KONFLIK PENGKLAIMAN BLOK AMBALAT - Nova Larasati PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

NovaLarasati

JustanotherBlogUniversitasJembersite

KONFLIK PENGKLAIMAN BLOK AMBALAT


Nama : Nova Larasati
NIM :140910302003

KONFLIK PENGKLAIMAN BLOK AMBALAT


Abstrak
Indonesia adalah bangsa yang memiliki wilayah daratan dan lautan yang sanagat
luas. Dengan hal tersebut tentunya memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga
keutuhan dan persatuan wilayah tersebut. Adanya berbagai rintangan, ancaman,
ganguan dan berbagai hal yang lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri
yang berpotensi mengancam, keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia.
Berdasarkan dengan hal tersebut dapat kita melirik pada daerah perbatasan antar
negara. Belakangan ini adanya sengketa pengklaiman antara dua negara yakni
antara Indonesia dengan Malaysia mengenahi daerah perbatasan yang berda dalam
kawasan Blok Ambalat. UNCLOS adalah salah satu dasar hukum yang tekait dalam
permasalahan pengkaliman ini. Telah berbagai upaya dilakukan dalam
penyelesaian konflik, menimbulkan pula dampak dalam bidang ekonomi apabila
konflik ini harus berakhir dengan peperangan anatar negara. Adanya dasar hukum
yang berbeda semakin membuat konflik pengklaiman ini tidak menemui titik temu
yang pasti.

1. Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah lautan yang sangat luas, dan di kenal dengan negara
kepulauan yang terbesar didunia. Pulau-pulau tersebutlah yang menjadi batas
langsung anatar Indonesia dengan negara-negara tetangga. Tidak dapat di
dipungkiri, salah satu penyebab yang dapat memicu persengketaan negara ialah

masalah perbatasan wilayah. Indonesia saat ini juga nenghadapi masalah tersebut,
mengenahi garis perbatasan di wilayah perairan laut dengan negara tetangga.
Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan salah satu contoh fenomena yang terjadi
dikarenakan ketidak seriusan pemerintah Indonesia dalam mengelola aset negara.
Konflik Ambalat dalam artikel ini merupakan kelanjutan dari konflik pulau sipadan
dan ligitan. Konflik Ambalat merupakan konflik antar negara yaitu Indonesia
dengan Malaysia, yang memperebutkan klaim atas peraian wilayah yang
berindikasikan mempunyai potensi kekayaan minyak bumi dan gas yang cukup
besar.
Malaysia mengklaim atas perairan Ambalat bedasarkan peta yang dibuat pada
tahun 1979, mereka mengakui negaranya sebagai kepulauan. Berdasarkan hal
tersebut mereka merasa dapat menggunakan ketentuan-ketentuan sesuai dasar
tersebut dalam mengakui bahwa Ambalat masih termasuk wilayah Malaysia. Di sisi
lain Indonesia telah mengelola minyak bumi dan gas lepas di pantai Ambalat.
Melihat persengketaan tersebut diperlukan berbagai upaya agar konflik tersebut
dapat terselesaikan.
Berdasarkan uraian diatas tujuan yang ingin di capai ialah untuk mengulas konflik
yang terjadi atas perklaiman pulau Ambalat antara Indonesia dengan Malaysian
serta bagai bangaimana upaya penyelesaiannya.
1. Kasus Persengketaan Perebutan Ambalat antara Indonesia dengan Malaysia.
Konflik ambalat yang sebenernya, dapat dilihat pada tahun 1967. Merujuk pada
perjanjian perbatasan Indonesia dan Malaysia pasca normalisasi hubungan di awal
Orde Baru isi dari perjajian tersebut ialah tapal batas Indonesia dengan Malaysia yg
kemudian disepakati pada Maret 1969. Namun satu dekade (1979) kemudian
Malaysia secara sepihak memasukkan wilayah ambalat ke dalam wilayahnya
dengan cara memajukan koordinat di peta baru yang dibuat mereka. Dalam
persengketaan perebutan wilayah Ambalat ini terdapat berbagai aspek yang
mempengaruhi terjadinya persengketaan tersebut.
Faktor yang mempengaruhi.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal menitik beratkan hukum Internasional yang mengatur hukum laut.
Dasar hukum Internasional adalah kaidah-kaidah hukum yang mengatur hak dan
kewenangan suatu negara atas kawasan laut yang berbeda di bawah yudiksi
nasionalnya. Lahirnya konsepsi hukum laut Internasional ini tidak dapat dilepaskan
dari sejarah pertumbuhan hukum laut teritorial yang mengenal pertarungan antara
dua konsepsi yaitu: yang pertama, Res Comunmunis yang menyatakan bahwa laut

