Oleh:
RIZKI OKVIAN SARI
(140321100008)
Kelas Selasa
LATAR BELAKANG
Struktur perekonomian Indonesia yang merupakan negara agraris tidak
terlepas dari sektor pertanian. Hubungan antara sektor pertanian dengan
pembangunan nasional pada dasarnya merupakan hubungan yang saling timbal
balik. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
Sektor
pertanian
merupakan
sub
sektor
yang
sangat
strategis
kedudukannya dibandingkan dengan sub sektor lain. Hal itu dapat dilihat bahwa
dengan hasil sub sektor petanian sebagai pemasok utama kebutuhan hidup.
Sedangkan peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat ditinjau
dari berbagai aspek antara lain seperti penyedia lapangan pekerjaan, bahan
baku industri, serta sumber pendapatan nasional (Heru et al, 2010).
Pembangunan
pertanian
memiliki
peran
yang
strategis
dalam
Indonesia,
Oleh karena itu diperlukan sistem proteksi atau perhatian khusus untuk
meminimalkan resiko dalam berusaha tani yaitu berupa asuransi pertanian.
Kredit dan asuransi pertanian ditawarkan sebagai salah satu skema pendanaan
yang berkaitan dengan pembagian risiko dalam kegiatan usahatani. Asuransi
pertanian bukan istilah baru dalam sektor pertanian di banyak negara, khususnya
di negara maju yang telah menggunakan instrumen kebijakan kredit dan asuransi
untuk menjaga produksi pertanian dan melindungi petani. Kredit pertanian
diharapkan bisa menjadi solusi atas kesulitan petani karena kemampuan petani
beradaptasi terhadap perubahan iklim terkendala oleh terbatasnya modal.
Asuransi pertanian dianggap sangat penting karena dapat mengalihkan
resiko kegiatan berproduksi, sehingga petani tidak mengalami kerugian besar
yang ditanggung sendiri, tetapi mendapatkan kepastian penerimaan tunai,
meskipun tidak harus sama dengan biaya yang dikeluarkan saat melakukan
usahatani.
Keberadaan kredit benar-benar dibutuhkan oleh petani untuk tujuan
produksi, pengeluaran hidup sehari-hari sebelum hasil panen terjual dan untuk
pertemuan sosial lainnya. Hal tersebut dikarenakan penguasaan lahan tergolong
sempit, upah yang mahal dan kesempatan kerja terbatas di luar musim tanam.
Sebagian besar petani tidak dapat memenuhi biaya hidupnya dari satu musim ke
musim lainnya tampa pinjaman. Kredit sudah menjadi bagian hidup dalam
ekonomi usahatani, bila kredit tidak tersedia tingkat produksi dan pendapatan
usahatani akan turun drastis (Heru et al. 2010).
PEMBAHASAN
1. Teori Kredit
Perkembangan kredit program pemerintah untuk sektor pertanian tidak
dapat
dipisahkan
dengan
program
intensifikasi
pertanian
dan program
2. Lembaga kredit formal terdiri atas Koperasi Unit Desa (KUD), Bank
Perkreditan Rakyat (BPR), BRI Unit Desa dan lembaga pegadaian
3. Kredit program pemerintah terdiri atas Usaha Pelayanan Kredit Desa (UPKD)
dana APBD dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dana APBN.
Lembaga kredit yang sudah lama terbentuk adalah lembaga informal,
lembaga ini tidak dibangun oleh pemerintah tetapi berdiri sendiri sejalan dengan
tumbuhnya permintaan dari petani. Adanya aspek kepercayaan, kredit diberikan
kepada para petani yang dipercaya melakukan pembayaran cukup lancar
menjadi pertimbangan dalam pemberian kredit. Suku bunga lembaga informal
sangat tinggi, yaitu Bank kelililing (80%), pedagang hasil dan pelepas uang
(60%) dan kios saprotan serta penggilingan padi (24%) per tahun.
Pada tahun 2002, kisaran nilai kredit yang disalurkan lembaga kredit
informal antara Rp.1,5 juta sampai Rp.10 juta dengan jumlah peminjam antara
15 sampai 25 orang. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi pedesaan dan
menghindari masyarakat, terutama petani yang terjerumus ke dalam jeratan
lembaga kredit informal seperti rentenir, maka pemerintah memfasilitasi
pembangunan lembaga kredit formal. Lembaga kredit formal menyediakan suku
bunga rendah, yaitu berturut-turut KUD didirikan pada tahun 1977, BPR tahun
1988, BRI Unit Desa tahun 1996 dan lembaga pegadaian yang didirikan pada
tahun 2001 (Darmawanto, 2010).
3. Asuransi Pertanian
Asuransi pertanian adalah mekanisme finansial yang akan membantu
mengelola kerugian pertanian akibat bencana alam atau iklim yang tidak
mendukung diluar kemampuan petani untuk mengendalikanya. Manajemen risiko
dibidang pertanian adalah masalah yang sangat penting dalam investasi dan
keputusan finansial petani. Program asuransi sangat bergantung pada rasio
cost/benefit bagi petani, pengusaha pertanian dan penyedia jasa asuransi dan
yang tidak kalah pentingnya adalah asuransi yang diberikan didasarkan pada
pertimbangan apakah biaya asuransi tersebut cukup efektif dalam menanggung
sebuah risiko.
Secara umum tujuan asuransi untuk sektor pertanian adalah untuk
memberikan proteksi atau penggantian terhadap risiko gagal panen akibat
serangan hama, penyakit, ataupun bencana alam. Asuransi pertanian ini
diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi para pihak baik itu petani itu
sendiri baik menyangkut tingkat produksi bahkan sampai pada perbaikan situasi
ekonomi maupun perusahaan penyedia jasa asuransi.
Manfaat Asuransi Pertanian
1. Asuransi pertanian akan melindungi petani dari kerugian secara
finansial karena kegagalan panen melalui fungsi tanggunggan
kerugian.
2. Asuransi pertanian akan meningkatkan posisi tawar petani terhadap
kredit pertanian. Hal ini karena asuransi pertanian menjamin
perlindungan dari kegagalan panen maka petani peserta asuransi
mendapat rasio kredit yang lebih baik jika asuransi termasuk
didalamnya.
3.
Skim
asuransi
pertanian
di
samping
meningkatkan
stabilitas
Jakarta
- Menteri
Pertanian
(Mentan)
Amran
Sulaiman
untuk
mendorong
peningkatan
kesejahteraan
petani
yaitu
dengan
asuransi yang dibayar oleh petani hanya Rp 36 ribu. Dari catatan Kementan,
dalam kurun waktu kurang dari setahun, lahan petani yang daftar program AUTP
dengan pola subsidi sudah sebanyak 500 ribu hektar sawah. Sementara petani
yang telah ikut program ini sudah sebanyak satu juta di 22 provinsi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Kementan, Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, hingga 2015 telah dilakukan uji
coba sebanyak lima kali musim tanam total seluas 3.703,84 hektar yang rata-rata
laju pertumbuhan relatif 203,76 persen dengan pengalaman tiga kali minus dan
dua kali surplus.
Realisasi pada 2015, penerapan AUTP pada lahan seluas 233.499,55
hektar dengan premi Rp 42.029 miliar, total klaim mencapai Rp 21,7 miliar.
Sedangkan pada Agustus 2016, seluas 307.217,25 hektar lahan dengan total
premi Rp 55,29 miliar dan total klaim Rp 7,8 miliar.
"Tugas di lapangan tidak pernah mudah, terlebih lokasi lahan persawahan
sebagian besar di remote area dan asuransi merupakan hal baru di kalangan
petani. Dibutuhkan tekad, perjuangan dan endurance dari segenap yang terlibat.
Tapi ini kerja untuk rakyat," tegas dia.
Peran
serta
pemerintah
daerah
(Pemda)
sangat
vital
dalam
cara
budidaya
mereka
(petani)
sudah
terkontrol,
ada term
of
reference. Pola asuransi ini juga melatih para petani melaksanakan kegiatan
pertanian yang baik dan berorganisasi, menata perilaku petani dalam budidaya
dan berorganisasi," tandas dia.
Komentar:
Program AUTP yang dicanangkan pemerintah ini sudah tepat dilakukan di
Indonesia. Meskipun saat ini program ini belum berjalan secara optimal di
Indonesia, yang disebabkan karena kurangnya informasi di tingkat pertanian
terkait adanya asuransi pertanian.
Sebaiknya pemerintah perlu mewajibkan setiap petani untuk mengikuti
program AUTP untuk meminimalisir kerugian akibat gagal panen oleh petani.
Pemerintah harus lebih gencar dalam mensosialisasikan program AUTP kepada
para petani, terutama petani yang ada di pedesaan. Karena petani dipedesaan
KESIMPULAN
Asuransi pertanian dianggap sangat penting karena dapat mengalihkan
resiko kegiatan berproduksi, sehingga petani tidak mengalami kerugian besar
yang ditanggung sendiri, tetapi mendapatkan kepastian penerimaan tunai,
meskipun tidak harus sama dengan biaya yang dikeluarkan saat melakukan
usahatani.
Keberadaan kredit benar-benar dibutuhkan oleh petani untuk tujuan
produksi, pengeluaran hidup sehari-hari sebelum hasil panen terjual dan untuk
pertemuan sosial lainnya. Hal tersebut dikarenakan penguasaan lahan tergolong
sempit, upah yang mahal dan kesempatan kerja terbatas di luar musim tanam.
Namun saat ini asuransi pertanian di Indonesia belum berjalan secara
optimal, karena masih minimnya informasi terkait adanya asuransi untuk sektor
pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Pembangunan
Daerah
Jawa
Tengah)".
TESIS.
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Eka, Imanina. 2013. " Jurnal Implikasi Kredit Pertanian Terhadap Pendapatan
Petani (Studi Kasus: Program Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi Pada
Petani Tebu Di Kabupaten Malang)". Jurnal Ilmiah. Jurusan Ilmu Ekonomi .
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Brawijaya.
Heru et al. 2010. Modul Usahatani. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya.
Kasmir. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Pertama. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.