Anda di halaman 1dari 18

HIV AIDS

Disusun oleh:
Hanna Karmila
10.2009.243
Kelompok : D5
Alamat korespondensi : c0ol_iz3@yahoo.co.id

Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Terusan Arjuna No.6
Kebon Jeruk
Jakarta
2011
1

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah
Jumlah kasus baru infeksi HIV dewasa ini meningkat tajam terutama pada pengguna
narkoba suntikan dan pada masyarakat yang memiliki perilaku seksual kurang sehat.
Mengingat pengguna narkoba suntikan dan masyarakat dengan perilaku seksual tidak sehat
sudah amat meluas terutama di kota besar di Indonesia maka pengetahuan dari infeksi HIV
hendaknya harus dapat dimengerti.
Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai HIV AIDS
pada bagian berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya. Terima
kasih. Selamat membaca.

1.2 Tujuan Penulisan


Berdasar pada kenyataan tersebut, makalah ini dibuat untuk memberikan pengertian dan
penjelasan mengenai HIV AIDS. Hal ini dimaksudkan agar para pelajar dapat dengan
mudah mengetahui serta memahami mengenai HIV AIDS

BAB II
2

ISI
HIV AIDS
2.1

Definisi
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu
menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit karena adanya infeksi
virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus). Seseorang yang terinfeksi HIV dengan
mudah dapat terserang berbagai macam penyakit lain karena rendahnya daya imunitas
tubuh dan dapat mengakibatkan kematian.1
AIDS dapat didefinisikan sebagai suatu syndrome atau kumpulan gejala penyakit
dengan karakteristik defisiensi imun berat, dan merupakan manifestasi stadium akhir
infeksi HIV. Antibody HIV positif tidak identik dengan AIDS, karena AIDS harus
menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit akibat defisiensi sistem imun selular.1

2.2

Etiologi
Berdasarkan penelitian di Perancis dan AS penyebab defisiensi imunitas selular
ialah retrovirus Lymphadenopaty Assosiated Virus (LAV) dan kemudian di AS disebut
Human T Cell Leukimia Virus III (HTLV III). HTLV III juga disebut Human T
Cell Lymphotropic Virus (suatu retrovirus). Nama lain dari virus tersebut ialah Human
Immunodeficiency Virus (HIV).1
HIV terdiri dari HIV 1 dan HIV 2, dan insidens terbanyak karena HIV 1. Partikel
HIV terdiri atas dua untaian RNA dalam inti protein yang dilindingi envelop lipid asal sel
hospes.1

2.3

Epidemiologi
Kasus HIV AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 dan
tampak kenaikan yang cukup meningkat setelah tahun 2000-an. Hal ini disebabkan
karena pemakaian IDU yang makin meningkat.1,2
Tabel 1. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan umur 1
3

Golongan umur
<1
1-4
5-14
15-19
20-29
30-39
40-49
50-59
>60
Tidak diketahui

2.4

AIDS
218
261
152
631
10471
6727
1981
544
109
676

Cara penularan
Cara penularan belum jelas benar, tetapi diperkirakan infeksi ditularkan melalui
cairan tubuh. Virus HTLV III/LAV ditemukan dalam jumlah besar cairan sperma dan
darah, sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan air mata.1
Tiga cara penularan utama HIV, antara lain :1
Hubungan seksual
Baik secara vaginal, oral , ataupun anal dengan seorang pengidap. Ini
adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80 90% dari total kasus.
Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan
ulcus atau peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea,
kiamidia, kankroid, dan trikomoniasis.1
Kontak langsung dengan darah / produk darah/ jarum suntik
- Transfusi darah / produk darah yang tercemar HIV
- Pemakaian jarum tidak steril dan atau permakaian bersama jarum
suntik dan sempritnya kepada para pecandu narkotik suntik.
- Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
- Tato dan tindikan.
- Transplantasi organ.
Secara vertical
Dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan.1

2.5

Patofisiologi

HIV mempunyai sel target utama yaitu sel Lymphosit T4, yang mempunyai
reseptor CD4. Selain itu terdapat beberapa sel lain yang mempunyai reseptor CD4 antara
lain:1
-

Sel monosit
Sel makrofag
Sel folikulan dendritik
Sel retina
Sel leher rahim
Sel langerhans

HIV menginfeksi dan menimbulkan destruksi sel tersebut. HIV dapat laten dalam
sel imun dan dapat aktif kembali yang kemudian menimbulkan infeksi. Produksi virus
menimbulkan kematian sel dan juga limfosit yang tidak terinfeksi, defisiensi imun dan
AIDS. Sistem imun dikuasai oleh virus yang berproliferasi cepat diseluruh tubuh. Bila sel
CD4 turun dibawah100 per mikroliter, maka infeksi opurtunistis dan keganasan
meningkat. Dimensia HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus di otak.1
Protein selubung HIV gp 120 akan bersentuhan dan terikat pada reseptor CD4
pejamau (antara lain sel Lymphosit T4), lalu selubung HIV akan mengalami fusi dengan
membrane sel pejamu dan mendorong inti HIV akan masuk kedalam sitoplasma sel
pejamu, RNA virus akan dikonversi menjadi DNA oleh enzim RTase dan DNA ini yang
disebut DNA provirus.1
DNA provirus akan masuk kedalam inti sel penjamu dan dengan enzim integrase
(endonuklease) akan diintegrasikan secara acak pada DNA pejamu. Integrasi materi
genetic virus ini dimulai dengan adanya produksi RNA provirus yang sam sehingga akan
terbentuk virion baru, suatu virus HIV baru yang siap untuk menginfeksi sel target yang
lain, setelah keluar dari sel pejamu melalui suatu proses budding.1

2.6

Pemeriksaan

Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan adalah auto anamnesis. Dokter akan menanyakan
beberapa pertanyaan kepada pasien yang mengalami keluhan. Auto anamnesis ini
dipertujukan untuk mengetahui dengan lebih jelas apakan benar HIV AIDS atau
bukan. Beberapa pertanyaan,antara lain:3
-

Apakah ada demam?


Apakah ada letih?
Apakah ada nyeri otot dan sendi?
5

Apakah ada nyeri telan?


Apakah ada pembesaran kelenjar getah benih?
Apakah ada kelainan kulit penyerta keluhan?
Apakah pernah melakukan hubungan seksual yang tidak sehat?
Apakah ada gejala penyerta lainnya?

Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisik HIV dilakukan oleh dokter untuk mengetahui kondisi
kesehatan anda. Pemeriksaan HIV meliputi antara lain :4
Suhu.
Demam umum pada orang yang terinfeksi HIV, bahkan bila tidak
ada gejala lain. Demam kadang-kadang bisa menjadi tanda dari
jenispenyakit infeksi tertentu atau kanker yang lebih umum pada orang
yang mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah . Dokter akan memeriksa suhu pada
setiap kunjungan.4
Berat.
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan. Kehilangan
10% atau lebih dari berat badan mungkin akibat dari sin drom
wasting, yang merupakan salah satu tanda-tandaAIDS, d a n yang
paling parah tahap terakhir infeksi HIV. Diperlukan bantuan tambahan gizi yang
cukup jika telah kehilangan berat badan.4
Mata.
Cytomegalovirus (CMV) retinitis adalah komplikasi umum AIDS. Halini
terjadi lebih sering pada orang yang memiliki CD4 jumlah kurang dari100
sel per mikroliter (MCL). Termasuk gejala floaters, penglihatan kabur,atau
kehilangan penglihatan. Jika terdapat gejala retinitis CMV,diharuskan
memeriksakan diri kedokter mata sesegera mungkin. Beberapa dokter
menyarankan kunjungan dokter mata setiap 3 sampai 6bulan jika jumlah CD4
anda kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL).4
Mulut
Infeksi Jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum
padaorang yang terinfeksi HIV. Dokter akan akan melakukan
pemeriksaanm u l u t p a d a s e t i a p k u n j u n g a n . p e m e r i k s a k a n
6

g i g i s e t i d a k n ya d u a k a l i setahun. Jika beresiko terkena penyakit gusi


(penyakit periodontal), perlu ke dokter gigi lebih sering.4
Kelenjar getah bening.
Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati) tidak
selaludisebabkan oleh HIV. Pada pemeriksaankelenjar getah
ben ing yang semakin membesar atau jika ditemukan ukuran yang
berbeda, Dokter akan memeriksa kelenjar getah bening pada setiap kunjungan.4
Perut.
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan hati yang
membesar (hepatomegali) atau pembesaran limpa (splenomegali). Kondisi
ini dapatdisebabkan oleh infeksi baru atau mungkin menunjukkan kanker.
Dokter akan melakukan pemeriksaan perut pada kunjungan setiap atau jika
mengalami gejala-gejala seperti nyeri di kanan atas atau bagian kiri atas
perut.4
Kulit.
Kulit merupakan masalah yang umum untuk penderita
HIV.pemeriksaan yang teratur dapat mengungkapkan kondisi yang
dapatdiobati mulai tingkat keparahan daridermatitis seboroik dapat
sarkoma Kaposi. Dokter akan melakukan pemeriksaan kulit setiap 6
bulan atau kapan gejala berkembang.4
Ginekologi terinfeksi.
Perempuan yang HIV-memiliki lebihservikskelainan sel
daripadawanita yang tidak memiliki HIV. Perubahan ini sel dapat dideteksi
dengantes Pap. Harus memiliki dua tes Pap selama tahun pertama setelah
telah didiagnosa dengan HIV. Jika kedua pemeriksaan Pap
Smear hasilnya normal, harus melakukan tes Pap sekali
setahun.Mungkin harus memiliki tes Pap lebih sering jika pernah
memilikihasil tes abnormal. 4

Pemeriksaan laboratorium

Infeksi HIV mempunyai masa asimptomatik yang panjang. Karena itu


pemeriksaan laboratorium yang penting untuk menentukan adanya infeksi HIV.1
Deteksi antibody dengan ELISA
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan laboratorium yang banyak dipakai.
Test ini mempunyai sensitifitas yang tinggi. Hasil test positif palsu dapat
disebabkan oleh, antara lain:2
- Autoantibody
- Penerimaan vaksin HIV. Pada penelitian vaksin HIV didapatkan
-

orang yang divaksin HIV dapat menimbulkan test HIV positif.


Kesalahan teknis pemeriksaan

Hasil test negative disebabkan oleh, antara lain:2


-

Orang yang dites dalam masa jendela


Serokenversi
Pada keadaan AIDS lanjut dapat terjadi penurunan kekebalan
tubuh yang tajam sehingga tubuh tidak mampu membentuk

antibody
Agammaglobulinemia
Kesalahan teknik pemeriksaan

Untuk tujuan diagnosis, hasil test dinyatakan positif apabila test


penyaring dua kali positif ditambahn dengan test konfirmasi yakni dengan
western blot positif. Namun karena sekarang ets western blot biayanya
maha maka digunakan test penyaring 3 kali positif dengan kit yang
berbeda.2
Test western blot dilakukan dengan cara protein virus dilakukan
elektroforesis kemudian ditransefer kekertas nitroselulosa dan positif pada
serum pendertia. Adanya antibody terikat pada protein virus terutama pada
gp 41 dan p24 dan antihuman IgG positif kemudian dilabel dan pita atau
band akan tampak.2
Test cepat
Disebut juga dengan Oraquick dimana sedimen yang digunakan adalah
darah dari jari. Setelah 20 menit baru kemudian hasilnya bisa dilihat dan
test ini perlu dikonfirmasi dengan western blot.2,3
8

Test saliva dan urine


Sebenarnya pemeriksaan HIV dpat juga dilakukan pada saliva dan urin.
Kit untuk pemeriksaan ini tidak tersedia di Indonesia.2
Test untuk deteksi virus
Selain mendeteksi dengan cara antibody terhadap HIV dapat juga
dilakukan test untuk mendeteksi virus yakni dengan antigen HIV.
Biasanya yang diditeksi adalah DNA atau RNA virus. Di FKUI RSCM
tersedia pemeriksaan PCR untuk menentukan Viral Load.3
Test hitung jumlah limfosit CD4
Untuk memulai terapi anti retroviral serta memantau hasil pengobatan
digunakan test jumlah limfosit CD4. Test ini dapat dilakukan dengan
berbagai car diantaranya dengan immunofluoresensi dan flowsitometer.2

Bukti laboratorium yang menunjang atau menyangkal infeksi AIDS3


1. Menunjang infeksi3
- Serum dari seorang anak berumur lebih dari 15 bulan atau kurang
dari 15 bulan yang ibunya tidak dicurigai terinfeksi HIV selama
perinatal, yang reaktif berulang (positif) pada pemeriksaan anti
HIV penjaring (ELISA), asal saja pemeriksaan anti HIV
selanjutnya, jika dilakukan (western blot, immunofluorescens)
-

adalah positif.3
Serum dari seorang anak kurang dari 15 bulan, yang ibunya diduga
terinfeksi hiv selama masa perinatal, yang reaktif berulang pada
pemeriksaan anti HIV penjaring (ELISA), disertai peningkatan
akdar immunoglobulin serum dan sekurangnya satu hasil
pemeriksaan imunologik berikut abnormal, yakni:3
Jumlah absolute limfosit rendah
Jumlah limfosit CD 4 (T-helper) rendah atau ratio CD 4 /
CD 8 (Helper / supresor) berkurang
Test antibody lanjutan (western blot, immunofluorescen)

jika dilakukan adalah positif


Antigen HIV dalam serum positif 3

Kultur HIV positif dengan konfirmasi deteksi reverse transcriptase


dan antigen spesifik HIV atau dengan cara hibridisasi ini situ

menggunakan probe asam nukleat3


Hasil positif pada test lain terhadap HIV yang sangat spesifik
( misalnya probe asam nukleat dalam limfosit darah perifer)3

2. Menyangkat infeksi
Hasil non reaktif pada pemeriksaan anti HIV penjaring (ELISA) tanpa hasil
positif atau reaktif pada test lain pada infeksi HIV ( antibody, antigen.kultur)
jika dilakukan.3
3. Inkonklusif (tidak menunjang dan tidak pula menyangkal)3+
- Hasil pemeriksaan anti HIV penjaring ( ELISA ) yang member
hasil reaktif berulang, akan tetapi dengan hasil negative atau
inoklusi pada test suplemen ( western blot, immunofluorescens),
tanpa hasil positif dari kultur HIV atau antigen HIV serum , jika
-

dilakukan3
Serum dari seorang anak berumur kurang dari 15 bulan yang
ibunya diduga terinfeksi HIV selama masa perinatal yang hasil anti
HIV penjaring positif berulang, bhakan uji suplemen juga positif,
tanpa tanda lain immunodefisiensi seperti tersebut sebelumnya dan
tanpa hasil positif dari kultur HIV atau antigen HIV serum, jika
dilakukan.3

2.7

Diagnosis

Working diagnosis
- HIV AIDS
AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas selular yang pada penderitanya
tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut. Akibat kehilangan
kekebalan, penderita mudah terkena berbagai infeksi bakteri, jamur, parasit,
dan virus tertentu yang bersifat oppurtunistik.1

Differential diagnosis
- Sifilis
Penyakit yang pada umumnya berjangkit setelah hubungan seksual,
menahun dengan adanya remisis dan eksaserbasi, dapat menyerang semua

10

organ dalam tubuh terutama sistem cardivaskular, otak, dan susunan saraf.
Selain itu juga bisa terjadi sifilis kongenita.1
-

Lymphogranuloma venereum (LGV)


Penyakit venerik yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, afek
primer biasanya cepat hilang, bentuk yang tersering ialah sindrom inguinal.
Sindrom tersebut berupa limfadenitis dan periadenitis beberapa kelenjar getah
bening inguinal medial dengan kelima tanda radang akut dan disertai gejala
konstitusi, kemudian akan mengalami perlunakan yang tak serentak.1

Tuberkulosis
Suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.5

2.8

Gejala klinis dan kriteria diagnostik


Gejala penderita AIDS dapat berupa yang ringan sampai berat. Gejala HIV dibedakan
menjadi gejala major dan gejala minor.1,3
Yang termasuk gejala major, antara lain3
- Pada dewasa terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%, diare kronik lebih
dari satu bulan dan demam lebih dari satu bulan baik secara continue maupun
-

intermiten.
Pada anak terjadi penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang
abnormal, diare kronik lebih dari satu bulan dan demam lebih dari satu bulan.

Yang termasuk gejala minor, antara lain: 3


-

Pada orang dewasa terjadi batuk lebih dari satu bulan, dermatitis pruritus
umum, herpes zoster rekurens, candidiasis orofaring, limfadenopati umum dan

herpes simpleks diseminata kronis progresif.


Pada anak terjadi limfadenopati umum, candidiasis orofaring dan infeksi
umum yang terulang (otitits, faringitis dsb).

Selain itu , pembagian tingkat klinis penyakit infeksi HIV dibagi sebagai berikut :1
Tingkat klinis 1 (asimptomatik / limfadenopati generalisata persisten/ LGP)1
- Tanpa gejala sama sekali
- LGP
11

Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan
aktifitas normal.1

Tingkat klinis 2 (dini)1


- Penurunan berat badan kurang dari 10%
- Kelainan mulut dan kulit yang ringan misalnya dermatitits seboroik, pruriogo,
-

onikomikosis, ulcus pada mulut yang berulang dan keilitis angularis


Herpes zoster yang timbul dalam 5 tahun terakhir
Infeksi saluran atas berulang misalnya pada sinusitis

Pada tingkat ini penderita sudah mulai menunjukan gejala, namun masih dapat
beraktifitas dengan baik.

Tingkat klinis II (menengah)1


- Penurunan berat badan lebih dari 10 %
- Diare kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya
- Demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan baik secara
-

hilang timbul maupun terus menerus


Kandidioasis mulut
Bercak putih berambut dimulut (hanya leukoplakia)
Tuberculosis paru setahun terakhir
Infeksi bacterial berat misalnya pneumonia

Neoplasma mungkin menunjukan kemungkinan terjadinya HIV, antara lain:1


-

Sarcoma kaposis pada pria dengan usia dibawah 60 tahun


Limfoma yang termasuk non Hodgkin
Karsinoma sel skuamosa pada mulut dan anus

12

Gambar 1. Komplikasi AIDS 6

2.9

Penatalaksanaan
Pengobatan HIV AIDSdapat dibagi dalam :1,3
- Pengobatan suportif
Tujuan pengobatan suportif adalah untuk meningkatkan keadaaan umum
penderita. Pengobatan ini terdiri atas beberapa, yakni:3
o Pemberian gizi yang sesuai
o Obat simptomatik
o Vitamin
o Dukungan psikososial
Pengobatan ini penting dan pada umumnya dapat dilaksanakan dirumah dan
layanan kesehatan yang sederhana.3
-

Pengobatan infeksi opurtunistik2


Diagnostic infeksi opurtunistik ditegakan melalui manifestasi klinis
dengan acap kali perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologis. Infeksi opurtunistik terjadi karena kekebalan tubuh
yang amat menurun. Infeksi ini dapat disebabkan oleh beberapa, antara lain:2
o mikroba yang semula bersifat komensal ( candidiasis )
o reaktivitas kuman atau parasit yang telah ada dalam tubuh (TBC,
toxoplasma, dan citomegalo)
o infeksi baru

13

Tabel 2. Infeksi opurtinistik dan terapinya3


Infeksi
Candidiasis esophagus
Tuberculosis
N. avium kompleks (MAC)

Terapi
Flukonazol
Rifampicin, INH, etambutol, pirazina

streptomisin
Klaritromisin, etambutol, rifabutin

Toksoplasmosis

siprofloksasin
Perimetamin, sulfadiazine, asam fol

Sitomegalovirus
Herpes simpleks
Herpes zoster
Kriptokokosis meningal
Pneomonia P. carinii (PCP)

klindamisin
Gansiklofir, foscarnet
Asiklovir
Asiklovir
Amfoterisin B, flukonazol, itrakona
Kotromoksazol

Pengobatan antiretroviral (ART)1


Manfaat ART dicapai melalui pulihnya sistem kekbalam akibat HIV dan
pulihnya kerentanan obat terhadap infeksi opurtunistik. Perjalanan penyakit
HIV amat dipengaruhi ART. Secara umum kondisi kesehatan menjadi jauh
lebih baik.1
Teknik yang canggih dan bisa dipercaya untuk menghitung HIV didalam
viral load dengan teknik PCR. Cara ini yang memudahkan kita untuk
memantau efektifitas obat ART.1
Jumlah sel CD4 didalam darh merupakan indikatar yang dapat dipercaya
untuk memantau beratnya kerusakan kekebalah tubuh akibat HIV dan
memudahkan kita untuk mengambil keputusan memberikan pengobatan ART.1
ART ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan HIV dalam
tubuh. Penelitian terakhir menunjukan bahwa kombinasi ART dapat
menurunkan tajam viral load didalam darah.1
Obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi golongan RTI ( Reverse
Transcriptase Inhibitor) dan Pi (Protease Inhibitor). Dewasa ini terapi standar
yang banyak dianut adalah kombinasi 2RTI dan 1 PI.1
Tabel 3. Obat yang tergolong RTI dan PI1
14

NRTI
Azidotimidin (AZT)
Nevirapin ( Viramune)
Didanosin (ddl)
Delavirdin ( Rescriptor)
Dideoksisitidin (ddC)
Efapirenz ( Sustiva)
Stavudin ( d4T)
Lamivudin (3TC)

PI
Indinavir
Ritonavir
Saquinavir
Nelvinavir

WHO mengajukan kombiasi sebagai berikut:1


2 NRTI = 1 NRTI atau Abacavir atau PI
Di RSCM disediakan jenis obat yang banyak digunakan yakni:1
-

AZT
3TC
Nevirapin
Nelvinavir

ART sering menimbulkan efek samping namun pada umumnya efek samping ini
dapat ditoleransi. Bila timbul efek samping yang berat maka perlu dipikirkan
untuk mengganti ibat tersebut dengan obat lain. Efek samping yang cukup sering
dijumpai, antara lain:1
-

Anemia yang disebabkan penggunaan AZT


Gejala gangguan saraf yang disebabkan penggunaan EFZ
Hepatotoksin, diare, dan kemerahan pada kulit dapat disebabkan oleh NVP
Nefrolitiasis dapat disebabkan oleh IDV
Gangguan metabolic dapat disebabkan oleh PI
Kemungkinan teratogenik pada penggunaan EFZ

2.10 Prognosis
Sepuluh tahun setelah infeksi HIV, 50% penderita mengalami AIDS. Bila tidak
diatasi dengan segera prognosis AIDS buruk karena HIV menginfeksi sistem imun
terutama sel CD4 dan akan menimbulkan destruksi sel tersebut. Akibatnya banyak sekali
penyakit yang dapat menyertainya. Dengan pemberian ARV sedini mungkin ternyata
perjalanan penyakit bisa memanjang.7

2.11 Profilaksis
Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain : 7
15

Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui menderita AIDS

dan orang yang sering menggunakan obat bius secara intravena


Mitra seksual multiple atau hubungan seksual dengan orang yang memounyai
banyak teman kencan seksual, memberikan kemungkinan lebih besar untuk

terkena HIV AIDS


Cara hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rectal dapat

memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS.


Darah transfuse yang terkontaminasi dibuang
Ibu hamil yang terkontaminasi sebaiknya melahirkan secara operasi cesar dan
sebaiknya tidak memberikan ASI kepada bayinya.

BAB III
Penutup
16

3.1 Kesimpulan
Demikianlah makalah yang berisi mengenai penjelasan dan pengertian mengenai
HIV AIDS. AIDS adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit
karena adanya infeksi HIV. Seorang yang terinfeksi HIV dengan mudah dapat terserang
penyakit lain karena rendahnya daya imunitas tubuh dan dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman akan penyakit ini sangat penting dalam
membantuk diagnosis dan penatalaksanaannya. Oleh karena itu, hal ini sangat perlu
diperhatikan.

3.2 Kritik dan Saran


Penulis berharap dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat lebih baik
dalam memahami mengenai HIV AIDS, sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Demikianlah makalah yang berisi tentang osteoarthritis. Penulis menyadari bahwa
banyak kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu penulis bersedia
menerima kritik dan saran yang membangun, agar kedepannya menjadi lebih baik.
Terima kasih.

Daftar Pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
FKUI; 2010.
17

2. Daili SJ, Judonarso J, Zubier F, Bramono K, Sugito TL, Djajakusumah TS. Standardisasi
diagnostik dan penatalaksanaan beberapa penyakit menular seksual. Jakarta: FKUI; 2001.
3. Boedihartono H, Wardhani A S, Djalal F, Mulyadi B, Djoerban Z, Wirawan D, et al.
Petunjuk khusus perawatan pasien dan jenazah di rumah sakit. Jakarta : Departemen
Kesehatan ; 2002.
4. Safitri U . Pemeriksaan fisik HIV AIDS. 28 Mei 2010. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/51582100/Pemeriksaan-Fisik-Hiv-Aids , 28 April 2011.
5. Medicastore. TBC. 27 Maret 2010. Diunduh dari http://medicastore.com/tbc/ , 28 April
2011.
6. Alniubi. TBC. 15 April 2009. Diunduh dari http://www.google.co.id/imglanding?
q=hiv+aids&hl=id&gbv=2&tbm=isch&tbnid=C8dZ1SZ60NyltM:&imgrefurl=http , 28
April 2011
7. Nasronudin. Pendekatan biologi molekuler, klinis, dan social. Jakarta : Airlangga ; 2007.

18

Anda mungkin juga menyukai