iklan yang tidak mendidik bahkan tidak membodohi masyarakat; kelima, adanya
kecenderungan memenuhi selera rendah masyarakat dan menggampangkan persoalan sehingga
tidak bersifat mendidik.
Dari uraian tersebut di atas dapat diartikan bahwa lunturnya idealisme berbangsa dan
bernegara di bidang penyiaran telah memberikan kontribusi yang sangat besar, atas terjadinya
kolonialisasi budaya di Indonesia, serta masyarakat lemah, rendahnya pendidikan dan kreatifitas,
asyik dengan kenikmatan sesaat. Namun demikian dalam 3 (tiga) tahun terakhir, intensitas
interaksi budaya antar bangsa meningkat secara signifikan ada yang berpengaruh negative dan
berpengaruh positif, beberapa yang dianggap positif atau kebenaran universal seperti
Demokrasi, Kesetaraan Gender dan Hak Asasi Manusia, meningkatkan kualitas pengaruh
penetralisasinya dalam membangun kebudayaan masa kini dan masa mendatang. Resistensi budaya
local terhadap kebenaran-kebenaran universal baru ini, nyaris tak teraba kecuali ketika dipaksakan
dengan lidah Eropa.

Lokalisasi nilai-nilai demokrasi dan kesataraan gender dalam kebudayaan kini dan masa
mendatang menuntut perhatian lebih besar, melampaui kepentingan perdebatan sentimental, seperti
perhatian Ali Khamenei dalam pidatonya di hadapan para pegawai Departemen Penerangan
dan Kantor Pendidikan Republik Islam Iran terkait dengan pertukaran dan perang
kebudayaan dunia. Khamenei menjelaskan perang kebudayaan dunia sejak era kolonialisme
menggunakan pola penghakiman atas budaya masyarakat local, yang dilanjutkan dengan
penggusuran-penggusuran tanpa sadar. Perang kebudayaan bertujuan memusnahkan budaya
masyarakat local sampai keakar-akarnya.
Pilihan lain adalah pertukaran kebudayaan, berbeda dengan perang kebudayaan, konsep
pertukaran budaya merupakan interaksi antarbangsa yang mengantarkan pada pertukaran dalam halhal tatacara pergaulan, etika umum, ilmu pengetahuan, gaya berpakaian, ragam kehidupan,
bahasa dan agama. Pertukaran budaya bertujuan mengayakan budaya local dan
mengantarkannya pada penyempurnaan (Ali Khamenei:2005).
Terdapat perbedaan pola lokalisasi budaya universal, dalam bentukperang kebudayaan dan dalam
bentuk pertukaran kebudayaan antarbangsa. Pola pertama sangat menghakimi dengan
perspektif tunggal dan provokatif, dan yang kedua sangat dialogis dan transformative. Dua
konsep sederhar.a ini sedikit membantu menengahi diskusi kebudayaan antar kelompok ekstrim
anti ajaran Barai dalam masyarakat dengan kelompok ekstrim pemujanya Perang kebudayaan
dilakukan dengan dua pilar; Pertama, menggantikan budaya lokal dengan budaya asing; dan
kedua, dengan melaku-^.-. serangan budaya terhadap nilai-nilai yang menyangga
terbangunnya kebudayaan masyarakat loka. selama ini. Belakangan serangan ini banyak
menggunakan media cetak dan media elektronik seperti film, buku-buku, majalah, iklan dan Iainlain.
Seringkali, serangan terhadap nilai-nilai dasar budaya lokal secara sepihak dianggap se'rip-suatu
keniscayaan. Berangkat dari konsep pemilahan, adanya budaya superior dan budaya interior
budaya modern dan budaya primitif. Plus dilengkapi dengan terminologi dunia ketiga yang
secara inheren di dalamnya mengandung makna ketundukan pada kebudayaan dunia pertama
Salah
satu yang dianggap upaya menggantikan kebudayaan masyarakat lokal dengan kebudayaan lain
milik masyarakat superior barat, dalam hal ini, institusi paling beresiko dalam masyarakat
adalah institusi keluarga. Meningkatnya gugatan perceraian dari perempuan terhadap suami
mareka, 2 (dua) tahun terakhir dianggap sebagai satu ukuran dari banyak ukuran keberhasilan
perjuangan kesetaraan gender, keluarga telah diyakini sebagai ladang pertama penindasan atas
perempuan, dan keluarga juga dianggap sebagai pihak yang paling bertanggungjawab dalam

mereproduksi nilai-nilai kebudayaan yang bias gender.


