Anda di halaman 1dari 13

SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS BENGKULU
Judul

:Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis pada Berbagai


Dosis Lumpur Kelapa Sawit dan Konsentrasi Pupuk
Organik Cair
Nama
:Lenny Astrina Saragih
NPM
:E1J013077
Pembimbing Utama
:Dr. Ir. Bilman Wilman Simanihuruk, MP
Pembimbing Pendamping :Prof. Ir. Nanik Setyowati, M.Sc, Ph.D
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan salah satu komoditas tanaman
palawija yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kandungan gizinya. Pada 100 gram
jagung manis mengandung karbohidrat 19 gram, gula 3,2 gram, serat 2,7 gram, kalori 90
kkal, protein 3,2 gram, lemak 1,2 gram, vitamin A 1%, vitamin B9 12%, besi (0.5 mg) 4%,
mangnesium (37 mg) 10%, potassium 270 mg (6%) dan air 24 gram (Arianingrum, 2013).
Masyarakat menyukai jagung manis karena rasanya yang lebih manis dibandingkan dengan
jagung jenis lainnya. Kadar gula pada endosperm jagung manis sebesar 5-6% dan kadar
patinya 10-11% sedangkan pada jagung biasa kandungan gulanya hanya mencapai 2-3 % atau
setengahnya (Koswara, 1986). Jagung manis dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri, pangan dan pakan ternak serta diolah dalam berbagai bentuk olahan makanan
(Saputra, 2016).
Tingginya minat masyarakat akan jagung manis mengakibatkan kebutuhan dan
ketersediaan jagung manis setiap tahun terus meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik
(2014), produksi nasional jagung manis pada tahun 2014 sebesar 18.548.872 ton dengan luas
panen 3.786.376 ha sementara sampai tahun 2011 Indonesia masih mengimpor jagung manis
sebesar 6,27 % per tahunnya dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya (Badan Pusat
Statistik, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih perlu untuk terus meningkatkan
produksi jagung manis sesuai dengan kebutuhan pasar untuk setiap tahunnya.
Kendala yang dihadapi para petani dalam pengembangan jagung manis diantaranya
yaitu penggunaan varietas unggul yang belum sepenuhnya diterapkan oleh para petani, teknik
budidaya tanaman jagung manis yang belum tepat dan kendala lain adalah menurunnya
kesuburan lahan pertanian. Menurunnya kesuburan tanah ini salah satunya diakibatkan oleh
dampak negatif dari intensifikasi pertanian terhadap ekosistem pertanian yang terjadi akibat
intensitas pemakaian pupuk sintetik yang terus menerus meningkat dari waktu ke waktu.
Penggunaan pupuk sintetik dalam jangka panjang dan berlebihan ini akan berakibat buruk
pada kondisi tanah seperti terjadinya kerusakan sifat-sifat tanah baik fisik, biologi maupun
kimia seperti tanah mengeras, kurang mampu meyimpan air, dan pH tanah turun yang pada
akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masalah ini antara lain dengan mengganti atau mengurangi penggunaan pupuk sintetik
dengan pupuk organik.
Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Menurut Lestari (2009) pemberian pupuk organik dalam
upaya mengurangi jumlah pemakaian pupuk anorganik mampu memberikan pertumbuhan
dan hasil yang tidak nyata perbedaannya apabila dibandingkan dengan tanaman yang dipupuk
1

100 % dengan pupuk sintetik. Kegiatan menurunkan penggunaan pupuk sintetik dan
mensubtitusinya dengan pupuk organik merupakan salah satu upaya dalam peningkatan
produktivitas tanaman jagung manis karena dapat saling melengkapi ketersediaan unsur hara
dan perbaikan kesuburan tanah (Marpaung, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa pupuk
organik dapat menggantikan peran pupuk anorganik, terutama dalam peranannya sebagai
penyuplai hara (Tumbelaka dan Polii, 2012).
Salah satu pupuk organik yang banyak tersedia di Bengkulu adalah limbah lumpur
kelapa sawit. Produksi kelapa sawit di Bengkulu pada tahun 2013 mencapai 787,05 ton dan
pada tahun 2014 meningkat hingga mencapai 833,41 ton dan pabrik pengolahan CPO
tersebar di beberapa kabupaten antara lain Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah,
Seluma, Muko-muko dan Kabupaten Bengkulu Utara (Badan Pusat Statistik, 2016). Hal ini
menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit terus meningkat yang diikuti dengan produksi
limbah pabrik kelapa sawit. Limbah pabrik kelapa sawit dalam bentuk lumpur kelapa sawit
(sludge) inilah yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik untuk penyuplai hara, perbaikan
kesuburan tanah, memelihara kualitas lingkungan dan kontinuitas produksi serta menekan
biaya produksi. Darmawati et al., (2014) menyatakan bahwa rata-rata potensi kandungan
unsur hara per ton sludge adalah unsur hara Nitrogen 0,37 % (setara dengan 8 kg Urea), 0,04
% (setara dengan 2,90 kg RP), 0,91% (setara dengan 18,30 kg MOP) dan 0,08% Mg (setara
dengan 5 kg Kieserite).
Pemberian limbah padat kelapa sawit terhadap jagung manis menunjukkan pengaruh
yang nyata pada parameter panjang tongkol per sampel, diameter tongkol, berat tongkol per
tanaman dan berat tongkol per plot. Dosis limbah padat kelapa sawit yang terus ditingkatkan
dari 17 ton/ha sampai 30 ton/ha menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil yang
terus meningkat pada tanaman jagung manis (Darmawati et al., 2014). Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa penambahan limbah lumpur kelapa sawit ke dalam media tanam
tanaman sawi (Brassica juncea) mampu menggantikan ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman sawi untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Kombinasi perlakuan
dari limbah lumpur kering kelapa sawit dengan pupuk anorganik NPK yaitu LS 20 %+NPK
50 %, LS 30%+NPK 50% dan LS 40 %+50% mampu menyeimbangkan pertumbuhan
vegetatif tanaman sawi (tinggi tanaman dan jumlah daun) dan produktivitas tanaman sawi
jika dibandingkan dengan pemberian pupuk anorganik NPK 100 % (Manalu, 2008).
Pemberian lumpur kelapa sawit dapat juga dikombinasikan dengan pemberian pupuk
organik cair. Penggunaan pupuk organik cair (POC) juga sangat penting dalam upaya
mempertahankan hasil tanaman yang tinggi pada tanah yang kekurangan bahan organik. POC
tergolong penyuplai bahan organik yang baik dan dapat menjaga kesuburan tanah. POC
berasal dari pembusukan bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman, kotoran hewan dan
manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito, 2010).
Penggunaan POC memberikan beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan dengan cara
menyiramkannya ke akar, disemprotkan ke tanaman dan dapat menjaga kelembapan tanah.
Pemanfaatan POC dapat menghindari penumpukan dosis pupuk pada tempat tertentu, karena
POC larut 100% (Kurniawan, 2013).
Ayu et al., (2015) menyatakan bahwa pemberian pupuk POC vermikompos pada
konsentrasi 100 ml/l dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman melon dan
memberikan hasil uji organoleptik yang paling tinggi dibandingkan konsentrasi lainnya. Hasil
penelitian lain dari Muktamar et al., 2016a menunjukkan, peningkatan konsentrasi POC dapat
meningkatkan serapan N secara signifikan oleh jagung manis tetapi tidak diikuti P dan K.
Varietas jagung manis Asian Honey menunjukkan pertumbuhan yang paling baik
dibandingkan dengan varietas lainnya pada konsentrasi POC 100 ppm (Fahrurrozi et al.,
2016). Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian Muktamar et al., 2016b yang menunjukkan

