Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

tentang
COPD

Oleh Kelompok IV :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Annisa Khaidir
Atika Yulia Dewi
Cut Yanti
Diana Oktaviani
Elsa Abel Nuine
Febrian Rahmat Suwandi SN
Fernando

8. Mulliyanti
9. Mutiara Rahayu
10. Refika Rahmi
11. Ruri Marhamah Vina S
12. Sari Afma Yuliane
13. Senci Napeli Wulandari

14.
15.
16. Dosen Pembimbing
17. Ns.Siska Damaiyanti, S.Kep
18.
19.
20.
21.
22.
23. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI
24. SUMATERA BARAT BUKITTINGGI
25. PRODI S1 KEPERAWATAN
26. 2013/2014
27.
28.
29.
30.
31. KATA PENGANTAR
32.

Bismillahirrahmanirrahim.
33.

Puji syukur kami ucapkan atas

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Tutorial 7 & 8. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga
untuk menambah wawasan secara meluas.
34.

Dalam menyelesaikan makalah ini, Kami telah banyak mendapatkan

bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
kami ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Siska Damaiyanti, S.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Tutorial
7 & 8 yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan
kami dalam penulisan Makalah ini semakin bertambah.

2. Kedua orang tua kami, yang senantiasa memberikan doa serta dukungan baik
moril maupun materil.
3. Teman-teman kami yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
4. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang turut membantu
penyusunan makalah ini.
35.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu kami


mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesalahan
dimasa yang akan datang.
36.
37.

Bukittinggi, 12 Oktober

2014
38.
39.

Tim Penulis

40.
41.
42.
43. DAFTAR ISI
44.
45. KATA PENGANTAR..............................................................................................i
46. DAFTAR ISI

..............................................................................................ii

47. BAB l Pendahuluan.................................................................................................


1
48. Latar Belakang

...............................................................................................1

49. Rumusan Masalah...............................................................................................2

50. Tujuan Penulisan ...............................................................................................2


51. BAB ll Pembahasan...............................................................................................3
1.
2.
3.
4.
5.

Mengklasifikasi Istilah Asing........................................................................................3


Menentukan Masalah
...............................................................................................3
Analisa Masalah
...............................................................................................4
Menentukan LO
................................................................................................
Asuhan Keperawatan
................................................................................................
52. BAB lll Penutup ................................................................................................
53. Kesimpulan

......................................................................................................

54. Kritik dan Saran ................................................................................................


55. Daftar Pustaka ................................................................................................
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62. BAB I
63. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
64. Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru Obstruktif
Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis
kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).
65. Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.

66. Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis,
Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang
dimulai pada usia 20-30 tahun dengan batuk merokok atau batuk pagi disertai
pembentukan sedikit sputum mukoid.
67. Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya

keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin
dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60
an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe emfisematosa
yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka panjang, yaitu
tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang
membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan
kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa
tahun sesudah timbulnya penyakit, (Price & Wilson, 1994 : 695)
68.
69.
70.
1.2.

Rumusan Masalah
a. Apakah Pengertian Dari COPD?
b. Apakah Etiologi Dari COPD?
c. Apakah Patofisiologi Dari COPD?
d. Apakah Manifestasi Klinis Dari COPD?
e. Apakah Komplikasi Dari COPD?
f. Apakah Tanda Dan Gejala Dari COPD?
g. Apakah Epidemiologi Dari COPD?
h. Apakah Penatalaksanaan Dari COPD?
i. Apakah Fungsi Advokasi Perawat Terhadap Pasien COPD?
j. Apakah Askep Dari COPD?
71.

1.3.

Tujuan
72.

Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan

proses asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap klien COPD.

73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85. BAB II
86. PEMBAHASAN
87.
88. Skenario 6
89. SARANG TAWON
90.
Tn. V 60 tahun, mengeluhkan nyeri dada dan batuk yang terus menerus dan sering
mengalami demam selama 1 bulan terakhir. Waktu dibawa ke RS nafas terasa sesak dan
91.
terdengar bunyi ronki. Tn. V dulu adalah seorang supir truk dengan riwayat merokok 2
bungkus
perhari dan minum alcohol. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
92.
RR:36x/menit,tekanan darah 130/80mmHg,nadi 100x/menit dan suhu 370C. Setelah
dilakukan
pemeriksaan radiologi, didapatkan corakan paru yang kasar dengan batas
93.
kabur,mengelompok dan saperti sarang tawon. Diagnose dokter mengtakan Tn. V
mengalami
COPD dengan iritasi dibronkus dan bronkiolus.
94.
95.
1.1.

