1.
Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan, atau kejutan (shock) secara cepat
dengan sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic decomposition).
Penguraian ini menghasilkan produk yang lebih stabil, umumnya berupa gas-gas
bertekanan tinggi yang mengembang pada suhu tinggi akibat panas yang
dihasilkan dari reaksi eksothermis. Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan
peledak terutama tergantung pada jumlah panas yang dihasilkan selama
peledakan.
Terdapat dua macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia,
yaitu:
a. Detonasi (detonation)
Detonasi merupakan proses penyebaran atau propagasi gelombang kejut
(shock wave) melalui kolom bahan peledak yang diikuti oleh yang menambah
energi
untuk
memacu
penyebaran
gelombang
kejut,
disusul
oleh
pembentukan gas dalam waktu sangat singkat. Reaksi kimia yang terjadi
pada bahan peledak dengan kecepatan reaksi yang lebih tinggi dibanding
kecepatan suara dan menyebabkan shattering effects.
b. Deflagrasi (deflagration)
Merupakan reaksi pembakaran yang berlangsung secara amat cepat
(berkecepatan tinggi), sehingga mengakibatkan pembentukan gas-gas dan
meningkatnya tekanan selama proses pembakaran berlangsung. Ekspansi
tekanan ini menghasilkan efek pengangkatan (heaving effect), yang besarnya
sebanding dengan proses pembakaran yang terjadi. Reaksi deflagrasi ini
merupakan ciri bahan peledak lemah (low explosive).
Energi bahan peledak ditimbulkan karena adanya reaksi eksotermis pada saat
terjadi reaksi kimia antara bahan-bahan penyusun bahan peledak menjadi gasgas dalam waktu yang sangat singkat melalui penyalaan oleh suatu inisiator
(primer). Energi yang dilepaskan tersebut tidak dapat terkonsentrasi sepenuhnya
Modul Teori Peledakan
ENERGI PELEDAKAN
(EXPLOSIVE ENERGY)
ENERGI TERPAKAI
(WORK ENERGY)
ENERGI KEJUT
(SHOCK ENERGY)
ENERGI GAS
(GAS ENERGY)
ENERGI PANAS
(HEAT ENERGY)
ENERGI SINAR
(LIGHT ENERGY)
ENERGI SUARA
(SOUND ENERGY)
ENERGI SEISMIK
(SEISMIC ENERGY)
2.
Terdapat dua jenis produk energi terpakai, yaitu energi kejut dan energi gas.
Ditinjau dari aspek pemanfaatannya, bahan peledak yang memiliki enegi kejut
yang tinggi dapat diterapkan dalam proses peledakan bongkah batu (boulder)
dengan metode mud capping boulders yang disebut juga plaster shooting atau
untuk proses peruntuhan bangunan (demolition). Dengan demikian energi kejut
secara efektif akan terlihat pada peledakan dengan menggunakan metode
external charge atau muatan di luar lubang tembak. Sedangkan pada kolom
lubang ledak dengan bahan peledak didalamnya disumbat atau dikurung rapat
oleh material penyumbat (stemming), maka digunakan bahan peledak yang
memiliki energi gas yang tinggi.
Ditinjau dari aspek reaksinya, dapat dilihat dari sifat reaksi bahan peledak lemah
(low explosives) dan bahan peledak kuat (high explosives). Reaksi bahan peledak
lemah adalah deflagrasi atau rambatan pembakaran secara cepat dengan
kecepatan rambat antara 600 - 1200 m/s (2000 4000 f/s). Bahan peledak ini
tidak menghasilkan energi kejut, tetapi hanya menghasilkan tenaga dari rambatan
ekspansi gas, contohnya adalah black powder yang merupakan campuran antara
potasium nitrat atau sodium nitrat, sulphur, dan charcoal. Sementara reaksi bahan
peledak kuat adalah detonasi atau meledak dan menghasilkan tenaga dalam
bentuk tekanan kejut maupun tekanan dari ekspansi gas. Gambar 1.2
memperlihatkan perbedaan prilaku reaksi peledakan cartridge bahan peledak
lemah dan kuat.
Batas reaksi
Batas reaksi
Energi kejut
Tekanan
Tekanan
Energi gas
Energi gas
Gambar 1.2. Perilaku reaksi peledakan bahan peledak lemah dan kuat
Pada Gambar 1.2.a terlihat diagram profil tekanan hasil reaksi peledakan bahan
peledak lemah. Setelah sebagian cartridge meledak atau bereaksi, akan terbentuk
profile tekanan maksimum yang konstan sampai garis batas antara bagian
cartridge yang telah bereaksi dan yang belum terganggu. Peristiwa ini
membuktikan bahwa peledakan bahan peledak lemah hanya menghasilkan
tekanan gas selama proses reaksi pembakaran. Energi gas pada saat proses
peledakan atau pembakaran (deflagrasi) lebih besar dibanding dengan energi gas
yang dilepaskan.
