100 % dengan pupuk sintetik. Kegiatan menurunkan penggunaan pupuk sintetik dan
mensubtitusinya dengan pupuk organik merupakan salah satu upaya dalam peningkatan
produktivitas tanaman jagung manis karena dapat saling melengkapi ketersediaan unsur hara
dan perbaikan kesuburan tanah (Marpaung, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa pupuk
organik dapat menggantikan peran pupuk anorganik, terutama dalam peranannya sebagai
penyuplai hara (Tumbelaka dan Polii, 2012).
Salah satu pupuk organik yang banyak tersedia di Bengkulu adalah limbah lumpur
kelapa sawit. Produksi kelapa sawit di Bengkulu pada tahun 2013 mencapai 787,05 ton dan
pada tahun 2014 meningkat hingga mencapai 833,41 ton dan pabrik pengolahan CPO
tersebar di beberapa kabupaten antara lain Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah,
Seluma, Muko-muko dan Kabupaten Bengkulu Utara (Badan Pusat Statistik, 2016). Hal ini
menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit terus meningkat yang diikuti dengan produksi
limbah pabrik kelapa sawit. Limbah pabrik kelapa sawit dalam bentuk lumpur kelapa sawit
(sludge) inilah yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik untuk penyuplai hara, perbaikan
kesuburan tanah, memelihara kualitas lingkungan dan kontinuitas produksi serta menekan
biaya produksi. Darmawati et al., (2014) menyatakan bahwa rata-rata potensi kandungan
unsur hara per ton sludge adalah unsur hara Nitrogen 0,37 % (setara dengan 8 kg Urea), 0,04
% (setara dengan 2,90 kg RP), 0,91% (setara dengan 18,30 kg MOP) dan 0,08% Mg (setara
dengan 5 kg Kieserite).
Pemberian limbah padat kelapa sawit terhadap jagung manis menunjukkan pengaruh
yang nyata pada parameter panjang tongkol per sampel, diameter tongkol, berat tongkol per
tanaman dan berat tongkol per plot. Dosis limbah padat kelapa sawit yang terus ditingkatkan
dari 17 ton/ha sampai 30 ton/ha menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil yang
terus meningkat pada tanaman jagung manis (Darmawati et al., 2014). Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa penambahan limbah lumpur kelapa sawit ke dalam media tanam
tanaman sawi (Brassica juncea) mampu menggantikan ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman sawi untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Kombinasi perlakuan
dari limbah lumpur kering kelapa sawit dengan pupuk anorganik NPK yaitu LS 20 %+NPK
50 %, LS 30%+NPK 50% dan LS 40 %+50% mampu menyeimbangkan pertumbuhan
vegetatif tanaman sawi (tinggi tanaman dan jumlah daun) dan produktivitas tanaman sawi
jika dibandingkan dengan pemberian pupuk anorganik NPK 100 % (Manalu, 2008).
Pemberian lumpur kelapa sawit dapat juga dikombinasikan dengan pemberian pupuk
organik cair. Penggunaan pupuk organik cair (POC) juga sangat penting dalam upaya
mempertahankan hasil tanaman yang tinggi pada tanah yang kekurangan bahan organik. POC
tergolong penyuplai bahan organik yang baik dan dapat menjaga kesuburan tanah. POC
berasal dari pembusukan bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman, kotoran hewan dan
manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito, 2010).
Penggunaan POC memberikan beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan dengan cara
menyiramkannya ke akar, disemprotkan ke tanaman dan dapat menjaga kelembapan tanah.
Pemanfaatan POC dapat menghindari penumpukan dosis pupuk pada tempat tertentu, karena
POC larut 100% (Kurniawan, 2013).
Ayu et al., (2015) menyatakan bahwa pemberian pupuk POC vermikompos pada
konsentrasi 100 ml/l dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman melon dan
memberikan hasil uji organoleptik yang paling tinggi dibandingkan konsentrasi lainnya. Hasil
penelitian lain dari Muktamar et al., 2016a menunjukkan, peningkatan konsentrasi POC dapat
meningkatkan serapan N secara signifikan oleh jagung manis tetapi tidak diikuti P dan K.
Varietas jagung manis Asian Honey menunjukkan pertumbuhan yang paling baik
dibandingkan dengan varietas lainnya pada konsentrasi POC 100 ppm (Fahrurrozi et al.,
2016). Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian Muktamar et al., 2016b yang menunjukkan
konsentrasi POC 100% dengan volume total aplikasi sebanyak 950 ml per tanaman dapat
meningkatkan ketersediaan N,P,K pada jagung manis.
Pemberian POC juga dapat meningkatkan unsur hara N-total. Meningkatnya N-total
tanah akibat pemberian POC disebabkan oleh adanya sumbangan nitrogen yang bersumber
dari senyawa organik dan menghasilkan asam-asam organik (Isrun, 2009). Keuntungan
lainnya yaitu dalam POC terdapat mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk dalam
bentuk padat. Apabila kedua jenis pupuk tersebut dicampur, maka pupuk cair dapat
mengaktifkan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik padat. Berdasarkan kajian yang
ada mengenai dampak positif dari lumpur kelapa sawit dan pupuk organik cair, maka perlu
dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keduanya terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
1.2 Perumusan Masalah
Tingginya minat masyarakat akan jagung manis mengakibatkan kebutuhan
ketersediaan jagung manis setiap tahun terus meningkat, sementara produktivitas jagung
manis setiap tahunnya belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu kendala
dalam budidaya jagung manis adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang subur
akibat penggunaan pupuk sintetik secara terus menerus dan dalam dosis yang berlebih
sehingga menyebabkan kerusakan sifat-sifat tanah seperti sifat kimia, fisik dan biologi tanah
yang dapat menurunkan produktivitas tanaman jagung manis. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu dilakukannya upaya peningkatan produktivitas tanaman melalui perbaikan media tanam
dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini
adalah lumpur kelapa sawit dan pupuk organik cair (POC).
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui interaksi antara dosis lumpur kelapa sawit dan pupuk organik cair terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
Menentukan dosis lumpur kelapa sawit terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis.
Menentukan konsentrasi pupuk organik cair terbaik untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis
2.4.9 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pengendalian organisme penganggu
tanaman (OPT). Penyiraman dilakukan pagi hari atau sore hari dengan menggunakan
gembor. Penyiraman dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah dan dilakukan setiap hari
apabila diperlukan. Pengendalian OPT dilakukan pada gulma, hama dan penyakit yang
menganggu pertumbuhan jagung manis. Gulma yang tumbuh dikendalikan dengan
melakukan penyiangan. Penyiangan pada jagung manis dilakukan pada 2 dan 3 mst.
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma dan membuangnya. Pengendalian
hama dan penyakit yang menyerang tanaman dilakukan secara manual ketika intensitas
serangannya masih rendah tetapi jika intensitas serangannya sudah tinggi maka dilakukan
secara kimiawi dengan fungisida Dithane M-45, bakterisida Agrept 20 WP dan insektisida,
Decis.
2.4.10 Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 65 hari hingga 75 hari atau 75 %
populasi tanaman telah mencapai stadia masak yang dicirikan dengan warna dan keadaan biji
sempurna yang bila ditekan mengeluarkan cairan kental berwarna putih seperti pasta.
Perubahan warna terjadi pada rambut tongkol dari putih menjadi cokelat dan bila tongkol
dipegang terasa bijinya sudah penuh. Pemanenan dilakukan dengan cara mematahkan tongkol
pada batang jagung.
2.5 Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman dengan variabel pengamatan yang
diamati yaitu :
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang pada buku pertama atau 5 cm dari
permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang setelah diluruskan. Pengukuran dilakukan 2
minggu sekali mulai tanaman berumur 2 mst, 4 mst, dan 6 mst. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat ukur meteran kain 150 cm.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang telah membuka sempurna dan penghitungan
jumlah daun ini dilakukan 2 minggu sekali mulai tanaman berumur 2 mst, 4 mst dan 6 mst.
3. Diameter batang (cm)
Diameter batang diukur pada buku pertama atau 5 cm dari permukaan tanah dengan
menggunakan jangka sorong analog. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali mulai tanaman
berumur 2 mst, 4 mst dan 6 mst.
4. Tingkat kehijauan daun
Tingkat kehijauan daun diukur dengan menggunakan spad klorofilmeter dengan cara
mengukur tingkat kehijauan daun muda yang telah membuka sempurna pada daun ke-4 dari
atas (titik tumbuh tanaman). Pengukuran tingkat kehijauan daun dilakukan pada satu daun
dengan 3 titik pengukuran yaitu bagian pangkal daun, tengah daun dan ujung daun kemudian
dirata-ratakan sebagai parameter tingkat kehijauan daun dari tanaman. Pengukuran ini
dilakukan 2 minggu sekali pada saat tanaman berumur 2 mst, 4 mst dan 6 mst.
6
Pusat
Statistik.
2014.
Produksi
Nasional
Jagung
http://www.bps.go.id/site/resultTabihdata. Diakses 20 Oktober 2016.
Badan
Pusat
Statistik.
2016.
Produksi
Kelapa
Sawit
di
http://www.bps.go.id/site/resultTabihdata. Diakses 20 Oktober 2016.
Manis.
Bengkulu..
Damanik, H.R. 2015. Pertumbhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata
Sturt) pada Berbagai Dosis Pupuk Dasar Vermikompos dan Pupuk Organik Cair.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
Darmawati, Nursamsi, dan A.R. Siregar 2014. Pengaruh Pemberian Limbah Padat (Sludge)
Kelapa Sawit dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata). Jurnal Agrium. 19 (1) : 59-67.
Fahrurrozi, Z. Muktamar, Dwatmadji, N. Setyowati, S. Sudjatmiko dan M. Chozin. 2016.
Growth and Yield Responses of Three Sweet Corn (Zea mays L. var. Saccharata)
Varieties to Local-based Liquid Organic Fertilizer. International Journal on
Advanced Science Engineering Information Techonology. 6 (3) : 319-323.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta. hal 50.
Isrun.2009. Perubahan Status N, P K Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt) akibat Pemberian Pupuk Cair Organik pada Entisols. Jurnal
Agroland. 16 (4) : 281-285.
Koswara, J. 1982. Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata). Departemen Agronomi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kurniawan, D. 2013. Aplikasi Pupuk Organik Cair Sampah Rumah Tangga Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L. Fakultas
Pertanian Universitas Tamansiswa. Padang.
Lestari, A.P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk
Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Agronomi. 13 (1) : 38-44.
Manalu, D.F.2008. Pemanfaatan Limbah Lumpur Kelapa Sawit sebagai Sumber Bahan
Organik untuk Campuran Media Tanam Sawi (Brassica juncea). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Marpaung, A.E. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik Padat dan Pupuk Organik Cair Dengan
Pengurangan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays
L). Jurnal Saintech. 6 (4) : 8-15.
Muktamar, Z, Fahrurrozi , Dwatmadji, N. Setyowati, S. Sudjatmiko and M.Chozin. 2016a.
Selected Macronutrients Uptake by Sweet Corn under Different Rates Liquid Organic
Fertilizer in Closed Agriculture System. International Journal on Advanced
Science Engineering Information Techology. 6 (2) : 258-260.
Muktamar, Z, S. Sudjatmiko, M.Chozin. N. Setyowati and Fahrurrozi. 2016b. Sweet Corn
Performance and Its Major Nutrient Uptake Following Application of Vermicompost
Supplemented with Liquid Organic Fertilizer. International Journal on Advanced
Science Engineering Information Techology. 6 (4).
Nurmegawati, Yahumri dan Afrizon. 2015. Rekomendasi Pupuk Tanaman Jagung dan
Kedelai di Kabupaten Kaur, Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Masy Biodiv
Indon. 1(4) : 914-917.
Rosmarkam, A., dan N.R Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.Yogyakarta.hal
154.
Saputra, L.M.E. 2016. Cara Pengolahan Jagung Manis Menjadi Berbagai Jenis Makanan.
Jurnal Nasional Ecopedoni. 3 (1) : 107-111.
Tumbelaka, S. , dan M.G.M. Polii. 2012. Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata L) pada Beberapa Dosis Pupuk Organik. Jurnal Eugenia. 18 (1) : 56-64.
K4C1
(3a)
K3C2
(1a)
K3C1
(3a)
K1C2
(3a)
P0
(1a)
K1C2
(1a)
K4C1
(2a)
K3C2
(2a)
P0
(2a)
K4C2
(3a)
K1C1
(2a)
K3C1
(2a)
K2C2
(3a)
K3C2
(3a)
K4C1
(1a)
K4C1
(3b)
K4C2
(2a)
K1C1
(3a)
K2C1
(1a)
K2C2
(2b)
K1C2
(2a)
K4C2
(1a)
K3C2
(1b)
P0
(2b)
K2C1
(2a)
P1
(1c)
K4C1
(2b)
K3C1
(3c)
P0
(3c)
K4C1
(3c)
P1
(2a)
K2C2
(1a)
P0
(1c)
K1C1
(1a)
K2C1
(3b)
K2C2
(3b)
K3C2
(3b)
P0
(1b)
K2C1
(2b)
K3C2
(2c)
K3C1
(1c)
K2C1
(3a)
K1C2
(3c)
P1
(3b)
K1C2
(1b)
P0
(3a)
K1C2
(2b)
K2C1
(1b)
P1
(1a)
K2C2
(2c)
K1C1
(3b)
P1
(2c)
K1C1
(2c)
K4C2
(2b)
K3C1
(2b)
K4C1
(1b)
K3C2
(3c)
P1
(3c)
K4C2
(3b)
K2C1
(2c)
K4C2
(1c)
K2C2
(3c)
K2C2
(1b)
K3C2
(2b)
K2C2
(1c)
P1
(1b)
K1C2
(1c)
K1C1
(1c)
K3C1
(3b)
P0
(2c)
K3C1
(1b)
K1C1
(3c)
K4C2
(1b)
P1
(3a)
K3C2
(1c)
K3C1
(1a)
P1
(2b)
K2C1
(1c)
K1C1
(1b)
K1C2
(2c)
K4C1
(1c)
K1C1
(2b)
P0
(3b)
K4C1
(2c)
K3C1
(2c)
K1C2
(3b)
K2C1
(3c)
K4C2
(3c)
K4C2
(2c)
Keterangan :
Faktor Pembanding (Kontrol)
P0
: Tanpa pemberian pupuk
P1
: Dosis anjuran pupuk dasar N,P,K tanpa lumpur kelapa sawit dan POC.
Faktor pertama, perlakuan dosis lumpur sawit :
K1
: 15 ton ha-1
K2
: 20 ton ha-1
K3
: 25 ton ha-1
K4
: 30 ton ha-1
Faktor kedua, perlakuan dosis POC :
C1
: 50 % ( lartan stok POC 500 ml + 500 ml air tanaman-1
C2
: 100 % (larutan stok POC 1000 ml tanaman-1)
10
20
Analisis kandungan hara pupuk organik cair produksi CAPS Center, Universitas Bengkulu
Unsur Hara
Kandungan
3.36 %
146 ppm
3.25 g/l
11
= 10.000 m2, Berat tanah seluas 1 ha= 0,2 m x10.000 m2= 2.000m3= 2.000.000 kg
Berat tanah
= 10 kg
X 15.000 kg
X 20.000 kg
X 25.000 kg
X 30.000 kg
X 300 kg ha-1
= 150 kg ha-1
=
X 150 kg
=
12
X 125 kg ha-1
= 62,5 kg ha-1
=
X 62,5 kg
X 75 kg ha-1
= 37,5 kg ha-1
=
X 37,5 kg
= 36 x 500 ml
= 18.000 ml
= 18 liter
= 36 polybag
= 36 x 1 Liter
= 36 liter
13