Evaluasi Kinerja
Evaluasi Kinerja
PERENCANAAN SDM
PERENCANAAN SDM
alat
untuk
memperbaiki
atau
mengembangkan
kecakapan
karyawan.
10) Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas (job
description).
Sasaran-sasaran dan evaluasi kinerja karyawan yang dikemukakan Agus
Sunyoto (1999 : 1) sebagai berikut :
1) Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinambungan dan
periodik, baik kinerja karyawan maupun kinerja organisasi.
2) Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalui audit
keterampilan
dan
pengetahuan
sehingga
dapat
mengembangkan
PERENCANAAN SDM
agar mencapai yang terbaik. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat memimpin
orang-orang dalam melaksanakan kegiatan dan organisasi. Jadi, fokusnya
adalah kepada kegiatan bagaimana usaha untuk selalu memperbaiki dan
meningkatkan
kinerja
dalam
melaksanakan
kegiatan
sehari-hari.
Untuk
mencapai itu perlu diubah cara bekerja sama dan bagaimana melihat atau
meninjau kinerja itu sendiri. Dengan demikian, pimpinan dan karyawan yang
bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan evaluasi kinerja harus pula
dievaluasi secara periodik.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar evaluasi kinerja
sebagai berikut :
1) Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap persoalan
yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja. Jadi bukan semata-mata
menyelesaikan persoalan itu sendiri, namun pimpinan dan karyawan mampu
menyelesaikan persoalannya dengan baik setiap saat, setiap ada persoalan
baru. Jadi yang penting adalah kemampuannya.
2) Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat, misalnya dari hasil
diskusi antara karyawan dengan penyelia langsung, suatu diskusi yang
konstruktif untuk mencari jalan yang terbaik dalam meningkatkan mutu dan
baku yang tinggi.
3) Suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa dan menimbulkan
kesan terpaksa, namun dimasukkan secara sadar ke dalam corporate
planning, dilakukan secara periodik, terarah dan terprogram, bukan kegiatan
yang hanya setahun sekali atau kegiatan yang dilakukan jika manajer ingat
saja.
2. MANAJEMEN KINERJA
Manajemen kinerja menurut Ahmad S. Ruky (2002 : 6) adalah suatu
bentuk usaha kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh
pimpinan organisasi atau perusahaan untuk mengarahkan dan mengendalikan
prestasi karyawan. Sedangkan Robert Bacal (2004) mendefinisikan bahwa
manajemen kinerja adalah suatu proses komunikasi yang terus menerus,
dilakukan dalam kerangka kerjasama antara seorang karyawan dan atasannya
langsung, yang melibatkan penetapan pengharapan dan pengertian tentang
fungsi kerja karyawan yang paling dasar, bagaimana pekerjaan karyawan
PERENCANAAN SDM
dan
pengendalian
terhadap
pencapaian
kinerja
dan
PERENCANAAN SDM
mengidentifikasikan
kendala-kendala
keberhasilan
yang
PERENCANAAN SDM
dan
pengalaman.
Dengan
demikian
maka
perhatian
terhadap
kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak
lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat. Oleh karena itu
sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental dan kepribadian menjadi pusat perhatian
untuk diteliti disekitar tahun-tahun 1930-1950-an. Hasil dari usaha penelitian yang
begitu besar pada umumnya dinilai tidak memuaskan. Dari beberapa hal sifat
kecerdasan kelihatannya selalu nampak pada setiap penelitian dengan suatu derajat
konsistensi yang tinggi. Suatu kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian
kepemimpinan tersebut diketahui, bahwa :
PERENCANAAN SDM
antusiasme, kejujuran, simpati dan kepercayaan pada diri sendiri, muncul pada 4
penelitian
Ketika
dikombinasikan
dengan
penelitian
tentang
sifat-sifat
fisik,
PERENCANAAN SDM
PERENCANAAN SDM
c. para konsultan yang profesional dalam lapangan pelatihan dan pemberian saran.
Fenomena ini sangat dimengerti oleh para manajer SDM dan manajer
pelatihan. Menghadapi berbagai macam bentuk perlawanan, mereka berhasil
meyakinkan orang melalui keseluruhan struktur hierarki mereka untuk mengambil
refleksi secara mendalam mengenai cara perusahaan untuk menggerakkan sumber
daya terbaik mereka yaitu : kompetensi individual.
2. Tujuan Mengelola Motivasi Untuk Meningkatkan Kinerja
Mengelola motivasi untuk peningkatakan kinerja berhubungan dengan
penggunaan kekuasaan dan kepemimpinan, apa pun budaya dari suatu negara
ataupun organisasi tersebut. Proses ini memerlukan waktu karena ada perbedaan
diantara para manajer dan perbedaan kolektif antar organisasi.
Tujuannya mudah : yaitu mengajarkan para manajer bagaimana mengukur
hasil dari menangani tim mereka dan untuk mengubah cara kerja mereka apabila
diperlukan. Penyelesaian konflik, memfokuskan berbagai individu kepada satu tujuan
bersama, kepemimpinan dalam proyek dan mengubah kemampuan adaptif dan
kemampuan memengaruhi. Setiap aktivitas ini baik manajemen fungsional dan
manajemen operasional menanggung tanggung jawab untuk menangani sumber
daya manusia.
