PENDAHULUAN
1.1.
terbitnya
Surat
Keputusan
Direksi
PT
PLN
(Persero)
Nomor
257.K/010/DIR/2000 tanggal 2 November 2000, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, maka PT PLN (Persero)
P3B Jawa Bali yang merupakan unit pusat laba (profit center) berubah menjadi unit pusat
investasi dengan nama Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3BJB). Struktur
Organisasi Berdasarkan SK. Dir No. 259.K/DIR/2009 tanggal 23 Oktober 2009, P3B JB terdiri
dari 12 unit induk dan 32 unit pelaksana yaitu :
Unit Induk Bidang Perencanaan, Bidang Pengembangan Penyaluran, Bidang Operasi
Sistem, Bidang Teknik Penyaluran, Bidang Keuangan, Bidang SDM & Organisasi,
Bidang Umum, Audit Internal, Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, Region
Jawa Tengah & DIY dan Region Jawa Timur & Bali.
Unit Pelaksana 31 (tiga puluh satu) Unit Pelayanan Transmisi (UPT) dan 1 (satu) Sub
Region Bali.
1.1.2. Visi P3B JB
Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem dan transaksi tenaga listrik dengan
kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan stakeholders, dan
memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dilandasi dengan
TATA NILAI: Saling Percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar (SIPP)
1.2.
sistem tenaga listrik yang meliputi pengendalian produksi energi listrik, penyaluran tenaga
listrik, serta pemantauan dan pemeliharaan peralatan sistem tenaga listrik. Mengingat cakupan
wilayah persebaran pelanggan yang sangat luas serta jumlah pelanggan yang semakin bertambah,
menjadikan sistem tenaga listrik berkembang menjadi sistem yang semakin besar, dan
operasinya pun menjadi semaklin kompleks. Untuk membantu proses pengoperasian dan
pemeliharaan sistem tenaga listrik maka digunakan sistem SCADA dan Telekomunikasi.
Supervisory Control and Data Aquisition (SCADA) merupakan suatu sistem untuk mendapatkan
data tepat waktu (real time) baik dari Remote Terminal Unit (RTU) atau sumber komunikasi lain
di lapangan, sehingga operator jaringan memungkinkan melakukan pengawasan (supervisory)
operasi jaringan dan pengendalian peralatan pemutus beban dari Master Station dengan jarak
yang jauh (remote operation). Seiring berkembangnya teknologi, muncul Substation Automation
System (SAS) untuk menggantikan fungsi RTU. Didalam pengoperasian secara sistem,
diharapkan tidak terjadi pemutusan pelayanan SCADA selama 24 jam selama sehari dan tujuh
hari dalam seminggu.
Pada kegiatan operasi jaringan sistem penyaluran tenaga listrik dikoordinir oleh Pusat
Pengatur Beban (Penyaluran) dan pada hirarki dibawahnya oleh Regional Contol Centre (RCC)
untuk sistem penyaluran, yang membawahi puluhan Gardu Induk (GI) maupun Gardu Induk
Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) pada setiap wilayah cakupannya. Setiap GI/GITET terhubung
dengan sistem SCADA dan Telekomunikasi, terdapat beberapa GI yang telah menggunakan SAS
dan beberapa GI yang masih menggunakan RTU. Pada kegiatan operasi sistem tenaga listrik
terdapat gangguan sistem SCADA berupa kegagalan dalam pemantauan dan pengendalian
(telemetering, telesignaling & telecontrol) peralatan GI oleh RCC yang salah satunya disebabkan
RTU tidak dapat menjawab panggilan dari Master Station atau disebut dengan out off poll.
Pada beberapa GI di wilayah RCC Ungaran, terdapat RTU yang berkinerja buruk akibat
tingginya frekuensi dan durasi out off poll pada RTU dengan protokol konverter ABB, hal ini
dapat dilihat berdasarkan data availability RTU berikut1:
Dari grafik di atas, GI Pandean Lamper dan GI Pemalang memiliki RTU dengan protokol
konverter ABB yang bermasalah. Selain itu juga terdapat GI Kaliwungu dan GI Randugarut yang
bermasalah dengan protokol konverter ABB.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka timbul perencanaan proyek untuk
melakukan penggantian protokol konverter ABB dengan protokol konverter Moxa pada GI
Pandean Lamper, GI Pemalang, GI kaliwungu dan GI Randugarut untuk meningkatkan kinerja
sistem SCADA untuk kegiatan operasi jaringan sistem penyaluran tenaga listrik di APB Jawa
Tengah dan DIY.