Anda di halaman 1dari 18

DRAFT

PROPOSAL
TUGAS
AKHIR
PERENCANAAN BANGUNAN PEMANEN AIR
HUJAN (PAH) SEBAGAI ALTERNATIF
PEMENUHAN AIR BERSIH (STUDI KASUS :
ASRAMA ITS)

OLEH : CENDYA QUARESVITA / 3312100049

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan air bersih adalah kebutuhan pokok untuk seluruh aktivitas
keseharian. Standar kebutuhan air bersih menurut Departemen Kesehatan adalah 150
liter/orang/hari. Air ini digunakan untuk makan, minum, mandi, kebersihan rumah dan
menyiram tanaman.
Warga kota Surabaya terancam kelangkaan air bersih dalam waktu 5-10 tahun ke
depan. Saat ini saja kualitas dan kuantitasnya sering dikeluhkan warga. Selain akibat
jaringannya tua sehingga rawan kebocoran, stok produksi (PDAM) Surabaya menipis
(bppspam.net, 2012). Bahan baku air PDAM Kota Surabaya berasal dari Kali Surabaya.
Sedangkan pada kenyataannya Kali Surabaya mendapatkan banyak pencemaran dari
lingkungan sekitarnya, baik itu dari limbah domestik maupun limbah industry (Priyono et.al.,
2013). Lokasi Surabaya yang jauh dari mata air dan kualitas air permukaan yang buruk
membuat diperlukannya alternatif sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air
bersih.
PDAM kota Surabaya mematok harga air pada bangunan komersial antara Rp
4.000,00 hingga Rp 10.000,00. Dari sekian m3 air bersih yang dikonsumsi masyarakat,
80%nya akan berubah menjadi air limbah. Dengan kata lain, sebagian besar air yang
didistribusikan oleh Perusahaan Daerah Air Minum akan berubah menjadi air limbah.
Kondisi sumber air bersih yang mengalami penurunan dan tingkat kebutuhan masyarakat
yang tetap sama bahkan meningkat, membuat diperlukan upaya konservasi dan
penghematan agar sumber daya air terlindungi, seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah
Repubik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Teknologi yang dapat digunakan untuk menghemat konsumsi air bersih, salah
satunya adalah dengan menggunakan bangunan pemanen air hujan (rainwater harvesting).
Menurut PERMEN LH No. 12 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, pemanfaatan air hujan adalah
serangkaian kegiatan mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke
dalam tanah. Air hujan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih telah banyak
dilakukan di berbagai negara, misalnya : Singapura. Rainwater harvesting cocok digunakan
untuk mengatasi kebutuhan air bersih kota-kota di Indonesia yang memiliki curah hujan
rendah dan juga sebagai metode penghematan air di kota-kota yang curah hujannya
sedang, bahkan tinggi.
Asrama mahasiswa ITS yang dihuni oleh kurang lebih seribu mahasiswa
mengkonsumsi air bersih dari PDAM dengan jumlah yang sangat besar. Jika kebutuhan air

bersih untuk masing-masing orang adalah 150 L/orang.hari, maka dalam sebulan total
kebutuhan air untuk asrama adalah 4800 m3. Tarif yang dipatok PDAM adalah sebesar Rp
7.500,00 per m3, sehingga anggaran yang harus dikeluarkan oleh ITS setiap bulannya untuk
kebutuhan asrama ITS berkisar Rp 36.000.000,00.
Kebutuhan air yang relative besar dan fluktuasi kuantitas serta kualitas air di asrama
ITS ini membuatnya sesuai untuk diterapkan sistem pemanen air hujan (rainwater
harvesting). Sistem penampung air hujan akan mengurangi konsumsi air bersih dan secara
tidak langsung akan mengurangi budget yang dikeluarkan untuk pembayaran air bersih.
Sistem penampungan air hujan ini diperkirakan dapat mengurangi kebutuhan air bersih
PDAM

sampai

sebesar

50%.

