Anda di halaman 1dari 9

Latar Belakang

Dunia pendidikan merupakan salah satu pranata yang terlibat


langsung dalam mempersiapkan masa depan umat manusia. Kegagalan
dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan seseorang merupakan
kegagalan bagi kehidupan bangsa. Sehingga pendidikan memiliki peranan
penting dalam menentukan perkembangan dan kemajuan suatu bangsa.
Sisi lain dari dunia pendidikan secara umum adalah pendidikan Islam
yang memiliki karakter tersendiri baik dari sistem maupun komponen
pendidikan Islam yang lainnya. pendidikan Islam mempunyai kontribusi
yang positif bagi kemajuan bangsa Indonesia yang notabene mayoritas
penduduknya beragama Islam.
Pendidikan Islam di Indonesia mengalami pasang surut dalam masa
perkembangannya terutama pada masa kemerdekaan. Hal ini dikarenakan
Indonesia mengalami masa penjajahan oleh beberapa negara kolonial
sebelumnya. Perkembangan Pendidikan Islam pada masa koloni Belanda
saat itu mengalami banyak kesulitan. Hal ini disebabkan karena kebijakankebijakan Belanda yang membatasi Pendidikan Agama dan menitik
beratkan pada sekolah-sekolah yang bermuatan umum saja.
Setelah Belanda hengkang, Indonesia kembali dijajah oleh Jepang
yang keberadaannya membuat perubahan dalam masalah Pendidikan
Islam. Sikap Jepang terhadap Pendidikan Islam ternyata lebih lunak
sehingga ruang gerak Pendidikan Islam lebih berkembang dan bebas,
dikarenakan Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan agama. Yang
terpenting bagi Jepang adalah mereka ingin memenangkan perang dan
kalau perlu para pemuka agama lebih diberikan keleluasaan dalam
mengembangkan pendidikan. Namun ketika Perang Dunia II berlangsung,
kedudukan Jepang semakin terjepit yang akhirnya Jepang mulai menekan
dan menjalankan kekerasan terhadap rakyat Indonesia. Hal ini juga
berakibat

kepada

Pendidikan

Islam

di

Indonesia

yang

mengalami

kemerosotan dan kemunduran.


Setelah Indonesia dapat melepaskan diri dari cengkeraman para
penjajah, pemerintah Indonesia mulai memperbaiki seluruh elemen
kehidupan terutama ranah pendidikan. Pada era kemerdekaan ini,

pendidikan Islam mulai terlihat perkembangannya bahkan semakin pesat.


Perkembangan pendidikan Islam pada masa kemerdekaan terbagi ke
dalam dua periode yaitu orde lama dan orde baru.

Pembahasan
1. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Orde Lama
Pada tanggal 1 Juni 1945, dihadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan, Soekarno yang kemudian menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia,
mengatakan bahwa betapa pentingnya setiap bangsa Indonesia bertuhan, dan mengajak setiap
bangsa Indonesia mengamalkan agamanya masing-masing. Sesudah kemerdekaan Indonesia
diplokamirkan, maka pada tanggal 18 Agustus 1945, ditetapkan Ketuhanan Yang Maha Esa
sebagai sila pertama dari Pancasila.
Sila pertama itu adalah merupakan perwujudan dari sikap hidup yang religius, maka
setelah Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan agama mendapat perhatian serius
dari pemerintah, baik dari sekolah Negri maupun suasta. Diantara beberapa peristiwa
yang menjadi tonggak sejarah pendidikan Islam di Indonesia diantaranya
adalah Madrasah dan Pesantren yang senantiasa terus berjalan dengan
didukung oleh kemampuan para pengasuh dan pendukungnya. Usaha untuk
itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga tersebut sebagaimana yang
dilanjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 Desember 1945
yang menyebutkan bahwa, Madrasah dan Pesantren yang pada hakikatnya adalah suatu alat
dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam
masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata
berupa tuntunan dan bantuan materil dari pemerintah.
Meskipun Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaannya dan
tengah menghadapi revolusi fisik, pemerintah Indonesia sudah berbenah
diri terutama memperhatikan masalah pendidikan yang dianggap cukup
vital dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Untuk itu dibentuklah
Kementrian Pendidikan Pengajaran Pendidikan (PP dan K). Dengan

terbentuknya Kementrian Pendidikan tersebut maka diadakanlah berbagai


usaha, terutama mengubah sistem pendidikan dan menyesuaikannya
dengan keadaan yang baru.
Pendidikan Agama diatur secara khusus dalam UU Nomor 4 tahun 1950 pada bab XII
Pasal 20, yaitu :
a. Di sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama.
b. Cara penyelenggaraan pelajaran agama di sekolah-sekolah negeri diatur dalam
peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan,
bersama-sama dengan Menteri Agama.
Kementrian Agama juga telah merencanakan rencana-rencana program pendidikan
yang akan dilaksanakan dengan menunjukkan jenis-jenis pendidikan serta pengajaran Islam
sebagai berikut :
1.