konsentrasi POC 100% dengan volume total aplikasi sebanyak 950 ml per tanaman dapat
meningkatkan ketersediaan N,P,K pada jagung manis.
Pemberian POC juga dapat meningkatkan unsur hara N-total. Meningkatnya N-total
tanah akibat pemberian POC disebabkan oleh adanya sumbangan nitrogen yang bersumber
dari senyawa organik dan menghasilkan asam-asam organik (Isrun, 2009). Keuntungan
lainnya yaitu dalam POC terdapat mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk dalam
bentuk padat. Apabila kedua jenis pupuk tersebut dicampur, maka pupuk cair dapat
mengaktifkan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik padat. Berdasarkan kajian yang
ada mengenai dampak positif dari lumpur kelapa sawit dan pupuk organik cair, maka perlu
dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keduanya terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
1.2 Perumusan Masalah
Tingginya minat masyarakat akan jagung manis mengakibatkan kebutuhan
ketersediaan jagung manis setiap tahun terus meningkat, sementara produktivitas jagung
manis setiap tahunnya belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu kendala
dalam budidaya jagung manis adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang subur
akibat penggunaan pupuk sintetik secara terus menerus dan dalam dosis yang berlebih
sehingga menyebabkan kerusakan sifat-sifat tanah seperti sifat kimia, fisik dan biologi tanah
yang dapat menurunkan produktivitas tanaman jagung manis. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu dilakukannya upaya peningkatan produktivitas tanaman melalui perbaikan media tanam
dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini
adalah lumpur kelapa sawit dan pupuk organik cair (POC).
1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui interaksi antara dosis lumpur kelapa sawit dan pupuk organik cair terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
Menentukan dosis lumpur kelapa sawit terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis.
Menentukan konsentrasi pupuk organik cair terbaik untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis

II. METODE PENELITIAN


2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Maret 2017 di
Kebun Percobaan Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu : cangkul, gembor, gelas ukur 100 ml,
polybag ukuran 40 x 50 cm, timbangan digital SF400, timbangan capacity 20 kg dan 2 kg,
oven, label, alat dokumentasi (kamera), spad klorofilmeter, kertas koran, penggaris plastik 30
cm, ayakan tanah ukuran 5 mm, terpal, meteran kain 150 cm, karung, kalkulator, jangka
sorong analog, ember, gunting ranting, kayu tugalan, kertas merang, nampan.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu : benih jagung manis varietas
Jambore, lumpur kelapa sawit (sludge), pupuk organik cair, pupuk anorganik yaitu pupuk
Urea, SP-36 dan KCl, furadan 3G, Decis, Agrept 20 WP dan Dithane M-45 dan air.

2.3 Rancangan Penelitian


Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), 2
faktor. Denah Percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1. Faktor pertama adalah dosis lumpur
kelapa sawit (K) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu :
K1 : 15 ton ha-1
K2 : 20 ton ha-1
K3 : 25 ton ha-1
K4 : 30 ton ha-1
Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk organik cair (POC) yang terdiri dari 2 taraf perlakuan
yaitu:
C1 : 50 % ( larutan stok POC 500 ml + 500 ml air tanaman -1)
C2 : 100 % (larutan stok POC 1000 ml tanaman -1)
Kandungan unsur hara POC dapat dilihat pada Lampiran 2. Pupuk dasar N,P,K yang
diberikan sebanyak 50% dari dosis rekomendasi untuk setiap perlakuan kecuali perlakuan
pembanding (kontrol). Menurut Nurmegawati et al., 2015 dosis rekomendasi pupuk dasar
N,P, K wilayah Bengkulu untuk tanaman jagung yaitu Urea 300 kg/ha, SP-36 125 kg/ha dan
KCl 75 kg/ha. Untuk konversi kebutuhan dosis pupuk dalam satuan polybag dapat dilihat
pada Lampiran 3. Dalam setiap blok terdapat dua perlakuan pembanding (kontrol) yaitu (P0)
tanpa pemberian pupuk dan (P1) pemberian pupuk dasar N, P, K tanpa diikuti pemberian
lumpur kelapa sawit dan POC. Setiap perlakuan terdapat 3 unit polybag yang diulang
sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 72 satuan percobaan ditambah 2 perlakuan pembanding
dengan 3 ulangan sehingga jumlahnya menjadi 90 polybag.
2.4 Tahapan Penelitian
2.4.1 Pembuatan Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair (POC) yang akan digunakan adalah produk dari CAPS (Closed
Agriculture Production System) Research Center, Universitas Bengkulu. Adapun bahanbahan yang digunakan meliputi: 20 kg feses sapi, 20 kg urine sapi, 2 kg tanah, 5 kg hijauan
Tithonia diversifolia, 20 L EM-4 + 0,25 kg gula pasir dilarutkan dengan air hingga volume
200 L. Semua bahan tersebut dicampur dan diinkubasi selama 3 minggu dalam keadaan
anaerob. Setelah inkubasi, pupuk organik cair disaring dengan menggunakan kain. Larutan
yang dihasilkan ini, digunakan sebagai larutan stok dan siap untuk diaplikasikan.
2.4.2 Persiapan Media Tanam Polybag
Media tanam yang digunakan diambil dari lahan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Tanah yang digunakan yaitu tanah top soil, cara pengambilannya
dengan membersihkan permukaan tanah dari gulma menggunakan cangkul kemudian
mencangkul tanah dengan kedalaman 20 cm. Tanah yang telah diambil dari kelima titik ini
dikompositkan menjadi satu diatas terpal dan dikeringanginkan selama 3 hari kemudian
diayak dengan ayakan tanah ukuran 5 mm dan diisi kedalam polybag sesuai dengan volume
polybag sekitar 10 kg. Jarak tanam antar polybag 70 cm x 20 cm.
2.4.3 Pemasangan Label
Pemasangan label dibuat dengan tujuan untuk memudahkan dalam pemberian
perlakuan serta pengamatan yang akan dilakukan. Label dipasang pada bagian tengah
polybag.