Oleh

karena

itu,

diperlukan

perencanaan

sistem

penampungan air hujan (rainwater harvesting) dan sistem distribusinya sehingga


keseluruhan penghuni gedung asrama. Air hujan dapat digunakan untuk kebutuhan
penggelontoran water closet (wc), menyiram tanaman, mencuci, menjaga kebersihan rumah
dan dapur.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1) Berapa kebutuhan air bersih yang disuplai PDAM kota Surabaya di Asrama Mahasiwa
ITS?
2) Berapa besar air hujan yang dapat ditampung selama musim hujan di Surabaya untuk
kebutuhan air bersih di Asrama ITS?
3) Bagaimana perencanaan sistem penampungan dan distribusi air hujan untuk kebutuhan
air bersih di Asrama ITS?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari perencanaan ini adalah :
1) Menghitung kebutuhan air bersih yang disuplai PDAM kota Surabaya di Asrama
Mahasiswa ITS
2) Menganalisis daya tampung air hujan selama musim hujan di Surabaya untuk
kebutuhan air bersih di Asrama ITS
3) Merencanakan sistem penampungan dan distribusi air hujan untuk kebutuhan air bersih
di Asrama ITS.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari perencanaan ini adalah :
1) Bagi penulis : Mendapatkan informasi dan dapat merencanakan rainwater harvesting
sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih di Asrama ITS.
2) Bagi pihak Asrama ITS : Mendapatkan informasi mengenai alternative pemenuhan
kebutuhan air bersih dan keuntungan yang bisa didapatkan dari rainwater harvesting.
1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang digunakan dalam perencanaan ini adalah :


1) Perencanaan ini akan dilakukan di komplek asrama ITS Surabaya.
2) Aspek yang akan dikaji dalam proposal ini adalah aspek teknis dan aspek ekonomi.
3) Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei lapangan. Tools
survey yang digunakan adalah melalui wawancara dan observasi langsung
4) Perencanaan sistem penampungan air hujan (rainwater harvesting) dan distribusinya
akan direncanakan di salah satu blok asrama ITS.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanenan Air Hujan
Pemanenan air hujan (PAH) merupakan metode atau teknologi yang digunakan
untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan
atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih. Air
hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama di daerah yang tidak terdapat
sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah serta tidak tersedia air
tanah (Abdulla et al., 2009).

2.2 Keuntungan Pemanenan Air Hujan


Beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air
bersih menurut UNEP (2001) adalah sebagai berikut :
1. Meminimalisasi dampak lingkungan :
Penggunaan instrumen yang sudah ada (atap rumah, tempat parkir, taman, dan lainlain) dapat menghemat pengadaan instrumen baru dan meminimalisasi dampak
lingkungan. Selain itu meresapkan kelebihan air hujan ke tanah dapat mengurangi
volume banjir di jalan-jalan di perkotaan setelah banjir;
2. Lebih bersih :
Air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan
sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut;
3. Kondisi darurat :
Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat
darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat
terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa membutuhkan
sistem penyaluran air;
4. Cadangan air bersih :
Pemanenan air hujan dapat mengurangi kebergantungan pada sistem penyediaan air
bersih;
5. Upaya konservasi; dan
6. Pemanenan air hujan merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat
dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan, operasional dan perawatan tidak
membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian tertentu.
2.3 Faktor-faktor yang Dipertimbangkan pada Sistem Pemanenan Air Hujan
Menurut Yulistyorini (2011), sebelum mengembangkan sistem pemanenan air hujan,
faktor-faktor berikut perlu dipertimbangkan, yaitu :
1. Luas daerah tangkapan hujan dan kapasitas penyimpanan seringkali berukuran kecil
atau terbatas, dan pada saat musim kering yang panjang tempat penyimpanan air
mengalami kekeringan;
2. Pemeliharaan sistem pemanenan air hujan lebih sulit dan jika sistem tidak dirawat
dengan baik dapat berdampak buruk pada kualitas air hujan yang terkumpul,
3. Pengembangan sistem pemanenan air hujan yang lebih luas sebagai salah satu
alternatif sumber air bersih dapat mengurangi pendapatan perusahaan air minum;
4. Sistem pemanenan air hujan biasanya bukan merupakan bagian dari pembangunan
gedung dan tidak/ jarang ada pedoman yang jelas untuk diikuti bagi pengguna atau
pengembang;
5. Pemerintah belum memasukkan konsep pemanenan air hujan dalam kebijakan
pengelolaan sumber daya air dan masyarakat belum terlalu membutuhkan instrumen
pemanenan air hujan di lingkungan tempat tinggalnya;

6. Tangki penyimpanan air hujan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan serangga


seperti nyamuk;
7. Curah hujan merupakan faktor yang penting dalam operasional sistem pemanenan air
hujan. Wilayah dengan musim kering yang lebih panjang maupun dengan curah hujan
yang tinggi membutuhkan alternatif sumber air atau tempat penampungan yang relatif
besar.
2.4 Komponen Sistem Pemanenan Air Hujan
Sistem PAH umumnya terdiri dari beberapa sistem yaitu: tempat menangkap hujan
(collection area), saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat menangkap hujan
ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, reservoir (storage tank), saluran pembuangan,
dan pompa (Abdulla et al., 2009).
a. Area penangkapan air hujan (collection area)
Tempat penangkapan air hujan dan bahan yang digunakan dalam konstruksi permukaan
tempat penangkapan air hujan mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air
hujan. Bahan-bahan yang digunakan untuk permukaan tangkapan hujan harus tidak
beracun dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas air hujan
(UNEP, 2001). Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan anti karat seperti
alumunium, besi galvanis, beton, fiberglass shingles (Amin dan Han, 2009).
b. Sistem pengaliran air hujan (conveyance system)
Terdiri dari saluran pengumpul atau pipa yang mengalirkan air hujan yang turun di atap
ke tangki penyimpanan (cistern or tanks). Saluran pengumpul atau pipa mempunyai
ukuran, kemiringan dan dipasang sedemikian rupa agar kuantitas air hujan dapat
tertampung semaksimal mungkin (Abdulla et al., 2009).
c. Filter
Digunakan untuk menyaring sampah (daun, plastik, ranting, dll) yang ikut bersama air
hujan dalam saluran penampung sehingga kualitas air hujan terjaga. Dalam kondisi
tertentu, filter harus bisa dilepas dengan mudah dan dibersihkan dari sampah.
d. Tangki (Cistern or tank) alami (kolam atau dam) dan tangki buatan
Tempat untuk menyimpan air hujan, dapat berupa tangki di atas tanah atau di bawah
tanah (ground tank).
e. First flush device
Apabila kualitas air hujan merupakan prioritas, saluran pembuang air hujan yang
tertampung pada menit-menit awal harus dibuang. Tujuan fasilitas ini adalah untuk
f.

meminimalkan polutan yang ikut bersama air hujan.


Pompa (Pump)
Dibutuhkan apabila tangki penampung air hujan berada di bawah tanah (Yulistyorini,
2011).

2.5 Tipe Sistem Pemanenan Air Hujan

Beberapa sistem PAH yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :


a. Sistem atap (roof system)
Menggunakan atap rumah secara individual memungkinkan air yang akan terkumpul
tidak terlalu signifikan, oleh karena itu diperlukan penerapan secara masak untuk
mendapatkan hasil yang signifikan.
b. Sistem permukaan tanah (land surface catchment areas)
Menggunakan permukaan tanah merupakan metode yang sangat sederhana untuk
mengumpulkan air hujan. Dibandingkan dengan sistem atap, PAH dengan sistem ini
lebih banyak mengumpulkan air hujan dari daerah tangkapan yang lebih luas. Air hujan
yang terkumpul dengan sistem ini lebih cocok digunakan untuk pertanian, karena
kualitas air yang rendah. Air ini dapat ditampung dalam embung atau danau kecil.
Namun, ada kemungkinan sebagian air yang tertampung akan meresap ke dalam tanah.
2.6 Curah Hujan Kota Surabaya
Data klimatologi Kota Surabaya diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika
Perak I dan Perak II. Pada tabel 3.1 tercantum data curah hujan Kota Surabaya Tahun
2010-2011.
Tabel 3.1 Data Curah Hujan Kota Surabaya Tahun 2010-2011
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah

Jumlah
(mm)
298
322.4
322.4
334
147.3
58
66
30
156.3
252
86
314.2
2386.6

2010
Maks

Hari

Jumlah

2011
Maks

Hari

(mm)
51
26
180.5
28.4
26
95.6
25
145.2
33.5
23
95.6
25
461.2
74.6
23
61
25
274.9
73
22
48.6
23
70
16.6
14
23.8
14
27.6
27.6
3
23.3
12
0.1
1.6
3
8.8
7
0
42.6
22
0
61
22
22.6
21.6
5
23
21
205.1
65.3
26
109.4
28
356
63.4
23
643.7
250
1743.2
405.6
168
Sumber : BMKG Stasiun Meteoologi Perak II Surabaya Tahun 2011

2.7 Kebutuhan Air Bersih


Setiap jenis kegiatan memiliki konsumsi air bersih yang berbeda-beda. Pada tabel 2.2
tercantum jumlah kebutuhan air bersih per orang per hari untuk masing-masing jenis
kegiatan.