Mengklasifikasi Istilah Asing

Bunyi ronki :Bunyi gemuruh/gelembung air


COPD
:Suatu sindroma yang ditandai dengan abnormalitas uji
alirandarah ekspirasi yang tidak menunjukkan perubahan bermakna selama
periode beberapa bulan observasi

96.
1.2.Menentukan Masalah
Tn. V 60 tahun, mengeluhkan nyeri dada dan batuk yang terus menerus dan
sering mengalami demam selama 1 bulan terakhir. N
Nafas terasa sesak dan terdengar bunyi ronki.
Didapatkan corakan paru yang kasar dengan batas kabur,mengelompok dan
saperti sarang tawon.
Tn. V mengalami COPD dengan iritasi dibronkus dan bronkiolus.
97.
1.3.
Analisa
98.
Setelah melihat dan mencermati masalah-masalah yang dialami Klien,
maka dapat disimpulkan bahwa Klien menderita penyakit COPD
99.
100.

102.
A. Pengertian
104.

101. COPD
Chronic Obstuctive Pulmonal Disease
103.

COPD merupakan Penyakit obstruksi jalan nafas dengan gangguan

yang mencakup bronchitis kronis, bronkietaksis, emfisema, dan asma, yang merupakan
kondisi irreversible yang berkaitan dengan dyspnea saat beraktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluarnya udara di paru-paru.
105.
COPD merupakan kelainan paru yang ditandai dengan gangguan
fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa
observasi beberapa waktu.
106.
COPD merupakan sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara
menetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan
penyempitan saluran nafas , batuk produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun
berturut-turut.
107.
B. Etiologi
108. 1.
Kebiasaan merokok
109. 2.
Polusi Udara
110.

3.

Paparan Debu, asap

111.

4.

Gas-gas kimiawi akibat kerja

112.
113.
114.
115.

5.
6.
7.
8.

Riwayat infeki saluran nafas


Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Lingkungan dan gaya hidup
Konsumsi alcohol yang berlebihan

116.
C. Patofisiologi
117.

Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagian

bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini menimbulkan dinding bronkus
menebal, akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga
menyebabkan hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan
inflamasi. Penyempitan saluran pernapasan terutama disebabkan elastisitas paru-paru
yang berkurang. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya
tanda-tanda obstruksi. Gangguan ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan
napas mengakibatkan hiperventilasi (napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi
CO2 (CO2 tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia (CO2 di dalam darah/cairan tubuh
lainnya meningkat).
118.

Akibat terjadinya proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan

kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi
obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi,
pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi
119.
D. Manifestasi Klinis
120.
COPD merupakan penyakit obstruksi saluran napas, terjadai sedikit
demi sedikit, bertahun tahun.biasanya dimulai pada seorang penderita perokok berumur
15-25 tahun produktivitasnya menurun dan timbul perubahan pada saluran pernapasan
kecil dan fungsi paru mulai pula berubah. Umur 35-45 tahun timbul batuk produktif.
Umur 45-55 tahun timbul sesak napas, hiposemia dan perubahannya pada pemeriksaan
spirometri. Sering berulang-ulang mendapat infeksi saluran pernapasan bagian atas

sehingga sering kali tidak dapat berkerja. Umur 55-65 tahun sudah ada kor pulmonal
yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan meinggal dunia.
Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan

inhalan, udara dingin, atau infeksi.


Sesak nafas dan dispnea.
Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada

mengembang.
Hipoksia dan Hiperkapnea.
Takipnea
Dispnea yang menetap
121.
122.
E. Komplikasi
Infeksi yang berulang
pneumotoraks spontan
gagal nafas
kor pulmonal
Hipoxemia
Asidosis Respiratory
Infeksi Respiratory
Gagal jantung
Cardiac Disritmia
Status Asmatikus
Kegagalan respirasi
Retensi co2
Menurunnya saturasi O2
Hematologik
123.
F. Tanda dan Gejala
124.
125.
banyak.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.

a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.


b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat
c. Dispnea.
d. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
e. Anoreksia.
f. Penurunan berat badan dan kelemahan.
g. Takikardia, berkeringat.
h. Hipoksia, sesak dalam dada.

133.
G. Klasifikasi

Asthma Bronkhial: dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus
bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia dan
infeksi.
134.

Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit
selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis,
tumor paru, dan asma bronkial.
135.

Emfisema: suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya


secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan
dinding alveolus

136.
H. Penatalaksanaan Medis

Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara


Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi anti mikrobia

tidak perlu diberikan.


Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator ( Aminophillin dan

Adrenalin ).
Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
o Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
o Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
o Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infus
Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran lambat

: 1-2 liter/menit.
Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang

terperangkap.
Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk

menyimpan energi.
Tindakan Rehabilitasi :
o Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus.

o Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan


yang paling efektif baginya.
o Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya.
o Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapatdapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
o Pengelolaan Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya
137.
I. Epidemiologi
138.

Pada

studi populasi di Inggris

selama

40

tahun, didapati bahwahipersekresi mucus merupakan suatu gejala yang paling sering
terjadi pada

PPOK, penelitian

ini menunjukkanbahwa batuk kronis, sebagai mekanisme pertahanan akan hipersekre


si mukus di dapati sebanyak 15-53% pada pria paruh umur, dengan prevalensi yang
lebih

rendah

pada

wanita

(WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020

sebanyak
prevalensi

8-22%.
PPOK

akan

meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya meningkat dari


ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya juga
meningkat dari ke-6 menjadi ke-3.
139.
J. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan faal paru-paru
Analisa gas darah
Pemeriksaan EKG
Kultur sputum
Laboratorium darah lengkap
Anamnesis

140.
K. Fungsi Advokasi

Membela melindungi dan memperjuangkan hak serta kepentingan bekerja dan

keluarga
Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien.
Merawat dan menjaga pasien
Membantu pasien atau keluarga memahami informasi yang diberikan oleh tim

kesehatan
Menjadi fasilitator dan narasum berbagi klien untuk mengembalikan keputusan

terhadap upaya kesehatan yang dijalani klien.


L. Aspek Legalitas

Otonomi

mengambil keputusan
Beneficience
: berlaku dan berkomunikasi yang baik dengan klien
Justice
: perawat bersikap adil kepada klien
Non-maleficience: perawat tidak boleh merugikan klien
Veracity
: perawat harus jujue dengan klien tentang penyakitnya
Fidelity
: perawat harus menepati janji dengan pasien
Confidentiality : perawat harus menjaga privasi pasien
Accountability : perawat mampu melakukan tindakan sesuai prosedur

: perawat meberikan masukan terbaik kepada klien untuk

141.
142.
143.
144.

Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
145.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Data pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Nama orang tua
Pekerjaan orang tua

:
:
:
:
:
:

146.
b. Alasan masuk rumah sakit/ keluhan utama

147.

Pasien mengalami nyeri dada dan batuk yang terus menerus,

serta demam selama 1 bulan terakhir


148.
c. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama : Sesak nafas, batuk berdahak, sering mudah lelah saat
beraktivitas
149.

Riwayat Penyakit sekarang : kurang lebih 3 bulan yang lalu Bapak Y kambuh
lagi batuk berdahaknya dan intesitas keparahan semakin meningkat sampai
hari Klien di periksa.

150.

Riwayat Kesehatan terdahulu :


- Bapak Y saat kecil sudah menderita batuk berdahak yang lama
-

sembuhnya
Pengobatan Bapak Y saat beliau kecil hanya menggunakan obat-

obatan tradisional
Bapak Y alergi dengan udara dingin, minum es.
Bapak Y pernah di diagnosa Bronkitis sejak muda.

151.

Riwayat Kesehatan keluarga : tidak ada keluarga yang mengalami bronkitis


atau penyakit paru-paru yang lain

152.

Riwayat Psikososial :
- Pekerjaan Bapak Y sebagai seorang pedagang kaki lima di pinggir
jalan besar, sehingga setiap hari sering terpapar asap kendaraan dan
-

debu jalanan
Lingkungan rumahnya sempit, kurang ventilasi udara, sinar matahari
sedikit masuk
153.

154.

d. Pola Kesehatan Fungsional (GORDON,1982)


155.
156.

1. Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan kesehatan sangat penting. Namun, karena terhalang

masalah ekonomi maka Bapak V memilih untuk menggunakan obat-obat


tradisional yaitu serai dan jahe. Pasien juga merupakan perokok berat.
157. 2. Pola nutrisi dan Metabolik

158.

Pasien mulai kehilangan nafsu makan ketika dia merasakan sesak nafas

dan setelahnya. Klien memilih untuk merokok daripada makan, sehingga klien
mengeluh berat badannya turun 8 kg.
159. 3. Pola cairan dan metabolik
160. Pasien jarang minum air putih dan lebih sering minum teh nasgitel.
161. 4. Pola istirahat dan tidur
162. Tidur malamnya terganggu karena beliau berjualan sampai larut
malam.
163. 5. Pola Aktivitas dan latihan
164. Klien bekerja aktif sebagai seorang sopir truk. Walaupun sakit beliau
tetap bekerja karena tuntutan ekonomi. Pasien masih bisa merawat dirinya
sendiri meski tidak selincah dulu.
165. 6. Pola Eliminasi
166. Pasien mengatakan pola BAK 5-6 kali sehari dan BAB 1x sehari.
167. 7. Pola Persepsi dan Kognitif
168. Pasien tidak mengalami gangguan sensasi seperti pendengaran,
penglihatan, pengecapan, peraba maupun penghidu.
169. 8. Pola reproduksi dan seksual
170. Pasien adalah seorang ayah, dengan 1 orang istri dan memilki 4 orang
anak (3 SMK, 2 MTS, 5 MI dan 3 MI). Umur bapak Y 50 tahun. Sejak 3 bulan
yang lalu dahaknya semakin parah dan sesak nafasnya sering kambuh, serta
mudah lelah sehingga gairah seksualnya menurun.
171. 9. Pola persepsi dan konsep diri
172. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa beraktivitas tanpa
terganggu penyakitnya. Pasien merasa malu apabila dia tidak bisa bekerja dan
harus membebankan keuangan keluarga pada istrinya yang bekerja sebagai
tukang pijat.
173. 10. Pola Mekanisme Koping
174. Pasien merupakan orang yang bersifat tertutup dan suka menyelesaikan
masalahnya sendiri tanpa berbagi dengan orang lain. Bila dia marah atau putus
asa maka dia akan mengalihkan perhatiannya dengan merokok.
175. 11. Pola Nilai dan Kepercayaan
176. Pasien menganut agama Islam. Dia selalu menjalankan ibadahnya
dengan taat.
177.
178.
179.
180.
181.
182.

e. TTV

Suhu
TekananDarah
Nadi
RR

: 37 C
: 140/90 mmHg
: 100 X/menit
: 27x/ menit

183.
184.

Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
b. Mata
195.
196.
197.
199.
200.
201.
202.
203.

Inspeksi:

Palpasi:

bentukkepala
Benjolan
Kebersihan
Warnarambut
Benjolan
Lesi

: simetris
: tidakada
: bersih
: hitam
: tidakada
: tidakada

Perkusi:Auskultasi: -

Inspeksi:

Bentukmata
: simetris
Pembengkakan
: tidakada
Kebersihan
: bersih
198. Kedipanmata
: mata bias mengedip
Ukuran pupil
: normal
Konjungtiva
: tidakenemis
Palpasi:
pembengkakan
: tidakada
Perkusi: Auskultasi: -

204.
c. Telinga
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
d. Hidung
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.

Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi: Auskultasi: -

Inspeksi:

Palpasi:
Auskultasi: -

Bentuktelinga
Kebersihantelinga
Letak
lesi

: simetris
: bersih
: simetris
: tidakada

Bentukhidung
Kebersihan
Peradangan
Pembengkakan
PCH
pembengkakan

: simetris
: bersih
: tidakada
: tidakada
: + positif
: tidakada

220.
e. Mulut
221.
222.
223.
224.
225.

Inspeksi:
Palpasi:

bentukmulut
: simetris
Bercakputihpadamukosa: ada
Pucat
: ya
reflekhisap
: + positif
Reflek rooting
: - negatif

226.
227.

Perkusi: Auskultasi: -

228.
f. Dada danparu-paru
229.
Inspeksi:
Bentuk
: simetris
230.
Pergerakan dada
: sama
231.
Retraksidinding dada : ada
232.
Frekuensinafas
: 27 kali/menit
233.
Ototbantupernafasan : positif +
234.
Takypnea
: positif +
235.
Dyspnea
: positif +
236.
Pernafasandangkal : ya
237.
238.
Palpasi:
fremitus ka/ki
: menurun
239.
Perkusi:
karakteristikjaringanparu :redup
240.
241.
Auskultasi:bunyinafas
: cepat
242.
Krekels
: positif
243.
Stidor
: positif
244.

g.Jantung
245.

Inspeksi : -

246.

Palpasi :

Nadi apikal

:96 kali/menit

247.

Nadi brakialis

:positif

248.

Nadi radialis

:positif

249.

Nadi femoralis:positif

250.

Nadi karotis

:positif

251.

Perkusi : -

252.

Auskultasi :Bunyi jantung reguler BT1 dan BT2

253.
254.

h. Abdomen
255.

Inspeksi :

256.

Bentuk abdomen

:simetris

Kemerahan

: tidakada
:tidak ada

257.

Palpasi :

Pembengkakan

258.

Perkusi :

Nyeri tekan atau lepas:tidak ada

259.

Masa atau benjolan


260.

Auskultasi : Bising usus

262.

i.Genitalia Dan Anus

263.

Inspeksi

: tidak ada

: hiperaktif

261.
: lubang penis

: terdapat di gland penis

264.

Palpasi : Testis

265.

Perkusi

266.

Auskultasi : -

268.

j.Ekstrimitas

: teraba pada scrotum


:-

267.
269.

Inspeksi :

Bentuk ekstrimitas

: simetris

270.

Pergerakan

: bebas

271.

Jari

:komplit

272.

Kaki

: sama panjang

273.

Sianosis

:ya

274.

Palpasi:

275.

Perkusi : -

276.

Auskultasi : -

278.

k.Eliminasi

279.

Inspeksi :

CRT

:5 detik

277.
BAB

280.

Frekuensi

: 1 x / 2 hari

281.

Warna

: kuning

282.

Waktu

: pagi

283.

Konsistensi

: lembek

284.

Kesulitan

: tidakada

285.

294.
295.
296.
297.

BAK

286.

Frekuensi

: 4- 5 x/hari

287.

Warna

: kuning

288.

Waktu

: pagi, siang, sore, malam

289.

Kesulitan

: tidakada

290.

Alatbantu

: tidakada

291.

Palpasi: -

292.

Perkusi : -

293.

Auskultasi : -

298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
d. Analisa data
328.
325.
NO

326.

Analisa data

327.

Etiologi

Diagnos
a

Keperawata
n

329.

330. DS: Klien


mengatakan sesak
nafas
331. DO: Sesak nafas,
terdengar suara ronki

332.

COPDpenyempi

tan bronkus kadar


O2 menurun kadar
CO2 meningkat
sesak nafas
(alkalosis
respiratory)

335.

336. DS: Klien


mengatakan batuk
337. DO:
Batukberdahak,
terdapat sputum
berwarnaputih
338.

339.

Peningkatan

333. Ganggua
n pertukaran
gas
berhubungan
dengan
ketidaksama
an ventilasiperfusi
334.
340.

Bersihan

produksi

jalan nafas

mucus/secretketida

tidak efekti

k adekuatan batuk.

b.d
gangguan
peningkatan
produksi
secret,
sekresi
tertahan,
tebal dan
kental.

341.

347.

342. DS:
Klienmengatakannyeri
pada dada bagian kiri
343. DO: Klien terlihat
sering memegangi
dada sbelah kirinya
dengan tangan,
grimace +, skala nyeri
7
344.

345.

348.

350.

DS : --

349. DO : klien
menayakan tentang
penyakitnya kepada
perawat
352.

COPD sesak

346.

Ganggua

nafas

n rasa

menahun peradanga

nyaman :

n pada selaput paru-

nyeri

paru nyeri

351.