4. Pengaruh Budaya Asing Terhadap Budaya Lokal
Kebudayaan Indonesia sudah ada sejak dulu yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu, ketika terjadi
perpindahan bangsa primitive untuk mencari tempat tinggal. Menurut Adsensi dalam htt://aprillins.
com/2009/223/kebudayaan-indonesia-dan-pengaruh-bangsa-lain; Bangsa primitive tersebut adalah
bangsa Austronesia. Semenjak itu pula terbentuklah kebudayaan di Indonesia. Mareka berkembang
biak dan memiliki keturunan sampai saat ini, Indonesia memiliki giografis yang bermacam-macam
mulai dari pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah dn sebagainya. Indonesia juga
memiliki berbagai pulau dan kepulauan sehingga tujuan perpindahan bangsa Austronesia tersebut
juga bermacam-macam.
Para sejarawan mengatakan bahwa bangsa Austonesia tersebutlah yang menjadi nenek moyang
bangsa Indonesia dan bisa dikatakan kebudayaan-kebudayaan yang dibawa dan
diciptakannyadi negeri kita adalah yang dapat disebut sebagai kebudayaan Indonesia, yang
menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya sampai dewasa ini (Sutrisno, 1983:27) Menurut
Sutan Takdir Ali Syahbana dalam ceramahnya di Gedung Kebangkitan Nasional pada tahun
1975, menerangkan bahwa kebudayaan Indonesia asli memiliki cirri-ciri yaitu; kepercayaan
terhadap roh dan tenaga gaib meresapi seluruh kehidupan, nilai solidaritas menguasai
masyarakat, pengaruh perhubungan darah pada suatu suku amat besar.
Pada masa primitive bangsa Austonesia memiliki kepercayaan dinamisme dan anisme yang
berbasiskan otoritas kaum tua yang biasa dilakoni oleh para orang tua dan orang yang dianggap
sakti untuk menentukan nasib atau mengetahui jalan hidup, mareka belum mengenal berbagai
macam agama yang terstruktur dan memiliki system. Mareka hanya menjalani sesuai dengan adat
mareka terlepas dari benar atau salah karena yang mareka mengerti adalah perintah dari seseorang
yang memiliki otoritas.
Pada tahap yang lebih lanjut yaitu sekitar 1500 tahun kemudian setelah menetapkan bangsa
Autronesia ini, mulailah berdatangan berbagai pengaruh dari bangsa lain yang memiliki peradaban
yang lebih maju mulai dari sisi kebudayaan, politik, agama, budaya sampai ekonominya. Bangsa
lain tersebut adalah Bangsa India, Bangsa Arab dan Bangsa Eropa.
Masyarakat Indonesia kini adalah masyarakat yang sedang mengalami perkembangan dan
perubahan baru, baik dibidang ekonomi, politik dan kebudayaan. Peran era globalisasipun tidak
dapat dipungkiri lagi, wabah ini telah merambat dan menyebar dikalangan masyarakat, terutama
dikalangan anak muda. Globalisasi merupakan perkembangan cara berfikir dan gaya bertindak
yang lebih tertuju pada perpindahan nilai. Pada abad ke 21 ini peran globalisasi merupakan
salah satu cara untuk mengatasi segala halangan dan rintangan yang menjadi dunia ini semakin