Tabel 2.2 Pemakaian Air Rata-Rata

b.

Jenis Gedung

Perumahan
mewah

Rumah biasa

Pemakaian
air rata-rata
sehari (liter)
250
160-250

Jangka waktu
pemakaian air
rata-rata sehari
(jam)

Perbandingan
luas lantai
efektif/total
(%)

Keterangan

8-10

42-45

Setiap penghuni

8-10

50-53

Setiap penghuni
Mewah 250 liter

Apartment

200-250

8-10

45-50

Menengah 180
liter
Bujangan 120
liter

Asrama

120

Bujangan
(Setiap tempat
tidur pasien)

Mewah>1000
5

Rumah Sakit

Menengah 5001000

8-10

45-48

Umum 350-500

Pasien luar : 8
liter
Staf/pegawai :
120 liter
Keluarga
pasien :160 liter

Sekolah dasar

40

58-60

Guru : 100 liter

SLTP

50

58-60

Guru : 100 liter

SLTA dan lebih


tinggi

80

Guru/dosen : 100
liter

Rumah Toko

100-200

Penghuninya :
160 liter

10

Gedung Kantor

100

60-70

Setiap pegawai

11

Toserba

55-60

Pemakaian air
hanya untuk
kakus, belum
termasuk untuk
bagian

b.

Jenis Gedung

Pemakaian
air rata-rata
sehari (liter)

Jangka waktu
pemakaian air
rata-rata sehari
(jam)

Perbandingan
luas lantai
efektif/total
(%)

Keterangan

restorannya

12

Pabrik/industri

13

Stasiun/termina
l

14

Restoran

Per orang, setiap


giliran (kalau
kerja lebih dari 8
jam sehari)

15

Setiap
penumpang

30

Untuk penghuni :
160 liter

Buruh pria : 60
Wanita: 100

Untuk penghuni :
160 liter
15

16

17

Restoran
umum

15

Pelayan : 100
liter

70% dari jumlah


tamu perlu 15
liter/orang untuk
kakus

Gedung
pertunjukan

30

Gedung
bioskop

10

53-55

Kalau digunakan
siang dan
malam,
pemakaian air
dihitung per
penonton.
Jam pemakaian
air dalam tabel
adalah untuk
satu kali
pertunjukkan.

18

Toko pengecer

40

19

Hotel/penginap
an

250-300

10

-idemPedagang
besar : 30
liter/tamu, 15
liter/staf atau 5
liter per hari
setiap m2 luas
lantai
Untuk setiap
tamu, untuk staf

b.

Jenis Gedung

Pemakaian
air rata-rata
sehari (liter)

Jangka waktu
pemakaian air
rata-rata sehari
(jam)

Perbandingan
luas lantai
efektif/total
(%)

Keterangan

120-150 liter;
penginapan 200
liter
20

Gedung
peribadatan

10

Didasarkan
jumlah jemaah
per hari

21

Perpustakaan

25

Untuk setiap
pembaca yang
tinggal

22

Bar

30

Setiap tamu

23

Perkumpulan
Sosial

30

Setiap tamu

24

Kelab Malam

120-350

Setiap tempat
duduk

25

Gedung
perkumpulan

150-200

Setiap tamu

26

Laboratorium

100-200

Setiap staf

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), Perencanaan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing, PT. Pradnya Paramita.
2.8 Perhitungan Pemanenan Air Hujan
Dalam melakukan perhitungan prasarana pemanenan air hujan memerlukan
berbagai pertimbangan komponen pembiayaan yaitu pembiayaan dalam penyediaan
sistem, biaya operasional sistem, dan juga biaya perawatan sistem. Pada sistem
pemanenan air hujan dalam berbagai skala baik skala individu maupun skala yang lebih
luas seperti skala kota memerlukan komponen-komponen penyediaan sistem yang sama.
Namun, semakin besar skala pengumpulan air hujan dan operasi sistem pemanenan air
hujan yang dilakukan, maka volume yang dibutuhkan juga semakin besar untuk setiap
komponen pembiayaannya (Nazharia, 2014).
Pada perencanaan volume tangki ataupun kolam penampungan air hujan dapat
ditentukan melalui keseimbangan perhitungan supply dan demand akan air masyarakat
sehari-harinya.
1. Perhitungan Supply Air Hujan

