Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UNTUNG DAN RUGI MENGENAI SRI (INPUT)


(The System of Rice Intensification)

OLEH : KELOMPOK
1.
2.
3.
4.

SOPIA ASNIMAR
MUS MAULYADI
ARI ARMINTO
BUDI SAPUTRA

1410161542110
141016154211015
141016154211025
1410161542110

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas Rahmat,
Nikmat dan perkenaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Makalah tentang Untung Dan Rugi Metode SRI (Input) yang merupakan
salah satu tugas kelompok. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbinga hingga terwujudnya
makalah ini dan tak lupa penulis mengucapkan juga mengucapkan terima kasih
atas bantuan semua pihak sehingga selesainya makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.

Muara Bungo, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1......................................................................................................Latar
Belakang...................................................................................... 1
1.2......................................................................................................Tujua
n................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1. Prinsip Budidaya Padi Dengan Metode SRI (System
of Rice Intensification)................................................................
2.2. Keuntungan Atau Keunggulan Budidaya Padi Dengan
Metode SRI..................................................................................
2.3. Dampak Penerapan SRI Terhadap usaha Tani.............................
2.4. Kerugian Atau Kekurangan Budidaya Padi Dengan
Metode SRI..................................................................................

3
3
4
5
6

BAB III SIMPULAN.................................................................................... 9


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 9
3.2. Saran.............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Beberapa praktek di berbagai negara menemukan bahwa metode SRI


berhasil menekan serendah mungkin input produksi. Hal ini sejalan dengan upaya
para aktivis pertanian organik untuk mengolah tanah secara berkelanjutan.
Hasilnya, ditemukan hubungan konservasi air pada sistem budidaya padi SRI
dengan upaya konservasi tanah yang dianut pada budidaya padi organik. Saat ini,
banyak para petani organik yang menerapkan budidaya padi dengan metode SRI.
Pola pertanian padi SRI organik merupakan perpaduan antara metode
budidaya padi SRI yang pertamakali dikembangkan di Madagaskar, dengan
metode budidaya padi organik dalam praktek pertanian organik. Metode ini akan
meningkatkan fungsi tanah sebagai media tumbuh dan sumber nutrisi tanaman.
Dengan sistem SRI organik daur ekologis akan berlangsung dengan baik karena
memanfaatkan

mikroorganisme

tanah

secara

natural.

Pada

gilirannya

keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan akan sellalu terjaga. Di sisi


lain, produk yang dihasilkan dari metode ini lebih sehat bagi konsumen karena
terbebas dari paparan zat kimia berbahaya.
Melalui sistem ini kesuburan tanah dikembalikan sehingga daur-daur
ekologis dapat kembali berlangsung dengan baik dengan memanfaatkan
mikroorganisme tanah sebagai penyedia produk metabolit untuk nutrisi tanaman.
Melalui metode ini diharapkan kelestarian lingkungan dapat tetap terjaga dengan
baik, demikian juga dengan produk akhir yang dihasilkan, yang notabene lebih
sehat bagi konsumen karena terbebas dari paparan zat kimia berbahaya.
Melalui latar belakang daiatas maka penulis tertarik untuk menulis
makalah dan juga merupakan salah satu tugas kuliah. Adapun judul makalah
tersebut adalah Untung dan Rugi Sistem SRI (The System of Rice
Intensification).

1.2.

Tujuan
Pada dasarnya bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

tentunya

mempunyai

tujuan

yang

ingin

dicapai,

begitupun

dengan

penulisan makalah ini.


Untuk lebih jelasnya, penulisan makalah ini mempunyai tujuan yang
ingin dicapainya, tujuannya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui bagaimana prinsip budidaya padi dengan metode SRI.