2.4.4 Analisis Tanah


Analisis tanah dilakukan pada media tanam sebelum dan sesudah aplikasi perlakuan.
Analisis tanah sebelum perlakuan diambil dari satu sampel tanah yang telah dikompositkan
dan diayak kemudian dianalisis, sedangkan sesudah perlakuan dilakukan pada saat panen
dengan cara mengambil satu sampel tanah dari setiap perlakuan. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui kandungan unsur hara N, P, dan K, pH tanah dan C-organik yang dianalisis di
Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Bengkulu.
2.4.5 Uji Viabilitas Benih
Uji viabilitas benih dilakukan dengan metode Uji Kertas Digulung (UKD) dengan
cara mengecambahkan 100 benih jagung manis, benih dikecambahkan selama 3-5 hari, jika
benih yang dikecambahkan tumbuh 85% maka benih tersebut layak digunakan sebagai bahan
tanam.
2.4.6 Pemupukan
Lumpur kelapa sawit diaplikasikan sebelum penanaman dengan cara dicampur merata
pada lapisan olah tanah sekitar 20 cm di dalam polybag. Kebutuhan lumpur kelapa sawit
sesuai dengan dosis perlakuan kecuali pada polybag yang dijadikan sebagai perlakuan
pembanding (Kontrol). Lumpur kelapa sawit diaplikasikan 1 minggu sebelum tanam. Pupuk
dasar SP-36 diaplikasikan pada saat tanam sedangkan pupuk Urea dan KCl diaplikasikan
pada saat tanaman telah memiliki 3-4 helai daun (7 hst). Pupuk Urea diaplikasikan sebanyak
2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 7 hst dan 35 hst. Pemberian pupuk dasar ini
dilakukan dengan cara menugal tanah pada kedalaman 5 cm dengan jarak 7 cm dari
tanaman.
2.4.7 Pengaplikasian POC
Pupuk Organik Cair diaplikasikan dengan cara menyiramkan ke tanah didaerah
perakaran. Untuk perlakuan C1 konsentrasi 50%, larutan stok POC yang diaplikasikan
sebanyak 500 ml yang dicampur dengan air sebanyak 500 ml sedangkan perlakuan C2
konsentrasi 100%, larutan stok POC yang diaplikasikan sebanyak 1000 ml tanpa tambahan
air. Pengaplikasian ini dilakukan mulai dari tanaman berumur 2 mst (100 ml per tanaman), 3
mst (100 ml per tanaman), 4 mst (100 ml per tanaman), 5 mst (100 ml per tanaman) , 6 mst
(200 ml per tanaman), 7 mst (200 ml per tanaman) dan 8 mst (200 ml per tanaman) yang
diaplikasikan setiap satu minggu sekali. Kebutuhan volume POC selama pengaplikasian yaitu
1 liter per tanaman. Kebutuhan ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, dimana pada
volume total aplikasi POC sebesar 950 ml dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
jagung manis yang lebih tinggi dibandingkan kontrol atau volume yang lebih rendah
(Muktamar et al., 2016b). Pemberian POC dilakukan pagi hari.
2.4.8 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menugal tanah pada kedalaman 5 cm. Pada
setiap lubang tanam diisi 2 benih jagung manis dan diberi furadan 3 G. Penyulaman
dilakukan 1 minggu setelah tanam (MST) terhadap tanaman yang tidak tumbuh baik ataupun
mati. Penyulaman dilakukan dengan cara menanamnya kembali dengan tanaman cadangan.
Penjarangan dilakukan 2 MST. Penjarangan dilakukan dengan cara memotong salah satu
tanaman yang pertumbuhannya kurang baik, pemotongan dilakukan tepat pada titik tumbuh
tanaman dengan menggunakan gunting.
5

2.4.9 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pengendalian organisme penganggu
tanaman (OPT). Penyiraman dilakukan pagi hari atau sore hari dengan menggunakan
gembor. Penyiraman dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah dan dilakukan setiap hari
apabila diperlukan. Pengendalian OPT dilakukan pada gulma, hama dan penyakit yang
menganggu pertumbuhan jagung manis. Gulma yang tumbuh dikendalikan dengan
melakukan penyiangan. Penyiangan pada jagung manis dilakukan pada 2 dan 3 mst.
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma dan membuangnya. Pengendalian
hama dan penyakit yang menyerang tanaman dilakukan secara manual ketika intensitas
serangannya masih rendah tetapi jika intensitas serangannya sudah tinggi maka dilakukan
secara kimiawi dengan fungisida Dithane M-45, bakterisida Agrept 20 WP dan insektisida,
Decis.
2.4.10 Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 65 hari hingga 75 hari atau 75 %
populasi tanaman telah mencapai stadia masak yang dicirikan dengan warna dan keadaan biji
sempurna yang bila ditekan mengeluarkan cairan kental berwarna putih seperti pasta.
Perubahan warna terjadi pada rambut tongkol dari putih menjadi cokelat dan bila tongkol
dipegang terasa bijinya sudah penuh. Pemanenan dilakukan dengan cara mematahkan tongkol
pada batang jagung.
2.5 Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman dengan variabel pengamatan yang
diamati yaitu :
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang pada buku pertama atau 5 cm dari
permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang setelah diluruskan. Pengukuran dilakukan 2
minggu sekali mulai tanaman berumur 2 mst, 4 mst, dan 6 mst. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat ukur meteran kain 150 cm.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang telah membuka sempurna dan penghitungan
jumlah daun ini dilakukan 2 minggu sekali mulai tanaman berumur 2 mst, 4 mst dan 6 mst.
3. Diameter batang (cm)
Diameter batang diukur pada buku pertama atau 5 cm dari permukaan tanah dengan
menggunakan jangka sorong analog. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali mulai tanaman
berumur 2 mst, 4 mst dan 6 mst.
4. Tingkat kehijauan daun
Tingkat kehijauan daun diukur dengan menggunakan spad klorofilmeter dengan cara
mengukur tingkat kehijauan daun muda yang telah membuka sempurna pada daun ke-4 dari
atas (titik tumbuh tanaman). Pengukuran tingkat kehijauan daun dilakukan pada satu daun
dengan 3 titik pengukuran yaitu bagian pangkal daun, tengah daun dan ujung daun kemudian
dirata-ratakan sebagai parameter tingkat kehijauan daun dari tanaman. Pengukuran ini
dilakukan 2 minggu sekali pada saat tanaman berumur 2 mst, 4 mst dan 6 mst.
6

5. Bobot brangkasan basah pupus per tanaman (g)


Bobot brangkasan basah pupus per tanaman diukur dengan cara menimbang seluruh
bagian pupus (batang dan daun) tanaman jagung mulai dari pangkal batang pada buku
pertama atau 5 cm dari permukaan tanah . Penimbangan dilakukan dengan menggunakan
timbangan dengan kapasitas 2 kg dan dilakukan saat panen.
6. Bobot brangkasan kering pupus per tanaman (g)
Bobot brangkasan kering pupus per tanaman diukur dengan cara menimbang bagian
pupus tanaman (batang dan daun) yang telah dioven pada suhu 700C selama 48 jam sampai
beratnya konstan dengan menggunakan timbangan digital SF400.
7. Bobot brangkasan basah akar (g)
Bobot brangkasan basah akar diukur dengan cara menimbang bagian akar yang telah
dipotong dengan gunting ranting mulai dari pangkal batang pada buku pertama atau 5 cm
dari permukaan tanah. Cara pengambilan akar dari dalam tanah yaitu dengan menyobek
polybag kemudian menyiram tanah dengan air secara terus menerus hingga tanah lembab dan
jatuh dengan sendirinya dan di bagian bawah ditahan dengan kawat yang berlubang dengan
diameter yang kecil yang berfungsi untuk menghindari terjadinya kerusakan dan kehilangan
akar. Setelah itu, akar terlebih dahulu dibersihkan dari tanah yang menempel menggunakan
air. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital SF400.
8. Bobot tongkol berkelobot (g)
Bobot tongkol berkelobot diukur dengan cara menimbang tongkol berkelobot dengan
menggunakan timbangan capacity 2 kg.
9. Bobot tongkol tanpa kelobot (g)
Bobot tongkol tanpa kelobot diukur dengan cara menimbang tongkol yang telah dikelupas
dengan menggunakan timbangan capacity 2 kg.
10. Panjang tongkol tanpa kelobot (cm)
Panjang tongkol tanpa kelobot diukur dengan cara mengupas terlebih dahulu kelobot
tongkol jagung. Pengukuran dimulai dari ujung tongkol sampai pada pangkal tongkol dengan
menggunakan penggaris plastik 30 cm.
11. Diameter tongkol tanpa kelobot (cm)
Diameter tongkol tanpa kelobot diukur dengan cara mengupas terlebih dahulu kelobot
tongkol dan membersihkan dari rambut tongkol jagung manis. Pengukuran dilakukan pada
bagian tengah tongkol dengan menggunakan alat jangka sorong analog dan dilakukan setelah
panen.
12. Jumlah tongkol per tanaman
Jumlah tongkol per tanaman dilakukan dengan menghitung jumlah tongkol per polybag.

2.6 Analisis Data


Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA)
menggunakan uji F pada taraf 5 %. Apabila terdapat pengaruh nyata pada perlakuan dosis
pupuk limbah lumpur kelapa sawit dan pupuk organik cair maka akan dilakukan uji lanjut
dengan DMRT.
DAFTAR PUSTAKA
Arianigrum. 2013. Kandungan Kimia Jagung dan Manfaatnya bagi Kesehatan.
http://www.staff.uny.ac.id//tmp/artikel-ppm-jagung2.doc. Diakses 21 Oktober 2016.
Ayu, A, Juhriah, M. Asnady, dan Z. Hasyim. 2015. Pertumbuhan dan Produksi Melon
Cucumis Melo L Var. Action dengan Penggunaan Pupuk Organik Cair (POC)
Vermikompos. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Hasanuddin. Makasar.
Badan Pusat Statistik. 2011. Jumlah Ekspor dan Impor Jagung Manis di Indonesia.
http://www.bps.go.id/site/resultTabihdata. Diakses 20 Oktober 2016.
Badan

Pusat
Statistik.
2014.
Produksi
Nasional
Jagung
http://www.bps.go.id/site/resultTabihdata. Diakses 20 Oktober 2016.

Badan

Pusat
Statistik.
2016.
Produksi
Kelapa
Sawit
di
http://www.bps.go.id/site/resultTabihdata. Diakses 20 Oktober 2016.

Manis.
Bengkulu..

Damanik, H.R. 2015. Pertumbhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata
Sturt) pada Berbagai Dosis Pupuk Dasar Vermikompos dan Pupuk Organik Cair.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
Darmawati, Nursamsi, dan A.R. Siregar 2014. Pengaruh Pemberian Limbah Padat (Sludge)
Kelapa Sawit dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata). Jurnal Agrium. 19 (1) : 59-67.
Fahrurrozi, Z. Muktamar, Dwatmadji, N. Setyowati, S. Sudjatmiko dan M. Chozin. 2016.
Growth and Yield Responses of Three Sweet Corn (Zea mays L. var. Saccharata)
Varieties to Local-based Liquid Organic Fertilizer. International Journal on
Advanced Science Engineering Information Techonology. 6 (3) : 319-323.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta. hal 50.
Isrun.2009. Perubahan Status N, P K Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt) akibat Pemberian Pupuk Cair Organik pada Entisols. Jurnal
Agroland. 16 (4) : 281-285.
Koswara, J. 1982. Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata). Departemen Agronomi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kurniawan, D. 2013. Aplikasi Pupuk Organik Cair Sampah Rumah Tangga Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L. Fakultas
Pertanian Universitas Tamansiswa. Padang.
Lestari, A.P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk
Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Agronomi. 13 (1) : 38-44.
Manalu, D.F.2008. Pemanfaatan Limbah Lumpur Kelapa Sawit sebagai Sumber Bahan
Organik untuk Campuran Media Tanam Sawi (Brassica juncea). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Marpaung, A.E. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik Padat dan Pupuk Organik Cair Dengan
Pengurangan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays
L). Jurnal Saintech. 6 (4) : 8-15.
Muktamar, Z, Fahrurrozi , Dwatmadji, N. Setyowati, S. Sudjatmiko and M.Chozin. 2016a.
Selected Macronutrients Uptake by Sweet Corn under Different Rates Liquid Organic
Fertilizer in Closed Agriculture System. International Journal on Advanced
Science Engineering Information Techology. 6 (2) : 258-260.
Muktamar, Z, S. Sudjatmiko, M.Chozin. N. Setyowati and Fahrurrozi. 2016b. Sweet Corn
Performance and Its Major Nutrient Uptake Following Application of Vermicompost
Supplemented with Liquid Organic Fertilizer. International Journal on Advanced
Science Engineering Information Techology. 6 (4).
Nurmegawati, Yahumri dan Afrizon. 2015. Rekomendasi Pupuk Tanaman Jagung dan
Kedelai di Kabupaten Kaur, Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Masy Biodiv
Indon. 1(4) : 914-917.
Rosmarkam, A., dan N.R Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.Yogyakarta.hal
154.
Saputra, L.M.E. 2016. Cara Pengolahan Jagung Manis Menjadi Berbagai Jenis Makanan.
Jurnal Nasional Ecopedoni. 3 (1) : 107-111.
Tumbelaka, S. , dan M.G.M. Polii. 2012. Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata L) pada Beberapa Dosis Pupuk Organik. Jurnal Eugenia. 18 (1) : 56-64.

Lampiran 1: Denah percobaan


70
K2C2
(2a)

K4C1
(3a)

K3C2
(1a)

K3C1
(3a)

K1C2
(3a)

P0
(1a)

K1C2
(1a)

K4C1
(2a)

K3C2
(2a)

P0
(2a)

K4C2
(3a)

K1C1
(2a)

K3C1
(2a)

K2C2
(3a)

K3C2
(3a)

K4C1
(1a)

K4C1
(3b)

K4C2
(2a)

K1C1
(3a)

K2C1
(1a)

K2C2
(2b)

K1C2
(2a)

K4C2
(1a)

K3C2
(1b)

P0
(2b)

K2C1
(2a)

P1
(1c)

K4C1
(2b)

K3C1
(3c)

P0
(3c)

K4C1
(3c)

P1
(2a)

K2C2
(1a)

P0
(1c)

K1C1
(1a)

K2C1
(3b)

K2C2
(3b)

K3C2
(3b)

P0
(1b)

K2C1
(2b)

K3C2
(2c)

K3C1
(1c)

K2C1
(3a)

K1C2
(3c)

P1
(3b)

K1C2
(1b)

P0
(3a)

K1C2
(2b)

K2C1
(1b)

P1
(1a)

K2C2
(2c)

K1C1
(3b)

P1
(2c)

K1C1
(2c)

K4C2
(2b)

K3C1
(2b)

K4C1
(1b)

K3C2
(3c)

P1
(3c)

K4C2
(3b)

K2C1
(2c)

K4C2
(1c)

K2C2
(3c)

K2C2
(1b)

K3C2
(2b)

K2C2
(1c)

P1
(1b)

K1C2
(1c)

K1C1
(1c)

K3C1
(3b)

P0
(2c)

K3C1
(1b)

K1C1
(3c)

K4C2
(1b)

P1
(3a)

K3C2
(1c)

K3C1
(1a)

P1
(2b)

K2C1
(1c)

K1C1
(1b)

K1C2
(2c)

K4C1
(1c)

K1C1
(2b)

P0
(3b)

K4C1
(2c)

K3C1
(2c)

K1C2
(3b)

K2C1
(3c)

K4C2
(3c)

K4C2
(2c)

Keterangan :
Faktor Pembanding (Kontrol)
P0
: Tanpa pemberian pupuk
P1
: Dosis anjuran pupuk dasar N,P,K tanpa lumpur kelapa sawit dan POC.
Faktor pertama, perlakuan dosis lumpur sawit :
K1
: 15 ton ha-1
K2
: 20 ton ha-1
K3
: 25 ton ha-1
K4
: 30 ton ha-1
Faktor kedua, perlakuan dosis POC :
C1
: 50 % ( lartan stok POC 500 ml + 500 ml air tanaman-1
C2
: 100 % (larutan stok POC 1000 ml tanaman-1)
10

20

Lampiran 2 : Hasil analisis kandungan POC

Analisis kandungan hara pupuk organik cair produksi CAPS Center, Universitas Bengkulu
Unsur Hara

Kandungan

3.36 %

146 ppm

3.25 g/l

Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Bengkulu (Damanik, 2015)

11

Lampiran 3: Konversi kebutuhan pupuk

Diasumsikan kedalaman perakaran tanaman jagung = 20 cm= 0,2 m


Luas

= 10.000 m2, Berat tanah seluas 1 ha= 0,2 m x10.000 m2= 2.000m3= 2.000.000 kg

Berat tanah

= 10 kg

Dosis Pupuk Lumpur Kelapa Sawit per Polybag:

Lumpur kelapa sawit 15 ton ha-1

X 15.000 kg

= 0,15 kg/ polybag


= 150 g/ polybag

Lumpur kelapa sawit 20 ton ha-1

X 20.000 kg

= 0,2 kg/ polybag


= 200 g/ polybag

Lumpur kelapa sawit 25 ton ha-1

X 25.000 kg

= 0,25 kg/ polybag


= 250 g/ polybag

Lumpur kelapa sawit 30 ton ha-1

X 30.000 kg

= 0,3 kg/ polybag


= 300 g/ polybag
Dosis Pupuk Rekomendasi per Polybag:
Urea = 300 kg; SP-36 = 125 kg ha-1; KCl= 75 kg ha-1.

Dosis Pupuk Rekomendasi 50% Urea

X 300 kg ha-1

= 150 kg ha-1
=

X 150 kg

= 0,0015 kg/ polybag


= 1,5 g/ polybag

Dosis Pupuk Rekomendasi 50% SP-36

=
12

X 125 kg ha-1

= 62,5 kg ha-1
=

X 62,5 kg

= 0,00031 kg/ polybag


= 0,31 g/ polybag

Dosis Pupuk Rekomendasi 50% KCl

X 75 kg ha-1

= 37,5 kg ha-1
=

X 37,5 kg

= 0,00019 kg/ polybag


= 0,19 g/ polybag
Kebutuhan Dosis Pupuk Organik Cair (POC) selama 6 kali pengaplikasian:
Kebutuhan dosis POC per polybag selama 6 kali pengaplikasian = 1 Liter
Total perlakuan C1 50 %
36 polybag
= 36 x 500 ml
= 18.000 ml
= 18 liter

Kebutuhan air untuk perlakuan C1

Total perlakuan C2 100 %

= 36 x 500 ml
= 18.000 ml
= 18 liter
= 36 polybag
= 36 x 1 Liter
= 36 liter

13

Anda mungkin juga menyukai