Kurang

pengetahuan
mengenai
proses dan
prognosis

353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
e. Diagnose Keperawatan
361.
1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi
362.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas ketidaksamaan ventilasi-perfusi
363. NOC
364. Respiratory status : ventilation
365. Respiratory status : airway patency
366. KRITERIA HASIL
367. Mendemonstrasikan batuk efetif dan suara yang bersin, tidak ada sianosis
dan dyspnea ( mampu mengeluarkan sputum mampu bernapas dengan mualan
tidak ada pursed lips)
368. Menunjukan jalan napas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama
nafas frekuensi pernapasan dalam rentang norma )
369. Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yamg dapat menghambat
jalan napas
370.
371.
372. NIC
373. Airway suction

374. Pastikan kebutuhan oral / trachea suctioning


375. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
376. Imformasikan pada klien dan keluarga tentag suctioning
377. Minta klien napas dalam sebelum suctiob dilakukan
378. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion
nasatrakeal
379. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
380. Ajarkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelan kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
381. Monitor status oksigen pasien
382. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
383. Hentikan suksion dan berikan O2 apabila pasien menunjukan bradikardi
peningkatan saturasi O2
384. Airway management

Buka jalan napas gunakan teknik chin lift atau jaw trusht bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Pasang mayo bila perluberikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2

385.
386.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri

387. INTERVENSI
388. NOC
Pain level
Pain control
Comfort level

389. KRITERIA HASIL


Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab mampu menggunakan teknik
non farmakologi untuk mengurangi nyeri mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenai nyeri ( skala intensitas , frekuensi dan tanda nyeri )
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
390. NIC
Lakukan pengakajian nyeri secara kompresif termasuk lokasi
karakteristik durasi, frekuensi , kualitas dan factor prepitasi
Observasi reaksi non verbal dari ketidakan nyaman
Gunakan teknik komunikasi terapeutik Untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan

lain

tentang

ketidakefektifan control nyeri masa lampau


Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan pencahayaan dan kebisingan
Kurangi factor presipitasi nyeri
Plih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi , non farmakologi

dan interpersonal )
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menetukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifankontrol nyeri
Tingkat istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic administration
Tentukan lokasi karakteristik ,kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat ,dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasikan dan analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
Tentuakan pilihan analgesic tegantung tipe, beratnya nyeri

Tentukan analgesic pilihan rute pemberian dosis


Pilih rute pemberian dosis secara IV , IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgesic , tanda dan gejala
391.
392.
393.

4 Kurang pengetahuan mengenai proses dan prognosis

394.

NOC
395.

Knowledge : disease process

396.

Knowledge : health behavior

397.

KRITERIA HASIL

398.

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit , kondisi,

prognosis ,
399.

dan program pengobatan


Pasien dan keluarga mampu melaksanakanprosedur yang dijalankan

secara benar
400.

pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan tim

kesehatanlain nya
401.

NIC

a. Teaching : disease process


402.

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien

tentang proses

penyakit yang spesifik


403.

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan

dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat

404.

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara

yang tepat
405.

Gambarakan proses penyakit dengan cara yang tepat

406.

Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat

407.

Sediakan imformasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang

408.

Sediakan bagi keluarga atau SO tentang kemajuan pasien dengan

tepat

cara yang tepat


409.

Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin di perlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan tau proses pengontrolan penyakit
410.
411.

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat


412.

Rujuk pasien pada grup atau agensi komunitas local dengan cara

yang tepat
413.

Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada

pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat


414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.

422.
423.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
424.

PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea

saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. ( Penyakit Paru
Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencangkup bronkitis
kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma. PPOK disebabkan oleh factor lingkungan
dan gaya hidup. Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOM adalah
malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya yaitu sesak napas.
Batuk-batuk dan produksi dahak khusunya yang makin menjadi di saat pagi hari.
Kehilangan berat badan yang cukup drastis. Pasien mudah sekali merasa lelah dan
secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Hilangnya
nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah.Penurunan daya kekuatan
tubuh.
425.
426. 3.2 Kritik dan Saran
427.

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah

mengetahui apa itu penyakit PPOK, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu
dengan selalu menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
434.

Anda mungkin juga menyukai