Untuk mengetahui teknik budidaya padi dengan metode SRI.
Untuk mengetahui Keuntungan budidaya padi dengan metode SRI.
Untuk mengetahui Kerugian budidaya padi dengan metode SRI.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Prinsip

Budidaya

Padi

dengan

Metode

SRI (System

of

Rice

Intensification)

Pemilihan metode budidaya padi secara SRI bisa menghasilkan produk


akhir berupa beras yang memiliki kualitas tinggi sebagai beras sehat karena
dilakukan secara organik. Melalui metode ini diharapkan kelestarian lingkungan
dapat tetap terjaga dengan baik, demikian juga dengan produk akhir yang
dihasilkan, yang notabene lebih sehat bagi konsumen karena terbebas dari paparan
zat kimia berbahaya.
Adapun Prinsip-prinsip Budidaya Padi dengan Metode SRI adalah sebagai
berikut :
1. Tanam bibit muda berusia antara 7 12 hari setelah semai (HSS) ketika
bibit masih berdaun 2 (dua) helai. Penggunaan bibit muda berkaitan
dengan bahwa penggunaan bibit padi yang berumur 5 15 HSS
menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih cepat karena daya jelajah akar
lebih jauh sehingga perkembangan akar menjadi maksimal pada akhirnya
kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi. Selain itu, penggunaan bibit berumur
10 hari, akan menghasilkan jumlah anakan maksimal 30 50 batang
dalam setiap rumpunnya.
2. Tanam tunggal atau tanam bibit satu lubang satu bibit.
Penggunaan satu bibit per lubang tanam bermanfaat untuk mengurangi
kompetisi serta meningkatkan potensi anakan produktif per rumpun.
3. Jarak tanam lebar.
Jarak tanam yang lebar dengan lebar, yaitu: 25 x 25 cm, 30 x 30 cm, 40 x
40 cm atau bahkan lebih. Penggunaan jarak tanam lebar bertujuan untuk
meningkatkan jumlah anakan produktif. Penggunaan jarak tanam yang
cukup lebar didasarkan pada kebutuhan makanan bagi tanaman,
mendorong pertumbuhan akar secara maksimal, dan memaksimalkan sinar
matahari yang masuk secara optimal. Selain itu, dengan menggunakan

jarak tanam yang cukup, tanaman dapat tumbuh berkembang dengan baik
dan menghasilkan produksi secara baik pula.
4. Pindah tanam harus segera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hatihati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal.
5. Sistem pengairan intermitten atau sistem pengairan berselang.
Pengairan teknik berselang, yaitu air di areal pertanaman diatur pada
kondisi tergenang dan kering secara bergantian dalam periode tertentu,
dimana pemberian air maksimum 2 cm (macak-macak) dan periode
tertentu dikeringkan sampai pecah. Padi merupakan tanaman tumbuh
optimal pada tanah yang lembab dan becek sebagai syarat tumbuh. Untuk
itu,

tanaman

padi

sebenarnya

tidak

perlu

air

yang

melimpah

(penggenangan), namun juga tidak dalam situasi tanah kering. Dengan


pengaturan air yang baik, akan terjaga aerasi tanah yang baik pula dimana
aerasi yang baik adalah syarat tumbuh yang baik bagi tanaman padi.
Apabila sawah selalu digenangi air maka aerasi (siklus udara dalam tanah)
tidak masimal sehingga tanah menjadi asam.
6. Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 - 3 kali dengan
interval 10 hari.
7. Penggunaan pupuk organik dan pestisida organik.

2.2

Keuntungan atau Keunggulan Budidaya Padi dengan Metode SRI


Berdasarkan prinsip dan teknik budidaya padi SRI maka
keuntungan dari budidaya Sistem SRI adalah :

1. Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen
memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada
periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus)
2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg per hektar. Tidak memerlukan biaya
pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam
kurang, dll.
3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 12 hari setelah semai, dan waktu
panen akan lebih awal
4. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton per hektar

5. Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan


mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan mikro-organisme
lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
2.3. Dampak Penerapan SRI Terhadap Usaha Tani
A. Dampak Terhadap Produktivitas
Melalui teknologi yang digunakan pada budidaya padi organik metode SRI
diperoleh hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem konvensional.
Peningkatan produksi/produktivitas pada umumnya terjadi karena jumlah anakan
padi lebih banyak. Melalui paket teknologi yang digunakan pada dasarnya
memungkinkan terbentuknya anakan yang lebih banyak daripada sistem
konvensional. Jumlah anakan pada metode SRI berkisar 30-40 anakan/rumpun
sedangkan pola konvensional berkisar 25-30 anakan/rumpun.
Dengan anakan yang cukup banyak, menyebabkan anakan produktif yang
terbentuk juga cukup tinggi sehingga sangat memungkinkan hasil gabah lebih
tinggi. Hampir semua jenis padi yang ditanam memberikan peningkatan produksi
terutama bagi petani yang telah melakukan pola SRI lebih dari dua kali tanam.
Berdasarkan hasil penelitian Wardana et al., (2005) di Kabupaten Garut dan
Ciamis diperoleh data bahwa hasil padi yang diperoleh dengan metode SRI ratarata berkisar 5-7 ton/ha, sementara bila diusahakan secara konvensional diperoleh
hasil gabah rata-rata antara 4-5 ton/ha.
B. Dampak Terhadap Penggunaan Saprodi
Secara umum penerapan pola SRI lebih ditekankan pada pola
penghematan dalam penggunaan air. Namun demikian secara bertahap pola SRI
telah mendorong pada substitusi penggunaan input produksi usahatani, seperti
penggunaan pupuk an organik dan pestisida yang sebelumnya dipergunakan oleh
sebagian besar petani. Melalui pemahaman usahatani padi SRI sebagai padi
organik dengan mempergunakan pupuk organik, selain bebas residu kimia bagi
kesehatan tubuh manusia, juga secara langsung mendukung penyehatan tanah dan
lingkungan.

Model SRI mampu menghemat saprodi berupa benih, pupuk dan


insektisida. air irigasi. Dengan kebutuhan pengairan yang macak-macak saja
maka kebutuhan jumlah air per hektar mengalami penurunan sangat drastis. Hal
ini membawa dampak Disamping itu SRI tidak merekomendasikan penggunaan
pupuk kimia, sehingga

akan mengurangi biaya tunai petani.

Efisiensi

penggunaan input yang signifikan adalah penggunaan pada kemampuan air irigasi
dalam mengairi sawah, terutama pada musim kemarau jika pola SRI diterapkan
pada skala luas.
C. Dampak Terhadap Pendapatan Petani
Dampak yang dirasakan dari penerapan teknologi SRI adalah tingginya
produksi padi yang dihasilkan jika dibandingkan dengan cara konvensional,
makin tinggi produksi maka nilai jual padi juga makin besar, sehingga keuntungan
yang diperoleh petani juga lebih besar, dan ini tentunya akan meningkatkan
pendapatan petani. Keuntungan yang lebih besar akan diperoleh petani apabila
memproduksi sendiri kompos dan mikro organisme lokal. Keuntungan diperoleh
dengan pengurangan antara out put yang dihasilkan dengan biaya produksi/input
yang telah dikeluarkan, hal ini berdampak secara langsung terhadap pendapatan
tunai usahatani padi.

2.3

Kerugian atau Kekurangan Budidaya Padi dengan Metode SRI

1) Kurang cocoknya dengan kondisi lingkungan, lingkungan organik, anorganik,


ataupun sosial budaya.
2) Kurangnya kecocokan terhadap budaya masyarakat petani, terutama di
lingkungan daerah irigasi karena sistem pembagian air yang kurang baik.
3) Perlu perlakuan yang lebih hati-hati, baik pada saat mengambil 1 bibit dari
rumpun pembibitan maupun saat pembenaman. Pindah tanam pola SRI
membutuhkan ketelatenan dan ke hati-hatian, sebab akar mudah putus dan
penanaman haruslah tunggal dan dangkal.
Pada kenyataannya di lapangan, biaya pindah tanam SRI lebih tinggi dari
biaya pindah tanam pola biasa atau konvensaional. Dengan jumlah 20 orang
buruh tani untuk melakukan pindah tanam, hampir rata-rata, pola SRI hanya

