PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003
hakekat dari pelayanan adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang
merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
Menurut Undang-undang Kepegawaian Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri Sipil
(PNS) selaku aparatur pemerintah memiliki kewajiban untuk bertugas memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara professional. Selaku pelayan masyarakat, PNS harus memberikan
pelayanan yang terbaik atau prima kepada penerima pelayanan tanpa pandang bulu. Jadi PNS
berkewajiban memberikan pelayanan atau melayani, bukan minta dilayani.
Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik.
Yang dapat dibedakan lagi menjadi :
1. Yang bersifat primer dan,adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satusatunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya.
Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan
perizinan.
2. Yang bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus
mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.
Ada lima karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis
penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu:
1. Adaptabilitas layanan. Ini berarti derajat perubahan layanan sesuai dengan tuntutan
perubahan yang diminta oleh pengguna.
2. Posisi tawar pengguna/klien. Semakin tinggi posisi tawar pengguna/klien, maka akan
semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta pelayanan yang lebih baik.
3. Type pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang
ada, dan hubungannya dengan pengguna/klien.
4. Locus kontrol. Karakteristik ini menjelaskan siapa yang memegang kontrol atas
transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan.
5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau penyelenggara
pelayanan yang lebih dominan.
Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
(PPTSP) adalah
kegiatan
penyelenggaraan jasa perizinan dan non-perizinan, yang proses pengelolaannya di mulai dari
tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan ijin dokumen, dilakukan secara terpadu dalam
satu tempat.
Pelayanan perizinan dengan sistem terpadu satu pintu (one stop service) ini membuat
waktu pembuatan izin menjadi lebih singkat. Pasalnya, dengan pengurusan administrasi
berbasis teknologi informasi, input data cukup dilakukan sekali dan administrasi bisa
dilakukan simultan.
Dengan adanya kelembagaan pelayanan terpadu satu pintu, seluruh perizinan dan
nonperizinan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dapat terlayani dalam satu lembaga.
Harapan yang ingin dicapai adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
investasi dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil, dan
menengah.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu, diharapkan
terwujud pelayanan publik yang cepat murah, mudah, transparan, pasti, dan terjangkau, di
samping untuk meningkatkan hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam Makalah Penyelenggaraan PelayananTerpadu Satu
Pintu ini adalah pengertian pelayanan public, asas, prinsip dan pola pelayanan public,
pelayanan terpadu satu pintu, asas penyelenggara pelayanan satu pintu, pelayanan satu pintu
di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Rumusan masalah ini dibuat guna membatasi
materi yang akan dibahas dalam Makalah MakalahPenyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintuini.
BAB II
2
PELAYANAN PUBLIK
2.1 Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan
kepuasan pelanggan. Menurut Kotler pelayanan adalah setiap kegiatan atas unjuk kerja yang
ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang secaraprinsip intangileble dan tidak
menyebabkan pemindahan kepemilikan apapun, produksinya bisa juga tidak terikat pada
suatu produk fisik. Menurut Stanton yang dikutip oleh Alma, pelayanan adalah suatu yang
diidentifikasikan secara terpisah, tidak berwujut dan ditawarkanuntuk memenuhi kebutuhan,
sehingga dapat diambil pengertian bahwapelayanan merupakan suatu manfaat yang diberikan
oleh satu pihakkepada pihak lain dan biasanya tidak berwujud.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, sistem pelayanan adalah suatu
kesatuan usaha yang dinamis yang terdiri dari berbagai bagian yang berkaitan secara teratur,
diikuti dengan unjuk kerja yang ditawarkan oleh satu pihak terhadap pihak lain dengan
memberi manfaat, guna mencapai suatu tujuan. Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat
didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun
jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Kepmenpan Nomor 81 Tahun
1993).
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan(melayani) keperluan
orang atau masyarakat yang mempunyaikepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan
pokok dantata cara yang telah ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa
pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan
untuk melayani dirinya sendiri,tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi
yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan
kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan profesional.