Pesantren klasik, yaitu semacam sekolah swasta keagamaan yang menyediakan


asrama, yang sejauh mungkin memberikan pendidikan yang bersifat pribadi,

2.

sebelumnya terbatas pada pengajaran keagamaan serta pelaksanaan ibadah.


Madrasah diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran tambahan

3.

bagi murid sekolah negeri yang berusia 7 sampai 20 tahun.


Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern, yang

4.

bersamaan dengan pengajaran agama juga diberikan pelajaran-pelajaran umum.


Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu sekolah dasar negeri enam tahun, di

5.

mana perbandingan umum kira-kira 1:2.


Suatu percobaan baru telah ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)
6 tahun, dengan menambahkan kursus selama 2 tahun, yang memberikan latihan

6.

ketrampilan sederhana.
Pendidikan teologi agama tertinggi. Pada tingkat universitas, pendidikan agama
diberikan sejak tahun 1960 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dua bagian / dua
fakultas di Yogyakarta dan dua fakultas di Jakarta.
Pada tahun 1950 ketika kedaulatan Indonesia telah pulih untuk

seluruh wilayah Indonesia, kebijakan mengenai pendidikan Islam semakin


disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin oleh
Prof. Mahmud

Yunus

dari

departemen

agama

dan Mr. Hadi

dari

departemen P & K. Hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada
bulan Januari 1951. Isi dari SKB dua menteri tersebut adalah:
a) Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat (SR).
b) Di daerah yang masyarakat agamanya kuat (misalnya di Sumatra,
Kalimantan dan lainnya), maka pendidikan agama diberikan mulai

kelas I SR dengan catatan bahwa mutu pengetahuan umumnya


tidak boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah lain yang
pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.
c) Di sekolah lanjutan tingkat pertama dan tingkat atas (umum dan
kejuruan) diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.
d) Pendidikan agama diberikan kepada siswa minimal 10 orang
dalam 1 kelas dan mendapat izin dari orang tua atau wali.
e) Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama dan materi
pendidikan agama ditanggung oleh Departemen Agama.
Kaitannya

dengan

bidang

pendidikan

Agama,

Zuhairini

dkk,

menuliskan tentang pernyataan panitia yang mengatakan bahwa :


1. Hendaknya pelajaran Agama diberikan pada semua sekolah,
dimulai dari sekolah Rakyat (SR) kelas 4.
2. Agama disediakan oleh Kementrian

Agama

dibayar

oleh

pemerintah.
3. Guru Agama diharuskan mempunyai pengetahuan umum dan
untuk itu harus ada Pendidikan Guru Agama.
4. Pondok Pasantren dan Madrasah harus dipertinggi mutunya.
5. Tidak perlu berbahasa Arab.
Berdasarkan

usulan

tersebut,

maka

Pendidikan

Agama

dapat

diberikan disekolah-sekolah Negeri, dengan syarat diminta sekurangkurangnya

10

orang

siswa.

Pelaksanaan

pendidikan

sepenuhnya

diserahkan kepada Kementrian Agama. Setelah Departemen Agama


(Depag)

berdiri

pada

tanggal

Januari

1946,

penyelenggaraan

Pendidikan Agama pada sekolah-sekolah umum Negeri dan pengurusan


sekolah-sekolah Agama berada dibawah tanggung jawab Depag. Di
beberapa lembaga Pendidikan Madrasah dimasukan 7 materi pengajaran
umum yaitu; membaca dan menulis huruf latin, berhitung, ilmu bumi, ilmu
hayat, sejarah, bahasa Indonesia dan olah raga.
Upaya lain yang dilakukan Depag RI yaitu menetapkan Masyarakat
Wajib Belajar (MWB), yang diperkenalkan pada tahun1958-1959. Tujuan
MWB ini diarahkan kepada pengembangan jiwa bangsa, yaitu kemajuan di
bidang ekonomi, industri dan transmigrasi dengan kurikulum yang
menyelaraskan tiga perkembangan yaitu perkembangan otak, hati dan
keterampilan

tangan.

Masa

belajar

ditetapkan

tahun

dengan

pertimbangan di harapkan agar anak berusia 15 tahun telah lulus dari


MWB sesuai dengan aturan perburuhan. Ada satu hal penting yang
berkaitan dengan perkembangan pendidikan Islam pada masa orde lama
yaitu pengembangan dan pembinaan madrasah.
Mempelajari perkembangan madrasah terkait erat dengan peran
Departemen Agama sebagai andalan politis yang dapat mengangkat
posisi madrasah sehingga memperoleh perhatian yang terus menerus dari
kalangan pengambil kebijakan. Tentunya, tidak juga melupakan usahausaha keras yang sudah dirintis oleh sejumlah tokoh seperti Ahmad
Dahlan, Hasyim Asyari dan Mahmud Yunus. Dalam hal ini, Departemen
Agama secara lebih tajam mengembangkan program-program perluasan
dan peningkatan mutu madrasah.
Madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan diakui oleh
negara secara formal pada tahun 1950. Undang-Undang No. 4 1950
tentang dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah pasal 10
menyatakan bahwa belajar di sekolah agama yang telah mendapat
pengakuan Departemen Agama, sudah dianggap memenuhi kewajiban
belajar. Untuk mendapat pengakuan dari Departemen Agama, madrasah
harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok paling
sedikit enam jam seminggu secara teratur disamping mata pelajaran
umum.
Dengan persyaratan tersebut, diadakan pendaftaran madrasah yang
memenuhi syarat. Pada tahun 1954, madrasah yang terdaftar di seluruh
Indonesia berjumlah 13.849 dengan rincian Madrasah Ibtidaiyah 1057
dengan jumlah murid 1.927.777 orang, Madrasah Tsanawiyah 776 buah
dengan murid 87.932 orang, dan Madrasah Tsanawiyah Atas (Aliyah)
berjumlah 16 buah dengan murid 1.881 orang.
Perkembangan madrasah yang cukup penting pada masa orde lama
adalah berdirinya Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim
Islam Negeri (PHIN) yang bertujuan untuk mencetak tenaga-tenaga
profesional yang siap mengembangkan madrasah sekaligus ahli dalam
bidang keagamaan.

2. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru


Sejak tahun 1966 telah terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia baik itu
menyangkut kehidupan sosial, agama maupun politik, hal ini didukung dengan adanya
keputusan sidang MPRS yang dalam keputusannya dalam bidang pendidikan agama
mengatakan, Pendidikan Agama menjadi hak yang wajib mulai dari sekolah dasar sampai
pergutruan tinggi. Dengan adanya keputusan tersebut keberadaan Pendidikan Agama semakin
mendapatkan tempat dan akses yang luas untuk di jangkau setiap masyarakat.
Diakui bahwa kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai pendidikan Islam dalam
konteks madrasah di Indonesia bersifat positif, khususnya dalam dua dekade terakhir 1980-an
sampai dengan 1990-an. Pada masa pemerintahan Orde Baru, lembaga pendidikan
(madrasah) dikembangkan dalam rangka pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu
pendidikan.
Pada awal-awal masa pemerintahan Orde Baru, kebijakan tentang madrasah bersifat
melanjutkan dan meningkatkan kebijakan Orde Lama. Madrasah belum dipandang sebagai
bagian dari sistem pendidikan nasional, tetapi baru bersifat lembaga pendidikan otonom di
bawah pengawasan Menteri Agama. Hal ini disebabkan pendidikan madrasah belum
didominasi oleh muatan-muatan agama, menggunakan kurikulum yang belum berstandar,
memiliki struktur yang tidak seragam, dan kurang terpantaunya manajemen madrasah oleh
pemerintah.
Berkenaan dengan hal itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan membentuk
SKB Tiga Menteri (Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Kementerian Dalam Negeri) pada tahun 1975 yang isinya berupa kesepakatan mengenai
peningkatan mutu pendidikan madrasah, dan memuat beberapa ketentuan yang meliputi
kelembagaan, kurikulum dan pengajaran. Dalam keputusan bersama ini yang dimaksud
dengan madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam
sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30% di samping mata
pelajaran umum.
Madrasah tersebut meliputi tiga tingkatan, yaitu :
a) Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar
b) Madrasah Tsanawiyah setingkat Sekolah Menengah Pertama; dan
c) Madrasah Aliyah setingkat dengan Sekolah Menengah Atas.
Memasuki dekade 90-an, kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai madrasah
ditujukan secara penuh untuk membangun satu sistem pendidikan nasional yang utuh.
Dengan keluarnya UU No. 2 Tahun 1989, lembaga pendidikan agama memasuki era integrasi

pendidikan ke dalam Sistem Pendidikan Nasional, dengan adanya kesamaan kurikulum yang
dipakai oleh lembaga pendidikan umum dan agama.
Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Kemerdekaan :
a.
b.

Tujuan yang bersifat individu, mencakup perubahan, yaitu perubahan pengetahuan.


Tujuan yang mencakup masyarakat, yaitu perubahan kehidupan masyarakat serta

c.

memperkaya pengalaman masyarakat.


Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,
seni profesi dan kesertaan masyarakat.
Banyak sekali lebaga-lembaga yang menjadi sarana penunjang keberlangsungan

Pendidikan Islam seperti:


1.
2.
3.
4.
5.

Mesjid dan Surau


Pondok Pesantren
Madrasah
Perguruan Tinggi Agama Islam
Majelis Talim

Yang akan pemakalah bahas lebih dalam disini adalah mengenai seluk beluk Pesantren dari
mulai pengertian, sistem pengajaran dan apa yang harus di rekonstruksikan.
Pesantren yang merupakan Bapak dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena
adanya tuntutan dan kebutuhan zaman yang lahir atas kesadaran akan kewajiban dakwah
Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kaderkader ulama atau dai. Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat
dari bambu. Disamping itu kata pondok berasal dari bahasa arab Funduq yang berarti hotel
atau asrama.
Dalam sejarahnya mengenai peran pesantren, dimana sejak masa
kebangkitan

nasional

kemerdekaan

RI,

sampai

pesantren

dengan

perjuangan

senantiasa

tampil

mempertahankan

dan

telah

mampu

berpartisipasi secara aktif. Oleh karena itulah setelah kemerdekaan,


pesantren masih mendapatkan tempat dihati masyarakat. Ki Hajar
Dewantara

saja

selaku

tokoh

pendidikan

nasional

dan

menteri

Pendididkan Pengajaran Indonesia yang pertama menyatakan bahwa


pondok pesantren merupakan dasar pendidikan nasional, karena sesuai
dan selaras dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Begitupula halnya dengan Pemerintah RI, mengakui bahwa pesantren
dan madrasah merupakan dasar pendidikan dan sumber pendidikan

nasional, dan oleh karena ituharus dikembangkan, diberi bimbingan dan


bantuan. Sejak awal kehadiran pesantren dengan sifatnya yang lentur
ternyata mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat sera memenuhi
tuntutan

masyarakat.

Begitu

juga

pada

era

kemerdekaan

dan

pembangunan sekarang, pesantren telah mampu menampilkan dirinya


aktif mengisi kemerdekaan dan pembangunan, terutama dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Berbagai inovasi telah dilakukan untuk pengembangan pesantren baik
oleh masyarakat maupun pemerintah. Masuknya pengetahuan umum dan
keterampilan

ke

dalam

dunia

pesantren

adalah

sebagai

upaya

memberikan bekal tambahan supaya para santri dapat hidup layak di


tengah-tengah masyarakat apabila telah menyelesaikan pendidikiannya.
Dewasa

ini

pondok

pesantren

mempunyai

kecenderungan-

kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama


ini dipergunakan, diantaranya adalah mulai akrab dengan metodologi
ilmiah modern, dan semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional.
Juga diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka sehingga dapat
membekali para santri dengan berbagai pengetahuan diluar mata
pelajaran agama maupun keterampilan yang diperlukan di lapangan kerja.
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan islam pada masa merdeka diarahkan sebagai upaya
integrasi pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional.

SIMPULAN
Pendidikan Islam di Indonesia mengalami pasang surut dalam masa
perkembangannya terutama pada masa kemerdekaan. Pendidikan Islam
pasca kemerdekaan terbagi ke dalam dua fase yaitu orde lama dan orde
baru. Selama masa tersebut, pemerintah menitik beratkan kepada dua hal
yaitu

perkembangan

dan

peningkatan

mutu

madrasah

sehingga

diharapkan mampu sejajar dengan sekolah umum dan memperluas


jangkauan pengajaran agama, tidak terbatas pada jangkauan madrasah

tetapi menjangkau sekolah umum bahkan perguruan tinggi. Kedua hal ini
terkait erat dengan upaya pemerintah yang diwakili oleh Departemen
Agama dengan berbagai kebijakan-kebijakan yang digulirkan selama masa
tersebut.
Terkait

dengan

perkembangan

pesantren,

pondok

pesantren

mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka renovasi


terhadap sistem yang selama ini dipergunakan, diantaranya adalah mulai
akrab dengan metodologi ilmiah modern, dan semakin berorientasi pada
pendidikan dan fungsional sehingga menghilangkan paradigma yang
mengatakan bahwa pesantren adalah lembaga tradisional yang hanya
mampu menghasilkan output yang berkualitas rendah dan tidak memiliki
integritas.

Anda mungkin juga menyukai