Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

TRAUMAKEPALA
BAB I PENDAHULUAN

1. Definisi Penyakit
Comutio cerebri (Trauma Kepala) adalah luka yang terjadi pada kulit
kepala, tulang
kepala atau otak (Billing dan Stokes, 1982).
Trauma kepala dapat mempengaruhi perubahan fisik maupun psikologis
bagi klien dan keluarganya (Siahaan, 1994).
2. Tanda dan gejala
Tingkat keparahan trauma kepala:
- Trauma kepala ringan, nilai Skala Koma Glasgow (GCS) 13-15,
dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari
30 menit, tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio serebri
maupun hematoma.
- Trauma kepala sedang, nilai Skala Ko9ma Glasgow (GCS) 9-12,
kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebihg dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak.
- Trauma kepala berat, nilai Skala Koma Glasgow (GCS) 3-8,
kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam,
juga meliputi kontusio serebral-laserasi-hematoma intrakranial.
Tanda dan gejala trauma kepala :
- Pingsan setelah trauma dibawah 10 mnt.
- Nyeri kepala
- Mual muntah
- Amnesia sesaat/sementara (lupa kejadian).
3. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel syaraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan
me3niombulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala. Gejala permulaan disfungsi serebral,
pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi
kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia

atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan laktat akibat metabolisme


anaerob. Hal ini menyebabkan asidosis metabolik. Dalam keadaan
normal aliran darah serebral (CBF) adalah 50 60 ml/mnt/100gr
jaringan otak yang merupakan 16% daricurah jantung/kardiak output
(CO). Trauma kepala sampai otak tentunya akan menimbulkan
gangguan pada sistem-sistem besar tubuh yang dikendalikan oleh otak,
diantaranya sistem kardiovaskuler, respiratori, metabolisme,
gastrointestinal, mobilisasi fisik. Selain itu juga mempengaruhi faktor
psikologis.
4.

Pemeriksaan penunjang
-

Laboratorium darah rutin:


Hb, hematokrit, lekosit, trombosit, elektrolit, ureum, kreatinin,
glukosa, golongan darah, analisa gas darah bila perlu.

Foto kepala: AP, Lateral, Towne.


Foto sevical bila ada tanda-tanda frakturt servical.
CT- Scan
Arteriografi kalau perlu.
Burr Holes: dilakukan bila keadaan pasien cepat memburuk disertai
dengan penurunan kesadaran

5. Manajemen terapi
-

Obat-obatan: Dexamethason/Kalmethason sebagai pengobatan anti


edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi
vasodilatasi.
Pemberian analgetika.
Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20%
atau glukosa 40% atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barier darah otak (penisilin) atau
untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.
Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dektrose 5%,
aminofisin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan),
2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
Pembedahan.
Pada trauma berat. Karena hari-hari pertyama didapat penderita
mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi
natrium dan elektrolit, maka hari-hari [ertama (2-3 hari), tidak
terlalu banyak cairan. Dekstrose 5% 8 jam pertama, Ringe dekstrose
8 jam kedua dan Dekstrose 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya
bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui nasogastric tube
(2500-3000 cc TKTP). Pemberian protein tergantung nilai urea N.

BAB II
Standar Asuhan Keperawatan
1. Masalah yang lazim muncul pada klien
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pola nafas tidak efetif


PK : Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Kelebihan Volume Cairan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan persepsi sensori
Nyeri akut
Cemas

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J, 1999, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGC,
Jakarta
Doenges, M.E, Moorhouse, M. F, Geissler, A.C, 1999, Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC, Jakarta
McCloskey, J.C, Bulechek, G.M, 1996, Nursing Intervention
Classification (NIC), ,Mosby, St. Luis
NANDA, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001
2002, Philadelpia
Bandini, Nancy Swift, Manual of Nursing, Little Brown And Company,
Boston, 1993 Neurological
Long, B. c, Phipps, Wj, Esential of Medical Surgical Nursing, CV, Mosby
Company, St. Luis. 1985

Anda mungkin juga menyukai