Sementara hasil reaksi pada peledakan bahan peledak kuat memperlihatkan
perilaku tekanan yang sangat berbeda dengan bahan peledak lemah (lihat
Gambar 1.2.b). Pada garis batas reaksi terlihat profil tekanan kejut sebelum energi
gas dilepaskan. Energi kejut umumnya menghasilkan tekanan yang lebih besar
dibanding tekanan gas, tetapi hanya terjadi dalam waktu yang singkat, jadi
peristiwa reaksi peledakan pada bahan peledak kuat diawali oleh terbentuknya
energi kejut yang tinggi dalam waktu sangat singkat, setelah itu diikuti oleh
pelepasan energi gas. Tekanan kejut merupakan tekanan yang bersifat sementara
(transient) yang terjadi saat ledakan berlangsung dan besar tekanan ini
diperkirakan 15% dari total energi terpakai, sedangkan 85% lagi merupakan
tekanan gas. Energi gas menghasilkan gaya tekanan konstan hingga batas bahan
peledak di dalam kolom lubang ledak, sampai kemudian lubang ledak hancur.
3.
Energi kejut adalah energi yang ditransmisikan terhadap batuan sebagai akibat
dari tekanan detonasi bahan peledak. Tekanan detonasi adalah fungsi dari
densitas bahan peledak kali kuadrat kecepatan reaksi bahan peledak yang
hasilnya merupakan energi kinetik. Tekanan detonasi atau tekanan ledak dibentuk
oleh rambatan atau propagasi gelombang detonasi sepanjang kolom bahan
peledak.
Cukup sulit untuk merumuskan besarnya tekanan detonasi karena adanya
perbedaan simbul matematis yang pada akhirnya terjadi perbedaan jawaban.
Namun demikian, besar tekanan detonasi akibat reaksi kimia dalam proses
peladakan dapat diestimasi menggunakan persamaan:
4,18 x 10 7 x SGe x Ve 2
(1 0,8 SGe)
(1.1)
Di mana: P
= tekanan detonasi, kbar (1 Kbar = 14,504 psi = 1,02 kg/cm 2 )
SGe = berat jenis bahan peledak
Ve = kecepatan detonasi, ft/sec
Tekanan detonasi maksimum terjadi pada arah aliran gelombang kejut dan pada
bahan peledak cartridge dimana posisi tekanannya berlawanan arah dengan arah
inisiasi peledakan. Pada bagian sisi cartridge, tekanan detonasi mendekati nol
sepanjang gelombang detonasi tidak melebihi bagian ujung cartridge. Untuk
mendapatkan efek tekanan detonasi maksimum dari bahan peledak (cartridge),
maka inisiasi bahan peledak sebaiknya dilakukan pada salah satu ujung yang
berlawanan arah terhadap bagian ujung lain yang kontak dengan material atau
batuan (Gambar 1.3.b). Permukaan material yang sejajar dengan bagian sisi
cartridge akan menerima efek tekanan detonasi kecil (Gambar 1.3.a), namun
demikian, material akan hancur karena dampak yang disebabkan oleh ekspansi
gas secara radial setelah gelombang detonasi berlangsung.
Detonator
Cartridge dengan bagian sisi
sejajar permukaan batu
Lumpur
(plaster)
Boulder
(a)
detonator
Lumpur
(plaster)
Boulder
(b)
memaksimalkan
penggunaan
tekanan
detonasi
diperlukan
juga
kekuatan detonasi dan densitas yang tinggi akan menghasilkan tekanan ledak
yang tinggi pula. Besar tekanannya dapat dihitung menggunakan rumus (1.1).
4.
Energi gas hasil proses peledakan adalah tekanan dari ekspansi gas yang
menerobos dinding lubang ledak setelah reaksi kimia peledakan selesai. Energi
gas yang dilepaskan selama proses detonasi tersebut merupakan penyebab
utama pecahnya batuan. Tekanan gas, disebut juga dengan tekanan ledak,
dipengaruhi oleh temperatur reaksi dan volume gas yang dibebaskan pada saat
terjadinya reaksi yang besarnya diperkirakan satu setengah kali tekanan detonasi.
Besarnya tekanan ledakan berhubungan langsung dengan volume gas per unit
berat bahan peledak dan besarnya jumlah panas yang dikeluarkan selama proses
reaksi kimia berlangsung. Semakin tinggi temperatur reaksinya pada keadaan
volume gas yang konstan, maka akan semakin tinggi tekanan gasnya. Semakin
banyak volume gas yang dikeluarkan pada temperatur yang sama, maka
tekanannya akan semakin meningkat. Tekanan ledak dapat diukur melalui uji
ledakan bawah air atau underwater test.
5.
cukup mengganggu, karena gelombang seismik ini pada tingkatan tertentu akan
dapat merusak bangunan dan mengganggu manusia.
6.
Reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak bersifat eksotermis, yaitu suatu
reaksi yang menghasilkan panas. Pada peledakan dengan reaksi kimia yang
menghasilkan zero oxygen balance akan diperoleh temperatur panas sebesar
2980 K pada tekanan 760 mm Hg.
7.
Energi sinar merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari reaksi kimia bahan
peledak pada saat inisiasi atau penyalaan (diledakkan). Kontribusi energi untuk
menimbulkan kilatan sinar ini relatif kecil dan cahaya yang dihasilkan tidak
membahayakan.
8.
(compressional waves) dan tidak untuk gelombang tegak (shear waves) yang
bersifat naik turun (lihat Gambar 1.4).
Arah gelombang
Arah gelombang
batuan terpecah dan tekanan gas dalam lubang ledak terlepas ke udara
bebas/atmosfer;
Modul Teori Peledakan
(2)
penyumbat bahan peledak terlepas (3) permukaan batuan bergeser, dan (4)
pada saat terjadi pergeseran di sekitar lubang ledak. Salah satu atau semua
keadaan tersebut dapat terjadi saat peledakan berlangsung.