Pada dasarnya pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu
yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Oleh sebab itu
setidaknya mengandung asas-asas antara lain:
1. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima pelayanan publik tersebut,
harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak, sehingga tidak
ada keragu-raguan dalam pelaksanaannya.
2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi
kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap berpegang pada efisiensi dan
efektifitasnya.
3. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan agar
dapat memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum
yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Instansi atau Lembaga
Pemerintah atau Pemerintahan terpaksa harus mahal, maka Instansi atau
Lembaga Pemerintah atau Pemerintahan yang bersangkutan berkewajiban
memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Ibrahim, 2008 : 19-20)
Asas Pelayanan Publik adalah untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
pengguna jasa, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai
berikut (keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004):
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Kondisional
4. Partisipatif
5. Kesamaan Hak
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Penyelenggaraan Pelayanan Publik perlu memperhatikan dan menerapkan prinsip,
standar, pola penyelenggaraan, biaya, pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita
hamil dan balita, pelayanan khusus, biro jasa pelayanan, tingkat kepuasan masyarakat,
pengawasan penyelenggaraan, penyelesaian pengaduan sengketa, serta evaluasi kinerja
penyelenggaraa pelayanan publik.
Penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Kesederhanaan
4
b. Kejelasan
c. Kepastian Waktu
d. Akurasi
e. Keamanan
f. Tanggung Jawab
g. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
h. Kemudahan Akses
i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
j. Kenyamanan
Standar Pelayanan Publik adalah setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus
memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi
penerima pelayanan.
Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan
pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan tersebut. Standar
pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi:
a. Prosedur Pelayanan
b. Waktu Penyelesaian
c. Biaya Pelayanan
d. Produk Pelayanan
e. Sarana dan Prasarana
f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
2.3 Pola Penyelenggara Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik yang sesuai dengan bentuk dan sifatnya, menurut
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik terdapat empat pola pelayanan, yaitu:
a. Pola
Pelayanan
penyelenggaraan
Fungsional,
pelayanan
yaitu
pola
sesuai
pelayanan
publik
diberikan
oleh
dengan
tugas,
fungsi
dan
pengurusan pelayanan paspor oleh kantor imigrasi dan pelayanan pembuatan akte
kelahiran oleh Kantor Catatan Sipil.
c. Pola Pelayanan Terpadu yang dibagi ke dalam dua bagian pola pelayanan, yaitu:
1. Pola Pelayanan Terpadu Satu Atap
Pola Pelayanan Terpadu Satu Atap diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi
berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani
melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan
masyarakat tidak perlu disatu atapkan.
2. Pola Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pola Pelayanan Terpadu Satu Pintu diselenggarakan pada satu tempat yang memiliki
keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu. Misalnya pelayanan pembuatan
Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan
(STNK).
Pola Pelayanan Gugus Tugas, yaitu petugas pelayanan publik secara perorangan atau
dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi
pemberi pelayanan tertentu. (KEPMENPAN Nomor 63 Tahun 2003:5).
BAB III
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu, diharapkan
terwujud pelayanan publik yang cepat murah, mudah, transparan, pasti, dan terjangkau, di
samping untuk meningkatkan hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik.
Bentuk pelayanan terpadu ini bisa berbentuk kantor, dinas, ataupun badan. Dalam
penyelenggaraannya, bupati/wali kota wajib melakukan penyederhanaan layanan meliputi :
1. pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP);
2. percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu
yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah;
3. kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan
dalam peraturan daerah;
4. kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses
pemberian perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya;
5. mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau
Lebih permohonan perizinan;
6. pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang
ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku; dan
7. pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan pelayanan Lingkup tugas PPTSP meliputi pemberian
pelayanan atas semua hentuk pelayanan perizinan dan non perizinan yang
menjadi kewenangan Kabupaten / Kota.
