Disusun oleh:
Hanna Karmila
10.2009.243
Kelompok : D5
Alamat korespondensi : c0ol_iz3@yahoo.co.id
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah
Jumlah kasus baru infeksi HIV dewasa ini meningkat tajam terutama pada pengguna
narkoba suntikan dan pada masyarakat yang memiliki perilaku seksual kurang sehat.
Mengingat pengguna narkoba suntikan dan masyarakat dengan perilaku seksual tidak sehat
sudah amat meluas terutama di kota besar di Indonesia maka pengetahuan dari infeksi HIV
hendaknya harus dapat dimengerti.
Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai HIV AIDS
pada bagian berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya. Terima
kasih. Selamat membaca.
BAB II
2
ISI
HIV AIDS
2.1
Definisi
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu
menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit karena adanya infeksi
virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus). Seseorang yang terinfeksi HIV dengan
mudah dapat terserang berbagai macam penyakit lain karena rendahnya daya imunitas
tubuh dan dapat mengakibatkan kematian.1
AIDS dapat didefinisikan sebagai suatu syndrome atau kumpulan gejala penyakit
dengan karakteristik defisiensi imun berat, dan merupakan manifestasi stadium akhir
infeksi HIV. Antibody HIV positif tidak identik dengan AIDS, karena AIDS harus
menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit akibat defisiensi sistem imun selular.1
2.2
Etiologi
Berdasarkan penelitian di Perancis dan AS penyebab defisiensi imunitas selular
ialah retrovirus Lymphadenopaty Assosiated Virus (LAV) dan kemudian di AS disebut
Human T Cell Leukimia Virus III (HTLV III). HTLV III juga disebut Human T
Cell Lymphotropic Virus (suatu retrovirus). Nama lain dari virus tersebut ialah Human
Immunodeficiency Virus (HIV).1
HIV terdiri dari HIV 1 dan HIV 2, dan insidens terbanyak karena HIV 1. Partikel
HIV terdiri atas dua untaian RNA dalam inti protein yang dilindingi envelop lipid asal sel
hospes.1
2.3
Epidemiologi
Kasus HIV AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 dan
tampak kenaikan yang cukup meningkat setelah tahun 2000-an. Hal ini disebabkan
karena pemakaian IDU yang makin meningkat.1,2
Tabel 1. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan umur 1
3
Golongan umur
<1
1-4
5-14
15-19
20-29
30-39
40-49
50-59
>60
Tidak diketahui
2.4
AIDS
218
261
152
631
10471
6727
1981
544
109
676
Cara penularan
Cara penularan belum jelas benar, tetapi diperkirakan infeksi ditularkan melalui
cairan tubuh. Virus HTLV III/LAV ditemukan dalam jumlah besar cairan sperma dan
darah, sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan air mata.1
Tiga cara penularan utama HIV, antara lain :1
Hubungan seksual
Baik secara vaginal, oral , ataupun anal dengan seorang pengidap. Ini
adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80 90% dari total kasus.
Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan
ulcus atau peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea,
kiamidia, kankroid, dan trikomoniasis.1
Kontak langsung dengan darah / produk darah/ jarum suntik
- Transfusi darah / produk darah yang tercemar HIV
- Pemakaian jarum tidak steril dan atau permakaian bersama jarum
suntik dan sempritnya kepada para pecandu narkotik suntik.
- Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
- Tato dan tindikan.
- Transplantasi organ.
Secara vertical
Dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat
melahirkan ataupun setelah melahirkan.1
2.5
Patofisiologi
HIV mempunyai sel target utama yaitu sel Lymphosit T4, yang mempunyai
reseptor CD4. Selain itu terdapat beberapa sel lain yang mempunyai reseptor CD4 antara
lain:1
-
Sel monosit
Sel makrofag
Sel folikulan dendritik
Sel retina
Sel leher rahim
Sel langerhans
HIV menginfeksi dan menimbulkan destruksi sel tersebut. HIV dapat laten dalam
sel imun dan dapat aktif kembali yang kemudian menimbulkan infeksi. Produksi virus
menimbulkan kematian sel dan juga limfosit yang tidak terinfeksi, defisiensi imun dan
AIDS. Sistem imun dikuasai oleh virus yang berproliferasi cepat diseluruh tubuh. Bila sel
CD4 turun dibawah100 per mikroliter, maka infeksi opurtunistis dan keganasan
meningkat. Dimensia HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus di otak.1
Protein selubung HIV gp 120 akan bersentuhan dan terikat pada reseptor CD4
pejamau (antara lain sel Lymphosit T4), lalu selubung HIV akan mengalami fusi dengan
membrane sel pejamu dan mendorong inti HIV akan masuk kedalam sitoplasma sel
pejamu, RNA virus akan dikonversi menjadi DNA oleh enzim RTase dan DNA ini yang
disebut DNA provirus.1
DNA provirus akan masuk kedalam inti sel penjamu dan dengan enzim integrase
(endonuklease) akan diintegrasikan secara acak pada DNA pejamu. Integrasi materi
genetic virus ini dimulai dengan adanya produksi RNA provirus yang sam sehingga akan
terbentuk virion baru, suatu virus HIV baru yang siap untuk menginfeksi sel target yang
lain, setelah keluar dari sel pejamu melalui suatu proses budding.1
2.6
Pemeriksaan
Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan adalah auto anamnesis. Dokter akan menanyakan
beberapa pertanyaan kepada pasien yang mengalami keluhan. Auto anamnesis ini
dipertujukan untuk mengetahui dengan lebih jelas apakan benar HIV AIDS atau
bukan. Beberapa pertanyaan,antara lain:3
-
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisik HIV dilakukan oleh dokter untuk mengetahui kondisi
kesehatan anda. Pemeriksaan HIV meliputi antara lain :4
Suhu.
Demam umum pada orang yang terinfeksi HIV, bahkan bila tidak
ada gejala lain. Demam kadang-kadang bisa menjadi tanda dari
jenispenyakit infeksi tertentu atau kanker yang lebih umum pada orang
yang mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah . Dokter akan memeriksa suhu pada
setiap kunjungan.4
Berat.
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan. Kehilangan
10% atau lebih dari berat badan mungkin akibat dari sin drom
wasting, yang merupakan salah satu tanda-tandaAIDS, d a n yang
paling parah tahap terakhir infeksi HIV. Diperlukan bantuan tambahan gizi yang
cukup jika telah kehilangan berat badan.4
Mata.
Cytomegalovirus (CMV) retinitis adalah komplikasi umum AIDS. Halini
terjadi lebih sering pada orang yang memiliki CD4 jumlah kurang dari100
sel per mikroliter (MCL). Termasuk gejala floaters, penglihatan kabur,atau
kehilangan penglihatan. Jika terdapat gejala retinitis CMV,diharuskan
memeriksakan diri kedokter mata sesegera mungkin. Beberapa dokter
menyarankan kunjungan dokter mata setiap 3 sampai 6bulan jika jumlah CD4
anda kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL).4
Mulut
Infeksi Jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum
padaorang yang terinfeksi HIV. Dokter akan akan melakukan
pemeriksaanm u l u t p a d a s e t i a p k u n j u n g a n . p e m e r i k s a k a n
6
Pemeriksaan laboratorium
antibody
Agammaglobulinemia
Kesalahan teknik pemeriksaan
adalah positif.3
Serum dari seorang anak kurang dari 15 bulan, yang ibunya diduga
terinfeksi hiv selama masa perinatal, yang reaktif berulang pada
pemeriksaan anti HIV penjaring (ELISA), disertai peningkatan
akdar immunoglobulin serum dan sekurangnya satu hasil
pemeriksaan imunologik berikut abnormal, yakni:3
Jumlah absolute limfosit rendah
Jumlah limfosit CD 4 (T-helper) rendah atau ratio CD 4 /
CD 8 (Helper / supresor) berkurang
Test antibody lanjutan (western blot, immunofluorescen)
2. Menyangkat infeksi
Hasil non reaktif pada pemeriksaan anti HIV penjaring (ELISA) tanpa hasil
positif atau reaktif pada test lain pada infeksi HIV ( antibody, antigen.kultur)
jika dilakukan.3
3. Inkonklusif (tidak menunjang dan tidak pula menyangkal)3+
- Hasil pemeriksaan anti HIV penjaring ( ELISA ) yang member
hasil reaktif berulang, akan tetapi dengan hasil negative atau
inoklusi pada test suplemen ( western blot, immunofluorescens),
tanpa hasil positif dari kultur HIV atau antigen HIV serum , jika
-
dilakukan3
Serum dari seorang anak berumur kurang dari 15 bulan yang
ibunya diduga terinfeksi HIV selama masa perinatal yang hasil anti
HIV penjaring positif berulang, bhakan uji suplemen juga positif,
tanpa tanda lain immunodefisiensi seperti tersebut sebelumnya dan
tanpa hasil positif dari kultur HIV atau antigen HIV serum, jika
dilakukan.3
2.7
Diagnosis
Working diagnosis
- HIV AIDS
AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas selular yang pada penderitanya
tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut. Akibat kehilangan
kekebalan, penderita mudah terkena berbagai infeksi bakteri, jamur, parasit,
dan virus tertentu yang bersifat oppurtunistik.1
Differential diagnosis
- Sifilis
Penyakit yang pada umumnya berjangkit setelah hubungan seksual,
menahun dengan adanya remisis dan eksaserbasi, dapat menyerang semua
10
organ dalam tubuh terutama sistem cardivaskular, otak, dan susunan saraf.
Selain itu juga bisa terjadi sifilis kongenita.1
-
Tuberkulosis
Suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.5
2.8
intermiten.
Pada anak terjadi penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang
abnormal, diare kronik lebih dari satu bulan dan demam lebih dari satu bulan.
Pada orang dewasa terjadi batuk lebih dari satu bulan, dermatitis pruritus
umum, herpes zoster rekurens, candidiasis orofaring, limfadenopati umum dan
Selain itu , pembagian tingkat klinis penyakit infeksi HIV dibagi sebagai berikut :1
Tingkat klinis 1 (asimptomatik / limfadenopati generalisata persisten/ LGP)1
- Tanpa gejala sama sekali
- LGP
11
Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan
aktifitas normal.1
Pada tingkat ini penderita sudah mulai menunjukan gejala, namun masih dapat
beraktifitas dengan baik.
12
2.9
Penatalaksanaan
Pengobatan HIV AIDSdapat dibagi dalam :1,3
- Pengobatan suportif
Tujuan pengobatan suportif adalah untuk meningkatkan keadaaan umum
penderita. Pengobatan ini terdiri atas beberapa, yakni:3
o Pemberian gizi yang sesuai
o Obat simptomatik
o Vitamin
o Dukungan psikososial
Pengobatan ini penting dan pada umumnya dapat dilaksanakan dirumah dan
layanan kesehatan yang sederhana.3
-
13
Terapi
Flukonazol
Rifampicin, INH, etambutol, pirazina
streptomisin
Klaritromisin, etambutol, rifabutin
Toksoplasmosis
siprofloksasin
Perimetamin, sulfadiazine, asam fol
Sitomegalovirus
Herpes simpleks
Herpes zoster
Kriptokokosis meningal
Pneomonia P. carinii (PCP)
klindamisin
Gansiklofir, foscarnet
Asiklovir
Asiklovir
Amfoterisin B, flukonazol, itrakona
Kotromoksazol
NRTI
Azidotimidin (AZT)
Nevirapin ( Viramune)
Didanosin (ddl)
Delavirdin ( Rescriptor)
Dideoksisitidin (ddC)
Efapirenz ( Sustiva)
Stavudin ( d4T)
Lamivudin (3TC)
PI
Indinavir
Ritonavir
Saquinavir
Nelvinavir
AZT
3TC
Nevirapin
Nelvinavir
ART sering menimbulkan efek samping namun pada umumnya efek samping ini
dapat ditoleransi. Bila timbul efek samping yang berat maka perlu dipikirkan
untuk mengganti ibat tersebut dengan obat lain. Efek samping yang cukup sering
dijumpai, antara lain:1
-
2.10 Prognosis
Sepuluh tahun setelah infeksi HIV, 50% penderita mengalami AIDS. Bila tidak
diatasi dengan segera prognosis AIDS buruk karena HIV menginfeksi sistem imun
terutama sel CD4 dan akan menimbulkan destruksi sel tersebut. Akibatnya banyak sekali
penyakit yang dapat menyertainya. Dengan pemberian ARV sedini mungkin ternyata
perjalanan penyakit bisa memanjang.7
2.11 Profilaksis
Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain : 7
15
Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui menderita AIDS
BAB III
Penutup
16
3.1 Kesimpulan
Demikianlah makalah yang berisi mengenai penjelasan dan pengertian mengenai
HIV AIDS. AIDS adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit
karena adanya infeksi HIV. Seorang yang terinfeksi HIV dengan mudah dapat terserang
penyakit lain karena rendahnya daya imunitas tubuh dan dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman akan penyakit ini sangat penting dalam
membantuk diagnosis dan penatalaksanaannya. Oleh karena itu, hal ini sangat perlu
diperhatikan.
Daftar Pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
FKUI; 2010.
17
2. Daili SJ, Judonarso J, Zubier F, Bramono K, Sugito TL, Djajakusumah TS. Standardisasi
diagnostik dan penatalaksanaan beberapa penyakit menular seksual. Jakarta: FKUI; 2001.
3. Boedihartono H, Wardhani A S, Djalal F, Mulyadi B, Djoerban Z, Wirawan D, et al.
Petunjuk khusus perawatan pasien dan jenazah di rumah sakit. Jakarta : Departemen
Kesehatan ; 2002.
4. Safitri U . Pemeriksaan fisik HIV AIDS. 28 Mei 2010. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/51582100/Pemeriksaan-Fisik-Hiv-Aids , 28 April 2011.
5. Medicastore. TBC. 27 Maret 2010. Diunduh dari http://medicastore.com/tbc/ , 28 April
2011.
6. Alniubi. TBC. 15 April 2009. Diunduh dari http://www.google.co.id/imglanding?
q=hiv+aids&hl=id&gbv=2&tbm=isch&tbnid=C8dZ1SZ60NyltM:&imgrefurl=http , 28
April 2011
7. Nasronudin. Pendekatan biologi molekuler, klinis, dan social. Jakarta : Airlangga ; 2007.
18