9.
b. Gelombang Love (Q-waves), yaitu gerakan partikel tegak lurus dengan arah
seimbang
akan
menghasilkan
energi
peledakan
maksimum
dan
Perhitungan energi
Untuk mengestimasi energi yang dilepaskan dari hasil peledakan harus dianggap
bahwa energi tersebut sepenuhnya diperoleh dari hasil reaksi peledakan tersebut
dan tidak terdapat energi tambahan dari luar. Reaksi setiap unsur pembentuk
bahan peledak juga diasumsikan merupakan reaksi yang ideal. Karena tekanan
merupakan fungsi langsung dari jumlah molekul dan temperatur gas, maka energi
potensial peledakan berhubungan langsung juga dengan jumlah panas yang
dilepaskan (Qe).
Panas yang dilepaskan adalah perbedaan antara total panas formasi produk atau
hasil reaksi (Qp) dengan total panas formasi reaktan (Qr), jadi:
Qe Q p Q r
(1.2)
Dimana:
Qe
panas ledakan
Qp
Qr
Formasi panas beberapa unsur dan senyawa kimia terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Formasi panas beberapa senyawa kimia
SENYAWA
RUMUS
BERAT
MOLEKUL
Qp atau Qr,
Kcal/Mol
Corundum
AL2O3
102.0
-399.1
Fuel Oil
CH2
14.0
-7.0
Nitromethane
CH3O2N
61.0
-21.3
Nitroglycerin
C3H5O9N3
227.1
-82.7
PETN
C5H8O12N4
316.1
-123.0
Modul Teori Peledakan 12
TNT
C7H5O6N3
227.1
-13.0
Carbon monoxide
CO
28.0
-26.4
Carbon dioxide
CO2
44.0
-94.1
Water
H2O
18.0
-57.8
Ammonium Nitrate
N2H4O3
80.1
-87.3
Aluminium
AL
27.0
0.0
Carbon
12.0
0.0
Nitrogen
N2
14.0
0.0
Nitrogen oxide
NO
30.0
21.6
Nitrogen dioxide
NO2
46.0
8.1
Contoh 1:
= Reaktan
3(-87,3) + (-7)
-268,9 Kcal
= Qr
= Produkta
= Qp
Qp Qr
= Qe (Panas peledakan)
-498,7 (-268,9)
= -229,8 Kcal = Qe
Contoh 2 :
= Reaktan
6(-87,3) + (-7)
-530.8 Kcal
= Qr
= Produkta
= Qp
Qp Qr
= Qe (Panas peledakan)
-815,8 (-530.8)
= -285 Kcal = Qe
OB o 2c
h
2 Jumlah relatif oksigen di dalam bahan peledak secara kuantitatif
OB
100 BAO
o (2c h/2)
BMexp
(1.4)
1600
o (2c h/2)
BMexp
(1.5)
Untuk menghitung berat molekul bahan peledak CHNO perlu diketahui berat atom
masing-masing
unsur
atau
elemen
dikalikan
jumlah
atomnya.
Dengan
menggunakan Tabel 1.2 dapat dihitung berat molekul bahan peledak secara
umum, yaitu:
BMexp 12,01 c 1,008 h 14,008 n 16 o
(1.6)
Simbol
Berat Atom
Karbon
12,010
Hidrogen
1,008
Nitrogen
14,008
Oksigen
16,000
Kalsium
Ca
10,060
Hg
200,610
Alumunium
AL
27,000
Natrium
Na
20,000
Timbal
Pb
207,210
C2H4N2O6 ;
jadi c = 2, h = 4, n = 2, dan o = 6
Modul Teori Peledakan 16
OB
1600
4
(6 ( 2(2) ) 0%
152,068
2
BMexp
12.01(2)
(2). Nitroglycerin:
C3H5N3O9 ;
OB
jadi c = 3, h = 5, n = 3, dan o = 9
1600
5
(9 ( 2 (3) ) 3,51
227,094
2
BMexp
12.01(3)
C3H6N6O6 ;
OB
jadi c = 3, h = 6, n = 6, dan o = 6
1600
6
(6 (2 (3) ) 21,61
222,126
2
BMexp = 12.01(3) + 1,008(6) +
C7H5N3O6 ;
OB
jadi c = 7, h = 5, n = 3, dan o = 6
1600
5
(6 (2 (7) ) 73,97
227,134
2
BMexp = 12.01(7) + 1,008(5) +
Untuk mengukur OB campuran beberapa bahan peledak atau kandungan elemenelemen tambahan yang memiliki gaya gabung (afinitas) terhadap oksigen, maka o
pada persamaan (1.3), harus dikoreksi menjadi sebagai berikut:
OB o oNa/2 oCa .... dan lain lain 2c h/2
(1.7)
Di mana oNa/2 menunjukkan bahwa untuk menyempurnakan reaksi pembakaran
setiap atom natrium diperlukan atom oksigen dan oCa artinya dibutuhkan
1 atom oksigen untuk 1 atom kalsium. Selanjutnya, perlu ditentukan harga-harga
berat atom (gram atom) setiap elemen per satuan berat. Tabel 1.3 memperlihatkan data gram atom elemen pembentuk beberapa bahan peledak per 100 gram.
Berikut ini diberikan beberapa contoh perhitungan berat (gram) atom untuk
elemen pembentuk bahan peledak.
