Penelitian dan
Pengembangan
Teknologi Proses
Migas
67
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
68
69
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
70
Teknologi Konversi
Contoh konversi dalam pengolahan minyak dan gas bumi adalah mengubah
fraksi minyak berat, yang terdiri atas rantai karbon di atas 14 menjadi fraksi
minyak lebih ringan setara bensin dengan rantai karbon 5-8 atau minyak solar
dengan rantai karbon 8-12. Proses ini disebut perengkahan atau cracking.
Contoh lainnya adalah pengubahan fraksi ringan pada rantai karbon 5-8 tanpa
mengurangi rantai karbonnya, menjadi struktur kimia yang lain dengan tujuan
memperoleh kualitas yang memenuhi standar, misalnya bensin yang memiliki
angka oktan tinggi. Proses tersebut dinamai reforming atau reformasi. Contoh
lain adalah menghilangkan komponen-komponen berbahaya bagi kesehatan
seperti belerang dari fraksi minyak dan gas, dengan mengeluarkan komponen
tersebut dengan cara mengikatnya dengan senyawa lain dan kemudian
dipisahkan. Proses ini disebut pemurnian.
Teknologi konversi ini mulai berkembang sejak munculnya industri mobil
mulai abad ke-19. Teknologi mesin kendaraan terus berkembang, baik dari segi
ukurannya, kinerjanya, dan efisiensi bahan bakarnya. Namun perkembangan
tersebut juga menuntut peningkatan kualitas bahan bakarnya, baik dari
segi struktur kimianya, kemurniannya, dan sifat-sifat fisiknya. Mesin mobil
yang pertama tidak memerlukan angka oktan yang tinggi, pembakarannya
belum efisien, tenaga mesinnya juga masih rendah. Kemudian ditemukan
mesin yang menghasilkan tenaga yang lebih besar, pemakaian bahan bakar
yang lebih efisien, emisi gas beracun lebih sedikit. Namun mesin mobil ini
menuntut kualitas bahan bakar yang lebih baik, yang lebih mudah terbakar
dan kandungan pengotornya lebih sedikit. Sejak awal abad ke-20 mulai
ditemukan teknologi perengkahan, dilanjutkan proses reformasi, isomerisasi
dan polimerisasi yang mampu menghasilkan bensin berangka oktan tinggi.
Konversi dapat pula dibedakan dari jenis prosesnya, yaitu katalitik dan termal.
Konversi katalitik adalah proses konversi memakai bantuan katalis. Konversi
termal adalah proses konversi memakai bantuan panas. Selain itu di bidang
migas juga sudah mulai berkembang konversi secara bioproses, seperti
misalnya fermentasi, untuk menghasilkan bahan bakar alternatif pengganti
migas.
71
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Perengkahan Katalitik
Dalam perengkahan katalitik diperlukan bahan pembantu yang disebut
katalis. Katalis adalah bahan yang diperlukan untuk terjadinya reaksi yang
dapat menghasilkan produk pada kondisi operasional yang cukup lunak
serta kualitas produk yang diinginkan. Dalam reaksi tersebut katalis hanya
bertindak sebagai fasilitator dan tidak ikut bereaksi atau berubah. Dalam
istilah kimia katalis dikatakan mampu menurunkan energi aktivasi yang
diperlukan agar reaksi dapat terjadi.
Perengkahan katalitik ada yang dalam suasana hidrogen dan ada yang tanpa
hidrogen. Hidrogen diperlukan agar hidrokarbon yang direngkah tetap
memiliki jumlah atom hidrogen yang cukup agar struktur molekulnya jenuh.
Hidrokarbon yang tidak jenuh cenderung tidak stabil dalam penyimpanan
dan menggumpal sehingga mengganggu kinerja mesin kendaraan.
Perengkahan tanpa memakai hidrogen menghasilkan hidrokarbon tidak
jenuh sehingga perlu diproses lanjut agar memenuhi syarat kualitas. Proses
tersebut disebut hidrogenasi.
Katalis yang dipakai dalam perengkahan katalitik bersuasana hidrogen yang
biasa disebut hydrocracking atau penghidrorengkahan adalah logam-logam
jenis transisi seperti tembaga, nikel, mangan, kobalt. Atom-atom logam ini
disebarkan di atas penyangga atau pendukung yang terdiri dari alumina.
Alumina berperan dalam memutus rantai hidrokarbon sedangkan logamlogam transisi berperan untuk memasukkan atom hidrogen kepada rantai
yang tidak jenuh atau disebut hidrogenasi. Temperatur operasinya berkisar
antara 300-400 derajat Celcius dan tekanan operasi berkisar antara 40-150
atmosfir.
Katalis yang dipakai dalam perengkahan katalitik tanpa suasana hidrogen
disebut juga catalytic cracking. Bahan katalisnya adalah jenis alumina yang
bersifat asam. Sifat asam ini yang mendorong terjadinya pemutusan rantai
hidrokarbon yang panjang menjadi lebih pendek. Temperatur operasinya
berkisar antara 450-500 derajat Celcius dan tekanan operasinya berkisar
antara 0.7 atmosfir.
72
Perengkahan Termal
Perengkahan termal memakai pemanasan sampai suatu temperatur tertentu
sehingga rantai hidrokarbon terputus. Tujuannya bisa menurunkan viskositas
atau kekentalan umpan yang berupa residu agar memenuhi kualitas standar
bahan bakar jenis bahan bakar berat. Tujuan lain adalah memecah rantai
hidrokarbon menjadi pendek sekelas 2 atau 3 atom karbon yang kemudian
dijadikan bahan baku petrokimia seperti etilena dan propilena. Dalam proses
ini bahan baku dipanaskan dan dialirkan dalam pipa-pipa panas sehingga
hidrokarbonnya memecah. Temperatur operasinya berkisar antara 500-600
derajat Celcius dan beroperasi pada tekanan sekitar 20-70 atmosfir.
Reformasi Katalitik
Contoh reformasi katalitik adalah reformasi katalitik yang mengubah fraksi
nafta (beratom karbon 5-7) yang angka oktannya rendah menjadi fraksi
reformat yang berangka oktan tinggi. Nafta tersebut umumnya terdiri dari
hidrokarbon berstruktur rantai karbon yang lurus sedangkan fraksi reformat
berstruktur rantai bercabang yang disebut senyawa alkil dan rantai berbentuk
cincin yang disebut senyawa aromatik. Katalis yang mampu mengubah
struktur tersebut pada kondisi yang lunak, yaitu temperatur dan tekanan
yang tidak terlalu tinggi, adalah dari logam-logam keluarga transisi seperti
tembaga, mangan, dan platina. Biasanya platina yang paling efektif. Pada
katalis jenis ini, atom-atom platina disebarkan diatas senyawa penyangga atau
pendukung yang disebut alumina. Pada proses reaksi, atom platina menarik
molekul hidrokarbon ke arahnya dan di permukaannya terjadilah pelepasan
molekul hidrogen sehingga hidrokarbon tersebut menjadi tidak jenuh, dan
selanjutnya karena tidak jenuh, rantai hidrokarbon tersebut membentuk
cincin agar menjadi stabil. Dengan demikian terbentuklah senyawa aromatik.
Senyawa penyangga juga berperan sebagai katalis yang mengubah
hidrokarbon rantai lurus menjadi rantai bercabang. Proses ini disebut
isomerisasi. Katalis tersebut bersifat asam dan pada kondisi inilah terjadi
isomerisasi. Hidrokarbon bercabang mempunyai angka oktan yang lebih
tinggi dari hidrokarbon lurus. Dewasa ini hidrokarbon bercabang lebih
disukai dari hidrokarbon aromatik karena sebagai komponen bensin karena
73
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
74
75
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Teknologi Separasi
Teknologi separasi atau teknik pemisahan tidak terlepas dari semua proses
di industri kimia, baik sifatnya untuk memisah-misahkan maupun untuk
pemurnian. Di industri migas, di kilang minyak misalnya, proses pertama
yang dilakukan adalah memisah-misahkan minyak mentah menjadi beberapa
fraksi minyak dari yang ringan sampai berat. Kriteria pemisahannya adalah
berdasarkan titik didihnya. Fraksi-fraksi ini yang menjadi cikal bakal bahan
bakar minyak, baik itu bensin, solar, minyak disel berat, bahan bakar industri
dan sebagainya. Semua fraksi tersebut menjalani proses lanjut, apakah proses
pemurnian ataupun konversi.
Proses separasi selalu berada di depan atau di belakang proses konversi.
Di depan bertujuan untuk membersihkan bahan baku dari pengotor yang
dapat mengganggu operasi konversi, dan di belakang untuk membersihkan
produk utama dari produk-produk samping, sampai produk utama memenuhi
kualitas standarnya.
Di bidang petrokimia dasar, seperti olefin dan aromatik, proses menjadi lebih
penting lagi karena produk kimia tersebut harus memiliki kadar kemurnian
yang sangat tinggi sebelum dipakai pada proses selanjutnya, misalnya dalam
proses polimerisasi untuk menghasilkan plastik atau serat sintetis.
Berbagai macam proses separasi dibedakan dari basis separasi yang dipakai.
Misalnya ada yang memakai bantuan panas seperti proses distilasi, memakai
bantuan pelarut seperti dalam ekstraksi, kombinasi distilasi dan ekstraksi yang
disebut distilasi ekstraktif, ekstraksi pada temperatur super kritis yang disebut
ekstraksi super kritik, memakai bantuan bahan penyerap seperti adsorpsi atau
memakai bahan lain yang berdasarkan perbedaan difusi seperti membran.
Ada pula yang memakai proses pendinginan seperti kristalisasi. Proses yang
76
dipilih tentulah lebih dulu distilasi karena paling sederhana dan paling murah.
Kalau tidak mungkin dengan distilasi barulah dicari metode separasi lainnya.
Proses Distilasi
Dalam proses distilasi, pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih dari
komponen-komponen yang dipisahkan. Apabila komponen-komponen
tersebut memiliki perbedaan tidik didih yang sempit maka peralatan
distilasinya jauh lebih rumit, yang dinyatakan dalam tingkat distilasi dari
menara distilasi, mirip seperti tingkat pada apartemen. Dalam setiap
tingkat terjadi proses pemurnian yang dilanjutkan pada tingkat selanjutnya.
Pemisahan senyawa-senyawa C8 aromatik misalnya dalam industri petrokimia
memerlukan proses distilasi lebih dari 200-400 tingkat sehingga menara
distilasi skala industrinya dapat mencapai ketinggian 90 meter.
Proses Ekstraksi
Proses ekstraksi memakai bantuan pelarut untuk memisahkan dua komponen
berbeda dalam umpan. Walau titik didihnya mirip, kedua komponen tersebut
memiliki perbedaan dalam karakter. Sebagai contoh senyawa hidrokarbon
lurus (parafin) dan hidrokarbon cincin (aromatik) memiliki sifat kepolaran yang
berbeda sehingga kalau dicampur dengan suatu pelarut yang polar (misalnya
sejenis amida) maka aromatik (yang polaritasnya lebih tinggi) akan tertarik ke
dalam pelarut amida tersebut dan meninggalkan parafin. Dengan demikian
terjadi dua lapisan campuran senyawa, yaitu ekstrak (aromatik dan pelarut)
dan rafinat (parafin dengan sedikit pelarut). Kedua lapisan tersebut kemudian
dipisahkan dan masing-masing kemudian menjalani proses lanjut, biasanya
proses distilasi, untuk memisahkan kembali pelarut dan pelarut kemudian
di daur ulang dan dikembalikan untuk proses ekstraksi umpan berikutnya.
Jadi di dalam proses ekstraksi terdiri dari dua tahap sehingga jelas lebih mahal
dari proses distilasi yang hanya satu tahap. Kriteria pemilihan pelarut adalah
selektivitas, aktivitas, perbedaan titik didih terhadap umpan, keramahan
lingkungan, daya tahan atau umur operasi, tingkat korosifitas terhadap
peralatan, dan harga. Selektivitas dimaksudkan kemampuan tingkat pisah
antara dua komponen dari umpan, artinya dalam kasus di atas, aromatik
77
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
sangat larut dalam pelarut sedangkan parafin sangat sedikit larutnya. Aktivitas
dimaksudkan kapasitas pelarutan dari pelarut yang dinyatakan jumlah
aromatik terlarut per satuan berat pelarut. Perbedaan titik didih pelarut
dari umpan diperlukan agar pada pemisahan pelarut dari kedua komponen
dapat dilakukan secara distilasi. Keramahan lingkungan pelarut dimaksudkan
tingkat toksisitasnya. Daya tahan atau umur operasi artinya pelarut tidak
mudah rusak sehingga dapat dipakai untuk waktu yang lama. Tingkat
korosivitas artinya pelarut tidak korosif terhadap instalasi proses. Harga tentu
saja akan menentukan keekonomian dan daya saing dari proses tersebut.
Distilasi ekstraktif
Dalam proses ini umpan yang terdiri dari dua komponen A dan B dicampur
dengan suatu pelarut, pelarut dan satu komponen A yang polaritasnya dekat
dengan pelarut akan membentuk suatu senyawa antara dengan suatu ikatan
lemah. Titik didih senyawa antara ini akan jauh berbeda dari komponen
B sehingga dapat dilakukan distilasi. Senyawa antara tersebut, kemudian
diuraikan kembali menjadi komponen A dan pelarut melalui distilasi. Dengan
demikan A dan B dapat dipisahkan.
Ekstraksi Super Kritik
Ekstraksi cara ini dilakukan pada temperatur dan tekanan di atas kritis dari
pelarut artinya pelarut sudah berupa fluida kritis dengan densitas yang cukup
tinggi. Pada kondisi ini pelarut akan mengekstrak salah satu komponen umpan
yang akan dipisahkan. Cara ini sering dipakai untuk memisahkan bahan alam
dari suatu produk nabati. Pelarut yang dipakai misalnya CO2. Cara ini juga
mulai dipakai dalam pengolahan migas misalnya memisahkan asphalten dari
komponen parafinik, karena pemisahan cara distilasi tidak memungkinkan
karena diperlukan temperatur tinggi yang berisiko perengkahan.
Adsorbsi
Proses ini memisahkan suatu komponen dari komponen lainnya memakai
bantuan bahan penyerap padat. Komponen yang satu dapat terserap
sedangkan komponen lainnya tetap lepas. Contohnya adalah pemisahan
senyawa-senyawa paraxylen, pemisahan kontaminasi merkuri dari gas alam.
78
Kristalisasi
Proses ini memanfaatkan perbedaan temperatur kristalisasi dari dua
komponen yang berbeda. Dengan cara pendinginan komponen yang satu
mengkristal lebih dulu dari yang lain. Biasanya ini dipakai untuk memisahmisahkan hidrokarbon berat.
Pemisahan dengan membran
Proses ini memanfaatkan perbedaan kemampuan difusi pada suatu media
yang disebut membran. Contohnya adalah pada pemisahan senyawasenyawa nonhidrokarbon seperti CO, H2S dari gas alam.
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Separasi
Secara umum dapat disimpulkan bahwa proses separasi bersandar kepada
perbedaan suatu sifat fisik atau suatu sifat kimiawi. Pemilihan jenis pemisahan
akan selalu berdasarkan berbagai kriteria seperti disebutkan di atas, agar
didapat suatu proses yang efektif, mudah dioperasikan, ramah lingkungan
dan ekonomis.
Proses separasi yang merupakan proses fisika berbasiskan sifat-sifat fisika
dari komponen-komponen yang akan dipisahkan maupun bahan pembantu
pemisahan. Berbeda dengan sifat kimia yang lebih rumit, sifat-sifat fisika dan
termodinamika fluida dapat dikorelasikan dengan suatu model prediktif.
Perilaku gas misalnya, dapat dimodelkan dalam suatu persamaan keadaan
pada suatu lingkup kondisi tertentu. Pemodelan ini tentu saja berbasiskan
data eksperimental, yang kemudian dikorelasikan dengan sifat-sifat molekuler
dari senyawa dengan juga melihat termodinamika kesetimbangan dari
larutan. Model ini, walaupun masih empiris, masih memiliki kemampuan
prediktif. Kemampuan pemodelan ini sangat membantu dalam penelitian
proses separasi dan juga dalam kegiatan perancangan proses separasi.
Di dalam operasionalisasinya di instalasi pabrik, maka yang juga berpengaruh
adalah sifat-sifat transfer massa dari komponen-komponen dalam fluida yang
akan diproses. Pengetahuan transfer massa juga sudah jauh berkembang
sehingga juga dapat dituangkan dalam permodelan untuk keperluan rancang
bangun.
79
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
80
81
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
82
Evaluasi
Ekonomi/Pasar
KajianHak
Cipta/Paten
Kajian Literatur
Penelitian Dasar
Perumusan Proses/Produk
UjiLaboratorium
TahapAwal, SkalaMikro
Lengkapi Data
Varian Proses/ProdukTerpilih
EksperimentasiSkalaMinipilot
Lengkapi Data
Percobaandengan Pilot Plant
EksploitasiHasildanStudi Scale Up
DATA
REKAYASA CUKUP ?
Perbaikan
Kinerja
Produk/
Proses
YA
DokumenProduk/Proses
SKALA INDUSTRI
83
Tidak
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
84
85
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
86
87
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Para staf Peneliti LEMIGAS lalu diundang untuk ikut dalam kegiatan
tersebut, antara lain dalam pengisian katalis ke dalam reaktor proses
reformasi katalitik dan proses-proses katalitik lainnya. Beberapa Peneliti
lain juga terlibat dalam kegiatan start up kilang pelumas, yang merupakan
kilang pelumas pertama di Indonesia dan memakai teknologi separasi
semuanya, mulai dari proses pemisahan aspal dari residu vakum, ekstraksi
fraksi aromatik dengan pelarut furfural dari destilat vakum, kemudian
diikuti proses dewaxing, yaitu pemisahan kandungan lilin, sehingga
produk akhirnya adalah bahan baku pelumas yang telah memenuhi
standar. Bahan baku ini nantinya dikirim ke pabrik minyak pelumas
Pertamina.
88
89
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Lapangan gas Natuna yang kaya CO2 akan menghasilkan ratusan juta ton
CO2 waktu memproduksikan LNG atau gas alam bebas CO2. Telah dikaji
apakah gas CO2 tersebut dibuang ke laut, ke udara atau diinjeksikan ke
dalam tanah.
10. Kajian Fasilitas Olah Lapangan dan Energi untuk Lapangan Injeksi Uap
Duri
90
91
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
92
16. OPEC: Vision, Mission and Development, World Oil Outlook to 2025.
Indonesian National Committee, World Energy Council, 29 July 2004,
Jakarta, Indonesia. Penulis Tunggal
17. New Vectors in Energy Security. 15th Annual Montreux Energy Roundtable,
27-29 September 2004, Montreux, Switzerland. Penulis Tunggal
18. Examining Current and Future Developments in the World Oil and Gas
Market. OPEC Bulletin, Vol XXXV, No 8, October 2004. Penulis Tunggal
19. Pouring Oil on Troubled Waters. World Petroleum. Published by First
Magazine to mark the 2004 Council Meeting of The World Petroleum
Congress, Madrid, Spain. Penulis Tunggal
20. Outlook for Oil & the Role of OPEC. An address to the Ministry of Energy
of the Philippines and industry representatives, 2 December 2004, Manila,
Philippines. Penulis Tunggal
21. The Oil Market Outlook, Scandinavian Oil-Gas Magazine, No 11/12 2004,
Vol 32. Penulis Tunggal
22. Foreword, International Oil and Gas Finance Review, 2005, Euromoney
Yearbooks, Euromoney Institutional Investor PLC. Penulis Tunggal
Nasional/Bahasa Inggris
1. Responses of Gasolines To Methanol/TBA, Scientific Contribution 1/88,
Penulis Utama.
2. Application of Process Simulation Software in Process Design as Viewed
by The User, Disajikan dalam PIRUSA 89 CAD/CAE for Improved
Productivity, Tutorial, Presentation and Exhibition, Jakarta, June 6-9,
1989, Penulis Utama.
3. Indonesian Needs of Technology R & D, Downstream Case, Proceedings
Indonesian Petroleum Association, Twentieth Annual Convention,
October 1991, Penulis Tunggal.
4. Biosurfactant and Bioacid Producing Microbes From Indonesian Oil Fields,
Proceedings Indonesian Petroleum Association, Twenty Fourth Annual
Convention, October 1995, Penulis Pendamping.
93
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
94
95
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
96
97
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
44. Bisnis Katalis dan Penelitian, Suatu Peluang, Seminar Nasional Kimia,
Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 6 Maret 2002, Penulis
Tunggal
45. LNG Indonesia Dalam Semangat UU Migas. Laporan: Sekretariat DKPP,
14 Agustus 2003, Jakarta. Penulis Tunggal
46. Restrukturisasi Korporat Pertamina, Dari Legacy ke Imperatif Baru, Dewan
Komisaris Pemerintah Untuk Pertamina (DKPP)- Ketua Tim Penyusun,
Pustaka LP3ES Indonesia, 2004.
47. OPEC dan Makin Rumitnya Harga Minyak. Suara Pembaruan, 27 Mei 2004.
Penulis Tunggal
48. Kemandirian Energi Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Indonesian
Students s Scientific Meeting, ISSM 2004, 7-9 October 2004, Aachen,
Germany. Penulis Tunggal
98