terbukadan saling menguntungkan, globalisasi akan diterima sebagai reality masa depan yang akan
mempengaruhi perkembangan dan perubahan baru. Akibat dari perubahan globalisasi ini,
maka timbullah budaya baru, perlu diketahui bahwa dampak yang dibawa oleh globalisasi ini
memberi kesan yang luas kepada liberalisasi budaya tempatan dan pengukuhan dominant budaya
Barat terhadap budaya masyarakat Negara setempat, sehingga secara tidak langsung suatu
Negara yang mengalami perubahan. Globalisasi ini sedang mengalami suatu penjajahan baru,
yaitu penjajahan
budaya baru, dan masyarakat Indonesia sekarang secara tidak langsung telah mengalami
penjajahan baru, terutama pada pola kehidupan dan budayanya.
Dampak globalisasi yaitu kemajuan teknologi yang senantiasa berubah lebih pesat dari
sebelumnya, sesuatu yang belum pernah kita rasakan kini mempengaruhi kehidupan dan pola
pemikiran kita, gaya hidup dari dari kebudayaan luar terutama kebudayaan Amerika semakin
menular dalam hidup kita, ini terlihat dari maraknya pengguna internet, coca cola, nestle, MTV,
makanan serba instant seperti; Mc Donald, CFC, KFC dll, berbagai macam aliran musik seperti;
R&B, POP, Rock yang semakin sering kita dengar, maraknya pembangunan gedung-gedung seperti;
Hotel Berbintang, mal, supermarket, majalah luar yang diterjemahkan dalam bahasa nasional seperti;
cosmopolitan, semua ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi yang semakin kuat dirasakan
masyarakat Indonesia, apapun pandangan kita, globalisasi telah dan akan mempengaruhi kesan
yang mendalam ke atas semua masyarakat.
Akibat dari semua ini maka timbullah berbagai dampak, manusia mulai terdorong oleh keinginan
untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan material, pendek kata manusia mulai menjadi sekadar
pengguna dan boleh dikaji untuk mengetahui kelakuan dan cara berbelanja, kesannya, identity serta
nilai- nilai budaya semakin berkurang, kebutuhan akan informasi menjadi bagian dan gaya hidup
masa kini, maraknya berbagai media dalam menyalurkan informasi tidak menutup kemungkinan
untuk kalangan anak muda untuk lebih mudah menikmati gaya bahasa dan gaya hidup dalam
berbagai majalah, salah satunya adalah majalah gratis yang diperuntukkan untuk anak-anak yang
gaul dan kreatif.
Bisnis yang makin marak saja, antara lain terbitnya berbagai majalah gratis di Yogyakarta yaitu;
majalan BLANK dan Outmagz, segala informasi dan trend masa kini lengkap disajikan dalam gaya
bahasa yang enak untuk dibaca oleh kalangan mana saja, gaya bahasa, gaya desain, pernak
pernik warna yang semarak dan seronok semakin disuakai oleh anak-anak muda sekarang, tentu
saja semua ini tidak lepas dari peranan suatu budaya tertentu dan budaya orang-orang
Amerika menjadi trend yang tidak asing lagi, sehingga ini semua mempengaruhi gaya-gaya
majalah di Indonesia.

5.

Upaya Membendung Pengaruh Media Elektronik.

Perkembangan masyarakat Indonesia yang semakin pesat sebagai akibat kemajuan ilmu dan
teknologi, khususnya teknologi komunikasi, menuntut adanya siaran-siaran agama yang lebih
bermutu serta pengelolaannya yang lebih baik, rapi dan profesional, sebab siaran agama melalui
media elektronik harus sesuai dengan tuntutan zaman, situasi dan kondisi, hal ini perlu dikemas
dengan abik agar dapat menghasilkan sutu siaran yang berdaya dan berhasil guna
Perkembangan teknologi mengalami percepatan, hal ini dipengaruhi oleh globalisasi,
terutama teknologi informasi dan komunikasi, teknologi indutri dan teknologi transportasi,
keunggulan teknologi industri telah mencapai effisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya,
sehingga mampu menghasilkan alat-alat informasi, komunikasi dan transportasi sedemikian
murahnya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya tidak mengherankan kalau dunia
entertaement berkembang dengan pesat, memberikan hiburan secara live atau recorded, on
stage maupun broadcasted, cetak atau elektronik digital, oleh karena itu tugas kita semakin berat,
bukan saja siaran itu dapat membimbing umat Islam dalam pengamalan agama, tetapi juga
memberikan motivasi kepada umat dan berupaya menggerakkannya agar meningkatkan
partisipasinya