(1). Nitroglycerin:
C3H5(ONO2)3 ;
jadi c = 3, h = 5, n = 3, dan o = 9
3/227,094 x 100
1,32
=
=
=
O = 3,96 x 16,00
berat senyawa)
(2). Ammonium Nitrate:
NH4NO3 ;
jadi h = 4, n = 2, dan o = 3
Hg(CNO)2 ;
jadi c = 2, n = 2, o = 2, dan hg = 1
= 0,70 gram
= 0,70 gram
= 0,70 gram
= 0,35 gram
Jumlah gram untuk masing-masing elemen per 100 gram senyawa mercury
fulminate atau prosentase komposisi adalah:
C
= 0,70 x 12,01 = 8,41 gram
( 8,41% berat senyawa)
N
= 0,70 x 14,008 = 9,81 gram
( 9,81% berat senyawa)
O
= 0,70 x 16,00 = 11,20 gram
(11,20% berat senyawa)
Hg
= 0,35 x 200,61 = 70,21 gram
(70,21% berat senyawa)
Tabel 1.3. Berat atom elemen pembentuk beberapa bahan peledak
Nama
Nitroglycerin
Ethylene glycol dinitrate
Nitrocellulose (11,05% N2)
Trinitrotoluene (TNT)
Dinitrotoluene (DNT)
Lead Azide
Mercury fulminate
SG pulp
X pulp
Paraffin (FO)
Cellulose
Ammonium Nitrate
Sodium Nitrate
Calcium Carbonate
Tetryl
PETN
Pieric Acid
RDX
Berat
Molekul
227,1
152,0
297,1
227,1
182,1
291,3
284,7
162,2
Formula
14,0
C3H5(ONO2)3
C2H4(NO3)2
C6H7(NO3)3O2
C6H2CH3(NO2)3
C7N2O4H6
Pb(N3)2
Hg(CNO)2
C6H10O5
C6H10O5
CH2
80,1
85,0
100,0
287,2
316,1
229,0
222,1
NH4NO3
NaNO3
CaCO3
CH3N(NO2)4
C(CH2NO3)4
C6H2(NO2)3OH
(CH2)3(NO2)3N3
1,32
1,32
2,39
3,08
3,84
-0,70
4,17
4,05
7,10
3,71
--1,00
0,35
1,56
2,62
1,35
2,20
2,63
3,19
2,20
3,29
Pb = 0,34
Hg = 0,35
6,30
5,85
14,60
6,18
5,00
Na = 1,18
Ca = 1,00
1,05
2,53
1,31
2,70
1,32
1,32
3,57
1,32
1,10
2,06
0,70
----2,50
1,18
-1,74
1,27
1,31
2,70
3,95
3,95
0,79
2,64
2,20
-0,70
2,14
2,80
-3,09
3,75
3,53
3,00
2,78
3,80
3,06
2,70
Jadi 18% (atau gram) NG dalam 100 gram campuran terdapat elemen hidrogen
(H) sebanyak 0,18 x 2,20 = 0,396 gram atom. Dengan cara yang sama jumlah
gram atom setiap elemen dalam setiap bahan pembentuk campuran bahan
peledak baru dapat ditabelkan (lihat contoh Tabel 1.4).
Tabel 1.4. Contoh analisis gram atom/100 gram campuran pembentuk bahan
peledak
Bahan
NG
TNT
AN
SN
SG
CC
Total
oCa
oNa
18
3
55
10
12
2
100
0,238
0,093
--0,500
0,020
0,851
0,396
0,066
2,748
-0,756
-3,966
0,238
0,040
1,374
0,118
--1,770
0,713
0,079
2,061
0,353
0,257
0,060
3,523
-----0,020
0,020
---0,118
--0,118
NG = C3H5(NO3)3
SG = C6H10O5
c CO2 + d H2O + e N2
AN
FO
Total
X
Y
1,00
-7,10 Y
7,10 Y
5,00 X
14,80 Y
(5,00X + 14,80Y)
2,50 X
-2,50 X
3,75 X
-3,75 X
Karena pada senyawa reaktan tidak terdapat unsur natrium dan kalsium, maka
dapat digunakan persamaan (1.3) untuk menghitung zero oxygen balance.
OB = o 2c h
OB = 3,75X 2(7,10Y) (5,00X + 14,80Y) = 0
1,25 X = 21,60 Y
X = 17,30 Y
Apabila X + Y = 1, maka 17,3 Y + Y = 1
Y = FO = 0,055 ( 5,5%)
X = AN = 0,945 (94,5%)
Dengan demikian mencampur ammonium nitrat 94,5% dengan fuel oil (misalnya
solar) 5,5% akan diperoleh reaksi oksidasi yang seimbang dan dapat diharapkan
zero oxygen balance.
C. Rangkuman
1.
2.
3.
Energi terpakai menhasilkan energi kejut (shock energy) dan energi gas (gas
energy). Bahan peledak lemah umumnya hanya memproduksi energi gas
selama proses peledakan, sedangkan bahan peledak kuat memproduksi
keduanya dengan perbandingan antara energi gas dan energi kejut 85 %
berbanding 15% .
4.
5.
Energi gas adalah tekanan dari ekspansi gas yang menerobos dinding lubang
ledak setelah reaksi kimia peledakan selesai. Energi gas yang dilepaskan
selama proses detonasi tersebut sebagai penyebab utama pecahnya batuan.
6.
Diantara jenis energi tak terpakai yang paling menganggu manusia adalah
energi suara dan seismik.
