tentang
COPD
Oleh Kelompok IV :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Annisa Khaidir
Atika Yulia Dewi
Cut Yanti
Diana Oktaviani
Elsa Abel Nuine
Febrian Rahmat Suwandi SN
Fernando
8. Mulliyanti
9. Mutiara Rahayu
10. Refika Rahmi
11. Ruri Marhamah Vina S
12. Sari Afma Yuliane
13. Senci Napeli Wulandari
14.
15.
16. Dosen Pembimbing
17. Ns.Siska Damaiyanti, S.Kep
18.
19.
20.
21.
22.
23. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI
24. SUMATERA BARAT BUKITTINGGI
25. PRODI S1 KEPERAWATAN
26. 2013/2014
27.
28.
29.
30.
31. KATA PENGANTAR
32.
Bismillahirrahmanirrahim.
33.
karena kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Tutorial 7 & 8. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga
untuk menambah wawasan secara meluas.
34.
bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
kami ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Siska Damaiyanti, S.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Tutorial
7 & 8 yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan
kami dalam penulisan Makalah ini semakin bertambah.
2. Kedua orang tua kami, yang senantiasa memberikan doa serta dukungan baik
moril maupun materil.
3. Teman-teman kami yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
4. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang turut membantu
penyusunan makalah ini.
35.
Bukittinggi, 12 Oktober
2014
38.
39.
Tim Penulis
40.
41.
42.
43. DAFTAR ISI
44.
45. KATA PENGANTAR..............................................................................................i
46. DAFTAR ISI
..............................................................................................ii
...............................................................................................1
......................................................................................................
Latar Belakang
64. Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru Obstruktif
Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis
kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).
65. Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
66. Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis,
Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang
dimulai pada usia 20-30 tahun dengan batuk merokok atau batuk pagi disertai
pembentukan sedikit sputum mukoid.
67. Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya
keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin
dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60
an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe emfisematosa
yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka panjang, yaitu
tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang
membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan
kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa
tahun sesudah timbulnya penyakit, (Price & Wilson, 1994 : 695)
68.
69.
70.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Apakah Pengertian Dari COPD?
b. Apakah Etiologi Dari COPD?
c. Apakah Patofisiologi Dari COPD?
d. Apakah Manifestasi Klinis Dari COPD?
e. Apakah Komplikasi Dari COPD?
f. Apakah Tanda Dan Gejala Dari COPD?
g. Apakah Epidemiologi Dari COPD?
h. Apakah Penatalaksanaan Dari COPD?
i. Apakah Fungsi Advokasi Perawat Terhadap Pasien COPD?
j. Apakah Askep Dari COPD?
71.
1.3.
Tujuan
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85. BAB II
86. PEMBAHASAN
87.
88. Skenario 6
89. SARANG TAWON
90.
Tn. V 60 tahun, mengeluhkan nyeri dada dan batuk yang terus menerus dan sering
mengalami demam selama 1 bulan terakhir. Waktu dibawa ke RS nafas terasa sesak dan
91.
terdengar bunyi ronki. Tn. V dulu adalah seorang supir truk dengan riwayat merokok 2
bungkus
perhari dan minum alcohol. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
92.
RR:36x/menit,tekanan darah 130/80mmHg,nadi 100x/menit dan suhu 370C. Setelah
dilakukan
pemeriksaan radiologi, didapatkan corakan paru yang kasar dengan batas
93.
kabur,mengelompok dan saperti sarang tawon. Diagnose dokter mengtakan Tn. V
mengalami
COPD dengan iritasi dibronkus dan bronkiolus.
94.
95.
1.1.
96.
1.2.Menentukan Masalah
Tn. V 60 tahun, mengeluhkan nyeri dada dan batuk yang terus menerus dan
sering mengalami demam selama 1 bulan terakhir. N
Nafas terasa sesak dan terdengar bunyi ronki.
Didapatkan corakan paru yang kasar dengan batas kabur,mengelompok dan
saperti sarang tawon.
Tn. V mengalami COPD dengan iritasi dibronkus dan bronkiolus.
97.
1.3.
Analisa
98.
Setelah melihat dan mencermati masalah-masalah yang dialami Klien,
maka dapat disimpulkan bahwa Klien menderita penyakit COPD
99.
100.
102.
A. Pengertian
104.
101. COPD
Chronic Obstuctive Pulmonal Disease
103.
yang mencakup bronchitis kronis, bronkietaksis, emfisema, dan asma, yang merupakan
kondisi irreversible yang berkaitan dengan dyspnea saat beraktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluarnya udara di paru-paru.
105.
COPD merupakan kelainan paru yang ditandai dengan gangguan
fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa
observasi beberapa waktu.
106.
COPD merupakan sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara
menetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan
penyempitan saluran nafas , batuk produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun
berturut-turut.
107.
B. Etiologi
108. 1.
Kebiasaan merokok
109. 2.
Polusi Udara
110.
3.
111.
4.
112.
113.
114.
115.
5.
6.
7.
8.
116.
C. Patofisiologi
117.
Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagian
bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini menimbulkan dinding bronkus
menebal, akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga
menyebabkan hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan
inflamasi. Penyempitan saluran pernapasan terutama disebabkan elastisitas paru-paru
yang berkurang. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya
tanda-tanda obstruksi. Gangguan ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan
napas mengakibatkan hiperventilasi (napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi
CO2 (CO2 tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia (CO2 di dalam darah/cairan tubuh
lainnya meningkat).
118.
kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi
obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi,
pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi
119.
D. Manifestasi Klinis
120.
COPD merupakan penyakit obstruksi saluran napas, terjadai sedikit
demi sedikit, bertahun tahun.biasanya dimulai pada seorang penderita perokok berumur
15-25 tahun produktivitasnya menurun dan timbul perubahan pada saluran pernapasan
kecil dan fungsi paru mulai pula berubah. Umur 35-45 tahun timbul batuk produktif.
Umur 45-55 tahun timbul sesak napas, hiposemia dan perubahannya pada pemeriksaan
spirometri. Sering berulang-ulang mendapat infeksi saluran pernapasan bagian atas
sehingga sering kali tidak dapat berkerja. Umur 55-65 tahun sudah ada kor pulmonal
yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan meinggal dunia.
Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
mengembang.
Hipoksia dan Hiperkapnea.
Takipnea
Dispnea yang menetap
121.
122.
E. Komplikasi
Infeksi yang berulang
pneumotoraks spontan
gagal nafas
kor pulmonal
Hipoxemia
Asidosis Respiratory
Infeksi Respiratory
Gagal jantung
Cardiac Disritmia
Status Asmatikus
Kegagalan respirasi
Retensi co2
Menurunnya saturasi O2
Hematologik
123.
F. Tanda dan Gejala
124.
125.
banyak.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
G. Klasifikasi
Asthma Bronkhial: dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus
bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia dan
infeksi.
134.
Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit
selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis,
tumor paru, dan asma bronkial.
135.
136.
H. Penatalaksanaan Medis
Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi anti mikrobia
Adrenalin ).
Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
o Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
o Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
o Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infus
Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran lambat
: 1-2 liter/menit.
Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap.
Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk
menyimpan energi.
Tindakan Rehabilitasi :
o Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus.
Pada
selama
40
tahun, didapati bahwahipersekresi mucus merupakan suatu gejala yang paling sering
terjadi pada
PPOK, penelitian
rendah
pada
wanita
sebanyak
prevalensi
8-22%.
PPOK
akan
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan faal paru-paru
Analisa gas darah
Pemeriksaan EKG
Kultur sputum
Laboratorium darah lengkap
Anamnesis
140.
K. Fungsi Advokasi
keluarga
Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien.
Merawat dan menjaga pasien
Membantu pasien atau keluarga memahami informasi yang diberikan oleh tim
kesehatan
Menjadi fasilitator dan narasum berbagi klien untuk mengembalikan keputusan
Otonomi
mengambil keputusan
Beneficience
: berlaku dan berkomunikasi yang baik dengan klien
Justice
: perawat bersikap adil kepada klien
Non-maleficience: perawat tidak boleh merugikan klien
Veracity
: perawat harus jujue dengan klien tentang penyakitnya
Fidelity
: perawat harus menepati janji dengan pasien
Confidentiality : perawat harus menjaga privasi pasien
Accountability : perawat mampu melakukan tindakan sesuai prosedur
141.
142.
143.
144.
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
145.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Data pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Nama orang tua
Pekerjaan orang tua
:
:
:
:
:
:
146.
b. Alasan masuk rumah sakit/ keluhan utama
147.
Riwayat Penyakit sekarang : kurang lebih 3 bulan yang lalu Bapak Y kambuh
lagi batuk berdahaknya dan intesitas keparahan semakin meningkat sampai
hari Klien di periksa.
150.
sembuhnya
Pengobatan Bapak Y saat beliau kecil hanya menggunakan obat-
obatan tradisional
Bapak Y alergi dengan udara dingin, minum es.
Bapak Y pernah di diagnosa Bronkitis sejak muda.
151.
152.
Riwayat Psikososial :
- Pekerjaan Bapak Y sebagai seorang pedagang kaki lima di pinggir
jalan besar, sehingga setiap hari sering terpapar asap kendaraan dan
-
debu jalanan
Lingkungan rumahnya sempit, kurang ventilasi udara, sinar matahari
sedikit masuk
153.
154.
158.
Pasien mulai kehilangan nafsu makan ketika dia merasakan sesak nafas
dan setelahnya. Klien memilih untuk merokok daripada makan, sehingga klien
mengeluh berat badannya turun 8 kg.
159. 3. Pola cairan dan metabolik
160. Pasien jarang minum air putih dan lebih sering minum teh nasgitel.
161. 4. Pola istirahat dan tidur
162. Tidur malamnya terganggu karena beliau berjualan sampai larut
malam.
163. 5. Pola Aktivitas dan latihan
164. Klien bekerja aktif sebagai seorang sopir truk. Walaupun sakit beliau
tetap bekerja karena tuntutan ekonomi. Pasien masih bisa merawat dirinya
sendiri meski tidak selincah dulu.
165. 6. Pola Eliminasi
166. Pasien mengatakan pola BAK 5-6 kali sehari dan BAB 1x sehari.
167. 7. Pola Persepsi dan Kognitif
168. Pasien tidak mengalami gangguan sensasi seperti pendengaran,
penglihatan, pengecapan, peraba maupun penghidu.
169. 8. Pola reproduksi dan seksual
170. Pasien adalah seorang ayah, dengan 1 orang istri dan memilki 4 orang
anak (3 SMK, 2 MTS, 5 MI dan 3 MI). Umur bapak Y 50 tahun. Sejak 3 bulan
yang lalu dahaknya semakin parah dan sesak nafasnya sering kambuh, serta
mudah lelah sehingga gairah seksualnya menurun.
171. 9. Pola persepsi dan konsep diri
172. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa beraktivitas tanpa
terganggu penyakitnya. Pasien merasa malu apabila dia tidak bisa bekerja dan
harus membebankan keuangan keluarga pada istrinya yang bekerja sebagai
tukang pijat.
173. 10. Pola Mekanisme Koping
174. Pasien merupakan orang yang bersifat tertutup dan suka menyelesaikan
masalahnya sendiri tanpa berbagi dengan orang lain. Bila dia marah atau putus
asa maka dia akan mengalihkan perhatiannya dengan merokok.
175. 11. Pola Nilai dan Kepercayaan
176. Pasien menganut agama Islam. Dia selalu menjalankan ibadahnya
dengan taat.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
e. TTV
Suhu
TekananDarah
Nadi
RR
: 37 C
: 140/90 mmHg
: 100 X/menit
: 27x/ menit
183.
184.
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
b. Mata
195.
196.
197.
199.
200.
201.
202.
203.
Inspeksi:
Palpasi:
bentukkepala
Benjolan
Kebersihan
Warnarambut
Benjolan
Lesi
: simetris
: tidakada
: bersih
: hitam
: tidakada
: tidakada
Perkusi:Auskultasi: -
Inspeksi:
Bentukmata
: simetris
Pembengkakan
: tidakada
Kebersihan
: bersih
198. Kedipanmata
: mata bias mengedip
Ukuran pupil
: normal
Konjungtiva
: tidakenemis
Palpasi:
pembengkakan
: tidakada
Perkusi: Auskultasi: -
204.
c. Telinga
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
d. Hidung
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi: Auskultasi: -
Inspeksi:
Palpasi:
Auskultasi: -
Bentuktelinga
Kebersihantelinga
Letak
lesi
: simetris
: bersih
: simetris
: tidakada
Bentukhidung
Kebersihan
Peradangan
Pembengkakan
PCH
pembengkakan
: simetris
: bersih
: tidakada
: tidakada
: + positif
: tidakada
220.
e. Mulut
221.
222.
223.
224.
225.
Inspeksi:
Palpasi:
bentukmulut
: simetris
Bercakputihpadamukosa: ada
Pucat
: ya
reflekhisap
: + positif
Reflek rooting
: - negatif
226.
227.
Perkusi: Auskultasi: -
228.
f. Dada danparu-paru
229.
Inspeksi:
Bentuk
: simetris
230.
Pergerakan dada
: sama
231.
Retraksidinding dada : ada
232.
Frekuensinafas
: 27 kali/menit
233.
Ototbantupernafasan : positif +
234.
Takypnea
: positif +
235.
Dyspnea
: positif +
236.
Pernafasandangkal : ya
237.
238.
Palpasi:
fremitus ka/ki
: menurun
239.
Perkusi:
karakteristikjaringanparu :redup
240.
241.
Auskultasi:bunyinafas
: cepat
242.
Krekels
: positif
243.
Stidor
: positif
244.
g.Jantung
245.
Inspeksi : -
246.
Palpasi :
Nadi apikal
:96 kali/menit
247.
Nadi brakialis
:positif
248.
Nadi radialis
:positif
249.
Nadi femoralis:positif
250.