secara maksimal dalam mensukseskan program-program pembinaan

keagamaan.
Media elektronik mempunyai peranan yang besar dan luas sekali sebagai alat penyampai/
informasi maupun alat komunikasi. Peranannya yang besar dan luas ini menempatkan posisinya
begitu penting dan dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, bahkan dalam perkembangannya di
Indonesia. Media elektronik sudah bukan merupakan kebutuhan skunder melainkan
primer/biasa. TV dan Radio hampir tersebar merata keseluruh nusantara, di pelosok pedesaan
dan wilayah terpencil, melalui kedua media ini maka inforrnasi dalam sekejap sudah merata dan
diterima dalam waktu singkat
Sebagaimana telah dijelaskan peranan elektronik adalah menyampaikan informasi-informasi
maka media elektronik juga berperan sebagai propaganda dan pendidikan, hal ini sangat erat
hubungannya dengan bagaimana cara menyampaikan inforrnasi tersebut, bukan saja dalam hal
materi, isi melainkan juga metode, penampilan dan suara
Peranan lain dari elektronika yaitu secara psikology mempengaruhi sikap mental dan perbuatan
seseorang, juga dampaknya akan semakin besar terhadap penyebaran nilai-nilai baru dan goyahnya
nilai-nilai yang selama ini dianggap baku terhadap nilai-nilai agama, baik karena terpengaruh
maupun dalam pengertian ikut-ikutan atau dalam pengertian positif yakni bernilai
pendidikan. Indonesia dibawah kepemimpinan Sueharto dan orde baru adalah kisah represi
politik terhadap industri media yang terus berlangsung sejak awal masa orde baru hingga pada

hari-hari terakhir kekuasaan orde baru. Lebih dari 70 surat kabar dan majalah pernah mengalami
masa pembredelan dalam 33 tahun, televisi dikuasai oleh Negara, dan radiopun mengalami
pembatasan untuk tidak boleh menyiarkan berita yang telah dibuat oleh stasiun radio milik
Negara (Sen & Hill, 2001).
Serta pada masa pemerintahan dan pembentukan Kabinet Preside KH. Abdurrahman
.Wahid, Departemen Penerangan dibubarkan, Presidem Abdurrahman Wahid kala itu mengatakan
bahwa urusan komunikasi dalam masyarakat biarlah ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, tidak
oleh pemerintah, sejak masa itu, maka Negara kelihatan tidak lagi mengekang mengekang
industri
media.
Undang-undang Pers No. 40/1999, memberikan jaminan yang lebih besar atas kebebasan pers,
seperti; ketentuan yang tidak mengharuskan adanya surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP),
tidak mengenal adanya pencabutan SIUPP. Anggota DPR mengusulkan RUU tentang
penyiaran maksudnya bahwa RUU penyiaran tersebut dari perspektif kepentingan public, RUU
ini telah dirancang secara seriuss dan mencerminkan pemahaman mendalam tentang permasalahan
penyiaran, dan jika RUU ini digolkan dan ketentuan-ketentuan didalamnya dijalankan dengan
konsisten, kekhawatiran masyarakat tentang dampak negative televise dan radio akan bisa
ditekan misalnya unsure kekerasan, pencabulan, perjudian, mempertentangkan SARA,
memperolok-olokan dan merendahkan nilai agama serta martabat manusia, tidak itu saja,
stasiun televise juga dilarang menyiarkan acara untuk orang dewasa pada jam anak-anak lazimnya
menonton televise (Republika, 03maret2001)
Adapun draff RUU yang diusulkan oleh pihak DPR sebagai berikut; 1) soal kewenangan yang
sedemikian besar dari kelembagaan yang disebut sebagai KPI (Komisi Penyiaran Indonesia, sebagai
ganti dari konsep BP3N dari Undang-undang yang lama); 2) yang menyangkut soal kepemilikan
silang media, dalam RUU versi DPR disebutkan bahwa kepemilikan silang media adalah hal
terlarang; 3) yang menyangkut soal frekwensi dilakukan oleh pemerintah ataupun KPI; 4) perdebatan
soal kelembagaan yang diakui eksistensinya sebagai lembaga penyiaran; 5) RUU ini dianggap
banyak memberikan ancaman dalam bentuk hukum administrative hingga pidana kepada lembaga
penyiaran yang tidak menaati berbagai peraturan tersebut. RUU ini hanya mengakui dua jenis
lembaga penyiaran yaitu; lembaga penyiaran pemerintah dan lembaga penyiaran swasta, sementara
itu lembaga penyiaran khusus atau komunitas, tidak diakui sebagai kelembagaan penyiaran.
Berbagai upaya telah dilaksanakan melalui tindakan nyata yang diperlukan untuk membendung
pengaruh media elektronik bagi budaya local diantaranya; pertama, filter, sikap dan hadapi,
maksudnya dengan cara; 1) meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama; 2)