7.
Terdapat dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body waves)
yang merambat di dalam tubuh massa batuan dan gelombang permukaan
(surface
waves)
yang
merambat
sepanjang
permukaan.
Umumnya
gelombang permukaan memiliki energi yang lebih besar, lebih lambat dan
menghasilkan pergerakan yang lebih besar.
9.
10.
Qe Q p Q r
panas formasi produk atau hasil reaksi (Qp) dengan total panas formasi
reaktan(Qr), jadi:
D. Tes Formatif
1. Ada 2 (dua) macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak
kimia, sebutkan dan jelaskan maksudnya?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi yang dihasilkan dari proses
peledakan bahan galian yang berguna dan terpakai (work energy)?
3. Tentukan formula/rumus untuk mengukur besarnya tekanan yang ditimbulkan
akibat reaksi kimia suatu proses peladakan?
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi terbuang (waste energy) yang
umumnya sebagai energi tak berguna (sampah) dalam proses peledakan?
2)
Pembelajaran
A.
B.
Uraian Materi
1.
Berikut ini adalah gambaran tentang pemberian tanda yang berkaitan dengan
tegangan atau stress, regangan (strain), pergeseran (displacement), dan
keseimbangan gaya pada suatu medium (lihat Gambar 2.1).
(a) Hubungan tegangan-ekspansi digambarkan menjauhi titik pusat koordinat
sumbu dan ditentukan sebagai berikut:
t x ( xx x xy y xz z )
t z ( xz x yz y zz z )
t y ( xy x yy y zy z )
yy
zz
zx
xx
xy
yz
yy
zy
yx
xy
xz
Dua dimensi
xx
Tiga dimensi
Gambar 2.1. Sistem tegangan relatif yang bekerja pada sumbu Cartesian
xy
u y
x
u x
u
xx x;
y
x
dst.
xx xy xz
X 0; dst
x
y
z
2.
Perhatikan elemen kecil dari medium yang berbentuk kubus dan sistem gaya-gaya
yang bekerja pada sisi-sisinya (lihat Gambar 2.2). Dengan penjumlahan gayagaya yang bekerja pada arah 3 sumbu (X, Y dan Z) akan diperoleh sebagai
berikut:
(a) Ke arah sumbu X :
xy
xx
( xx
dx) dydz xx dydz ( xy
dy) dxdz xy dxdz
x
y
( xz
xz
dz) dxdy xz dxdy X dxdydz
z
xx xy xz
X
x
y
z
atau,
(2.1)
2u x
X u x 2
dt Bila komponen gaya x pada medium adalah X per
unit volume, maka dengan menggunakan tegangan atau gaya dAlembert
xx xy xz
2u
2x
x
y
z
dt
(2.3.a)
Z
xz
xz
dz
z
xx
dz
xy
xy
X
xx
xx
dx
x
u x
X
xy
y
dy
xz
dx
dy
Gambar 2.2. Sistem tegangan yang bekerja pada satu unit kubus
(b) Ke arah sumbu Y dan Z :
yy
y
yz
z
2u y
(2.3.b)
dt 2
xz yz zz
2u
2z
x
y
z
dt
(2.3.c)
Pada medium yang bersifat elastis dan isotropis berlaku hukum Hookes, sehingga
akan diperoleh hubungan gaya dengan parameter elastisitas, yaitu E, G, dan
yang masing-masing adalah Youngs modulus, Modulus rigidity (shear modulus)
dan Poissons ratio. Hubungannya adalah sebagai berikut:
xx 2G xx
xy yx G xy
(2.4.a)
yy 2G yy
yz zy G yz
(2.4.b)
zx xz G zx
(2.4.c)
zz 2G zz;
E
2(1 v)
diketahui:
vE
(1 v)(1 2v)
= Konstanta Lame (Lames constant)
xx yy zz
= Dilatasi atau perubahan volume
(volumetric strain)
= Poissons ratio
xx
u x
;
x
u y
u x
y
x
xy
2 x
u z u y
y
z Terdapat
pula
yz
y
z
2 y
yy
y
y
x z
z
x
xx
z
z
x z
zx
x
z
................................................................................(5)
2 z
y
x
x
y
2x
G
G 2 x
2
t
x
.......................................................(6)
dengan (3b):
2y
t
G 2 y
y
.......................................................(7)
dengan (3c):
Modul Teori Peledakan 31
2
dimana:
2
x
2z
G
G 2 z
2
z
t
.......................................................(8)
2
y
2
z
atau
2
2G 2
2
t
2 2G 2
t 2
2G
= C , maka:
Bila
p
2
2
C p 2
2
t
................................................................................(9)
Persamaan (9) adalah persamaan gelombang dimana Cp sebagai kecepatan
merambat gelombang pada medium dengan karakteristik , G dan . Jenis
gelombang ini disebut gelombang Longitudinal atau Primer.
Bila: Persamaan (7) didefinisikan terhadap Z,
Persamaan (8) didefinisikan terhadap Y dan
kemudian dihilangkan faktor dengan cara pengurangan akan diperoleh
hubungan sebagai berikut:
2
2
t
atau
atau
z y
G 2 z y
z
z
y
y
2
x G 2 x
2
t
2 x G 2
x
t 2
Bila
= Cs , maka:
2
x Cs 2 x
2
t
..........................................................................(10)
Persamaan (10) adalah persamaan gelombang, dimana Cs sebagai kecepatan
merambat gelombang pada medium dengan karakteristik G dan . Jenis
gelombang ini disebut gelombang Transversal atau Sekunder.