Selain itu PPTSP mengeiola administrasi perizinan dan non perizinan dengan
mengacu pada prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan kearnanan berkas. Dalam
pengertian sempit, pelayanan terpadu dapat berarti sebagai satu instansi pemerintah yang
memiliki semua otoritas yang diperlukan untuk memberi pelbagai perizinan (licenses,
permits, approvals dan clearances).
Tanpa otoritas yang mampu menangani semua urusan tersebut instansi pemerintah
tidak dapat mengatur pelbagai pengaturan selama proses. Oleh sebab itu, dalam hal ini
instansi tersebut tidak dapat menyediakan semua bentuk perizinan yang diperlukan dalam
berbagai tingkat administrasi, sehingga harus bergantung pada otoritas lain.
3.2 Asas Penyelenggaraan Pelayanan Publik Satu Pintu
Asas dalam penyelenggaraan pelayanan publik satu pintu yaitu :
a. Transparan, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti oleh
usaha jasa.
b. Akuntabel, yaitu dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan perizinan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.Salah satu contoh dengan menggunakan jasa urus perijinan yang
resmi
d. Kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi.Dan juga warga yang ingin
memiliki surat ijin membangun bangunan
e. Efisien, yaitu proses pelayanan perizinan pariwisata hanya melibatkan tahaptahap yang penting dan melibatkan personil yang telah di tetapkan.
f. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban, yaitu pemberi dan penerima pelayanan
perizinan harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
g. Profesional, pemprosesan perizinan melibatkan keahlian yang diperlukan, baik
untuk validasi administratif, verifikasi lapangan, pengukuran dan penilaian
kelayakan, yang masing-masing prosesnya dilaksanakan berdasarkan tata urutan
dan prosedur yang telah ditetapkan
TABEL I
JENIS JENIS PERIZINAN DAN WAKTU
PENYELESAIAN IZIN
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
JENIS PERIZINAN
Izin Gangguan (HO)
Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)
Izin Usaha Industri (IUI)
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Izin Pariwisata
Izin Usaha Angkutan Umum
Izin Usaha Angkutan Barang
Izin Trayek
9
WAKTU
1 s/d 7 Hari
3 jam s/d 1 hari
3 jam s/d 1 hari
3 jam s/d 1 hari
3 jam s/d 1 hari
3 jam s/d 1 hari
2 jam s/d 1 hari
3 jam s/d 1 hari
3 jam s/d 1 hari
3 jam s/d 1 hari
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
14 hari
1 s/d 7 Hari
1 s/d 7 Hari
2 jam s/d 1hari
7 Hari
3 jam s/d 1 hari
2 jam s/d 1 hari
1 hari s/d 7 hari
1 hari s/d 7 hari
1 hari s/d 7 hari
1 hari s/d 7 hari
1 hari s/d 7 hari
1 hari s/d 7 hari
1 hari s/d 7 hari
1 hari s/d 7 hari
1 hari s/d 7 hari
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51,
52.
53.
54.
55.
56.
57.
Market
Izin Usaha Alat Alat Bangunan
Izin Usaha Panglong Kayu
Izin Usaha Perbengkelan
Izin Usaha Laundry dan Dry Clean
Izin Usaha SPBU
Izin Usaha Biro Perjalanan Wisata
Izin Usaha Agen Perjalanan Wisata
Izin Praktek Dokter Umum
Izin Praktek Dokter Gigi
Izin Praktek Dokter Spesialis
Izin Praktek Dokter Bersama
Izin Usaha Rumah Sakit Bersalin / Klinik Bersalin
Izin Usaha Balai Pengobatan
Izin Usaha Apotik
Izin Usaha Toko Obat
Izin Pengobatan Tradisional
Izin Refleksi
Izin Produksi Makanan dan Minuman
Izin Usaha Depot Air Minum Isi Ulang
Izin Usaha Rumah Sakit Swasta
Izin Usaha Laboratorium Kesehatan
Izin Pest Control
Izin Penyalur Alat Kesehatan
Izin Klinik Kecantikan
Izin Usaha Optik
Kartu Pengawasan
Izin Insidentil
Kartu Pengawasan Operasional
Tanda Daftar Produsen Penyalur Benih
Izin Praktek Dokter Hewan
Izin Lembaga Pelatihan Kerja
10
Badan
Koordinasi
3. Terdapat beberapa jenis perizinan yang belum memiliki qanun dan peraturan.
4. Belum selesainya beberapa qanun dan revisi qanun serta perundang undangan
lainnya.