Untuk pengembangan manajemen didasarkan kepada empat faktor kunci
yang memengaruhi secara hebat kinerja di dalam organisasi :
a. sumber motivasi individual;
b. kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaan;
c. gaya dari manajemen;
d. iklim di organisasi
a. Karakteristik Individu : Motivasi dan Kompetensi
Semua manajer akan menyadari perbedaan antara apa yang mendorong
mereka untuk bertindak dan apa yang memicu aksi dari rekan kerja.
Pengetahuan ini merupakan syarat dari setiap perubahan untuk mempromosikan
hasil.
PERENCANAAN SDM
10
untuk
membangun
dan
membina
hubungan
yang
bersahabat;
c) ketakutan untuk kehilangan hubungan tersebut.
2) Keinginan untuk memengaruhi
Kekuatan kata-kata sering kali mempunyai konotasi negatif dalam
budaya Eropa kita. Bentuk ini kelihatan berhubungan secara kuat dengan ide
mengenai perselisihan dengan orang lain, dan memanggil kekuatan politik
untuk berpikir, yang mana sudah tidak lagi dihargai. Tetapi dalam konteks
PERENCANAAN SDM
11
kompetensi
dari
peran
yang
para
manajer
ditentukan
PERENCANAAN SDM
12
Manajer modern mungkin suka pada ide bahwa seorang manajer yang
baik
harus
mengadaptasi
gaya
manajemennya
kepada
masing-masing
PERENCANAAN SDM
13
PERENCANAAN SDM
14
pencapaian
target,
tetapi
tidak
menanyakan
PERENCANAAN SDM
15
dapat
melakukan
sesuatu
lebih
baik
daripada
para
pembantunya
b) Kapan gaya ini terbukti efektif ?
(1) Ketika bawahan memiliki motivasi dan kompetensi yang besar dan
tidak membutuhkan koordinasi yang terlalu banyak
(2) Ketika kontribusi seorang ahli atau individu hars diatur
c) Kapan gaya ini terbukti tidak efektif ?
(1) Ketika manajer bergantung pada pekerjaannya dan pekerjaan
menjadi membutuhkan delegasi yang terperinci
(2) Ketika semangat tim dan perkembangan diri pekerja sangat
dibutuhkan
6) Gaya pengawasan
Perilaku yang umum pada gaya ini adalah saya yakin kamu dapat berhasil.
a) Karakteristik sifat
(1) Secara aktif membantu pekerjaannya dan menunjukkan kepada
mereka bagaimana mencapai hasil yang baik
(2) Memerhatikan adanya peluang untuk membangun pekerjaannya dan
membantu mereka untuk bertumbuh
(3) Mendorong para pekerja untuk membuat target yang akan dicapai
dan untuk membuat rencana kerjanya
(4) Menyelidiki bagaimana menggunakan kompetensi para pekerja
dengan baik
b) Kapan gaya ini terbukti efektif ?
(1) Pada saat manajer menunjukkan kinerja yang berubah-ubah dan
mengevaluasi pencapaian target yang dilakukan oleh para pekerja
(2) Ketika regu ditentukan, ambillah inisiatif dan bersiaplah untuk maju
secara profesional
c) Kapan gaya ini terbukti tidak efektif ?
(1) Ketika keahlian para manajer tidak cukup
(2) Ketika para pekerja tidak cukup kompeten dan membutuhkan
pengarahan yang lebih kuat.
PERENCANAAN SDM
16
PERENCANAAN SDM
17
SDM PROFESIONAL
Keberhasilan organisasi atau perusahaan dalam menciptakan atau melahirkan
SDM yang berbasis kompetensi, tentunya sekaligus melahirkan SDM yang profesional.
1. Menjadikan Profesional Sebagai Budaya
a. Pengertian Profesional
Profesional berasal dari akar kata professional, yang jika ditilik dalam
kamus Webster dijelaskan sebagai : learned vocation, atau Vocation that
requires learning rather tahn work with the hands,
1) Di dalam pemecahan masalah, seorang yang profesional melakukan
pendekatan secara ilmiah, yakni objektif logik, sistematik, metodik
(menggunakan metode) dan dapat dibuktikan (berulang-ulang dengan hasil
yang sama/reliable).
2) Karena berdasarkan ilmu (ilmiah), maka profesi maupun sikap profesional,
dapat dipelajari. Dibalik kemampuan profesi tadi, pelaku lebih banyak
memanfaatkan hasil pembelajaran daripada keterampilan tangan. Dibalik
penguasaan
kemampuan
profesi
tadi
ada
teori
(ilmiah)
yang
dimaksudkan
untuk
melatarbelakanginya.
3) Dengan
demikian,
menggambarkan
dengan
sikap
bagaimana
profesional
seseorang
di
dalam
memecahkan
hipotesis
pemecahan
masalah,
mengembangkan
metode
yang
dilakukan
oleh
seorang
profesional
di
dalam
PERENCANAAN SDM
18
minat
ini
sudah
(kepribadian/predisposisi)
mulai
yang
terbentuk
dimiliki
sejak
berdasarkan
mudanya,
potensi-potensi
yang
kemudian
PERENCANAAN SDM
19
Lakukan sosialisasi
PERENCANAAN SDM
20
g. Disiplinkan Diri
Kontrol diri, fokuskan pada tujuan, dan atur kehidupan dalam kerangka disiplin.
Kembangkan sistem manajemen waktu yang ketat dan patuhlah pada sistem itu.
PERENCANAAN SDM
21