3.
Kawat Penggantung
(a)
Tekanan
x(t)
0
(b)
xx
dMijx
( xx
xx
)dx
x
dx
xx A dM ijx xx xx dx A 0
x
Elemen
batang
dengan
massa
dM
akan
x
x
x
, maka:
CB
E
, dimana CB
x f1 x C B t f 2 x C B t ........................................................(13)
dimana f1 dan f2 adalah fungsi-fungsi yang bentuknya tergantung kepada kondisi
permulaan. Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa persamaan (13) akan
memenuhi persamaan (12) dengan cara mendifferensiasi dua kali.
Suku dengan argumen (x CBt) dalam persamaan (13) adalah gelombang yang
merambat ke arah sumbu positif koordinat atau disebut dengan istilah gelombang
berjalan maju. Sedangkan suku dengan argumen (x + CBt) adalah gelombang
yang merambat ke arah sumbu negatif koordinat atau disebut dengan istilah
gelombang berjalan mundur. Karena sistem adalah linier mak masing-masing
fungsi f1 dan f2
xx E xx E
x
x
xx E f 1 ' x C B t f 2 ' x C B t
..............................................(14)
x
t
v C B f1 ' x C B t C B f 2 ' x C B t
...........................................(15)
v CB
atau
xx xx
E
C B
xx C B v
................................................................................(16)
1C B1
2C B 2
0.v0
1
t.vt
t.vt
2C B2
1C B1
2C2
1C1
....................................................................(17)
0 r t
.................................................................................(18)
v 0 v r vt
..................................................................................(19)
1C1 1C1 2 C 2
0
r
r 0
1C1 1C1
2C2 dan dari persamaan (18),
Dengan penggabungan akan diperoleh:
n 1
0
n 1
..............................................................................(20)
2n
0
n 1
..............................................................................(21)
dan
Vr
...............................................................................(22)
Modul Teori Peledakan 36
2n
V0
n 1
Vt
Umpamakan
...............................................................................(23)
0 adalah kompressi,
r 0
.........................................................................................(24)
v r v0
..........................................................................................(25)
Jadi pulsa kompressi akan dipantulkan seluruhnya menjadi pulsa tarikan dan arah
gerakan partikel sesuai dengan arah gerakan yang disebabkan oleh pulsa yang
masuk.Berobahnya tegangan kompressi menjadi tegangan tarik sebagai akibat
pemantulan pada suatu bidang bebas memegang peranan yang sangat penting
dalam proses peledakan batuan. Inilah sebabnya mengapa selalu harus ada
bidang bebas di dekat lubang tembak dalam operasi peledakan.
C.
Rangkuman
1. Elemen kecil dari medium yang berbentuk kubus dan sistem gaya-gaya yang
bekerja pada sisi-sisinya adalah sebagai berikut:
xz
xz
dz
z
xx
dz
xy
xy
X
xx
xx
dx
x
dy
xz
u x
X
xy
dx
dy
Arah sumbu X:
( xx
xy
xx
dx) dydz xx dydz ( xy
dy) dxdz xy dxdz
x
y
( xz
xz
dz) dxdy xz dxdy X dxdydz
z
xx xy xz
X
x
y
z
atau,
Hal yang serupa untuk arah sumbu Y dan Z.
Modul Teori Peledakan 38
2
2
C p 2
2
2. Persamaan t
adalah persamaan gelombang dimana Cp sebagai
kecepatan merambat gelombang pada medium dengan karakteristik , G dan
. Jenis gelombang ini disebut gelombang Longitudinal atau Primer.
2
x Cs 2 x
2
t
3. Persamaan
adalah persamaan gelombang, dimana Cs
sebagai kecepatan merambat gelombang pada medium dengan karakteristik
G dan . Jenis gelombang ini disebut gelombang transversal atau
sekunder.
4. Persamaan
2
CB
2x E 2x
x2
t 2
adalah
persamaan
gelombang
dengan
E
, dimana CB sebagai kecepatan merambat gelombang di sepanjang
batang.
5. Hal penting yang berhubungan dengan peledakan dapat dipelajari dari
perambatan gelombang pada batang majemuk. Batang terdiri dari dua jenis
material yang diberi dengan tanda 1 dan 2 yang disambung secara kokoh.
Gelombang yang merambat pada material 1 menuju material 2 akan
membentur bidang batas, sebagian diteruskan pada material 2 dan sebagian
dipantulkan kembali dan merambat pada material 1. Maka perbandingan
tegangan yang diteruskan dan dipantulkan adalah sebagai berikut:
1C B1
2C B 2
0.v0
1
t.vt
2
t.vt
2C B2
1C B1
2C2
1C1
Vr
2n
V0
n 1
Vt
Umpamakan
0 adalah kompressi,
D.
Evaluasi
Pembelajaran
B. Uraian Materi
1.
Bilamana bahan peledak yang diisikan ke dalam lubang tembak diledakkan, maka
gas bertekanan tinggi yang dihasilkan dalam proses peledakan tersebut akan
menekan dinding lubang tembak dan menimbulkan gelombang tekanan yang
merambat ke badan batuan di sekitar lubang tembak tersebut.