meningkatkan apresiasi terhadap budaya bangsa Indonesia; 3) tidak terlena oleh nikmat sesaat;
4) tidak menonton program-program yang mengandung nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
budaya Indonesia; kedua, membutuhkan nilai-nilai baru dan selektif, maksudnya dengan cara;
1) mengembangkan dan mempromosi 'budaya Indonesia; 2) menciptakan program-program
televise dan radio untuk mempromosikan nilai-nilai keagamaan dan budaya secara menarik;
ketiga, kuasai pasar dan jadi tuan rumah di negeri sendiri, maksudnya, mengingat di era
globalisasi dewasa ini media elektronik tidak bisa dibendung dan sangat bebas. Contoh program
import/ lisensi yang pernah disiarkan di Indonesia; pertama, American idol, famili 100, who
wants to be a millioner, dan Iain-lain; kedua, film Amerika, Jepang, India, dan Mandarin; ketiga,
film cartoon dan Iain-lain; keempat, sekarang film import digantikan program local berbudaya
import.
6. Hal-hal yang Mendesak Dilakukan.
Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat
Indonesia seluruhnya, dari kalimat tersebut dapat ditangkap secara jelas maknanya. Kalimat
itu mengandung makna pengakuan bahwa seluruh budaya suku bangsa (daerah) di seluruh
Indonesia, pada hakekatnya adalah kebudayaan bangsa dan atau kebudayaan nasional Indonesia.
Dengan pengakuan ini mencerminkan arti bahwa dalam kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat, kita tidak mengenal istilah budaya manyoritas dan minoritas, maju atau
terbelakang, tinggi atau rendah, seluruh budaya suku bangsa dalam posisi sama, setara dan dari
pengakuan seperti itu akan tercipta iklim kehidupan saling menghargai dan saling menghormati.
Namun dalam hal kemajuan kebudayaan diarahkan kepada "usaha kebudayaan harus menuju
ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan" maksudnya amat jelas, kemana arah yang
harus dituju dalam memajukan peradaban bangsa Indonesia di tengah-tengah peradaban dunia,
dan kemana arah memajukan persatuan bangsa yang multikultur dan multietnik. Dengan
demikian timbul masalah baru yaitu bagaimana kita menyikapi hubungan kebudayaan bangsa
Indonesia dengan kebudayaan asing, jalan keluar yang paling baik adalah dengan cara tidak
menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing dengan alasan bahwa sebagai acuan ketika
bangsa Indonesia sebagai bangsa baru masuk dalam pergaulan antar negara dan antar bangsa.
Dalam era globalisasi saat ini, frasa ini patut menjadi acuan agar kehidupan bangsa Indonesia
tidak terjebak menjadi bangsa yang kehilangan jati diri. Namun dalam hal menyikapinya antara
menerima atau menolak. Apabila dapat memperkembangkan dan memperkaya kebudayaan sendiri
bisa diterima dan apabila pengaruh tidak dapat memberikan manfaat memperkembangkan dan
memperkaya kebudayaan bangsa harus ditolak kehadirannya, bahkan kriteria itu masih diperjelas
dengan rambu-rambu yang dapat mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Hal-hal yang mendesak dilakukan dalam rangka membendung penjajahan budaya melalui media
elektronik antara lain; pertama, undang- undang dan peraturan, dalm undang-undang nomor
32/2002 tentang penyiaran, pasal 5 menetapkan bahwa penyiaran diarahkan untuk ; 1) menjunjung
tinggi pelaksanaan pancasila dan UUD 1945; 2) menjaga dan meningkatkan moralitas dan
nilai-nilai agama serta jati diri bangsa ; 3) meningkatkan kualitas sumber daya manusia ; 4)
menjga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa ; 5) meningkatkan kesadaran ketaatan
hokum dan disiplin nasional; 6) menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif
masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup ; 7)
mencegah monopoli kepeemilikandan mendukungpersainganyangsehatdi bidang penyiaran; 8)
mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan dan
memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi; 9) memberikan informasi yang benar ;
berimbang dan bertanggung jawab ; 10) memajukan kebudayaan nasional; kedua, pengelola medis
elektronik maksudnya diantaranya; I) senantiasa mengimbau dan mengawasi setiap pengelola
stasiun penyiar TV di Indonesia, agar senantiasa memproduksi dan menyiarkan programprogramnya dalam kerangka usaha, mermperkokoh persatuan dan kesatuan, membangun
karakter dan jati diri bangsa yang dicitacitakan ; 2) perlunya pengelola media memiliki tanggung jawab yang seimbang dengan kebebasan
dan kekuatan yang dimilikinya ; ketiga . Lembaga pemerintah dan non pemerintah sebagai
berikut; 1) Badan sensor film (BSF); 2) Komisi Penyiaran Indonesia (KPI); 3) Departemen
Agama; 4) Departemen pendidikan nasional dan Departemen -departemen lainnya ; 5) MUI,
LSM, tokoh masyarakat, pakar, akademisi, budayawan, dan seluruh anggota masyarakat; 6)
semua harus lebih tegas kommit agar hukum bisa ditegakkan di bidang penyiaran maupun
media elektronik lainnya .
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa;
a. Mediaelektronikmerupakan media yang unikdan paling efektifdalam mempengaruhi anakanak dan orang dewasa serta dapat pula mengubah suatu budaya bangsa atau masyarakat;
b. Upaya membendung pengaruh media elekronik melalui tindakan nyata seperti filter, sikap
dan hadapi segala suasana, membutuhkan nilai-nilai baru yang selektif dan kuasai pasar
dan jadilah tuan rumah di negeri sendiri.
c. Melalui peningkatkan kesadaran akan budaya local (Indonesia) bahwa budaya sendiri lebih
pas, cocok dan sesuai dengan ajaran yang kita anut, maka pengaruh negative melalui media
elektronik dapat dibendung

