Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan horus dilakukan secara

berkesinambungan. Pemahaman dan penerapan evidence-based practice oleh dokter secara


individual merupakan hal yang baik untuk peningkatan kualitas pelayanan. Namun untuk
penyakit atau kondisi klinis yang jumlahnya banyak, berisiko tinggi, mahal, serta
bervariasi dalam praktik diperlukan standardisasi.
Undang- undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dalam pasal 49
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyelenggarakan
kendali mutu dan kendali biaya melalui kegiatan audit medis serta dilaksanakan oleh
organisasi profesi. Sedangkan standar proses dapat terbagi menjadi proses manajemen
pelayanan kesehatan dan proses klinik (clinical care). Proses manajemen antara lain diatur
dalam standar akreditasi (RS, Laboratorium, Puskesmas), standar pelayanan prima dan
sebagainya. Untuk proses klinik (clinial care) diatur dalam pedoman pelayanan medis dan
standar asuhan keperawatan atau secara umum disebut sebagai clinical guidelines yang
umumnya diterbitkan oleh organisasi profesi.
Salah satu bentuk clincial guidelines yakni clinical pathway memiliki pontensi
untuk dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menjamin dan meningkatkan mutu
proses clinical care. Clinical patways atau juga dikenal dengan nama lain seperti: Critical
care pathway, Integrated care pathway, Coordinated care pathway, caremaps, atau
Anticipated recovery pathway, adalah sebuah rencana yang menyediakan secara detail
setiap tahap penting dari pelayanan kesehatan, bagi sebagian besar pasien dengan masalah
klinis (diagnosis atau prosedur) tertentu, berikut dengan hasil yang diharapkan (Djasri,

2006). Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan
pedoman kolaboratif untuk merawat pasien yang berfokus pada diagnosis, masalah klinis
dan tahapan pelayanan. Clinical pathway menggabungkan standar asuhan setiap tenaga
kesehatan secara sistematik. Tindakan yang diberikan diseragamkan dalam suatu standar
asuhan, namun tetap memperhatikan aspek individu dari pasien.
Clinical

pathway

memberikan

cara

bagaimana

mengembangkan

dan

mengimplementasikan pedoman klinik (clinical guideline/best practice) yang ada kedalam


protokol lokal (yang dapat dilakukan). Clinical pathway juga menyediakan cara untuk
mengidentifikasi alasan mengapa terjadi sebuah variasi (pelayanan tidak sesuai dengan
standar yang telah ditentukan) yang tidak dapat diidentifikasi melalui audit klinik. Hal
tersebut dimungkinkan karena clinical pathway juga merupakan alat dokumentasi primer
yang menjadi bagian dari keseluruhan proses dokumentasi pelayanan dari penerimaan
hingga pemulangan pasien. Dengan kata lain, clinical pathway menyediakan standar
pelayanan minimal dan memastikan bahwa pelayanan tersebut tidak terlupakan dan
dilaksanakan tepat waktu. Berdasarkan hal ini maka RS yang akan menggunakan clinical
pathways sebagai alat kendali mutu harus benarbenar merencanakan, menyusun,
menerapkan dan mengevaluasi clinical pathways secara sistematis.

Anda mungkin juga menyukai