Tegangan yang terjadi di daerah sekitar dinding lubang tembak dapat melebihi
kekuatan batuan sehingga menyebabkan terjadinya penggerusan batuan. Karena
Modul Teori Peledakan 41
tegangan menurun dengan jarak dari lubang tembak, maka perilaku mekanisme
batuan akan bervariasi dan terjadi perubahan plastis ke elastis. Ke arah luar dari
daerah penggerusan dimana kekuatan batuan dilampaui oleh tegangan akan
mengalami rekahan radial akibat tegangan tarik tangensial (hoop stress). Rekahan
radial ini akan terus berkembang secara radial selama tegangan tarik tangensial
ini melampaui kuat tarik batuan pada ujung rekahan.
Pada kondisi batuan yang sebenarnya pembentukan rekahan ini akan dipengaruhi
oleh kondisi batuan seperti anisotropi, tingkat keretakan awal, dan distribusi
tegangan awal.
Fenomena-fenomena mekanisme pecahnya batuan akibat proses peledakan ini,
dapat dilihat pada teori-teori di bawah ini:
a.
b.
c.
Flexural rupture
Teori pemecahan batuan melalui flexural rupture analog dengan proses
pematahan lempeng (beam bending). Tingkat fragmentasi dikontrol oleh
Modul Teori Peledakan 43
d.
f.
a).Detonation
Hancurnya batuan sekeliling isian mencapai permukaan
c).Ekspansi gas
dan percepatan
2.
detonasi akan terjadi rekahan radial akibat tegangan tarik tangensial (hoop stress)
yang diderita batuan. Rekahan radial ini akan terus berkembang secara radial
selama tegangan tarik tangensial melampaui kuat tarik batuan pada ujung
rekahan. Pembentukan rekahan dipengaruhi oleh kondisi batuan, antara lain oleh
anisotropi, tingkat retakan awal, dan distribusi tegangan awal.
Selama gelombang merambat sampai menemukan bidang diskontinu atau bidang
bebas, batuan akan mengalami pembebanan mekanis sehingga akan terjadi
variasi perilaku dari deformasi plastis ke elastis. Fase-fase pembebanan yang
dialami batuan adalah pembebanan dinamis, pembebanan quasi-statis atau semistatis, dan pelepasan beban. Evolusi pembentukan pola retakan pada setiap fase
dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut ini.
Pembebanan dinamis
Daerah yang terpengaruh oleh pembebanan reaksi peledakan dapat dibagi
dalam 3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis. Di
sekitar dinding lubang tembak akan timbul gelombang kejut sebagai akibat
dari tegangan dengan intensitas yang tinggi dari proses detonasi bahan
tembak. Pada zona kejut ini sifat mekanis batuan diibaratkan sebagai benda
padat yang kental. Gelombang kejut menyebabkan batuan mengalami
peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona kejut ini dapat mencapai
radius dua kali radius lubang tembak.
Modul Teori Peledakan 47
Daerah di luar zona kejut disebut zona transisi. Pada zona ini akan terbentuk
retakan baru yang berkembang secara radial. Pembentukan retakan
menghabiskan energi sehingga energi gelombang menjadi berkurang
intensitasnya. Radius dari zona transisi ini bisa mencapai 4 sampai 6 kali
radius lubang tembak.
Pada zona transisi intensitas tegangan akan menurun sampai ketingkat
dimana batuan hanya bersikap elastis, sehingga daerah ini disebut zona
elastis. Penyebaran atau perpanjangan rekahan pada zona ini hanyalah
merupakan perpanjangan dari rekahan terpanjang dari zona transisi.
Perpanjangan rekahan ini diperkirakan sembilan kali radius lubang tembak.
b.
c.
Pelepasan Beban
Pada waktu batuan bergerak, beban akan terlepas dan menimbulkan
tegangan tarik pada massa batuan yang sedang bergerak, sehingga terjadi
pemisahan lanjutan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tegangan
tarik yang dominan terjadi di daerah permukaan kerja atau bidang bebas dan
membentuk rekahan lebar, kemudian didorong oleh tekanan gas yang masih
tersisa menjadi fragmen batuan.
3.
Bilamana lubang tembak berdekatan letaknya dengan bidang bebas, maka pola
rekahan akan sangat dipengaruhi oleh adanya bidang bebas ini. Hal ini
disebabkan oleh karena gelombang kompresi yang merambat secara radial dari
lubang tembak akan dipantulkan kembali sebagai gelombang tarik pada waktu
mencapai bidang bebas. Geometri proses pemantulan ini diperlihatkan pada
Gambar 3.2 berikut ini.
Pada peledakan sistem jenjang, selalu tersedia paling sedikit satu bidang bebas
yang sejajar dengan lubang tembak yang terbentuk oleh peledakan sebelumnya.
Dalam peledakan terowongan tidak ada bidang bebas yang sejajar dengan lubang
tembak
karena
lubang-lubang
tembaknya
dibor
searah
dengan
sumbu
C. Rangkuman
1. Fenomena mekanisme pecahnya batuan akibat proses peledakan ini, dapat
dilihat pada teori-teori:
Frexural Rupture
5. Dalam peledakan terowongan tidak ada bidang bebas yang sejajar dengan
lubang tembak karena lubang-lubang tembaknya dibor searah dengan
sumbu terowongan. Sebagai penggantinya dibuat suatu cut yang berfungsi
menjadi bidang bebas bagi lubang-lubang tembak yang meledak selanjutnya
setelah cut diledakkan.
D. Evaluasi
1. Coba jelaskan apa yang akan terjadi pada batuan bilamana bahan peledak
yang diisikan ke dalam lubang tembak kemudian diledakkan?
2. Fenomena apa saja yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan yang anda ketahui?
3. Sebutkan dan jelaskan secara rinci pembebanan-pembebanan yang terjadi
terhadap batuan saat dilakukan peledakan?
4. Sebutkan dan jelaskan peranan bidang bebas (free face) yang anda ketahui?
Tes Objektif
1. Apa latar belakangnya kita harus mempelajari Teori Peledakan untuk para
pengelola peledakan bahan galian?
2. Sebutkan tujuan umum dari pembelajaran Teori Peledakan yang anda
ketahui?
3. Apa yang dimaksud dengan bahan peledak yang anda ketahui?
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi yang dihasilkan dari proses
peledakan bahan galian yang berguna dan terpakai (work energy)?
5.
Tes Kinerja
KUNCI JAWABAN
A.
2. Ada 2 (dua) jenis energi yang dihasilkan dari proses peledakan bahan galian
yang berguna dan terpakai (work energy), yaitu:
Energi gas (gas energy), adalah energi yang dilepaskan selama proses
detonasi yang menyebabkan mayoritas pemecahan batuan pada proses
peledakan dengan lubang tembak terkurung (confined blasthole). Low
Explosives umumnya hanya memproduksi energi gas (gas energy/gas
pressure) selama proses detonasi, sedangkan High Explosives dapat
memproduksi energi gas sebesar 85% dari total energi terpakai.
14.504 psi)
Ve
-399,85 Kcal
= Qr
= Produkta
= Qp
Modul Teori Peledakan 54
Qp Qr
Qe (Panas peledakan)
-871,65 (-399,85)
-471,8 Kcal = Qe
oCa
oNa
20
15
55
10
100
0,264
0,462
-0,417
1,143
0,440
0,330
2,748
0,630
4,148
0,264
0,198
1,374
-1,836
0,790
0,396
2,061
0,214
3,523
----0,000
----0,000
B.
AN = NH4NO3
NG = C3H5(NO3)3
SG = C6H10O5
2
2
C p 2
2
t
dimana:
G = Modulus batuan
= Konstanta Lame
= Density
2G
= C
2
x
2
y
2
z
2
x Cs 2 x
t 2
dimana:
G = Modulus batuan
= Cs
= Density
2
3. Perambatan
2
x
2
y
gelombang
2
z
longitudinal
dalam
sebuah
batang
adalah
(a)
Tekanan
x(t)
0
(b)
xx
dMijx
( xx
xx
)dx
x
dx
C.
kekuatan
daripada
batuan
yang
menyebabkan
terjadinya
penggerusan batuan.
2. Fenomena-fenomena yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan, dapat dilihat pada teori-teori:
a. Teori Refleksi (Reflection Theory)
b. Teori Ekspansi gas (Gas Expansion Theory)
c. Frexural Rupture
d. Gelombang Stress (Stress Wave)
e. Teori Torque (Torque Theory)
f. Teori Kawah (Cratering Theory)
3. Pembebanan-pembebanan yang terjadi terhadap batuan saat dilakukan
peledakan pada batuan tersebut, adalah:
a. Pembebanan Dinamis, akan terjadi reaksi peledakan yang dibagi dalam
3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis.
1) Pada zona kejut, akan terjadi gelombang kejut yang menyebabkan
batuan mengalami peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona
kejut ini dapat mencapai radius dua kali radius lubang tembak.
2) Pada zona transisi, akan terbentuk retakan baru yang berkembang
secara
radial.
Pembentukan
retakan
menghabiskan
energi
a.
Tes Objektif
1.
2.
3.
Bahan peledak adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan atau kejutan (shock) secara
cepat
dengan
sendirinya
akan
bereaksi
dan
terurai
(exothermic
decomposition).
4.
Ada 2 (dua) jenis energi yang dihasilkan dari proses peledakan bahan galian
yang berguna dan terpakai (work energy), yaitu:
Energi gas (gas energy), adalah energi yang dilepaskan selama proses
detonasi yang menyebabkan mayoritas pemecahan batuan pada proses
peledakan dengan lobang tembak terkurung (confined blasthole). Low
Explosives umumnya hanya memproduksi energi gas (gas energy/gas
pressure) selama proses detonasi, sedangkan High Explosives dapat
memproduksi energi gas sebesar 85% dari total energi terpakai.
Energi panas, merupakan akibat adanya reaksi kimia yang terjadi pada
bahan
peledak
bersifat
eksoterm,
sehingga
dihasilkan
panas
dari
reaksi
kimia
bahan
peledak
pada
saat
1)
Pada
waktu
batuan
bergerak
dan
menimbulkan
2
2
C p 2
2
t
dimana:
G = Modulus batuan
= Konstanta Lame
= Density
2G
= C
2
x
2
y
2
z
Ve
b.
Tes Kinerja
1.
kawat penggantung
(a)
Tekanan
x(t)
0
(b)
xx
dMijx
( xx
xx
)dx
x
dx
Perambatan
gelombang
longitudinal
dalam
sebuah
batang
adalah
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Volume
-Theoretical
Foundations,
A.A.
Balkema/Rotterdam/Brookfield, 1999.
4. Dr. Ir. S. Koesnaryo, M.Sc. Rancangan Peledakan Batuan(Design of Rock
Blasting) ., Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta, 2001.
3.