3.3 Gambaran Umum SKPD
Pembentukan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh
sebagai institusi yang khusus bertugas memberikan pelayanan perizinan langsung kepada
masyarakat pada dasarnya merupakan sebuah terobosan baru reformasi birokrasi atas inovasi
manajemen Pemerintah Kota Banda Aceh. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(KPPTSP) Kota Banda dibentuk untuk pelaksanaan pelayanan perizinan yang mudah, cepat,
transparan, terpercaya dan berkualitas kepada masyarakat. Pendirian Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh (KPPTSP) Kota Banda Aceh didirikan
berdasarkan Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 378 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh, dikuatkan
dengan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Banda Aceh, dan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan.
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
didirikan pada 20 Februari 2007 disertai dengan dilantiknya pejabat struktural pada tanggal
yang
sama
berdasarkan
Surat
Keputusan
Walikota
Banda
Aceh
Nomor
Peg.
Pintu Kota Banda Aceh hanya melayani 17 (tujuh belas) jenis perizinan. Pada Tahun 2012
menjadi 52 (lima puluh dua) jenis perizinan dan pada Tahun 2014 menjadi 57 (lima puluh
tujuh) jenis perizinan. Serta telah melayani izin di bidang penanaman modal sejak tahun
2012, jenis perizinan
COSTUMER
SERVICEyang
masihFRONT
boleh dikutip
retribusi dan tidak
boleh dikutip
OFFICE
OPERATOR
SKRretribusi,
sehingga proses / alur dapat dilihat
sebagai kelengkapan
berikut :
. Memeriksa
.Penjelasan persyaratan
.Pengambilan
Cetak
Ketetapan Retribusi
berkas
. Entry data pemohon
TIM TEKNIS
BANK ACEH
SELESAI
12
EKSEKUTIF
Pembayaran Retribusi
Keterangan Bagan
a. Melalui meja informasi / media informasi lain, pemohon memperoleh
informasi secara lengkap tentang jenis-jenis izin, syarat-syarat yang harus
dipenuhi, mekanisme pelayanan yang dilalui, biaya dan waktu proses
penyelesaian.
b. Pemohon mengajukan permohonan dengan membawa berkas secara
lengkap ke Kantor KPPTSP
c. Penelitian berkas, meliputi :
-
13
14
SER
Alur/Prosedur Pelayanan yang Tidak Ada Retribusi sebagai berikutCOSTUMER
;
. Memeriksa kelengkapan
.Penjelasan persyaratan
Cetak
berkas
Ketetapan Retribusi (jika diperlukan)
.Pengambilan
. Entry data pemohon
15
Keterangan Bagan
a. Melalui meja informasi / media informasi lain, pemohon memperoleh
informasi secara lengkap tentang jenis-jenis izin, syarat-syarat yang harus
dipenuhi, mekanisme pelayanan yang dilalui, biaya dan waktu proses
penyelesaian.
b. Pemohon mengajukan permohonan dengan membawa berkas secara
lengkap ke Kantor KPPTSP
c. Penelitian berkas, meliputi :
-
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JENIS IZIN
Surat Izin
Tempat Usaha
(SITU)
Surat Izin Usaha
Perdagangan
(SIUP)
Tanda Daftar
Perusahaan
(TDP)
Izin Gangguan
(HO)
Izin Usaha Jasa
Konstruksi
(IUJK)
Tanda Daftar
Industri (TDI)
Izin Usaha
Kesehatan
(IUKES)
REALIS
PENDAPATA
ASI IZIN
N (Rp.)
(Lembar)
Tahun 2013
REALIS
PENDAPATA
ASI IZIN
N (Rp.)
(Lembar)
Tahun 2014
6116
6141
1598
1706
1614
1553
645
515.119.723,-
957
566.004.315,-
284
383
76
69
43
16
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Izin Mendirikan
Bangunan
(IMB)
Izin Trayek /
Izin Angkutan
Izin Pariwisata
Izin Reklame
- Billboard
- Spanduk/
Umbulumbul
Izin
Pemanfaatan Air
Bawah Tanah
Izin Kegiatan
Seni dan Budaya
Tanda Wajib
Lapor
Ketenagakerjaan
(WLK)
Izin Galian Jalan
Izin Penanaman
Modal
Izin Usaha
Apotek
Izin Usaha Toko
Obat
Izin Usaha
Optik
Izin Depot Air
Minum Isi
Ulang
Izin Usaha
Rumah Sakit
Swasta
Izin Klinik
Kesehatan
Izin Usaha
Klinik Bersalin
Izin Usaha
Laboratorium
Kesehatan
Izin Usaha Pest
Control
Izin Klinik
Kecantikan
Izin Pengobatan
Tradisional
Izin Praktek
444
2.042.001.000,
-
389
1.680.586.000,-
44
16.080.000,-
45
11.427.000,-
135
72 buah
577
138
547.031.766,155.329.794,-
4 buah
345
84.144.270,-
63
46
548
355
28
54
17
16
16
16
37
14
12
21
17
29.
30.
Dokter Gigi
Izin Usaha
Penyalur Alat
Kesehatan
Izin Praktek
Dokter Bersama
J U M LAH
12.381
3.275.562.283
12.277
2.342.161.585
SWOT
(Strengths,
Weaknesses,
Opportunities
and
Threats).
18
pendukung
External
Opportunities
Threats
1. Adanya pelatihan - pelatihan 1. Peluang dunia usaha dan tenaga
untuk mencapai pelayanan
kerja akan berkurang apabila
yang lebih baik.
prosedur perizinan terlalu sulit.
2. Adanya
Program
Sistem 2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Informasi Manajemen Terpadu
akan
berkurang
dengan
Satu Pintu (SIMSATU) dan
rendahnya minat masyarakat
Sistem Informasi Pelayanan
untuk
berusaha
dan
Perizinan Investasi Secara
berkurangnya investor.
Elektronik (SPIPISE).
Internal
Strenghts
1. Tersedianya
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
3. Terbuka
peluang
untuk 3. Globalisasi dan perdagangan
berinovasi menyederhanakan
bebas merupakan tantangan
prosedur
perizinan
dan
untuk terus berinovasi dalam
nonperizinan
untuk
melaksanakan proses perizinan.
mengundang minat pengusaha
dalam berinvestasi.
4. Situasi politik dan yang tidak
menentu.
4.
Terbukanya
peluang
kesempatan
bekerja bagi masyarakat
(SO)
(ST)
1. Peningkatan PAD yang sudah
1. Penyederhanaan prosedur
ditargetkan & peningkatan
perizinan untuk pencapaian PAD.
Pelayanan menjadi lebih baik.
perundangpintu.
Undangan yang
undangan
perizinan
dan
mengatur ttg
nonperizinan.
Perizinan
20
dan nonperizinan
3. Tersedianya data
Base perizinan dan
nonperizinan.
4. Tersedianya 52 (lima
puluh dua) jenis
perizinan dan non
perizinan dengan
waktu dan biaya yang
telah ditetapkan
Weakness
(WO)
. Kurangnya dana
1. Dana yang ada dari APBK
pendukung dalam
sudah
proses perizinan
ditentukan penggunaannya
sehingga tidak dapat
disesuaikan dengan kebutuhan
2. Kurangnya Peraturan
perundang
2. Proses pelayanan perizinan satu
undangan
yang
pintu dioptimalkan sesuai
mengatur
tentang
dengan
proses perizinan dan
program pelayanan perizinan
nonperizinan.
yang
telah tersedia
3. Masih ada proses
perizinan yang
3.Penyederhanaan
prosedur
membutuhkan waktu
Perizinan
relatif panjang dalam
dan adanya inovasi bagi
pengurusan.
penyempurnaan layanan
perizinan
4. Belum memadai SDM
agar tercipta minat pengusaha
di bidang perizinan
dlm
dan
berinvestasi
nonperizinan.
4. Adanya penempatan SDM yang
sesuai dengan bidangnya untuk
memberikan pelayanan
sehingga
masyarakat dapat terlayani.
21
(WT)
1. Alokasi dana dari APBK masih
Kecil, ttp dgn yang kurang
mencu
cukupi KPPTSP dituntut utk tetap
memberikan pelayanan yang
baik.
2. Kurang optimalnya pelaksanaan
Sistem Informasi Manajemen
Terpadu Satu Pintu (SIMSATU)
3. Pelaksanaan sistem monitoring
dan
pengendalian pelayanan masih
lemah sehingga inovasi dalam
pelaksanaan
perizinan
juga
rendah
4. Keamanan yang kondusif Sangat
mempengaruhi peningkatan
SDM
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengertian Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) adalah kegiatan
Penyelenggaraan jasa perizinan dan non-perizinan, yang proses pengelolaannya di mulai dari
tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan ijin dokumen, dilakukan secara terpadu dalam
satu tempat.
Dengan adanya kelembagaan pelayanan terpadu satu pintu, seluruh perizinan dan
nonperizinan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dapat terlayani dalam satu lembaga.
Harapan yang ingin dicapai adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
investasi dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil, dan
menengah.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena itu, diharapkan
terwujud pelayanan publik yang cepat murah, mudah, transparan, pasti, dan terjangkau, di
samping untuk meningkatkan hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik.
4.2 Saran
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik masih banyak hal yang masih
harus dibenahi lagi guna tercapainya kepuasaan bagi masyarakat. Oleh sebab itu adanya
kerjasama yang baik antara pihak pemerintah, swasta serta peran serta masyarakat sangat
dibutuhkan dalam hal ini.
Selain itu dari segi pemerintah seyogyanya selain membuat program-program guna
memperbaiki kualitas pelayanan juga memperhatikan aspek sumber daya aparaturnya sebagai
pelaksana dari pemberian pelayanan publik.
Dari pihak masyarakat juga harus ikut serta berperan aktif dalam melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan publik, sehingga dengan begitu dapat
mengontrol pelaksanaannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Amirin. Tatang M. 1996. Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta : Rajawali Pers..
Bertalanffy. Ludwig von. 1972. General System Theory, Foundations, Development,
Applications.New York : George Braziller.
Dror. Yehezkel. 1977. Ventures in Policy Sciences Concepts and Applications. Amsterdam :
Elsevier New York Oxford.
Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB Press.
Bogor.
Forrester. J.W. 1968. Principles of Systems. Wright-Allen Press, Inc.Massachusetts.
Gani, Abdoel. 1993. Analisis Sistem Suatu Orientasi, makalah, Kursus Dasar-dasar Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Tipe A), Kerjasama PPLH LEMLIT UNAIR
BAPEDAL. Surabaya: Angkatan XI.
Hartrisari H. 2001. Bahan Kuliah Analisis Sistem dan Pemodelan dalam Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan (Tidak Dipublikasi). Program Pascasarjana SPL-IPB.
Bogor.
INDONESIA-NETHERLANDS ASSOCIATION. 2007. Kajian Peraturan Daerah Ramah
Investasi-Program Promosi Investasi Daerah. Jakarta
Koeswadji, Hermien Hadiati. 1984. Hukum dan Masalah Medik, Surabaya : Airlangga
University Press.
-, 1992. Beberapa Permasalahan Hukum dan Medik. Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti.
Qanun Kota Banda Aceh Nomor 2 Tahun 2008. Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Banda Aceh.
Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 tahun 2010. Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan dan Non Perizinan
23