Nadi karotis
:positif
251.
Perkusi : -
252.
253.
254.
h. Abdomen
255.
Inspeksi :
256.
Bentuk abdomen
:simetris
Kemerahan
: tidakada
:tidak ada
257.
Palpasi :
Pembengkakan
258.
Perkusi :
259.
262.
263.
Inspeksi
: tidak ada
: hiperaktif
261.
: lubang penis
264.
Palpasi : Testis
265.
Perkusi
266.
Auskultasi : -
268.
j.Ekstrimitas
267.
269.
Inspeksi :
Bentuk ekstrimitas
: simetris
270.
Pergerakan
: bebas
271.
Jari
:komplit
272.
Kaki
: sama panjang
273.
Sianosis
:ya
274.
Palpasi:
275.
Perkusi : -
276.
Auskultasi : -
278.
k.Eliminasi
279.
Inspeksi :
CRT
:5 detik
277.
BAB
280.
Frekuensi
: 1 x / 2 hari
281.
Warna
: kuning
282.
Waktu
: pagi
283.
Konsistensi
: lembek
284.
Kesulitan
: tidakada
285.
294.
295.
296.
297.
BAK
286.
Frekuensi
: 4- 5 x/hari
287.
Warna
: kuning
288.
Waktu
289.
Kesulitan
: tidakada
290.
Alatbantu
: tidakada
291.
Palpasi: -
292.
Perkusi : -
293.
Auskultasi : -
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
d. Analisa data
328.
325.
NO
326.
Analisa data
327.
Etiologi
Diagnos
a
Keperawata
n
329.
332.
COPDpenyempi
335.
339.
Peningkatan
333. Ganggua
n pertukaran
gas
berhubungan
dengan
ketidaksama
an ventilasiperfusi
334.
340.
Bersihan
produksi
jalan nafas
mucus/secretketida
tidak efekti
k adekuatan batuk.
b.d
gangguan
peningkatan
produksi
secret,
sekresi
tertahan,
tebal dan
kental.
341.
347.
342. DS:
Klienmengatakannyeri
pada dada bagian kiri
343. DO: Klien terlihat
sering memegangi
dada sbelah kirinya
dengan tangan,
grimace +, skala nyeri
7
344.
345.
348.
350.
DS : --
349. DO : klien
menayakan tentang
penyakitnya kepada
perawat
352.
COPD sesak
346.
Ganggua
nafas
n rasa
menahun peradanga
nyaman :
nyeri
paru nyeri
351.
Kurang
pengetahuan
mengenai
proses dan
prognosis
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
e. Diagnose Keperawatan
361.
1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi
362.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas ketidaksamaan ventilasi-perfusi
363. NOC
364. Respiratory status : ventilation
365. Respiratory status : airway patency
366. KRITERIA HASIL
367. Mendemonstrasikan batuk efetif dan suara yang bersin, tidak ada sianosis
dan dyspnea ( mampu mengeluarkan sputum mampu bernapas dengan mualan
tidak ada pursed lips)
368. Menunjukan jalan napas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama
nafas frekuensi pernapasan dalam rentang norma )
369. Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yamg dapat menghambat
jalan napas
370.
371.
372. NIC
373. Airway suction
Buka jalan napas gunakan teknik chin lift atau jaw trusht bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Pasang mayo bila perluberikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
385.
386.
387. INTERVENSI
388. NOC
Pain level
Pain control
Comfort level
lain
tentang
dan interpersonal )
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menetukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifankontrol nyeri
Tingkat istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic administration
Tentukan lokasi karakteristik ,kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat ,dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasikan dan analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
Tentuakan pilihan analgesic tegantung tipe, beratnya nyeri
394.
NOC
395.
396.
397.
KRITERIA HASIL
398.
prognosis ,
399.
secara benar
400.
pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan tim
kesehatanlain nya
401.
NIC
tentang proses
404.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara
yang tepat
405.
406.
407.
408.
tepat
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan tau proses pengontrolan penyakit
410.
411.
Rujuk pasien pada grup atau agensi komunitas local dengan cara
yang tepat
413.
422.
423.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
424.
saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. ( Penyakit Paru
Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencangkup bronkitis
kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma. PPOK disebabkan oleh factor lingkungan
dan gaya hidup. Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOM adalah
malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya yaitu sesak napas.
Batuk-batuk dan produksi dahak khusunya yang makin menjadi di saat pagi hari.
Kehilangan berat badan yang cukup drastis. Pasien mudah sekali merasa lelah dan
secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Hilangnya
nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah.Penurunan daya kekuatan
tubuh.
425.
426. 3.2 Kritik dan Saran
427.
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah
mengetahui apa itu penyakit PPOK, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu
dengan selalu menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
434.