2. Saran saran
a. Kepada pemerintah diharapkan mengeluarkan metode peningkatan kesadaran bahwa
budaya sendiri lebih bagus dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan nilai- nilai yang
kita anut dan selalu meningkatkan koordinasi yang insentif dengan dinas-dinas instansi
yang terkait dan pemerintah wajib mencegah masuknya film impor yang bertentangan
dengan nilai - nilai budaya bangsa Indonesia serta mencegah penodaan nilai - nilai agama
atau pengaruh negative budaya asing .
b. Kepada lembaga - lembaga masyarakat mengingat pengaruh perdagangan bebas sebagai
implikasi dari globalisasi dunia tidak dapat dihindari oleh negara manapun termasuk
Indonesia, oleh karena itu penguatan lembaga- lembag adat di daerah-daerah terpencil
merupakan salah satu upaya untuk membendung pengaruh globalisasi yang belum tentu
sesuai dengan nilai- nilai yang dianut di Indonesia .
c. Kepada lembaga penyiaran diharapkan untuk bisa sebagai penyaluran pendapat umum
yang konstruktif, lalu meningkatkan budaya bangsa, meningkatkan perekonomian nasional
untuk mewujudkan pemerataan dan memperkuat daya saing serta meningkatkan daya saing
serta meningkatkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis .
d. Kepada masyarakat dan para orang tua, untuk dapat menghindari dampak negativ
akibat
arus globalisasi dan informasi yang terjadi pada saat ini, maka keluarga (orang tua) dituntut
untuk menanamkan nilai - nilai luhur (nilai agama Islam) dengan memberikan contoh
yang baik sehingga contoh yang baik ini dapat dijadikan landasan dalam bersikap dan
berprilaku serta menjadikan tauladan bagi remaja, sehingga anak-anak kita dapat terhindar
dari pengarug globalisasi dan informasi

DAFTAR PUSTAKA
A. M. Romli, 1994. Manajemen Dakwah, Ditjen Bimas Islam. Jakarta
Departemen Agama RI, 2004, Pedoman Siaran Keagamaan Di Televisi dan Radio, Peningkatan
Pendidikan Agama pada Masyarakat dan Seni Keagamaan, Jakarta
Mudzakir, 2005. Pedoman Pembinaan Pelayanan Sosial Keagamaan, Direktur Jend. Bimbingan
Masyarakat Islam, Jakarta.
Nasaruddin, Umar, 2007. Materi Bimbingan dan Penyuluhan Warga Lapas, Direktur Jend.
Bimbingan Masyarakat Islam. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai