Anda di halaman 1dari 11

Pengelolaan Sampah Dusun Sumberjo Desa Kalisongo RW 01 Kecamatan Dau

Kabupaten Malang
I.

Pendahuluan
Sampah merupakan suatu barang yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan
makhluk hidup lainnya yang tidak digunakan lagi. Sampah akan menjadi persoalan
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Berbagai jenis sampah dihasilkan dari
aktivitas manusia berupa sampah plastik, kertas, kaleng, kaca, styrofoam, kayu, daun
dan lain-lain. Masing-masing jenis sampah memerlukan pengelolaan yang tepat agar
tidak menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan.Jumlah sampah akan terus
meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk. Jumlah
penduduk yang semakin meningkat maka konsumsi masyarakat juga meningkat
sehingga jumlah sampah pun akan semakin meningkat. Sebagai upaya penanganan
sampah perkotaan telah dilaksanakan pengangkutan sampah, Kabupaten Malang
berdasarkan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2011 adalah 3.060.866 jiwa (data
BPS kabupaten Malang) dengan luas wilayah 3.534,86 Km2 membawahi 33
kecamatan dengan 390 desa dan kelurahan memiki pertumbuhan ekonomi sebesar
7,43% pada tahun 2011 dengan APBD sebesar 2,3 Trilyun tahun 2012, dalam hal
potensi sampah diketahui timbunan sampah domestic (dalam skala kabupaten) 6.397
m2/hari, timbunan sampah pedesaan 4.961 m2/hari, system gali urug 4.018 m 2/hari,
system pengelolaan TPA pedesaan 943 m 2/hari, timbunan sampah perkotaan 1.436
m2/hari, pelayanan oleh pemerintah (dinas) 603.1 m2/hari, tempat pembuangan
sampah yang menggunakan 3R (reduce, reuse and recycle) 129.2 m 2/hari, terkelola
732.3 m2/hari, pelayanan mandiri 636.1 m2/hari, tidak terpantau 67.5 m2/hari, dari
data diatas maka dapat diketahui bahwasannya kabupaten malang memiliki potensi
sampah yang luar biasa didukung dengan produk kebijakan yang telah mendukung
untuk terlaksanannya pengelolaan sampah terpadu.
Berbagai upaya pemerintah untuk menangani sampah telah dilakukan antara
lain adanya anggaran untuk biaya operasional dan sarana prasarana pengelolaan
sampah. Anggaran tersebut dialokasikan untuk pengelolaan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah dan infrastruktur untuk mengelola sampah. Akan tetapi
permasalahan sampah masih menjadi masalah yang cukup serius untuk ditangani.
Hal ini karena TPA mempunyai keterbatasan penampungan. Saat ini hampir seluruh
sampah berakhir di TPA sehingga beban TPA menjadi sangat berat diperlukan

lahan yang cukup luas dan diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan


yang relatif mahal.
Permasalahan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah akan
tetapi menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Berbagai upaya
masyarakat dalam mengelola

sampah telah banyak dipelopori oleh tokoh-tokoh

masyarakat yang peduli lingkungan. Sampah telah dikelola melalui 3 prinsip yaitu
reduce, reuse dan recycle atau pengurangan, penggunaan kembali dan daur ulang
sampah (Faizah, 2008).
Salah satu upaya pengelolaan sampah dengan 3 prinsip tersebut adalah
pengelolaan sampah yang dilakukan di Dusun Sumberjo Desa Kalisongo yang
dikenal dengan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Pengelolaan sampah ini
dilakukan oleh masyarakat dan hasilnya juga untuk masyarakat. Masyarakat
dihimbau untuk meminimalkan menghasilkan sampah misalnya penggunaan
kantong

plastik

seminimal

mungkin.

Masyarakat

juga

dihimbau

menggunakan kembali sampah-sampah menjadi bahan yang berguna

untuk

misalnya

menggunakan kaleng-kaleng bekas untuk pot bunga. Masyarakat juga dilatih


untuk mendaur ulang sampah dengan memilah sampah dan mengolahnya menjadi
benda-benda yang bermanfaat. Kesadaran tentang pengelolaan sampah ini pantas
untuk ditiru dan dikenalkan kepada masyarakat di wilayah lainnya.
Berbagai metode pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat misalnya
seperti yang telah dilakukan di Dusun Sumberjo tersebut. Meskipun metode ini
telah dilakukan tetapi belum semua masyarakat mengetahui dan mempraktekan
metode-metode ini. Selain itu, ada beberapa lokasi yang telah melakukan metode ini
namun belum terlaksana secara maksimal.
Adanya pengepul-pengepul barang bekas menjadi salah satu pendukungnya
karena sampah-sampah yang dapat didaur ulang dapat dibeli oleh pengepul bekas
tersebut sehingga dapat mengurangi volume sampah. Oleh
pengelolaan

sampah

mandiri

berbasis

masyarakat

karena

itu

perlu dikenalkan kepada

masyarakat dengan harapan masyarakat menyadari bahwa permasalahan sampah


akan menjadi tanggung jawab semua warga masyarakat.
Mencermati permasalahan lingkungan yang terjadi di lingkup wilayah
administratifnya, Pemerintah Kabupaten Malang mengimplementasikan program
Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycling (3R) Berbasis Masyarakat, sebagai
solusi dalam mengatasi pencemaran air sungai Brantas akibat permasalahan sampah.

Program ini merupakan hasil karya Kementerian Pekerjaan Umum, sebagai inovasi
untuk memperbaiki system pengelolaan sampah di Indonesia. Program ini
diharapkan mampu menjawab persoalan masalah sampah serta sebagai terobosan
baru melalui keterlibatan peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah.

Dalam rangka mempersiapkan implementasi program

Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycling (3R) Berbasis Masyarakat di Desa


Mulyoagung, difasilitasi oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang melalui perannya
sebagai pendamping serta pembina. Dimana instansi tersebut merupakan
perpanjangan tangan dari Kementerian Pekerjaan Umum di Kabupaten Malang.
Ketentuan mengenai implementasi program Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse,
Recycling (3R) Berbasis Masyarakat mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
mempersiapkan lokasi TPS 3R Berbasis Masyarakat dengan merelokasi TPS yang
dahulu berada di tepi sungai Brantas ke suatu lahan milik Desa Mulyoagung, yang
selanjutnya dikenal sebagai Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)
Mulyoagung Bersatu. TPST Mulyoagung Bersatu merupakan lokasi diterapkannya
program Pengelolaan Sampah 3R Berbasis Masyarakat di Desa Mulyoagung. Paska
penerapan program tersebut, sejauh ini mampu memberikan kontribusi positif
terhadap fenomena pencemaran air sungai Brantas dan meraih prestasi dengan
menyandang predikat sebagai tempat pengelolaan sampah percontohan. Tentunya
pencapaian prestasi tersebut didukung dengan partisipasi masyarakat Desa
Mulyoagung dalam melakukan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan
melalui metode 3R, yaitu sebagai pengelola TPST yang tergabung dalam organisasi
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Keberhasilan TPST Mulyoagung bersatu
dalam mengelola sampah tentunya didukung oleh manajemen yang dilakukan oleh
KSM TPST Mulyoagung Bersatu dan didampingi oleh Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang sebagai pembina. Mengingat pentingnya manajemen dalam penyelenggaraan
TPS 3R Berbasis Masyarakat sebagaimana yang diamanatkan Kementerian
Pekerjaan Umum dalam pedoman umum Penyelenggaraan TPS 3R Berbasis
Masyarakat, bahwa, Penyelenggaraan TPS 3R Berbasis Masyarakat tidak hanya
menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola

pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan


tetapi juga menyangkut manajemen yang tepat dalam pelaksanaannya.
II.

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat


Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan pengelolaan sampah
yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat dilibatkan pada
pengelolaan

sampah

dengan

tujuan

agar

mayarakat

menyadari

bahwa

permasalahan sampah merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat


(Cecep Dani Sucipto, 2012).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merintis pengelolaan sampah
mandiri berbasis masyarakat yaitu:
1. Sosialisasikan gagasan kepada masyarakat dan tokoh
Sosialisai ini dilakukan oleh penggagas terbentuknya pengelolaan berbasis
masyarakat kepada sebagian kcil masyarakat yang bersedia untuk ikut andil
dalam pengelolaan sampah dan tokoh masyarakat misalnya kepala dusun,
ketua RT maupun ketua RW.
2. Bentuk tim pengelola sampah
Tim pengelola sampah ini dapat terdiri dari pelindung biasanya oleh kepala
dusun, ketua RT atau ketua RW. Ketua pelaksana biasanya dipegang oleh
penggagas, sekretaris, bendahara, seksi penerimaan sampah, seksi
pemilahan, seksi humas dan seksi-seksi lain yang diperlukan sesuai
kesepakatan bersama.
3. Mencari pihak yang bersedia membeli sampah (pengepul sampah)
Pihak-pihak yang bersedia membeli sampah adalah orang-orang yang
mengumpulkan barang-barang rongsokan berupa sampah-sampah yang
dapat didaur ulang.
4. Sosialisasi dengan seluruh masyarakat
Jika tim telah terbentuk dan terdapat kesepakatan bersama bahwa akan
dilaksanakan program pengelolaan sampah mandiri maka dilakukan
sosialisasi dengan seluruh masyarakat. Masyarakat diberi informasi tentang
keuntungan ikut serta dalam pengelolaan sampah mandiri, peranan
masyarakat dan manfaatnya terhadap lingkungan
5. Menyiapkan fasilitias yang diperlukan bersama-sama
Fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri
ini adalah tempat sebagai pengepul sampah sebelum diambil oleh
pembeli sampah. Tempat ini dilengkapi dengan timbangan, buku
administrasi, kantong- kantong untuk pemilahan sampah.
6. Lakukan monitoring dan eveluasi

Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan sebulan sekali melalui rapat


anggota pemasok sampah meliputi jenis sampah yang dipasok, sistem bagi
hasil antara pengelola dan pemasok sampah dan lain-lain. Monitoring dan
evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab pelaksana.
7. Laporkan hasil-hasil program kepada komunitas
Hasil-hasil pelaksanaan program pengelolaan sampah mandiri berbasis
masyarakat dilakukan sebulan sekali kepada seluruh warga yang terlibat
dalam program ini. Pelaporan hasil dilakukan dengan transparan tanpa ada
pihak- pihak yang dirugikan.
8. Kerjasama dan minta dukungan dengan pihak lain
Kerjasama yang dilakukan dalam program pengelolaan sampah mandiri ini
antara lain pengepul sampah skala besar, toko-toko yang bersedia untuk
konsinyasi barang-barang yang dibuat dari daur ulang sampah, toko-toko
pertanian yang bersedia menjualkan kompos hasil pengelolaan sampah
mandiri tersebut. Dukungan yang dapat diperoleh pada pelaksanaan program
ini adalah dukungan

dari

pemerinyah

setemoat

misalnya

tingkat

kabupaten yang turut serta menggalakkan program ini dan menyediakan


dana untuk pengembangan program ini.
Secara umum keuntungan pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat
antara lain menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan
benar, membangun kebiasaan dalam mengurangi, memilah dan mendaur ulang
sampah, membuka peluang usaha dan masyarakat tidak harus membayar
iuran untuk pengambilan sampah bahkan memberikan pemasukan untuk kas
dusun atau organisasi lainnya. Manfaat yang paling penting adalah pengelolaan
sampah mandiri dapat mengurangi polusi air, tanah dan udara serta sumber-sumber
penyakit yang berbahaya.
III.

Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sampah RT 06


Langkah-langkah yang dilakukan ketua RT 06 agar pelaksanaan Pengelolaan
Sampah Mandiri dapat terlaksana (masih proses) adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan urun rembug dengan Pengurus RT dan Kader untuk berkomitmen
melaksanakan Pengelolaan Sampah Mandiri dan pembentukan pengurus
pengelola sampah.
2. Membuat Bak bak sampah yang disediakan di setiap rumah

3. Mencari pihak atau petugas kebersihan yang mau mengangkut sampah


4. Pendekatan dan memberi pemahaman kepada warga RT 06 untuk mendapatkan
dukungan mengenai program pengelolaan sampah mandiri.
5. Memberikan pemahaman kepada warga mengenai pengelolaan sampah dengan
prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
6. Mengajak kepada warga masyarkat melalui acara pengajian, rapat RT, atau
diacara lain untuk melaksanakan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R
Tapi untuk saat ini pengelolaan sampah di lingkungan rumah saya (RT 06)
tidak ada pengelolaan secara mandiri oleh warga sehingga sampah rumah tangga
tiap rumah langsung diangkut petugas kebersihan dimana petugasnya dari
warga/pemungut sampah bayaran (tidak ada petugas kebersihan langsung dari
pemerintah kabupaten malang) dengan memakai mobil pick up dan setiap KK
dipungut Rp 10.000 untuk retribusi sampah setiap bulannya dan saat ini belum ada
bank sampah di RW 01
IV.

Tahapan Pengelolaan Sampah


1. Sampah dikumpulkan terlebih dahulu di setiap rumah (RT 06)

2. Sampah lalu dikumpulkan jadi satu di bak bak


penampung per RT untuk selanjutnya diangkut oleh
Petugas kebersihan dengan Mobil Pick Up (keliling
RW 01) dan langsung ke TPST Mulyoagung
(Pengambilan sampah oleh petugas setiap pukul 8
pagi)

3. Pengelolaan Sampah di TPST Mulyoagung Bersatu


TPST Mulyoagung Bersatu terletak di antara Kota Malang dan Kota Batu. Pada saat
ini TPST tersebut telah melakukan pemilahan dan pengolahan sampah, serta
menghasilkan kompos, sampah makanan untuk pakan ternak, dan sampah kering yang
dijual ke rekanan. Sampah residu dibuang ke TPA.
Pak Supadi sebagai ketua Kelompok Swadaya Masyarakat memiliki prinsip dan kunci
kesuksesan dalam mengajak masyarakat peduli dengan persampahan dengan tidak
menggunakan konsep 'sosialisasi', namun lebih kepada sharing ide atau berbagi satu
sama lain.

Pemilahan

sampah

Pengelompokan jenis sampah hingga siap dikemas untuk dibeli pabrik-pabrik dan dijual
ke pengepul sampah

Proses pembuatan kompos

Pencacahan, pengepakan, dan daftar peternak langganan (kiri ke kanan)


Awal berdirinya TPS pada 4 bulan pertama menimbulkan pro dan kontra dari
masyarakat bahkan pengurus harus menelan caci maki. Hal ini dipicu oleh timbulnya
bau yang diakibatkan proses pengelolaan yang belum sempurna serta adanya lalat dan
belatung. Pak Supadi dan tim tidak kehabisan akal. Berawal dari mencoba
memanfaatkan ayam untuk menyantap habis belatung-belatung yang timbul, pengurus
mencoba membangun beberapa kolam yang berisikan ikan lele dan nila. Rupanya
belatung dengan protein yang sangat tinggi ini sangat potensial untuk budidaya ikan.
Kuantitas volume sampah di TPST Mulyoagung Bersatu pada saat ini adalah
3

55 m /hari, atau 11.86 ton/hari. Komposisi sampah yang masuk adalah: sampah basah
(68.24%), sampah plastik (11.54%), sampah kertas (7.48%), diapers (7.08 %), kayu
(0.60%), kabel (0.07%), styrofoam (0.32%), sampah B3 (0.40%), kain/tekstil (1.53%),
kaca (1.34%), karet (0.25%), kaleng (0.15%), logam (0.13%), dan kulit (0.05%).
Pengolahan sampah menghasilkan produk berupa kompos (6.1 ton/hari), hasil
pemilahan limbah nasi (1.8 ton/hari) dan sampah kering (2.4 ton/hari). Produk tersebut
dijual ke rekanan setempat. Untuk biaya operasional, masing-masing KK ditarik iuran
sebesar 5.000-12.000 rupiah/bulan. Penarikan iuran tersebut diserahkan kepada
pengurus RT dan RW masing-masing dan mengambil bagian sejumlah 10% sebagai
'upah' dalam pengumpulan iuran. Sejumlah 38 juta rupiah berhasil ditarik dari
pelanggan, sementara biaya total yang dibutuhkan untuk keseluruhan operasional
adalah 90 juta rupiah
TPST telah membuka lapangan pekerjaan untuk 77 karyawan yang berasal
dari masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Pengelolaan TPS ini dapat
menjadi alternatif lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang kurang mampu. Usaha ini
mampu menggaji karyawannya dengan biaya minimum 850 ribu rupiah dan
maksimum 1.250.000.
(Data TPST Mulyoagung).

V.

Penutup

Permasalahan sampah merupakan tanggung jawab setiap warga


masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pengelolaan sampah masyarakat berbasis masyarakat
yaitu sampah dikelola oleh masyarakat dan untuk masayarakat. Selain itu
pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan sistem bank sampah yaitu sistem
pengelolaan sampah dengan sistem menabung sampah yang identik dengan
menabung uang di bank. Pengelolaan sampah ini diharapkan dapat
menyelesaikan permasalahan sampah dengan melibatkan seluruh warga
masyarakat.

Pengelolaan Sampah Dusun Sumberjo Desa Kalisongo


RT 06 RW 01 Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Mata Kuliah : Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh :
ANITA ANDRIYANI ADI H
135060400111029

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2016

Anda mungkin juga menyukai