itu adalah milik bersama, dan karena itu tidak dapat diambil ataupun dimiliki oleh
masing-masing negara. Kedua, Res nulius yang menyatakan bahwa laut yang tak
berpemilik, dan karena hal tersebut dapat di ambil dan dimiliki oleh masing-masing
negara. Namun disetiap negara memiliki dasar hukum yang berbeda-beda tidak
hanya hukum pidana, perdata, tapi juga hukum yang mengatur kelautan seperti apa
yang ada di Indonesia dan Malaysia.
1. Pengaturan Internasional yang Terkait dalam kasus Ambalat.
Peraturan Internasional yang terkait dengan konflik Ambalat ini ialah UNCLOS.
Menurut UNCLOS, zona maritim terbagi atas beberapa zona dengan pengaturan dan
hak yang berbeda. Zona teritorial atau laut wilayah adalah zona Maritim yang
ditarik 12 mil laut dan garis pangkal (baseline). Dalam kasus Indonesia, garis
pangkat yang digunakan adalah garis pangkal lurus kepulauan (straigh archipelagic
baseline) yang merupakan hak Indonesia sebagai negara kepulauan. Diluar zona
teritorial berlaku sovereign rights ( hak berdaulat), negara pantai untuk mengelola
SDA wilayah tersebut. Wilayah dasar laut memiliki peraturan untuk mengelola SDA
yang terkandung didalamnya semisal penambangan Migas.
Sipadan dan Ligitan yang telah menjadi milik Malaysia dengan putusan Mahkamah
Internasional (MI) pada tahun 2002silam. Sebagai catatan, MI memberikan pulau
Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia atas dasar Effective Ocupation (penguasaan
efektif), yang dilakukan nggris (penjajah Malaysia) atas kedua pulau tersebut. Yakni
berupa pemberlakuan atau perlindungan satwa, penguasaan pajak, pengumpulan
telur penyusejak tahun 1930 dan pengorganisasian mecisuar sejak 1960 an untuk
keselamatan pelayaran dan navigasi. Namum MI menolak kegatan pariwisata yang
gencar dilakukan Malaysia diwilayah tersebut. Sejak tahun 1990 an dan Chain of
tittel (rangkaian kepemilikan Malaysia atas Sipadan dan Ligitan. Letak Sipadan dan
Ligitan diutara laut sulawesi menimbulkan spekulasi kemungkinan Malaysia dapat
mengklaim atas kepemilikan zona maritim di wilayah peraira laut Sulawesi (dimana
Blok Ambalat berada). Namun spekulasi ini tidak dapat dibenarkan, mengingat
malaysia adalah negara pantai biasa bukan negara kepuluan.
Persolaan sesungguhnya muncul sejak tahun 1997, tiga tahun sebelum UNCLOS di
sahkan oleh negar-negara PBB sebagai dasar pengaturan hukum laut Internasional.
Pada waktu itu Malaysia menerbitkan peta 1979 yang di protes oleh negara-negara
tetangganya, termasuk Indonesia pada tahun 1980. Malaysia telah meratifikasi
UNCLOS, tidak pernah mengoreksi peta 1979, justru selalu mengklaim diri sendiri
sebagai negara kepulauan. Sejatinya menurut UNCLOS, dalam hal dua negara
berhadapan dan terdapat klaim tumpang tindih landas kontinen dan ZEE, negaranrgara tersebut harus berunding untuk menentukan batas-batas klaim masingmasing negara. Dalam hal Ambalat, perundingan delimitasi batas maritim
Indonesia-Malaysia telah dilakukan sebanyak 13 kali dan belum menemuhi titik

temu. Dalam UU no.5 tahun 1983 tentang ZEE, yang menyatakan Apabila ZEE
Indonesia tumpang tindih dengan ZEE negara yang berhadapan atau berdampingan
dengan Indonesia maka batas ZEE antara Indonesia dengan negara tersebut
ditetapkan dengan persetujuan antara Ri dengan negara yang bersangkutan. Dalam
kasus Ambalat, meskipun klaim Indonesia sanagat kuat berdasarkan ketentuan
UNCLOS dan fakta empiris di lapangan (mengacu pada pemberian konsensi kepada
perusahaan minyak asing di wilayah Ambalatyang tidak pernah diprotes Malaysia.

Faktor Internal.
Faktor internal erat hubungannya dengan dengan kebijakan Indonesia dan
koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian konflik Ambalat.
Ada berbagai cara yang di lakukan Indonesia dalam menyelesaikan konflik ambalat
ini, seperti halnya Diplomasi luar negri. Penyelesaian mengunakan jalan diplomasi
adalah cara yang tepat digunakan dalam Ambalat, biasanya dengan menggunakan
mediasi dan inquiry. Mediasi merupakan teknik penyelesaian sengketa yang tidak
melibatkan pihak ketiga. Pada dasarnya negoisasi hanya berpusat pada diskusi yang
dilakukan pihak-pihak yang terkait yaitu Indonesia dan Malaysia. Perbedaan
persepsi yang dimiliki oleh kedua negara yang diharapkan akan diperoleh jalan
keluar dan menyebabkan pemahaman atas inti persoalan menjadi lebih mudah
untuk diselesaiakan. Inquiry yaitu ketika terdapat sengketa Idonesia dan Malaysia
maka untuk menyelesaiakan persengketaan tersebut kedua belah pihak dapat
mendirikan sebuah komisi atau badan yang bersifat Internasional untukmencari
dan mendengarkan semua bukti-bukti yang relevansi dengan permasalahan yang
dipersengketakan. Dengan dilakukannya diplomasi ini agar pemasalahan
pengklaiman pulau Ambalat antara Indonesia dan Malaysia ini dapat terselesaikan
dengan mudah tanpa adanya campur tangan kekerasan didalamnya. Ada berbagai
aspek dalam diplomasi luar nergi tersebut: Pertama, departemen luar negri
(DEPLU), peranan DEPLU diperlukan untuk menjelaskan kepada pemerintah
Malaysia bahwa blok Ambalat yang dianggap milik negara asing itu ternyata adalah
masuk kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). DEPLU menekankan
pada soft diplomacy cara penyelesaian masalah secara halus tetapi tetap
mempertahankan misi dengan kuat tanpa merendahkan harga diri bangsa
indonesia. Posisi Indonesia terhadap Malaysia dapat di katakan kuat karena
berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum internasional yang berlaku. Walaupun
Malaysia bisa dikategorikan sebagai negara yang tetap pada pendiriannya, negoisasi
tetap berjalan dan memang cukup alot dan kedua negara tersebut tetap pada
pendiriannya. Kedua, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL)
merupakan komponen utama pertahanan negara yang berfungsi sebagai penegak
hukum laut. Peranan TNI AL menjaga kedaulatan negara dan itegritas wilayah,
mempertahankan stabilitas dilaut, melindungi sumber daya alam dari berbagai

bentuk ganguan dan pelanggaran hukum di wilayah perairan yuridiksi nasional


Indonesia. Strategi yang dilakukan oleh TNI AL ialah melakukan menggelar operasi
yang di kategorikan sebagai tindakan preventif (pencegahan) dan resentif
(tindakan). Gelar operasi pun dilancarkan pada wilayah pebatasan untuk menjaga
agar kapal Malaysia tidak melanggar kedaulatan Indonesia. Akan tetapi pihak
Indonesia lebih memilih cara diplomasi dalam menanggapi permasalahan ini, TNI
AL pun siap apabila memang di haruskan berperang melawan Malaysia untuk
mempertahankan perairan Ambalat tetap menjadi milik negara Indonesia. Ketiga,
Dewan Kelautan dan Perikanan (DKP) dalam hal ini DKP berfungsi sebagai badan
yang mengatur mengenahi pengelolaan pulau-pulau di Indonesia, termasuk pulau
kecil dan terluar. Dengan timbulnya konflik laut antar Indonesia dengan Malaysia
seperti kasus Ambalat, konflik yang terjadi akan menimbulkan ketidak stabilan
batas-batas wilayah perairan akhirnya kegiatan perekonomian kelautan seperti
perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata bahari, transpotasi laut,
eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam lainnya, serta konservasi akan sanagat
terhambat. Sebenarnya konflik yang terjadi baik mengenahi blok Ambalat maupun
pulai Sipadan dan Ligitan merupakan implikasi dari lambannya pemerintah
indonesia dalam mengatur sektor perairan khususnya perikanan. Menurut kasubdit
identifiksipotensi pulau-pulau kecil, menurut Ir. Didi Sadili solusi yang dapat
diberikan dalam penyelesaian dalam Ambalat adalah:
1. Tertip administrasi pemerintahan, pemerintah seharusnya secara adil dan jelas
memasukkan seluruh bagian yang masuk wilayah Indonesia dngan setiap
keterangan mengenahi data demografi dan data statistik dari keseluruhan pilaupulau tersebut.
2. Memberikan nama atau toponim (penamaan untuk unsue-unsur geografis) pada
semua pulau-pulau yang ada di Indonesia.
2.2 Dilihat dari dampak yang di timbulkan.
Apabila persengketaan tersebut ditunjukkan kepada para ekonom, mungkin
sebagian besar dari mereka akan menjawab bahwa kandungan minyak di blok itu
menjadi penyebabnya. Di blok Ambalat, diperkirakan adanya kandungan minyak
bumi 700 juta sampai 1 miliar barel, serta gas bumi sekitar 40 triliun kaki kubik.
Kenyataan alam itu yang di perebutkan oleh Indonesia dan Malaysia. Namun jika
pentanyaan itu di tunjukkan kepada para ahli geospasial dan hukum laut,
jawabanya akan berbeda. Menurut mereka konflik ini terjadi akibat belum
disepakatinya garis maritim yang di tarik dari garis batas darat antara Indonesia
dan Malaysia di pulau Kalimantan. Sehingga kedua negara merasa bahwa blok
Ambalat adalah wilayahnya. Sampai sekarang garis batas maritim itu masih di
perundingkan.

Terlalu besar dampak buruk yang harus di tanggung Indonesia dan Malaysia andai
mereka memilih untuk berperang ketimbang jalur diplomasi. Dampak buruk akibat
perang akan terasa di segala aspek kehidupan negara, tidak terkecuali aspek
ekonomi. Malaysia tentu tidak akan mengorbankan keunggulan perekonomiannya
atas indonesia yang telah di capainya selama ini, demi mendapatkan wilayah
ambalat dengan cara berperang. Seperti di ketahui saat ini keadaan berbanding
berbalik dengan kondisi pada era 1970 an sampai 1980 an. Pada masa itu Indonesia
memiliki banyak kelebihan dibidang ekonomi. Namun saat ini perekonomian
indonesia jauh tertinggal dari Malaysia. Paling tidak, hal itu terlihat dari besarnya
pendapatan perkapita Malaysia yang sudah hampir empat kali lipat dari Indonesia.
Banyak pihak yang menilai, keunggulan ekonomi Malaysia atas Indonesia
menyebabkan kerjasama ekonomi diantara keduanya memberi peluang yang besar
pada Malaysia. Dengan kata lain jika sampai terjadi perang, Malaysia akan
kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan yang lebih dari kerjasamanya
dengan Indonesia.
Seperti di ketahui saat ini banyak investor Malaysia yang sudah masuk diberbagai
sektor industri Indonesia, seperti Bank Niaga, Bank Lippo, Bumiputra, XL, hingga
Astro. Walaupun dalam perkembanganya hubungan kedua negara terlihat lebih
menguntungkan Malaysia, bukan berarti Indonesia tidak memperoleh manfaat di
bidang ekonomi. Jika sampai berperang dengan Malaysia, Indonesia juga
mendapatkan dampak buruk dalam bidang ekonomi khususnya ketenagakerjaan.
Suka atau tidak suka, Malaysia adalah dewa penolong bagi Indonesia dalam
mengatasi salah satu masalah terpenting yaitu pengangguran. Hal itu terlihat dari
besarnya jumlah tenaga kerja Indonesia yang mencari nafkah di Malaysia. Sehingga
pilihan terbaik bagi Indonesia dan Malaysia dalam menyelesaikan konflik ambalat
adalah jalur diplomasi. Hal tersebut menjadi sebuah pilihan yang cerdas, bijaksana
dan beradap.

Dalam analisis ini yang akan di bahas pertama ialah faktor eksternal yang
mempengaruhi mengenahi pengklaiman Blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia.
Faktor eksternal itu menitik beratkan pada hukum Internasional yang mengatur
hukum laut. Peraturan yang terkait dengan konflik Ambalat ini ialah UNCLOS. Yang
menurut UNCLOS, zona maritim terbagi atas beberapa zona dengan pengaturan dan
hak yang berbeda. Zona teritorial adalah zona Maritim yang ditarik 12 mil laut dan
garis pangkal. Dalam kasus Indonesia, garis pangkat yang digunakan adalah garis
pangkal lurus kepulauan yang merupakan hak Indonesia sebagai negara kepulauan.
Diluar zona teritorial berlaku sovereign rights, negara pantai untuk mengelola SDA
wilayah tersebut. Letak Sipadan dan Ligitan diutara laut sulawesi menimbulkan

spekulasi kemungkinan Malaysia dapat mengklaim atas kepemilikan zona maritim


di wilayah peraira laut Sulawesi (dimana Blok Ambalat berada). Namun spekulasi
ini tidak dapat dibenarkan, mengingat malaysia adalah negara pantai biasa bukan
negara kepuluan. Persolaan sesungguhnya muncul sejak tahun 1997, tiga tahun
sebelum UNCLOS di sahkan oleh negar-negara PBB sebagai dasar pengaturan
hukum laut Internasional. Pada waktu itu Malaysia menerbitkan peta 1979 yang di
protes oleh negara0negara tetangganya, termasuk Indonesia pada tahun 1980.
Malaysia telah meratifikasi UNCLOS, tidak pernah mengoreksi peta 1979, justru
selalu mengklaim diri sendiri sebagai negara kepulauan. Sejatinya menurut
UNCLOS, dalam hal dua negara berhadapan dan terdapat klaim tumpang tindih
landas kontinen dan ZEE, negara-nrgara tersebut harus berunding untuk
menentukan batas-batas klaim masing-masing negara. Dalam hal ini tidak dapat
dibenarkan atas kliaman Malaysia terhadap Ambalat dengan di perkuatnya dasar
hukum Indonesia berdasarkan ketentuan UNCLOS dan fakta empiris di lapangan
yang merujuk pembenaran bahwa Ambalat masih dalam wilayah Indonesia.
Yang selanjutnya faktor internal yang mempengaruhi konflik ini, faktor internal
erat hubungannya dengan dengan kebijakan Indonesia dan koordinasi dengan
pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian konflik Ambalat. Ada berbagai hal
yang kerkait dalam penyelesaian konflik ini seperti halnya Diplomasi luar negri.
Ada berbagai aspek dalam diplomasi luar nergi tersebut: Pertama, departemen luar
negri (DEPLU), peranan DEPLU diperlukan untuk menjelaskan kepada pemerintah
Malaysia bahwa blok Ambalat yang dianggap milik negara asing itu ternyata adalah
masuk kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedua, Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) merupakan komponen utama
pertahanan negara yang berfungsi sebagai penegak hukum laut. Peranan TNI AL
menjaga kedaulatan negara dan itegritas wilayah, mempertahankan stabilitas
dilaut, melindungi sumber daya alam dari berbagai bentuk ganguan dan
pelanggaran hukum di wilayah perairan yuridiksi nasional Indonesia. Ketiga,
Dewan Kelautan dan Perikanan (DKP) dalam hal ini DKP berfungsi sebagai badan
yang mengatur mengenahi pengelolaan pulau-pulau di Indonesia, termasuk pulau
kecil dan terluar. Dari berbagai upaya yang telah ditempuh hingga saat ini masih
belum adanya titik temu atas pemasalahan pengklaiman Blok Ambalat tersebut.
Dilihat dari dampak yang di timbulkan dari perselisihan ini akan menimbulkan
berbagai problema. Dilihat dari sisi ekonominya, apabila permasalahan ini di
selesaikan dengan peperangan makan akan berdampak bukuk bagi perekonomian
kedua negara tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri anatra dua negara tersebut
salaing membutuhkan antara satu sama lain.
Dalam konflik yang berawal dari pihak malaysia yang menerbikan peta 1979, yang
menjadi dasar Malaysia menklaim bahwa Ambalat masih dalam kawasan
wilayahnya. Sedankan jelas berdasarkan ketentuan UNCLOS dan fakta empiris di

lapangan yang merujuk pembenaran bahwa Ambalat masih dalam wilayah


Indonesia. Perbedaan konsep berfikir tentang batasan pemahaman negara pantai
dan kepulauan dengan segala konsekuensi yang melekat padanya turut
memperkeruh dan memperlambat penentuan status kepemilikan Blok Ambalat
tersebut.

3. kesimpulan dan Saran.


3.1 Kesimpulan.
1. faktor eksternal, yaitu menitik beratkan pada hukum Internasional yang
mengatur hukum laut. Hukum laut yang mengatur dalam konflik ini ialah
UNCLOS. Yang berdasarkan ketentuan UNCLOS dan fakta yang ada di lapangan
yang merujuk pemberan bahwa Blok Ambalat masih dalam wilayah Indonesia.
2. faktor Internal, berhubungan erat dengan kebijakan Indonesia dan koordinasi
dengan pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian konflik Ambalat. Berbagai
hal yang kerkait dalam penyelesaian konflik ini seperti halnya melakukan
Diplomasi luar negri.
3. Dapak apabila konflik ini tidak diselesaikan dengan jalan diplomasi melainkan di
selesaikan dengan peperangan. Akan sangat terasa dampak bagi perekonomian
yang bahkan akan sangat merigikan bagi Indonesia dan Malaysia.

3.2 Saran.
1. Pemerintah lebih baik menyegerakan Pembentukan badan khusus yang
berfungsi mengatur dan menyelesaikan pennasalahan perbatasan. Sehingga RUU
perbatasanbisa segera terselesaikan.
2. Tertib administrasi pemerintahan, pemerintah seharusnya harus secara detail
dan jelas memasukan mana saja bag ian yang masuk wilayah Indonesia dengan

setiap keteragan mengenai data Demografi dan data Statistik dari keseluruhan
pulau-pulau tersebut.
3. Pemerintah Indonesia hendaknya lebih peduli dan memperhatikan wilayah
perbatasan dengan menjadikan halaman depan atau beranda dari rumah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Juga Pemberdayaan pulau-pulau yang ada di
Indonesia khususnya pulau-pulau perbatasan yang rawan akan pelanggaran
kedaulatan negara.

Sumber Refrensi :
Agoes E R. 2004. Pengaturan Hukum Nasional Tentang Sengketa Ambalat Dari Segi
Hukum.
http://googleweblight.com/?liteurl.http//hukumsnis.blogspot.com/2009/o6/masalahambalat-dalam-sudut-pandang.html?m%3D1&ei=DgkmhPSd&k=id-ID&sI&m=27&ts=14050050378&sig=ALLIAJ5NcSussqg%Q61HMghlTxd3DBmlw(14-122015).
file:///C:/Users/NEON/Documents/MAKALAH%20SENGKETA%20BATAS%20WILAYAH
%20AMBALAT%20INDONESIA%20DAN%20MALAYSIA%20_%20INDAHNYA%20BER
BAGI.htm(07-12-2015).

December14,2015 NovaLarasati

Proudly powered by WordPress

Anda mungkin juga menyukai