bisa mendapatkan 2 ha lahan / hari, sedangkan pola konvensional bisa


mendapatkan 4 /ha per hari. Inilah yang menjadi alasan para buruh tani bahwa
biaya pindah tanam SRI sebesar 2 kali lipat dari biaya pindah tanam biasa.
Di samping itu, buruh tani di negri kita ini hampir seluruhnya orang yang
sudah tua yang kurang tanggap dengan hal yang rumit dan tidak biasa, karena
selain tanam bibit tunggal, SRI juga mengharuskan tanam dangkal dengan
bentuk huruf L. sangatlah rumit bagi petani kita untuk mendapatkan pindah
tanam yang sempurna secara SRI. (namun Ini adalah pola tanam intensif.
maka, kinerjanya pun haruslah intensif).
4) Tanam bibit tunggal dengan jarak lebar. Pola ini sangat tidak rasional. secara
logika, untuk mendapatkan banyak hasil, di perlukan banyak mesin. seperti
misalnya 2 atau 3 induk betina akan memberikan hasil telur lebih banyak dari
pada 1 induk betina, atau 2 mesin lebih banyak menghasilkan dari pada 1
mesin. Atau 2 pohon mangga akan memberikan hasil lebih banyak dari pada 1
pohon mangga.
Intinya, menanam 1 bibit perlubang sangatlah beresiko, terutama terhadap
serangan hama atau penyakit dan akan menambah kinerja dan biaya karena
harus melakukan penggantian tanam (pengayoman) bahkan hingga 2 sampai
3 kali. jika di tanami 2 atau 3 bibit perlubang, maka akan ada cadangan bila
salah satu bibit ada yang mati atau terserang hama dan penyakit. Namun Mr.
Laulanie mengatakan bahwa SRI adalah tanam bibit tunggal yaitu
menanam 1 bibit perlubang, dan jika menanam 2 bibit atau lebih dalam satu
lubang, maka itu bukan SRI. meski demikian dalam pelaksaanaanya di
lapangan tetap saja ada petani yang menanam 2 bibit atau lebih perlubangnya.
karna SRI bisa saja dimodifikasi sesuai dengan kondisi lahan, serta karakter
dan keinginan petani masing-masing.
Pola tanam metode SRI mengharuskan petani untuk mengeringkan lahan
hingga tanah retak rambut pada saat pindah tanam sampai kurang lebih 45
HST (Hari Setelah Tanam) agar tanaman mampu memproduksi jumlah
anakan dengan maksimal dan tidak habis jika terserang hama terutama hama
keong mas pada saat awal pindah tanam.
Namun ini sungguh dilematis, karena jika lahan di keringkan terlalu lama,
maka pertubuhan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) akan tumbuh
sangat cepat dan siap berkompetisi dengan tanaman utama. Maka dari itu

petani SRI harus melakukan penyiangan 2 sampai 3 kali lipat dari pola
konvensional yang otomatis kinerja dan biayapun akan bertambah lagi. (Ini
adalah pola tanam intensif. maka, kinerja nya pun haruslah intensif).

BAB III
SIMPULAN

3.1.

Kesimpulan
Adanya inovasi dalam pola penanaman padi yaitu SRI (System of

Rice Intensification) dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas padi


sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan. Input yang dibutuhkan
pada sistem ini lebih sedikit dari pada padi biasa namun output yang
dihasilkan lebih tinggi.
3.2 Saran
Agar pola SRI (System of Rice Intensification)

dapat diterima

oleh petani maka perlu mengoptimalkan tugas penyuluh pertanian


terutama tentang pelatihan terhadap penyuluh pertanian tentang budidaya
padi pola SRI serta

memberi motivasi kepada petani agar mudah

menerima inovasi baru seperti budidaya pola SRI.

DAFTAR PUSTAKA

Husodo, S.Y. 2007. Seminar Kemandirian Ekonomi Nasional; Membangun


Kemandirian Dibidang Pangan Suatu Kebutuhan Bagi Indonesia.
Jakarta.
I.Z. Nursinah dan Taryadi. 2009. Penerapan SRI (System of Rice Intensification)
Sebagai Budidaya Padi Organik. J Agribisnis dan Pengembangan
Wilayah. 1 (1) : 1-14
Mutakin, 2007. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik SRI (System of Rice
Intensification). Pertanian Ekologis. Yayasan Field Indonesia.
Purwasasmita, M. 2007. Tanah sebagai Bioreaktor Landasan System Of Rice
Intensification. Seminar Teknik Kimia Suhadi Reksowardoyo,
Bandung.
Wardana, P, I. Juliardi, Sumedi, Iwan Setiajie. 2005. Kajian Perkembangan
System Of Rice Intensification (SRI) di Indonesia. Kerjasama
Yayasan Padi Indonesia dengan Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai