Anda di halaman 1dari 33

2

Penelitian dan
Pengembangan
Teknologi Proses
Migas

67

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

Penelitian Dan Pengembangan Teknologi


Proses Migas
Latar Belakang
Industri proses migas di Indonesia mencakup pengolahan atau pengilangan
minyak, fabrikasi LNG dan LPG yang terutama dimiliki Pertamina, fabrikasi
bahan dasar petrokimia seperti aromatik, yang juga dihasilkan Pertamina,
olefin, yang dihasilkan PT Chandra Asri, industri pupuk yang dihasilkan
beberapa BUMN, serta etanol yang diproduksi beberapa perusahaan swasta.
Penguasaan teknologi proses migas dimaksudkan sebagai kemampuan
menciptakan rancangan dasar proses-proses pengolahan migas tersebut,
rancang bangunnya, manufaktur peralatannya dan pengoperasian
industrinya.
Indonesia sendiri sebetulnya sudah familiar dengan Industri kilang minyak
sejak didirikannya kilang Pangkalan Brandan di Sumatera Utara pada tahun
1890, tidak lama setelah Aeilko Jans Zeilker dari Belanda memproduksi
minyak pertama kali di Indonesia di Telaga Said, Langkat, Sumatera Utara,
di kawasan yang sama.
Kilang-kilang minyak, LNG, LPG, pabrik-pabrik pupuk, metanol, aromatik
dan olefin sudah sepenuhnya dioperasikan oleh ahli-ahli Indonesia dengan
baik. Sementara itu kemampuan rancang bangun juga sudah dimiliki oleh
tenaga-tenaga Indonesia seperti oleh Rekayasa Industri, IKPT, Tripatra, yang
juga sudah melaksanakan rancang bangun di mancanegara.
Kemampuan pabrikasi peralatan seperti tanki, vessel, reaktor, perpipaan
juga sudah dimiliki sebagian oleh perusahaan-perusahaan lokal di Indonesia
sehingga kandungan lokal pembangunan pabrik sudah makin meningkat.
Namun penguasaan dalam negeri atas teknologi proses pada kunci
teknologinya sendiri masih amat minim. Semua teknologi dasar dari industri
ini masih merupakan lisensi asing seperti teknologi katalisa, teknologi
pemisahan, teknologi kontrol proses. Berbagai macam proses yang
dioperasikan dalam berbagai unit-unit proses di industri tersebut, hampir

68

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

semua teknologinya merupakan lisensi asing. Bahan pembantu proses seperti


katalis dan pelarut teknologinya juga masih lisensi dan diimpor bahannya.
Karena itu tujuan jangka panjang penelitian teknologi proses di LEMIGAS
adalah untuk menghasilkan teknologi proses itu sendiri yang selain
melepaskan ketergantungan dari lisensi asing, juga untuk menghasilkan
teknologi yang memiliki nilai tambah.
Laboratorium Proses LEMIGAS mulai dibangun sekitar tahun 1970-an,
dimulai dengan membangun laboratorium karakterisasi minyak mentah dan
produk minyak, laboratorium analisa kimia, laboratorium teknik separasi,
laboratorium konversi dan katalisa dan kemudian laboratorium bioteknologi.
Para tenaga ahlinya yang senior pada umumnya berasal dari tamatan luar
negeri seperti Jerman, Rusia, Cekoslowakia, Australia. Kemudian direkrut
sarjana-sarjana baru dari perguruan tinggi dalam negeri dan dikirim ke luar
negeri seperti Perancis, Jerman, Australia, Inggris, Jepang, dan Amerika.
Dalam perjalanannya, Laboratorium Proses LEMIGAS harus melayani banyak
permintaan dari industri migas, yang lingkupnya melebar dari teknologi
proses sendiri, baik di hulu maupun di hilir, untuk memecahkan masalahmasalah aktual dan mendesak, bersifat jangka pendek serta menuntut
prioritas utama. Dengan demikian kegiatan dan hasil penelitian serta kajian
dari laboratorium ini menjadi sangat beragam.
Penelitian-penelitian di bidang proses yang dilakukan Laboratorium Proses
ini antara lain teknologi katalisa dan konversi, separasi, analisa kimia,
evaluasi berbagai minyak mentah Indonesia, evaluasi bahan baku minyak
pelumas dasar, kajian sistem aliran minyak kental, sistem aliran multisumber,
pembuatan membran untuk pemisahan gas, sintesa biodiesel, mikroba untuk
peningkatan pengurasan minyak, mikroba untuk pembersih tumpahan
minyak, konverter katalitik untuk gas buang, hidrogenasi, kajian pencemaran
lingkungan.
Penelitian teknologi proses, yang terkait dengan teknologi kunci kilang
minyak itu sendiri memerlukan tenaga ahli yang banyak dari berbagai disiplin
ilmu dan biaya penelitian yang besar. Kalau penelitian yang bersifat jasa
banyak dilakukan, tidak banyak penelitian teknologi kunci yang bisa selesai

69

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

sampai tuntas, untuk bisa dijadikan suatu lisensi teknologi. Kendalanya


adalah terbatasnya anggaran yang diberikan dari tahun ke tahun. Walaupun
demikian Laboratorium Proses tersebut telah berkontribusi banyak dalam
beragam kegiatan mendukung industri migas, hulu dan hilir dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan aktual.
Dengan adanya kebijakan zero growth dari Pemerintah yang sangat lama dan
tidak selektif dalam penerimaan PNS menyebabkan timbulnya generation
gap di Laboratorium Proses, sehingga generasi senior sampai masa
pensiunnya tidak dapat mewariskan pengetahuan dan keahliannya kepada
generasi penerus dan banyak bidang-bidang keahlian tidak tergantikan
karena kurangnya penerimaan PNS baru, hal mana secara nasional sangat
merugikan negara dan merupakan kemunduran kemampuan teknologi
bangsa. Untuk membangun kembali kemampuan laboratorium ini akan
diperlukan waktu lama, karena diperlukan peningkatan kembali jumlah
tenaga ahli dari berbagai disiplin dan meningkatkan kemampuan akademis
mereka melalui pendidikan yang lebih tinggi.

Teknologi Proses Konversi dan Separasi


Konversi dan separasi adalah jantung proses dalam teknologi pengolahan
minyak bumi dan petrokimia khususnya dan teknologi kimia pada umumnya.
Konversi mengubah suatu bahan menjadi bahan lainnya yang diinginkan,
yang biasanya memiliki nilai tambah yang lebih besar. Di dalam proses
konversi dihasilkan bahan yang diinginkan tersebut bersama-sama produkproduk samping. Proses separasi memurnikan bahan yang diinginkan
tersebut dari bahan-bahan sampingan lainnya sampai kemurnian yang
diharapkan atau kemurnian yang memenuhi syarat kualitas.
Hampir seratus persen teknologi proses konversi dan separasi yang diterapkan
di Indonesia, baik di industri migas, industri pupuk, industri petrokimia,
masih merupakan teknologi impor, yang lisensi dan patennya dikuasai oleh
pusat-pusat riset luar negeri. Untuk dapat memakai teknologi ini industri di
Indonesia harus membayar royalti dan pembelian bahan yang jumlahnya
bisa mencapai ratusan juta dollar per tahun.

70

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

Teknologi Konversi
Contoh konversi dalam pengolahan minyak dan gas bumi adalah mengubah
fraksi minyak berat, yang terdiri atas rantai karbon di atas 14 menjadi fraksi
minyak lebih ringan setara bensin dengan rantai karbon 5-8 atau minyak solar
dengan rantai karbon 8-12. Proses ini disebut perengkahan atau cracking.
Contoh lainnya adalah pengubahan fraksi ringan pada rantai karbon 5-8 tanpa
mengurangi rantai karbonnya, menjadi struktur kimia yang lain dengan tujuan
memperoleh kualitas yang memenuhi standar, misalnya bensin yang memiliki
angka oktan tinggi. Proses tersebut dinamai reforming atau reformasi. Contoh
lain adalah menghilangkan komponen-komponen berbahaya bagi kesehatan
seperti belerang dari fraksi minyak dan gas, dengan mengeluarkan komponen
tersebut dengan cara mengikatnya dengan senyawa lain dan kemudian
dipisahkan. Proses ini disebut pemurnian.
Teknologi konversi ini mulai berkembang sejak munculnya industri mobil
mulai abad ke-19. Teknologi mesin kendaraan terus berkembang, baik dari segi
ukurannya, kinerjanya, dan efisiensi bahan bakarnya. Namun perkembangan
tersebut juga menuntut peningkatan kualitas bahan bakarnya, baik dari
segi struktur kimianya, kemurniannya, dan sifat-sifat fisiknya. Mesin mobil
yang pertama tidak memerlukan angka oktan yang tinggi, pembakarannya
belum efisien, tenaga mesinnya juga masih rendah. Kemudian ditemukan
mesin yang menghasilkan tenaga yang lebih besar, pemakaian bahan bakar
yang lebih efisien, emisi gas beracun lebih sedikit. Namun mesin mobil ini
menuntut kualitas bahan bakar yang lebih baik, yang lebih mudah terbakar
dan kandungan pengotornya lebih sedikit. Sejak awal abad ke-20 mulai
ditemukan teknologi perengkahan, dilanjutkan proses reformasi, isomerisasi
dan polimerisasi yang mampu menghasilkan bensin berangka oktan tinggi.
Konversi dapat pula dibedakan dari jenis prosesnya, yaitu katalitik dan termal.
Konversi katalitik adalah proses konversi memakai bantuan katalis. Konversi
termal adalah proses konversi memakai bantuan panas. Selain itu di bidang
migas juga sudah mulai berkembang konversi secara bioproses, seperti
misalnya fermentasi, untuk menghasilkan bahan bakar alternatif pengganti
migas.

71

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

Perengkahan Katalitik
Dalam perengkahan katalitik diperlukan bahan pembantu yang disebut
katalis. Katalis adalah bahan yang diperlukan untuk terjadinya reaksi yang
dapat menghasilkan produk pada kondisi operasional yang cukup lunak
serta kualitas produk yang diinginkan. Dalam reaksi tersebut katalis hanya
bertindak sebagai fasilitator dan tidak ikut bereaksi atau berubah. Dalam
istilah kimia katalis dikatakan mampu menurunkan energi aktivasi yang
diperlukan agar reaksi dapat terjadi.
Perengkahan katalitik ada yang dalam suasana hidrogen dan ada yang tanpa
hidrogen. Hidrogen diperlukan agar hidrokarbon yang direngkah tetap
memiliki jumlah atom hidrogen yang cukup agar struktur molekulnya jenuh.
Hidrokarbon yang tidak jenuh cenderung tidak stabil dalam penyimpanan
dan menggumpal sehingga mengganggu kinerja mesin kendaraan.
Perengkahan tanpa memakai hidrogen menghasilkan hidrokarbon tidak
jenuh sehingga perlu diproses lanjut agar memenuhi syarat kualitas. Proses
tersebut disebut hidrogenasi.
Katalis yang dipakai dalam perengkahan katalitik bersuasana hidrogen yang
biasa disebut hydrocracking atau penghidrorengkahan adalah logam-logam
jenis transisi seperti tembaga, nikel, mangan, kobalt. Atom-atom logam ini
disebarkan di atas penyangga atau pendukung yang terdiri dari alumina.
Alumina berperan dalam memutus rantai hidrokarbon sedangkan logamlogam transisi berperan untuk memasukkan atom hidrogen kepada rantai
yang tidak jenuh atau disebut hidrogenasi. Temperatur operasinya berkisar
antara 300-400 derajat Celcius dan tekanan operasi berkisar antara 40-150
atmosfir.
Katalis yang dipakai dalam perengkahan katalitik tanpa suasana hidrogen
disebut juga catalytic cracking. Bahan katalisnya adalah jenis alumina yang
bersifat asam. Sifat asam ini yang mendorong terjadinya pemutusan rantai
hidrokarbon yang panjang menjadi lebih pendek. Temperatur operasinya
berkisar antara 450-500 derajat Celcius dan tekanan operasinya berkisar
antara 0.7 atmosfir.

72

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

Perengkahan Termal
Perengkahan termal memakai pemanasan sampai suatu temperatur tertentu
sehingga rantai hidrokarbon terputus. Tujuannya bisa menurunkan viskositas
atau kekentalan umpan yang berupa residu agar memenuhi kualitas standar
bahan bakar jenis bahan bakar berat. Tujuan lain adalah memecah rantai
hidrokarbon menjadi pendek sekelas 2 atau 3 atom karbon yang kemudian
dijadikan bahan baku petrokimia seperti etilena dan propilena. Dalam proses
ini bahan baku dipanaskan dan dialirkan dalam pipa-pipa panas sehingga
hidrokarbonnya memecah. Temperatur operasinya berkisar antara 500-600
derajat Celcius dan beroperasi pada tekanan sekitar 20-70 atmosfir.
Reformasi Katalitik
Contoh reformasi katalitik adalah reformasi katalitik yang mengubah fraksi
nafta (beratom karbon 5-7) yang angka oktannya rendah menjadi fraksi
reformat yang berangka oktan tinggi. Nafta tersebut umumnya terdiri dari
hidrokarbon berstruktur rantai karbon yang lurus sedangkan fraksi reformat
berstruktur rantai bercabang yang disebut senyawa alkil dan rantai berbentuk
cincin yang disebut senyawa aromatik. Katalis yang mampu mengubah
struktur tersebut pada kondisi yang lunak, yaitu temperatur dan tekanan
yang tidak terlalu tinggi, adalah dari logam-logam keluarga transisi seperti
tembaga, mangan, dan platina. Biasanya platina yang paling efektif. Pada
katalis jenis ini, atom-atom platina disebarkan diatas senyawa penyangga atau
pendukung yang disebut alumina. Pada proses reaksi, atom platina menarik
molekul hidrokarbon ke arahnya dan di permukaannya terjadilah pelepasan
molekul hidrogen sehingga hidrokarbon tersebut menjadi tidak jenuh, dan
selanjutnya karena tidak jenuh, rantai hidrokarbon tersebut membentuk
cincin agar menjadi stabil. Dengan demikian terbentuklah senyawa aromatik.
Senyawa penyangga juga berperan sebagai katalis yang mengubah
hidrokarbon rantai lurus menjadi rantai bercabang. Proses ini disebut
isomerisasi. Katalis tersebut bersifat asam dan pada kondisi inilah terjadi
isomerisasi. Hidrokarbon bercabang mempunyai angka oktan yang lebih
tinggi dari hidrokarbon lurus. Dewasa ini hidrokarbon bercabang lebih
disukai dari hidrokarbon aromatik karena sebagai komponen bensin karena

73

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

senyawa aromatik mulai dibatasi pemakaiannya berhubung sifatnya yang


karsinogenik. Tekanan operasi proses ini berkisar antara 10-30 atmosfir dan
temperatur operasi berkisar antara 400-500 Celcius.
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Katalis
Kriteria utama kualitas suatu katalis adalah selektivitas, aktivitas, kondisi
operasional, umur, keramahan lingkungan, dan harga bahan. Selektivitas
adalah kemampuan untuk mengarahkan reaksi kimia se-selektif mungkin
menghasilkan produk yang diinginkan dan seminim mungkin menghasilkan
produk samping. Aktivitas adalah kemampuan sebesar mungkin menghasilkan
produk yang diinginkan dalam satuan waktu reaksi atau disebut juga
kecepatan reaksi. Kondisi operasional adalah temperatur dan tekanan. Umur
adalah daya tahan fungsi atau umur operasional katalis tersebut. Keramahan
lingkungan adalah tingkat toksisitas dari katalis tersebut. Harga bahan yang
lebih rendah selalu diinginkan. Selektivitas dan aktivitas yang tinggi, kondisi
operasional yang lunak, umur operasi yang panjang, toksisitas yang rendah
serta harga bahan yang rendah akan menurunkan biaya investasi peralatan
dan biaya operasional dari proses tersebut. Karena itu upaya penelitian dan
pengembangan selalu terfokus kepada kriteria-kriteria di atas. Dari waktu
ke waktu selalu ditemukan katalis yang lebih baik dan ribuan paten telah
dihasilkan dari seluruh penjuru dunia, sehingga dapat ditemukan kondisi
operasi seperti tekanan dan termperatur yang lebih lunak.
Penelitian dan pengembangan katalis memerlukan waktu yang panjang,
melibatkan berbagai peralatan, memerlukan tenaga ahli dari berbagai disiplin
serta biaya yang besar. Berbagai peralatan dengan kecanggihan yang tinggi,
yang mampu mengamati dan menganalisa fenomena dan perilaku katalitik
sampai pada level molekuler dan atomik sudah banyak dikembangkan,
dan semua peralatan tersebut harus ditangani oleh ahli-ahli berpendidikan
tinggi. Pengkajian pada level molekuler dan atomik juga sangat berkembang
dan diwujudkan berupa pemodelan yang cukup prediktif sehingga sangat
membantu untuk mengarahkan penelitian pada arah yang benar dan
mencegah uji coba empiris yang terlalu banyak sehingga sangat signifikan
dalam menghemat biaya penelitian. Walaupun penelitian pada tahap tabung
reaksi atau molekuler dan atomik memberikan gambaran yang jelas dari

74

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

reaksi, penelitian tidak berhenti di sini karena tetap diperlukan penelitian


pada skala yang lebih besar, yaitu pada tahap mikro pilot dan pilot. Pada
skala yang lebih besar akan dipelajari perilaku industri dari reaksi, artinya di
sini terlibat aspek teknik kimia, seperti mekanika fluida, transfer panas dan
transfer massa dari bahan-bahan yang bereaksi dan katalisnya.
Penelitian dan Pengembangan Katalis di LEMIGAS
Laboratorium Katalis di LEMIGAS mulai dibangun tahun 1970-an melalui
kerjasama dengan lembaga penelitian migas Perancis atau Institut Francais
du Petrole (IFP). Calon-calon ahli LEMIGAS juga dikirim ke sana untuk
dididik, pada tingkat S2 dan S3 serta melakukan penelitian di laboratoriumlaboratorium katalis IFP. Demikian juga ahli-ahli dari IFP datang ke LEMIGAS
untuk memberikan konsultasi pengembangan laboratorium.
Penelitian katalis LEMIGAS ditujukan untuk mendukung industri pengolahan
migas di Indonesia yang satu-satunya dioperasikan oleh Pertamina. Karena
itu banyak Peneliti LEMIGAS yang terlibat dalam kegiatan studi dengan
Pertamina. Beberapa contoh adalah start up unit katalis di kilang baru
Pertamina di Cilacap (tahun 1976 dan 1986). Penelitian Visbreaking 1990.
Pembuatan biodiesel (1990), hydrotreating, zeolit, catalytic converter. Studi
seleksi katalis demetalisasi untuk AHRDM kilang Balongan. Dewasa ini
penelitian katalis mencakup antara lain desulfurisasi dengan oksidasi parsial,
konversi bioetanol menjadi etilena, dan hydroconversion untuk hidrokarbon
berat, baik dari yang berasal dari residu maupun tar batubara.
Penelitian katalis tidak akan pernah berhenti karena itulah salah satu jalan
terpenting dari pengembangan industri pengolahan migas dan petrokimia
yang juga selalu berkembang untuk memenuhi tuntutan-tuntutan baru
konsumen serta dorongan-dorongan untuk menciptakan produk-produk,
metode dan proses yang bernilai komersial sejalan dengan pertumbuhan
kesejahteraan umat manusia yang selalu menuntut yang lebih baik, lebih
murah, dan lebih ramah lingkungan.
Laboratorium penelitian katalis memerlukan ahli-ahli dari berbagai disiplin
ilmu seperti kimia molekuler, kima fisika, kimia katalitik, kimia analisis sifatsifat katalis, transfer massa, operasi teknik kimia dan pemodelan proses.

75

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

Peralatan yang diperlukan juga sangat beragam seperti analisis permukaan


dan pori, komposisi kimia, analisis penyebaran katalis (TEM, transmission
electron microscope, SEM, scanning electron microscope, XRD, x-ray diffraction),
uji kekerasan, uji pada skala mikro pilot, dan pada finalisasinya alat uji skala
pilot, serta berbagai alat-alat lainnya untuk makin melengkapi analisis karakter
suatu katalis.

Teknologi Separasi
Teknologi separasi atau teknik pemisahan tidak terlepas dari semua proses
di industri kimia, baik sifatnya untuk memisah-misahkan maupun untuk
pemurnian. Di industri migas, di kilang minyak misalnya, proses pertama
yang dilakukan adalah memisah-misahkan minyak mentah menjadi beberapa
fraksi minyak dari yang ringan sampai berat. Kriteria pemisahannya adalah
berdasarkan titik didihnya. Fraksi-fraksi ini yang menjadi cikal bakal bahan
bakar minyak, baik itu bensin, solar, minyak disel berat, bahan bakar industri
dan sebagainya. Semua fraksi tersebut menjalani proses lanjut, apakah proses
pemurnian ataupun konversi.
Proses separasi selalu berada di depan atau di belakang proses konversi.
Di depan bertujuan untuk membersihkan bahan baku dari pengotor yang
dapat mengganggu operasi konversi, dan di belakang untuk membersihkan
produk utama dari produk-produk samping, sampai produk utama memenuhi
kualitas standarnya.
Di bidang petrokimia dasar, seperti olefin dan aromatik, proses menjadi lebih
penting lagi karena produk kimia tersebut harus memiliki kadar kemurnian
yang sangat tinggi sebelum dipakai pada proses selanjutnya, misalnya dalam
proses polimerisasi untuk menghasilkan plastik atau serat sintetis.
Berbagai macam proses separasi dibedakan dari basis separasi yang dipakai.
Misalnya ada yang memakai bantuan panas seperti proses distilasi, memakai
bantuan pelarut seperti dalam ekstraksi, kombinasi distilasi dan ekstraksi yang
disebut distilasi ekstraktif, ekstraksi pada temperatur super kritis yang disebut
ekstraksi super kritik, memakai bantuan bahan penyerap seperti adsorpsi atau
memakai bahan lain yang berdasarkan perbedaan difusi seperti membran.
Ada pula yang memakai proses pendinginan seperti kristalisasi. Proses yang

76

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

dipilih tentulah lebih dulu distilasi karena paling sederhana dan paling murah.
Kalau tidak mungkin dengan distilasi barulah dicari metode separasi lainnya.
Proses Distilasi
Dalam proses distilasi, pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih dari
komponen-komponen yang dipisahkan. Apabila komponen-komponen
tersebut memiliki perbedaan tidik didih yang sempit maka peralatan
distilasinya jauh lebih rumit, yang dinyatakan dalam tingkat distilasi dari
menara distilasi, mirip seperti tingkat pada apartemen. Dalam setiap
tingkat terjadi proses pemurnian yang dilanjutkan pada tingkat selanjutnya.
Pemisahan senyawa-senyawa C8 aromatik misalnya dalam industri petrokimia
memerlukan proses distilasi lebih dari 200-400 tingkat sehingga menara
distilasi skala industrinya dapat mencapai ketinggian 90 meter.
Proses Ekstraksi
Proses ekstraksi memakai bantuan pelarut untuk memisahkan dua komponen
berbeda dalam umpan. Walau titik didihnya mirip, kedua komponen tersebut
memiliki perbedaan dalam karakter. Sebagai contoh senyawa hidrokarbon
lurus (parafin) dan hidrokarbon cincin (aromatik) memiliki sifat kepolaran yang
berbeda sehingga kalau dicampur dengan suatu pelarut yang polar (misalnya
sejenis amida) maka aromatik (yang polaritasnya lebih tinggi) akan tertarik ke
dalam pelarut amida tersebut dan meninggalkan parafin. Dengan demikian
terjadi dua lapisan campuran senyawa, yaitu ekstrak (aromatik dan pelarut)
dan rafinat (parafin dengan sedikit pelarut). Kedua lapisan tersebut kemudian
dipisahkan dan masing-masing kemudian menjalani proses lanjut, biasanya
proses distilasi, untuk memisahkan kembali pelarut dan pelarut kemudian
di daur ulang dan dikembalikan untuk proses ekstraksi umpan berikutnya.
Jadi di dalam proses ekstraksi terdiri dari dua tahap sehingga jelas lebih mahal
dari proses distilasi yang hanya satu tahap. Kriteria pemilihan pelarut adalah
selektivitas, aktivitas, perbedaan titik didih terhadap umpan, keramahan
lingkungan, daya tahan atau umur operasi, tingkat korosifitas terhadap
peralatan, dan harga. Selektivitas dimaksudkan kemampuan tingkat pisah
antara dua komponen dari umpan, artinya dalam kasus di atas, aromatik

77

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

sangat larut dalam pelarut sedangkan parafin sangat sedikit larutnya. Aktivitas
dimaksudkan kapasitas pelarutan dari pelarut yang dinyatakan jumlah
aromatik terlarut per satuan berat pelarut. Perbedaan titik didih pelarut
dari umpan diperlukan agar pada pemisahan pelarut dari kedua komponen
dapat dilakukan secara distilasi. Keramahan lingkungan pelarut dimaksudkan
tingkat toksisitasnya. Daya tahan atau umur operasi artinya pelarut tidak
mudah rusak sehingga dapat dipakai untuk waktu yang lama. Tingkat
korosivitas artinya pelarut tidak korosif terhadap instalasi proses. Harga tentu
saja akan menentukan keekonomian dan daya saing dari proses tersebut.
Distilasi ekstraktif
Dalam proses ini umpan yang terdiri dari dua komponen A dan B dicampur
dengan suatu pelarut, pelarut dan satu komponen A yang polaritasnya dekat
dengan pelarut akan membentuk suatu senyawa antara dengan suatu ikatan
lemah. Titik didih senyawa antara ini akan jauh berbeda dari komponen
B sehingga dapat dilakukan distilasi. Senyawa antara tersebut, kemudian
diuraikan kembali menjadi komponen A dan pelarut melalui distilasi. Dengan
demikan A dan B dapat dipisahkan.
Ekstraksi Super Kritik
Ekstraksi cara ini dilakukan pada temperatur dan tekanan di atas kritis dari
pelarut artinya pelarut sudah berupa fluida kritis dengan densitas yang cukup
tinggi. Pada kondisi ini pelarut akan mengekstrak salah satu komponen umpan
yang akan dipisahkan. Cara ini sering dipakai untuk memisahkan bahan alam
dari suatu produk nabati. Pelarut yang dipakai misalnya CO2. Cara ini juga
mulai dipakai dalam pengolahan migas misalnya memisahkan asphalten dari
komponen parafinik, karena pemisahan cara distilasi tidak memungkinkan
karena diperlukan temperatur tinggi yang berisiko perengkahan.
Adsorbsi
Proses ini memisahkan suatu komponen dari komponen lainnya memakai
bantuan bahan penyerap padat. Komponen yang satu dapat terserap
sedangkan komponen lainnya tetap lepas. Contohnya adalah pemisahan
senyawa-senyawa paraxylen, pemisahan kontaminasi merkuri dari gas alam.

78

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

Kristalisasi
Proses ini memanfaatkan perbedaan temperatur kristalisasi dari dua
komponen yang berbeda. Dengan cara pendinginan komponen yang satu
mengkristal lebih dulu dari yang lain. Biasanya ini dipakai untuk memisahmisahkan hidrokarbon berat.
Pemisahan dengan membran
Proses ini memanfaatkan perbedaan kemampuan difusi pada suatu media
yang disebut membran. Contohnya adalah pada pemisahan senyawasenyawa nonhidrokarbon seperti CO, H2S dari gas alam.
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Separasi
Secara umum dapat disimpulkan bahwa proses separasi bersandar kepada
perbedaan suatu sifat fisik atau suatu sifat kimiawi. Pemilihan jenis pemisahan
akan selalu berdasarkan berbagai kriteria seperti disebutkan di atas, agar
didapat suatu proses yang efektif, mudah dioperasikan, ramah lingkungan
dan ekonomis.
Proses separasi yang merupakan proses fisika berbasiskan sifat-sifat fisika
dari komponen-komponen yang akan dipisahkan maupun bahan pembantu
pemisahan. Berbeda dengan sifat kimia yang lebih rumit, sifat-sifat fisika dan
termodinamika fluida dapat dikorelasikan dengan suatu model prediktif.
Perilaku gas misalnya, dapat dimodelkan dalam suatu persamaan keadaan
pada suatu lingkup kondisi tertentu. Pemodelan ini tentu saja berbasiskan
data eksperimental, yang kemudian dikorelasikan dengan sifat-sifat molekuler
dari senyawa dengan juga melihat termodinamika kesetimbangan dari
larutan. Model ini, walaupun masih empiris, masih memiliki kemampuan
prediktif. Kemampuan pemodelan ini sangat membantu dalam penelitian
proses separasi dan juga dalam kegiatan perancangan proses separasi.
Di dalam operasionalisasinya di instalasi pabrik, maka yang juga berpengaruh
adalah sifat-sifat transfer massa dari komponen-komponen dalam fluida yang
akan diproses. Pengetahuan transfer massa juga sudah jauh berkembang
sehingga juga dapat dituangkan dalam permodelan untuk keperluan rancang
bangun.

79

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Separasi di LEMIGAS


Di sisi aplikasi, penelitian teknologi separasi di LEMIGAS terarah kepada
karakterisasi minyak bumi Indonesia yang berasal dari puluhan lapangan
minyak di Indonesia. Hasil karakterisasi disebut Evaluasi Minyak Bumi
Indonesia atau Indonesian Crude Assays. Metode utama dari karakterisasi
ini adalah destilasi diikuti oleh analisa sifat kimia fisika dari setiap fraksi.
Dengan demikian telah terkarakterisasi ratusan minyak mentah dari berbagai
lapangan dan dari berbagai tahun pelaksanaan analisisnya. Informasi ini
dimanfaatkan dalam perancangan operasional kilang maupun dalam
penentuan harga minyak mentah.
LEMIGAS juga telah meneliti potensi minyak bumi Indonesia sebagai bahan
baku minyak pelumas dasar. Indonesia memiliki beragam jenis dan ciri minyak
bumi sehingga perlu dilakukan seleksi. Dalam penelitian seleksi bahan baku
tersebut, LEMIGAS meniru konfigurasi kilang Pelumas di laboratorium. Proses
pembuatan minyak pelumas dasar di kilang Pertamina berbasiskan teknologi
separasi seluruhnya, yaitu proses-proses distilasi atmosferik, distilasi vakum,
propane deasphalting, ekstraksi dengan pelarut furfural, dan dewaxing atau
pemisahan kadar lilin dengan cara kristalisasi dalam media metil etil keton.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa dari seluruh minyak bumi Indonesia,
adalah minyak Minas dicampur dengan minyak Duri yang paling berpotensi
sebagai bahan baku minyak pelumas dasar.
Di sisi pengembangan, LEMIGAS memusatkan penelitian pada pengembangan
membran untuk memurnikan minyak pelumas bekas, dan untuk memisahkan
komponen kontaminasi atau nonhidrokarbon dari gas alam. Telah ditemukan
jenis dan konfigurasi membran yang cukup selektif dan aktif untuk
memisahkan CO2 dari gas alam dan sudah siap diuji coba di lapangan gas
Pertamina.
LEMIGAS juga telah mengembangkan perangkat adsorbsi untuk memisahkan
merkuri dari gas alam dengan basis karbon aktif, memberikan hasil yang
menjanjikan, dan perangkatnya pada skala pilot sudah siap diuji coba di
lapangan gas Indonesia.

80

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

Masa Depan Teknologi Separasi


Teknologi separasi akan terus berkembang mengikuti perkembangan
industri kimia yang selalu memunculkan produk, proses, dan metode baru
yang memerlukan solusi pemurnian. Demikian juga tuntutan komersial
memerlukan ditemukannya teknik separasi yang lebih ampuh, lebih ramah
lingkungan dan lebih ekonomis. Di LEMIGAS misalnya, pengembangan
bahan bakar nabati dari mikro alga membutuhkan teknik pemisahan minyak
nabati dari bahan mentah alganya, pengembangan fermentasi biomassa
untuk menghasilkan butanol memerlukan pemurnian butanol dari semua
produk samping fermentasi. Untuk mengurangi gas rumah kaca, diperlukan
teknik menangkap CO2 dari emisi pembangkit listrik berbahan bakar fossil,
dan sebagainya.
Penelitian di bidang teknologi separasi memerlukan para ahli di bidang
termodinamika, kimia organik dan kimia fisika, kimia molekuler, kimia
analitika, pemodelan kimia fisika dan pemodelan proses, transfer massa serta
operasi teknik kimia. Berbagai peralatan diperlukan di laboratorium penelitian
teknik separasi, seperti misalnya pengukuran kesetimbangan fasa, analisa
kimia fisika, unit uji mikro pilot berbagai jenis metode separasi, perangkat
lunak proses-proses separasi, dan pada waktunya juga diperlukan unit uji
proses separasi skala pilot.

Metodologi Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses


Metodologi pelaksanaan penelitian menjelaskan langkah-langkah dan cara
yang akan dilalui oleh peneliti dalam mencapai tujuan penelitian. Untuk
menghasilkan suatu produk teknologi diperlukan tahapan kegiatan yang
cukup panjang dan tersistem. Pada gambar 2.1 (sumber: IFP) disajikan
suatu skema yang menggambarkan langkah-langkah yang perlu dijalani
agar dihasilkan suatu produk yang memiliki kebaruan dan mempunyai nilai
ekonomis yang bagus serta siap dibawa ke calon pembeli atau pemakai.
Skema tersebut adalah untuk penelitian suatu proses untuk menghasilkan
suatu produk, namun secara umum, langkah-langkah yang ditempuh juga
serupa untuk tujuan penelitian yang lain.

81

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

Perumusan Ide Awal


Rencana program penelitian harus disusun dengan cakupan dari penelitian
awal sampai akhir sehingga dihasilkan produk yang diinginkan dan siap
untuk masuk pasar.
Tahap awal adalah menentukan penelitian apa yang akan dilakukan. Untuk
itu perlu diinventarisasi teknologi apa yang diperlukan industri migas yang
cakupannya sangat luas.
Di bidang pengolahan minyak menjadi produk-produk bahan bakar atau non
bahan bakar, diperlukan berbagai jenis katalis yang dapat bertahan lama dan
berbiaya murah, metode pemisahan dan pemurnian yang selektif, sederhana
dan hemat energi. Di bidang aplikasi pelumas, diperlukan pelumas yang dapat
bekerja pada kondisi mesin yang keras, tahan lama, dan ramah lingkungan.
Bidang-bidang kegiatan yang berbasis teknologi tersebut, dapat diuraikan
lagi menjadi ribuan komponen, produk, metode atau proses.
Dari kajian dan inventarisasi tersebut kemudian diinventarisasi dan diseleksi
mana yang layak untuk dikembangkan. Sang peneliti harus jeli di bagian mana
dapat dihasilkan terobosan teknologi. Kriterianya adalah bidang teknologi
yang kritikal diperlukan, dan memiliki pangsa pasar yang besar.
Catatan: Perumusan ide awal ini juga berlaku untuk penelitian di bidangbidang yang lain. Di bidang eksplorasi misalnya, diperlukan metode
interpretasi yang lebih akurat, data-data seismik, data gravity (gravitasi), data
heat flow (laju panas) dan data-data pengukuran lain yang diperoleh sewaktu
survei geologi. Di bidang ekploitasi, diperlukan alat bor yang lebih kecil dan
lebih fleksibel. Juga diperlukan metode evaluasi dan simulasi reservoar yang
lebih tepat dan metode peningkatan pengurasan baik secara EOR (enhanced
oil recovery) maupun IOR (improved oil recovery). Untuk pengeboran laut
dalam diperlukan anjungan yang stabil dengan berbagai peralatan bawah
laut yang dapat menangani berbagai observasi maupun operasi mekanikal.

82

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

Gambar 2.1 Alur Pengembangan Proses dan Produk


Sumber: Diolah dari Institut Francais du Petrole (IFP)

Evaluasi
Ekonomi/Pasar

Ide Awal Produk/Proses/Metode

KajianHak
Cipta/Paten

Kajian Literatur

Penelitian Dasar

Perumusan Proses/Produk
UjiLaboratorium
TahapAwal, SkalaMikro
Lengkapi Data
Varian Proses/ProdukTerpilih

EksperimentasiSkalaMinipilot

Produk/Proses yang Prospektif

PerancangandanKonstruksi Pilot Plant

Lengkapi Data
Percobaandengan Pilot Plant
EksploitasiHasildanStudi Scale Up

DATA
REKAYASA CUKUP ?

Perbaikan
Kinerja
Produk/
Proses

YA

DokumenProduk/Proses

SKALA INDUSTRI

83

Tidak

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

Beberapa langkah dalam pemilihan topik penelitian tersebut adalah:


Pertama, inventarisasi kebutuhan pasar atau industri, kemudian identifikasi
kegunaan dan manfaat hasil penelitian, apakah menciptakan bisnis
baru, dapat difabrikasi secara ekonomis, ada pasarnya, dapat menurunkan
biaya produksi atau biaya operasi, meningkatkan kegunaan suatu produk
atau peralatan, dapat dijual ke industri, menghasilkan keuntungan bagi
lembaga litbang yang membiayai penelitian. Setelah ditemukan suatu ide
tentang produk baru yang akan dikembangkan, dilakukan evaluasi kelayakan
pasar dan kelayakan ekonominya. Demikian juga diteliti apakah sudah ada
kompetitornya.
Prioritaskan produk yang berpangsa pasar besar, berteknologi paling
mudah (agar risiko rendah), dan berteknologi lebih unggul (meningkatkan
daya saing) dan jangka waktu yang sesingkat mungkin. Riset yang sifatnya
optimalisasi dari produk yang sudah ada biasanya dapat dilakukan dalam
jangka pendek sedangkan untuk menciptakan produk baru akan bersifat
jangka panjang.
Perlu juga diinventarisasi apakah ada tersedia mitra dari calon pengguna,
calon produsen dari produk yang akan dihasilkan serta untuk kegiatan
penelitiannya adakah mitra yang bisa diajak bekerja sama, misalnya lembagalembaga penelitian yang memiliki kompetensi yang diperlukan.
Kedua, kebaruan dari ide: dari kajian literatur dan penelusuran paten apakah
produk yang akan dihasilkan memiliki patentabilitas ?
Ketiga, pelaksanaannya: apakah jangka pendek atau panjang, penelitian
dasar atau terpakai, apakah pada skala laboratorium, skala mikro pilot, pilot
plant, apakah memakai fasilitas luar, memerlukan kerja sama atau kombinasi
semuanya.
Keempat, apakah tersedia kapasitas penelitian yang cukup: ketersediaan
peneliti dengan keahlian yang terkait, peralatan,bahan, waktu, dan biaya.

84

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

Kajian literatur dan Uji Tabung


Pada tahap penelitian dasar dilakukan kajian kepustakaan dan uji tabung
reaksi. Kegiatan ini bukan hanya dilakukan di awal penelitian, tapi terusmenerus selama berlangsungnya penelitian. Hal ini disebabkan dalam
kegiatan penelitian kadang-kadang akan berhadapan dengan kurangnya
informasi tentang fenomena yang mendasari proses kimia atau fisikanya,
jawabannya mungkin dapat ditemukan di literatur atau kalau tidak ada perlu
dilakukan pengujian dan pengukuran di laboratorium pada skala tabung
reaksi.
Juga perlu dilakukan penelusuran kepustakaan paten global untuk
memastikan bahwa produk yang akan dikembangkan adalah suatu kebaruan.
Kajian kepustakaan juga dilakukan untuk dapat merumuskan metodologi
eksperimental yang mungkin, mampu terap dan terbaik yang dapat dipilih
untuk penelitian tersebut.
Uji tabung reaksi juga untuk menseleksi langkah-langkah dan kondisi reaksi
atau proses apa yang terbaik untuk menghasilkan produk yang dituju. Di
tahap ini diuji/dianalisis berbagai varian kondisi operasi seperti temperatur,
tekanan, laju alir, komposisi fluida, katalis dan sebagainya. Varian yang terpilih
atau terpilih akan dipakai/diuji pada tahap selanjutnya.
Uji Simulasi Teoritis
Dengan makin dikuasainya dan makin luasnya ilmu pengetahuan dasar maka
berbagai fenomena kimia, fisika maupun biologi dapat diprediksi dengan
mendayagunakan pangkalan data yang komprehensif. Suatu molekul
baru misalnya dapat direkayasa secara teoritis dengan menerapkan kaidah
termodinamis, kaidah perilaku kimia dan reaksi kimia. Demikian juga dalam
ilmu fisika dan biologi. Jadi keterlaksanaan pencapaian tujuan penelitian
pada kaidah dasarnya dapat dilihat lebih dulu dengan uji simulasi teoritis
ini. Salah satu contoh di LEMIGAS adalah dalam penelitian biosurfaktan.
Dalam penelitian ini direkayasa secara teoritis jenis peptida yang mampu
memberikan surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan
fluida di sumur minyak sampai pada tingkat yang diperlukan untuk operasi

85

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

peningkatan pengurasan minyak. Dalam bidang katalisis juga dapat


digunakan simulasi teoritis untuk mencari komposisi katalis yang lebih baik
kinerjanya.
Uji Laboratorium Skala Mikro
Uji laboratorium skala mikro ditujukan untuk membuktikan bahwa tujuan
yang akan dicapai atau hipotesa yang akan dibuktikan sesuai dengan apa
yang diperkirakan. Pengujian ini tentu belum mempertimbangkan parameterparameter operasional yang mungkin terjadi pada implementasi skala besar.
Keuntungannya adalah berbiaya murah. Berbagai variasi percobaan dilakukan
di sini sehingga dapat ditentukan parameter kondisi operasional yang optimal
ataupun variasi produk atau proses yang terpilih. Kajian keekonomian juga
dilakukan pada skala ini berdasarkan parameter hasil uji laboratorium.
Demikian juga tetap dilakukan kajian patentabilitas dari hasil. Hasil yang
dicapai merupakan dasar pertimbangan untuk maju ke skala lebih besar,
apakah pada skala mini pilot atau skala pilot.
Uji Laboratorium Skala Mini Pilot
Pengujian pada skala ini adalah untuk mengobservasi kelakuan proses pada
skala mini yang konfigurasinya sudah meniru skala industri namun skalanya
belum cukup untuk diekstrapolasi pada skala industri. Keuntungannya adalah
berbiaya lebih murah dari skala pilot. Dalam tahapan ini diharapkan dapat
diperoleh produk atau proses prospektif yang dapat diuji lanjut pada skala
pilot. Kajian keekonomian dan patentabilitas juga tetap dilakukan lagi sebagai
pertimbangan tindak lanjut.
Tahap Uji Pilot
Pada tahap ini mula-mula dilakukan kajian tekno ekonomis kembali tapi
berdasarkan data penelitian yang sudah diperoleh pada tahapan sebelumnya.
Bilamana kajian menunjukkan bahwa produk yang akan dihasilkan dianggap
cukup prospektif maka diputuskan untuk melanjutkan penelitian pada tahap
pilot.

86

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

Pengujian pada skala ini bertujuan untuk mencari parameter-parameter


proses yang diperlukan untuk rancangan pabrik pada skala komersial. Unit
pilot dirancang berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada tahapantahapan sebelumnya. Unit pilot ini sudah mempunyai konfigurasi yang
sama dengan unit industrinya dan ukuran unit pilot dapat di scale up atau
diekstrapolasi pada skala produksi industri yang layak. Di tahap ini sangat
berperan keahlian dan keilmuan operasi teknik kimia seperti transfer massa,
transfer panas, mekanika fluida, teknik reaktor, teknik pisah/teknik pemurnian,
sistem kontrol dan sistem pengukuran. Apabila pada tahap ini dirasa data
dasar yang tersedia kurang memadai maka dilakukan ulang penelitian pada
tahap-tahap sebelumnya untuk melengkapi data yang diperlukan. Pada
tahap unit pilot ini dilakukan optimalisasi proses agar diperoleh sistem
dan konfigurasi yang efisien, efektif, aman dan ramah lingkungan. Semua
informasi dalam penelitian ini yang merupakan kebaruan dan layak paten
kemudian segera didaftarkan di biro paten.
Hasil dari tahap unit pilot adalah suatu dokumen yang biasa disebut process
book yang berisikan deskripsi lengkap dari proses dan dapat digunakan
sebagai informasi dan data acuan untuk perancangan pabrik pada skala
industri.
Dokumen process book merupakan produk final dari penelitian dan
pengembangan tersebut dan dapat ditawarkan atau dikomersialisasikan.
Demikian keseluruhan tahapan penelitian dan pengembangan suatu proses
yang dapat memakan waktu 3-7 tahun dan untuk keperluan pengadaan
peralatan, bahan dan tenaga ahli biaya unit pilot biayanya bisa berkisar satu
juta sampai puluhan juta US dollar, namun biaya ini akan tergantikan oleh
komersialisasi dari hasil/produk penelitian tersebut.
Karena berbagai aspek terkait dalam penelitian ini dan melibatkan berbagai
disiplin pengetahuan dan keahlian, penyusunan tim penelitian yang tangguh
sangatlah penting. Dari awal suatu tim yang lengkap sudah harus tersusun.
Penemuan-penemuan yang diperoleh selama berjalannya penelitian harus
segera dipatenkan dan disimpan dalam sistem informasi yang lengkap.
Demikian juga kerahasiaan perjalanan penelitian agar dijaga dengan cara
membatasi arus informasi keluar tim. Dalam perjalanan penelitian, pelaku

87

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

penelitian harus terus-menerus memantau perkembangan di bidang


penelitiannya agar dapat memastikan bahwa penelitian mereka masih
pada alur yang benar dari segala aspek, apakah sisi hak cipta, komersial dan
teknologi, bila tidak layak lagi karena sudah didahului kompetitor atau secara
ekonomis masih kalah dari teknologi yang ada maka hendaknya penelitian
dihentikan dulu. Bila dihasilkan suatu penemuan yang bernilai komersial,
segera siapkan rancangan pemasaran teknologi dan dukungan purnajual
teknologi. Produksi hasil penemuan dan komersialisasinya di pasar hendaknya
diserahkan kepada badan usaha yang kompeten dengan cara kerja sama
komersial.

Beberapa Pengalaman Penelitian


Di bawah ini diuraikan secara sangat ringkas beberapa penelitian dan kajian/
studi di mana saya ikut terlibat bersama para Peneliti lainnya dalam tim-tim
penelitian, baik di sisi konseptual, operasional, atau hanya manajerial.
1. Mengikuti Start Up Kilang Cilacap

Sekembalinya saya dari sekolah di Perancis pada pertengahan tahun 1976,


Pertamina sedang melakukan start up kilang baru di Cilacap. Kilang ini
mengolah minyak mentah ringan dari Saudi Arabia, yang disebut juga
Arabian Light Crude. Minyak mentah ini sekalian sebagai bahan baku
pembuatan minyak dasar pelumas.

Para staf Peneliti LEMIGAS lalu diundang untuk ikut dalam kegiatan
tersebut, antara lain dalam pengisian katalis ke dalam reaktor proses
reformasi katalitik dan proses-proses katalitik lainnya. Beberapa Peneliti
lain juga terlibat dalam kegiatan start up kilang pelumas, yang merupakan
kilang pelumas pertama di Indonesia dan memakai teknologi separasi
semuanya, mulai dari proses pemisahan aspal dari residu vakum, ekstraksi
fraksi aromatik dengan pelarut furfural dari destilat vakum, kemudian
diikuti proses dewaxing, yaitu pemisahan kandungan lilin, sehingga
produk akhirnya adalah bahan baku pelumas yang telah memenuhi
standar. Bahan baku ini nantinya dikirim ke pabrik minyak pelumas
Pertamina.

88

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

Pengalaman di lapangan ini sangat banyak manfaatnya bagi seorang


Peneliti dalam meluaskan wawasan industrinya dan dalam memahami arti
teknologi proses dalam realitanya sehingga dia akan mampu merancang
program-program penelitian yang membumi agar terjadi kaitan from
the plant to laboratory and from laboratory to the plant

2. Penelitian Bahan Baku Pelumas dari Minyak Bumi Indonesia (1987)


Seperti telah diuraikan di Bab 2.2.

3. Evaluasi Karakteristik Minyak Bumi dari Berbagai Lapangan Minyak


Indonesia (terus-menerus)

Seperti telah diuraikan di Bab 2.2.

4. Penelitian Biodiesel dari Kelapa Sawit (1989)


Seperti telah diuraikan di Bab 2.2.

5. Penelitian Membran Untuk Pemisahan Gas CO2


Seperti telah diuraikan di Bab 2.2.

6. Penelitian Metanol dan Etanol sebagai campuran bensin


Pada akhir tahun 80-an sudah dirasa perlunya dikembangkannya


energi alternatif. LEMIGAS dan Pertamina lalu melakukan penelitian
pencampuran metanol dalam bensin dan juga etanol dalam bensin.
Penelitian ini, selain uji kimia fisika campuran dan uji kinerja di mesin statis
laboratorium aplikasi produk, juga uji jalan dengan armada beberapa
kendaraan. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa campuran sampai
konsentrasi 10 persen metanol dan etanol cukup layak diterapkan.

7. Penelitian Konverter Katalitik


Konverter katalitik adalah perangkat yang dipasang di saluran gas


buang kendaraan untuk menyaring gas polutif dalam gas. LEMIGAS
mengantisipasi pemakaian konverter katalitik akan menjadi keharusan
bagi semua kendaraan di Indonesia. Puluhan juta perangkat tersebut
akan diperlukan sehingga ini merupakan suatu peluang bagi peningkatan
kegiatan ekonomi negara bila diproduksi di dalam negeri. Telah berhasil
dirancang formula katalis serta konfigurasi alatnya.

8. Penelitian Peningkatan Pengurasan Minyak secara Bioteknologi

89

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

Terdapat jenis mikroba tertentu yang dapat memproduksi surfaktan di


fluida sumur minyak yang kalau dikembangkan dapat didayagunakan
untuk menurunkan tegangan permukaan fluida dan pada gilirannya akan
meningkatkan produksi.

9. Kajian Pembuangan Gas CO2 dari Lapangan Gas Natuna.


Lapangan gas Natuna yang kaya CO2 akan menghasilkan ratusan juta ton
CO2 waktu memproduksikan LNG atau gas alam bebas CO2. Telah dikaji
apakah gas CO2 tersebut dibuang ke laut, ke udara atau diinjeksikan ke
dalam tanah.

10. Kajian Fasilitas Olah Lapangan dan Energi untuk Lapangan Injeksi Uap
Duri

Peningkatan produksi minyak Duri dilakukan dengan penyapuan dengan


uap panas. Puluhan ribu barel minyak perlu dibakar untuk memproduksi
uap. Telah dikaji berbagai alternatif bahan bakar seperti gas, batubara
dan nuklir.

11. Kajian Pemilihan Katalis AHRDM Kilang Balongan


Pertamina juga sangat terbantu dalam pengkajian pemilihan katalis


AHRDM (Atmospheric Heavy Residu Demetalisation) pada kilang minyak
Balongan. LEMIGAS bersama-sama beberapa perguruan tinggi bertindak
sebagai pengkaji atau fact finding dan untuk menentukan katalis terbaik
dari segi teknis di antara tawaran-tawaran katalis dari berbagai vendor.
Hasil kajian tersebut berhasil memecahkan masalah yang pada waktu itu
menimbulkan pertikaian yang cukup rumit.

12. Studi flow assurance


Satu pipa membawa minyak mentah dari berbagai lapangan dan


perusahaan yang berbeda seperti di Prabumulih menimbulkan persoalan
antar perusahaan bila ternyata neraca massa minyak masuk dan keluar
tidak sesuai dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan tertentu. Studi
LEMIGAS berhasil menciptakan formula dan prosedur untuk mengatasi
masalah tersebut.

13. Kajian Simulasi Proses


Kemampuan simulasi proses dikembangkan untuk membantu studi-studi


proses kilang.

90

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

14. Kajian Penerapan Teknologi Pinch Untuk Optimalisasi Energi Kilang


Teknologi ini cukup baru dan dapat meningkatkan penghematan


energi kilang yang sudah ada sampai 50 persen dan dapat merancang
konfigurasi pasokan energi yang optimal dalam rancang bangun kilang
baru.

Karya Tulis Ilmiah


Di bawah ini disajikan daftar karya tulis ilmiah penulis selama bertugas sebagai
Peneliti. Juga disajikan daftar beberapa tulisan lain di waktu bertugas sebagai
Gubernur OPEC sampai sekitar tahun 2004. Beberapa tulisan yang diterbitkan
kemudian yang sifatnya sebagai pengamat di bidang energi, isinya disajikan
dalam buku ini.
Internasional
1. Solvent Extraction of Aromatics From Middle Distillates, Equilibria
Prediction Method By Group Contribution, Chemical Engineering Science
Vol. 19, No. 11, PP 1543, 1984, Penulis Utama.
2. Prediction of Hydrocarbon Aromatic Extraction by Using Group
Contribution Method, Proceeding of World Congress III of Chemical
Engineering September 21-25, 1986, Penulis Utama.
3. Performance of Catalysts, The Need for Cooperation in Catalyst for
Asean Countries, ASCOPE Refining Workshop October 28, 1992 Bangkok,
Thailand, Penulis Utama.
4. The Potential of Indonesian Crudes for Lube Oil Base Manufacturing,
Conference & Exhibition ASCOPE 93 2-6 November 1993, Bangkok, Penulis
Utama.
5. Preparation of Palm Oil Ester-Diesel Fuel Mix and its Performance Test
on Stationary Engine, 1995 Porim International Biofuel Conference, 16-17
January 1995, Langkawi Island, Malaysia, Penulis Pendamping.
6. Thermal Enhanced Oil Recovery in Indonesia, Prospect of HTR Application,
Advisory Group Meeting-International Atomic Energy Agency on Non

91

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

Electrical Application of Nuclear Energy, Jakarta, 21-23 November 1995,


Penulis Utama.
7. The Possibility of the Utilization of Crude Palm Oil as Direct Automotive
Diesel Oil Blender Viewed from Its Specification, SAE Technical Paper
Series, International Spring Fuels & Lubricants Meeting Dearborn,
Michigan May 6-8, 1996, Penulis Pendamping.
8. The Elimination of Color in Kerosene Derived from Duri and Minas
Crude Oil Mixture by Exposure to light, Proceeding of 6th International
Conference on Stability and Handling of Liquid Fuels Vancourver, B.C.,
Canada October 12-17, 1997, Penulis Pendamping.
9. The Effect of Drying on the Selectivity of Cellulose Acetate Membranes
Using Different Mixtures of Solvent with Gradual Polarity, Oil and Gas
Exploration and Production Equipment, Technology and Services and
Refining and Petrochemical Engineering Technology, Phillipines 27-28
November 1997, Penulis Pendamping.
10. Optimisation of Heat Exchanger Network of a Hydrocracker Unit,
Proceedings, ASCOPE 97 Conference 24-27 November 1997, Indonesia,
Penulis Pendamping.
11. The Utilisation of Natunas CO2 for Petrochemical Industries in Mamberamo
River Catchment Area, Proceeding Seminar & Workshop on Mamberamo
River Catchment Area Development, 7-8 April 1997, Penulis Pendamping.
12. Industrial Chemical Technology Development in Indonesia, ASEAN
Chemical Processing Industry, US-ASEAN World Market Series, Business
Briefing, 1998, Penulis Tunggal.
13. Research and Development For Oil and Gas Technology in Indonesia:
Opportunities and Challenges, Keynote Speech at Caltex Pacific Indonesia
Technology Conference, 3-4 November 1998, Penulis Tunggal.
14. LNG in Indonesia, Overview of Gas Utilisation in Indonesia, Natural Gas
Conference 2001, 15 February 2001, The Hatton, London. Penulis Utama
15. Pertamina Steps to the Future From Public, From Public Assignment
to World Class Company, Indonesia British Oil and Gas Working Group,
London, March 13, 2003, Penulis Tunggal

92

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

16. OPEC: Vision, Mission and Development, World Oil Outlook to 2025.
Indonesian National Committee, World Energy Council, 29 July 2004,
Jakarta, Indonesia. Penulis Tunggal
17. New Vectors in Energy Security. 15th Annual Montreux Energy Roundtable,
27-29 September 2004, Montreux, Switzerland. Penulis Tunggal
18. Examining Current and Future Developments in the World Oil and Gas
Market. OPEC Bulletin, Vol XXXV, No 8, October 2004. Penulis Tunggal
19. Pouring Oil on Troubled Waters. World Petroleum. Published by First
Magazine to mark the 2004 Council Meeting of The World Petroleum
Congress, Madrid, Spain. Penulis Tunggal
20. Outlook for Oil & the Role of OPEC. An address to the Ministry of Energy
of the Philippines and industry representatives, 2 December 2004, Manila,
Philippines. Penulis Tunggal
21. The Oil Market Outlook, Scandinavian Oil-Gas Magazine, No 11/12 2004,
Vol 32. Penulis Tunggal
22. Foreword, International Oil and Gas Finance Review, 2005, Euromoney
Yearbooks, Euromoney Institutional Investor PLC. Penulis Tunggal
Nasional/Bahasa Inggris
1. Responses of Gasolines To Methanol/TBA, Scientific Contribution 1/88,
Penulis Utama.
2. Application of Process Simulation Software in Process Design as Viewed
by The User, Disajikan dalam PIRUSA 89 CAD/CAE for Improved
Productivity, Tutorial, Presentation and Exhibition, Jakarta, June 6-9,
1989, Penulis Utama.
3. Indonesian Needs of Technology R & D, Downstream Case, Proceedings
Indonesian Petroleum Association, Twentieth Annual Convention,
October 1991, Penulis Tunggal.
4. Biosurfactant and Bioacid Producing Microbes From Indonesian Oil Fields,
Proceedings Indonesian Petroleum Association, Twenty Fourth Annual
Convention, October 1995, Penulis Pendamping.

93

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

5. Potentials of Bacillus Stearothermophillus for Enhanced Oil Recovery a


Laboratory Experiment, LEMIGAS Scientific Contribution, 1995, Penulis
Pendamping.
6. How to Increase Gas Utilisation and Its Added Value in Indonesia, The 2nd
Part of IGA Seminar on Natural Gas, Jakarta, 17 July 2001, Penulis Tunggal
7. The Impact of Regional Autonomy Implementation in Oil and Gas Industry,
Mega Petro Event 2001, Procurement Solution Anticipating Oil and Gas
Industry Challenges, Jakarta, August 21, 2001, Penulis Tunggal
8. Integrated Resevoir-Surface Facilities Network Analysis, Indonesian
Petroleum Association 28 th Convention, October 2001. Penulis
Pendamping
Nasional/Bahasa Indonesia
1. Teknik Separasi, Lembaran Publikasi LEMIGAS No. 3/XI/1977, Penulis
Tunggal.
2. Pengantar Teknik Separasi, Lembaran Publikasi LEMIGAS No. 3/XII/1978,
Penulis Tunggal.
3. Pengantar Teknik Separasi, Pemilihan Metoda Separasi, Metoda Dasar,
Lembaran Publikasi LEMIGAS No. 4/XII/1978, Penulis Tunggal.
4. Ekstraksi Pada Pengolahan Minyak Pelumas Dengan Pelarut, Lembaran
Publikasi LEMIGAS No. 1, Tahun XIII, 1979, Penulis Tunggal.
5. Evaluasi Minyak Lumas Dasar Dari Beberapa Minyak Bumi Indonesia,
Lembaran Publikasi LEMIGAS No. IV, Tahun XIII 1979, Penulis Tunggal.
6. Laboratorium Konversi dan Katalisa LEMIGAS, Pertambangan dan Energi
No.4, 1985, Penulis Utama.
7. Metoda Peramalan Proses Ekstraksi, Aromat dari Fraksi Tengah Minyak
Bumi, Konvensi Nasional ke 4 BKK-PII Yogyakarta 2-3 dan 4 Juli 1985,
Penulis Tunggal.
8. Modelisasi Perhitungan Konfigurasi Pemipaan Uap Dalam Proses Industri,
Proceeding Seminar Pengendalian Proses dan Modeling Teknik Kimia
- ITS, 18 Februari 1986, Penulis Utama.

94

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

9. Perkiraan Sifat-Sifat Fluida Secara Termodinamis dan Aplikasinya pada


Simulasi Proses dan Simulasi Reservoir, Diskusi Ilmiah V Beberapa Hasil
Karya PPPTMGB LEMIGAS, Jakarta 24-25 April 1984, Penulis Tunggal.
10. Peningkatan Nilai Guna Minyak Bumi Duri Secara Visbreaking Suatu
Studi Eksperimental, Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional IV, Jakarta 8-12
September 1986, Penulis Utama.
11. Modelisasi Perhitungan Konfigurasi Pemipaan Uap, Dalam Suatu Sistem
Injeksi Uap, Temu Karya Peningkatan Seratus Tahun Usaha Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi di Indonesia, Jakarta 14-17 Oktober, 1985, Penulis
Utama.
12. Peranan Alumni FMIPA Dalam Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas, Seminar Ilmiah Lustrum VI FMIPA UGM-22-23
November 1985, Penulis Utama.
13. Aplikasi Simulator Proses Dalam Pengilangan Minyak Bumi, Seminar
Simulasi Sistem Dengan Komputer : Penggunaannya di Bidang Industri,
Institut Teknologi Bandung, 30 Juni - Juli 1987, Penulis Utama.
14. Karbon Dioksida Sebagai Sumber Material Ci, Kongres Nasional III dan
Seminar Ilmiah Himpunan Kimia Indonesia (HKI), Universitas Indonesia,
Depok, 7-9 Juli, 1988, Penulis Utama.
15. Diversifikasi Pemanfaatan Gas Alam, Konvensi Nasional V BKK-PII, 14-15
Juli 1988 FTI-ITB Bandung, Penulis Tunggal.
16. Beberapa Masukan untuk Penyusunan Kurikulum FMIPA - UGM, Reuni
Alumni FMIPA-UGM se-Jakarta, Jakarta 20 November 1988, Penulis Utama.
17. Tinjauan Pemakaian Oksigenat dalam Bensin di Eropa, Lembaran Publikasi
LEMIGAS No. 1/1989, Penulis Pendamping.
18. Aplikasi Model-model Termodinamika dalam Peramalan Kesetimbangan
Fasa, Seminar Aplikasi Analisis Termodinamika dalam Sistem Proses dan
Termal I, ITB, 6-7 Februari 1989, Penulis Tunggal.
19. Minyak Pelumas dari Campuran Minyak Bumi SLC-DURI, Diskusi Ilmiah
VI 8-9 Februari 1989, Penulis Utama.
20. Seleksi Minyak Bumi Indonesia untuk Pembuatan Bahan Baku Minyak
Pelumas, Diskusi Ilmiah VI 8-9 Februari 1989, Penulis Pendamping.

95

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

21. Persamaan Keadaan untuk Perhitungan Kesetimbangan Fasa Aplikasinya


pada Gas Alam dengan Komputer, Diskusi Ilmiah VI 8-9 Februari 1989,
Penulis Pendamping.
22. Beberapa Peluang Penelitian dan Pengembangan Konversi Gas Alam
Menjadi Bahan Bakar Cair, Warta Insinyur Kimia Vol 3, No.2, 1989, Penulis
Tunggal.
23. Pengujian Campuran Bensin-Methanol/TBA Sebagai Bahan Bakar ar
Konversi Energi Fluida dan Termal I, Bandung 7-9 Desember 1989, Penulis
Utama.
24. Profesi Kimia Dalam Litbangtek Migas, Makalah Dalam Seminar Lustrum
VII, FMILustrum VII, FMIPA-UGM, 17-18 Desember 1990, Penulis Utama.
25. Peralatan Penelitian Banyak Yang Kurang Darah, Suara Pembaharuan,
Sabtu 7 Juli 1990, Penulis Tunggal.
26. Penghematan Energi di Industri Dengan Teknologi Pinch- Peluang dan
Aplikasinya, Seminar Aplikasi Analisis Termodinamika Dalam Sistem
Proses dan Termal II, ITB, 28-29 Januari 1991, Penulis Utama.
27. Studi Penghematan Energi Pada Crude Tower Dengan Pendekatan
Teknologi Pinch dan Simulasi Proses, Konvensi VI BKK-PII, Surabaya 15-16
Juli 1991, Penulis Utama.
28. Perancangan Optimal Jaringan Penukar Kalor dengan Teknik Pinch,
Lembaran Publikasi LEMIGAS No. 3/1991, Penulis Utama.
29. Menghadapi Tantangan Penguasaan Teknologi, Diskusi Ilmiah VII, Hasil
Penelitian LEMIGAS - Jakarta, Februari 1992 PA-01, Penulis Utama.
30. Bahan Bakar Cair dari Batubara Indonesia, Prospeknya di Tahun 2000an
dan Penguasaan Teknologinya, Diskusi Ilmiah VII, Hasil Penelitian
LEMIGAS - Jakarta, Februari 1992 PA-10, Penulis Pendamping.
31. Manajemen Tenaga Fungsional Peneliti di PPPTMGB LEMIGAS, Makalah
Untuk DPMP, Direktorat Pengolahan PERTAMINA, 26 Mei 1994., Penulis
Utama.
32. Aktivitas Mikroba dalam Transformasi Substansi di Lingkungan
Situs Hidrokarbon, Lembaran Publikasi LEMIGAS No. 2/1994, Penulis
Pendamping.

96

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Migas

33. Pengembangan Industri Migas Hilir, Strategi Dukungan Teknologi, Diskusi


Ilmiah VIII PPPTMGB LEMIGAS. 13-14 Juni 1995, Penulis Tunggal.
34. Biodiesel, Alternatif Substitusi Solar yang Menjanjikan Bagi Indonesia,
Lembaran Publikasi LEMIGAS No. 1/95, Penulis Tunggal.
35. Bahan Kimia di Industri Migas yang Terkait dalam KPMSK (Konvensi
Pelarangan Menyeluruh Senjata Kimia), Forum Diseminasi Informasi
Tentang Pemahaman KPMSK di Kantor Pusat PERTAMINA, Jakarta tanggal
14 Juni 1996, Penulis Utama.
36. Karakteristik Beberapa Mikroba Lapangan Minyak Indonesia dalam
Perspektif MEOR, Disampaikan pada Simposium III PERTAMINA, Jakarta,
Desember 1995, Penulis Utama
37. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Bersih di Industri Pengolahan
Migas, Proceedings Temu Karya Pengolahan 97, 9-10 Oktober 1997,
Penulis Utama.
38. Pembuatan Membran Ultra Filtrasi dan Efek Pemisahannya Terhadap
Penurunan Kandungan Metal Minyak Lumas Bekas, Prosiding Seminar
Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 24-25 Oktober 1996, Penulis
Pendamping
39. Buku Minyak Bumi Indonesia Sifat dan Karakteristik, Buku Data Hasil
Pengukuran dan Evaluasinya, Penulis Pendamping.
40. Pemodelan Proses untuk Industri Migas, Kimia dan Petrokimia, Prosidings
Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo, 21-22 Oktober 1997, Pemodelan,
Simulasi, dan Optimisasi Proses ISSN-0854-7769, Penulis Pendamping.
41. Pengaruh Penambahan Hidroksida Logam pada Ekstraksi-Flokulasi
dengan Isobutanol terhadap Penurunan Kandungan Logam Minyak
Lumas Bekas, Prosiding Sem. Nas. V Kimia dalam Industri dan Lingkungan,
Ambarukmo Palace Hotel Yogyakarta, 9-10 Desember 1996, Penulis
Pendamping.
42. Sintesis Zeolit Pentasil sebagai Katalis Konversi Metanol-Hidrokarbon,
BPPS-UGM, 9 (1C), Februari 1996, Penulis Pendamping.
43. Mempertahankan Keberlangsungan Migas Nasional, Pendekatan
Strategis dan Teknologi Dalam Mengantisipasi Regulasi Baru, Simposium
IATMI, Yogyakarta, 3-5 Mei 2001, Penulis Tunggal

97

Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman

44. Bisnis Katalis dan Penelitian, Suatu Peluang, Seminar Nasional Kimia,
Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 6 Maret 2002, Penulis
Tunggal
45. LNG Indonesia Dalam Semangat UU Migas. Laporan: Sekretariat DKPP,
14 Agustus 2003, Jakarta. Penulis Tunggal
46. Restrukturisasi Korporat Pertamina, Dari Legacy ke Imperatif Baru, Dewan
Komisaris Pemerintah Untuk Pertamina (DKPP)- Ketua Tim Penyusun,
Pustaka LP3ES Indonesia, 2004.
47. OPEC dan Makin Rumitnya Harga Minyak. Suara Pembaruan, 27 Mei 2004.
Penulis Tunggal
48. Kemandirian Energi Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Indonesian
Students s Scientific Meeting, ISSM 2004, 7-9 October 2004, Aachen,
Germany. Penulis Tunggal

98

Anda mungkin juga menyukai