Perhitungan supply air hujan diperlukan untuk mengetahui volume air hujan yang
dapat ditampung, melalui perhitungan:

S= A M F Keterangan:
S: Supply air hujan yang dapat ditampung (m)
A: luas area tangkapan air hujan/luas atap rumah penduduk (m)
F: Koefisien runoff (0,80)
Koefisien runoff merupakan jumlah dari seberapa banyak curah hujan yang akan
dapat mengalir setelah terjadinya penguapan. Umumnya banyaknya air hujan yang
dapat ditampung adalah sebesar 80% dan sebesar 20% di asumsikan menguap diudara
atau tidak dapat tertangkap sepenuhnya. Sehingga nilai koefisien runoff yang digunakan
adalahb sebesar 0,80.
2. Perhitungan Kebutuhan Air (Demand)
Kebutuhan air hujan merupakan volume air hujan yang akan digunakan penduduk
untuk keperluan sehari-hari selama satu bulan. Untuk mengetahui kebutuhan air
penduduk, maka dapat menggunakan rumus :

B=D P 30 Keterangan:

B : Total kebutuhan air dalam satu bulan (m)


D : Kebutuhan air satu orang dalam satu hari (m)
P : Jumlah pengguna (jiwa)
3. Perhitungan Volume Bak Penampungan
Perencanaan volume bak penampungan harus seimbang antara supply dan demand.
Perhitungan volume bak penampungan ini dapat dilakukan dengan rumus:

V =SB Keterangan:

V : Volume bak penampung pada akhir bulan (m)


S : Kemampuan volume bak menampung air hujan dalam satu bulan (m)
B : Kebutuhan air minum dalam satu bulan (m)
(Nazharia, 2014).

BAB III
METODE PERENCANAAN

3.1

Kerangka Perencanaan
Kerangka perencanaan merupakan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam
perencanaan. Kerangka alur perencanaan ini diharapkan dapat mempermudah proses
pengerjaan perencanaan dan dapat mencapai tujuan yang direncanakan. Kerangka alur
perencanaan tetera pada gambar 3.1
IDE PERENCANAAN

Kondisi Idea
Kondisi Eksisting
Air bersih
untuk
kebutuhan
domestic tersedia setiap saa
Air bersih di Asrama ITS disuplai
oleh
PDAM
Kota Surabaya
Adanya sumber
suplaimasyar
air be
Adanya kendala pada pasokan air bersih, seperti kuatitas dan kualitas air yang didistribusikan
kepada

RUMUSAN MASALAHTUJUAN PERENCANAAN


Menghitung kebutuhan air bersih di Asrama Mahasiswa ITS
1) tampung
Berapa kebutuhan
bersihmusim
yang hujan di Surabaya untuk kebutuhan air bersih di Asrama
Menganalisis daya
air hujanair
selama
Merencanakandisuplai
sistem PDAM
penampungan
dan distribusi
air hujan untuk kebutuhan air bersih di Asrama ITS.
kota Surabaya
di
Asrama Mahasiwa ITS?
2) Berapa besar air hujan yang dapat
ditampung selama musim hujan di
Surabaya

untuk

kebutuhan

bersih di Asrama ITS?


3) Bagaimana perencanaan

air

sistem

penampungan dan distribusi air


hujan untuk kebutuhan air bersih di
Asrama ITS?
STUDI LITERATUR
-

Kebutuhan air
Curah Hujan Rata-rata kota Surabaya
AA
Kualitas Air Hujan
Penampungan Air Hujan
Tipe Penampungan Air Hujan
Sistem Penampungan Air Hujan
Perhitungan Intensitas Hujan
Perhitungan Kapasitas Bak Penampung Air Hujan

PENGUMPULAN DATA
Data Primer
-

Jumlah penghuni di asrama ITS


Panjang, lebar, dan luas penampang tangkapan hujan
Kondisi area penangkapan hujan yang dimungkinkan di Asrama ITS
Kondisi dan sistem perpipaan air bersih eksisting di bangunan asrama
Kualitas air hujan

Data Sekunder
-

Data curah hujan kota Surabaya


Kebutuhan air bersih per orang per hari
Denah bangunan asrama

PENGOLAHAN DATA
-

Pengujian kualitas air hujan skala laboratorium


Perhitungan kebutuhan air bersih di asrama per hari
Perhitugan debit curah hujan
Perhitungan area tangkapan hujan
Perhitungan waktu detensi maksimum pemanenan air hujan
Perhitungan kapasitas tangki penyimpanan air hujan
Perancangan sistem penyaluran air hujan di bangunan asrama

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Evaluasi penggunaan air bersih suplai PDAM di Asrama ITS


Analisis keefektifan pemanfaatan air hujan sebagai alternatif kebutuhan air
bersih

KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 3. 1 Kerangka Pelaksanaan Penelitian

3.2

Tahap Perencanaan
Perencanaan penampungan air hujan ini mengambil studi kasus di Asrama ITS

sebanyak 1 (satu) blok. Penjelasan mengenai tahap-tahap perencanaan adalah sebagai berikut
:
1. Ide perencanaan
Ide perencanaan adalah gagasan utama dalam suatu perencanaan. Gagasan
utama ini timbul akibat adanya permasalahan pada kondisi eksisting di wilayah
perencanaan yang tidak sesuai dengan kondisi ideal. Kondisi eksisting yang
melatarbelakangi perencanaan ini adalah suplai air bersih asrama ITS yang hanya
didapatkan dari PDAM dan masih sering mengalami permasalahan kualitas dan
kuantitas. Air suplai PDAM ini digunakan untuk semua kebutuhan sehari-hari, mulai

dari bahan baku air minum hingga kebutuhan untuk toilet flushing, mencuci,
menyiram tanaman, dan sebagainya.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 tahun 2004 tentang pengelolaan
air hujan pada bangunan gedung dan persilnya, menyebutkan bahwa air hujan yang
jatuh pada persil bangunan gedung dihitung sebagai bagian dari status wajib kelola
air hujan yang harus diupayakan untuk tidak melimpas keluar dari persil bangunan
gedung. Bangunan gedung, terutama dengan konsumsi air bersih yang tinggi,
idealnya memiliki alternatif suplai air bersih yang dapat digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan nonpotable water (tidak dapat diminum), seperti : toilet flushing,
mencuci, dan menyiram tanaman. Alternatif ini dibutuhkan karena kelangkaan air
bersih mulai menjadi masalah dewasa ini.
2. Rumusan masalah dan tujuan perencanaan
Perumusan masalah diperoleh setelah

mendapatkan

ide

perencanaan.

Perumusan masalah dilakukan dengan membuat variable perencanaan yang sesuai


dengan latar belakang ide perecanaan. Rumusan masalah dari perencanaan ini
adalah :
a) Berapa kebutuhan air bersih yang disuplai PDAM kota Surabaya di Asrama
Mahasiwa ITS?
b) Berapa besar air hujan yang dapat ditampung selama musim hujan di
Surabaya untuk kebutuhan air bersih di Asrama ITS?
c) Bagaimana perencanaan sistem penampungan dan distribusi air hujan untuk
kebutuhan air bersih di Asrama ITS?
Tujuan perencanaan ditentukan setelah menentukan rumusan masalah. Tujuan
perencanaan ini merupakan jawaban singkat dari rumusan masalah. Tujuan
perencanaan ini adalah :
a) Menghitung kebutuhan air bersih yang disuplai PDAM kota Surabaya di
Asrama Mahasiswa ITS
b) Menganalisis daya tampung air hujan selama musim hujan di Surabaya untuk
kebutuhan air bersih di Asrama ITS
c) Merencanakan sistem penampungan dan distribusi air hujan untuk
kebutuhan air bersih di Asrama ITS.
3. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh teori yang menunjang dalam
perencanan. Literatur yang digunakan dalam perencanaan ini berasal dari jurnal
penelitian (internasional dan nasional), penelitian sejenis yang sudah ada, serta text
book. Literatur yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah : kebutuhan
air, curah Hujan rata-rata kota Surabaya, kualitas air hujan, penampungan air hujan,

tipe penampungan air hujan, sistem penampungan air hujan, perhitungan intensitas
hujan, perhitungan kapasitas bak penampung air hujan.
4. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan sebagai dasar dalam perencanaan. Data yang
dikumpulkan ini berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang
didapatkan langsung melalui observasi di lapangan. Data sekunder adalah data
yang didapatkan berdasarkan literature atau sumber-sumber lain, seperti data dinas
yang berkepentingan. Data primer yang digunakan dalam perencanaan ini adalah
jumlah penghuni di asrama ITS, panjang, lebar, dan luas penampang tangkapan
hujan, kondisi area penangkapan air hujan yang dimungkinkan di Asrama ITS,
kondisi dan sistem perpipaan air bersih eksisting di bangunan asrama. Sedangkan,
data sekunder yang dibutuhan dalam perencanaan ini adalah data curah hujan kota
Surabaya, kebutuhan air bersih per orang per hari, dan Denah bangunan asrama.
5. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan setelah data-data primer dan sekunder telah
didapatkan. Pengolahan data yang digunakan dalam menunjang perencanaan ini
adalah menentukan kebutuhan air bersih di asrama per hari, menghitung debit curah
hujan berdasarkan data dari BMKG Kota Surabaya, menghitung area tangkapan
hujan sebagai dasar dalam perhitungan kapasitas tangki penyimpanan air hujan dan
menentukan serta merancang tipe dan sistem penyaluaran air hujan di bangunan
asrama

dengan

mempertimbangkan

aspek

ekonomis.

Perancangan

sistem

pemanenan air hujan ini direncanakan menggunakan sistem atap (roof system).
Sistem ini digunakan dengan pertimbangan awal penghematan biaya investasi,
karena meminimalkan penggunaan pompa dan listrik.
6. Analisis dan pembahasan
Analisis dan pembahasan berisi penjelasan mengenai hasil pengolahan data
yang digunakan dalam perencanaan. Analisis dan pembahasan perencanaan ini
meliputi evaluasi penggunaan air bersih suplai PDAM di Asrama ITS dan analisis
keefektifan pemanfaatan air hujan sebagai alternatif kebutuhan air bersih. Dalam
analisis ini dibandingkan keuntungan secara ekonomis dari pemanfaatan air hujan
sebagai alternatif air bersih dengan pemanfaatan air bersih suplai PDAM. Evaluasi
ini dilakukan untuk menilai keefektifan sistem penampungan air hujan.
7. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saran diberikan setelah analis dan pembahasan hasil
perencanaan telah selesai dilakukan. Secara singkat, kesimpulan merupakan hal
yang menjawab tujuan penelitian. Hasil perencanaan dapat disimpulkan jika semua

tahapan untuk menjawab tujuan dalam perencanaan ini telah selesai dilakukan. Jika
hasil dari perencanaan masih memiliki banyak variabel untuk diteliti lebih lanjut,
maka saran diperlukan untuk menyempurnakan hasil perencanaan.
3.3

Jadwal pelaksanaan Tugas Akhir


Berdasarkan kerangka dan metode perencanaan yang telah disusun, jadwal
kegiatan tugas akhir dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir

Studi Literatur
Penyusunan
proposal tugas
akhir
seminar dan revisi
proposal
Pengumpulan data
Pengolahan Data
Analisis dan
Pembahasan
Penyusunan
Laporan kemajuan
TA
Seminar kemajuan
tugas akhir
Revisi lapoan
kemajuan TA
Penyusunan
laporan tugas
akhir
Sidang lisan tugas
akhir

DAFTAR PUSTAKA

16

15

14

13

12

11

10

16

Semester 8
15

14

13

12

10

11

Semester 7

Kegiatan

Abdulla Fayez A., AW Al-Shareef.2009. Roof rainwater harvesting systems for household water
supply in Jordan. Desalination 243: 195-207.
Amin M.T, dan M.Y. Han. 2009. Water environmental and sanitation status in disaster relief of
Pakistans 2005 earthquake. Desalination 248 (2009) 436445.
Nazharia, Cythia & Sri Maryati. 2014. Perhitungan Pembiayaan Pemanenan Air Hujan sebagai
Sistem Penyediaan Air Bersih dalam Berbagai Skala di Kelurahan Sukajadi Kota Dumai.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N1 79-88
Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo. 2000. Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. PT. Pradnya Paramita.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 /PRT/M/2014 Tentang Pengelolaan Air Hujan
Pada Bangunan Gedung Dan Persilnya
UNEP International Technology Centre. 2001. Rainwater Harvesting. Murdoch University of
Western Australia.
Yulistyorini, Ane. 2011. Pemanenan Air Hujan sebagai Alternatif Pengelolaan Sumber Daya Air
di Perkotaan. Teknologi dan Kejuruan Vol 34 (1) 105-114

Anda mungkin juga menyukai