Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PAPER FISIOTERAPI OLAHRAGA

Pola capsuler sendi pada semua tubuh

Nama : Nurul Sakinah Nurdin


NIM : 201410490311073

FISIOTERAPI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016-2017

A. Definisi Frozen Shoulder


Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakait yang sudah diketahui dengan
baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan.
Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian
menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul (Appley, 1993).

Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul menempel pada kaput


humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang dengan perlengketan. Frozen
merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena degenerasi yang progresif. Jika
berkangsung lama otot rotator akan tertarik serta memperlengketan serta memperlihatkan
tnada-tanda penipisan dan fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti
erosi tuberculum humeri yang akan menekan tendon bicep dan bursa subacromialis
sehingga terjadi penebalan dinding bursa. Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada
penimbunan kristal kalsium fosfat dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun
dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding pembuluh darah. Penimbunan pertama kali
ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan menyebar keruang bawah bursa subdeltoid
sehingga terjadi rardang bursa, terjadi berulang-ulang karena tekiri terus-menerus
menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketandinding
dasar dengan bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive akhirnya terjadi frozen
shoulder (Mayo, 2007)
Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi, yaitu :
1. Primer/ idiopetik frozen shoulder
Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih
banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41
tahun. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih
memungkinkan terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan
gerakan bahu yang lama dan berulang.
2. Sekunder frozen shoulder
Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur,
dislokasi, luka baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi
beberapa tahun sebelumnya.
B. Anatomi Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint)
Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang
terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat dangkal,
sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan
melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan
ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada
bahu.

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh
tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone), humerus (upper arm
bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi
sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal.
Empat sendi tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeralsangat
luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa
glenoidalis dangkal (Sidharta, 1984).
Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka bila
dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi persendian yang kompleks,
yaitu:
1. Sendi Glenohumerale
Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas
glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi
meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya
labrum glenoidale (Snell, 1997).
Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang
diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga
rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar sehingga
memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas. Proteksi terhadap
sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus coracoideus, dan
ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar
caput humerus selalu dipelihara pada cavitas glenoidalisnya.
Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain
ligamenglenoidalis, ligamenhumeral tranversum, ligamencoraco humeral dan
ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis
dan collum anatomicum humeri (Snell, 1997)
Ligament yang memperkuat antara lain
1) Ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus
coracoideus sampai tuberculum humeri.
2) Ligament coracoacromiale, yang membemtang dari procesus
coracoideus sampai acromion.
3) Ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas
glenoidalis ke colum anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:

a) Ligament gleno humerale superior, yang melewati articulatio


sebelah cranial
b) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio
sebelah ventral
c)
Ligamentum gleno humeralis inferius, yang melewati

articulation sebelah inferius


Bursa-bursa yang ada pada shoulder joint:
1) Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor
dan tendon latisimus dorsi
2) Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan
tuberositashumeri
3) Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio
otot pectoralis mayor
4) Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri
dibawah otot deltoideus
5) Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum
coracoclaviculare
6) Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae
dengan otot subscapularis
7) Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah

kulit
Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika pada sendi
glenoidal yaitu rotasi atau gerakan berputar pada suatu aksis dan translasi
merupakan gerakan menurut garis lurus dan kedua gerakan tersebut akan
menghasilkan gerakan tertentu dalam sendi atau permukaan sendi yang
disebut gerakan artrokinematika.Rotasi tulang atau gerakan fisiologis akan
menghasilkan gerakan roll-gliding di dalam sendi dan translasi tulang
menghasilkan gerakan gliding, traction ataupun compression dalam sendi
yang termasuk dalam joint play movement (Mudatsir, 2002)
Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika adalah rotasi atau
gerakan berputar pada suatu aksis dan translasi merupakan gerakan menurut
garis lurus dan kedua gerakan tersebut akan menghasilkan gerakan tertentu
dalam sendi atau permukaan sendi yang disebut gerakan artrokinematika.
Rotasi tulang atau gerakan fisiologis akan menghasilkan gerakan roll-gliding
di dalam sendi dan translasi tulang menghasilkan gerakan gliding, traction

ataupun compression dalam sendi yang termasuk dalam joint play movement
(Mudatsir, 2002)
Gerakan arthrokinematika pada sendi gleno humeralyaitu : (1) gerakan
fleksi terjadi rollingcaput humeri ke anterior, sliding ke posterior (2) gerakan
abduksi terjadi rollingcaput humeri ke cranio posterior, sliding ke caudo
ventral (3) gerakan eksternal rotasi terjadi rollingcaput humeri ke dorso
lateral, sliding ke ventro medial (4) gerakan internal rotasi terjadi rollingcaput
humeri ke ventro medial dan sliding ke dorso lateral (Kapanji, 1982)
2. Sendi sterno claviculare
Dibentuk oleh extremitas

glenoidalis

clavikula,

dengan

incisura

clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi


fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada suatu discus
articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies articularisnya dan
sebagai cavum srticulare. Capsula articularis luas,sehingga kemungkinan
gerakan luas

Ligamentum yang memperkuat :


a) Ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial
extremitassternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni
b) Ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae
pertama sampai permukaan bawah clavicula
c) Ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi
caudal incisura clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas
sternalis claviculare

3. Sendi acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial
dari acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh
fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis. Secara
morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies articularisnya
sempit, dengan ligamentum yang longgar.

Ligamentum yang memperkuatnya:


1) Ligamentacromio claiculare, yamg

membentang

antara

acromion dataran ventral sampai dataran caudal clavicula.

2) Ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:


a) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran
medial

procecuscoracoideus

sampai

dataran

caudal

claviculare
b) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran
lateral

procecuscoraoideus

sampai

dataran

bawah

clavicuare
Gerak osteokinematika sendi acromio clavicularis selalu berkaitan
dengan gerak pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka
terjadi rotasi clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini menyebabkan
elevasi clavicula, elevasi tersebut pada sendi sterno clavicularis kemudian
30% berikutnya pada rotasi clavicula.
4. Sendi subacromiale
Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang berada
di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di sebeleh
caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai rongga sendi.
5. Sendi scapulo thoracic
Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa
pergerakan scapula terhadap dinding thorax [(Sri surini, dkk),2002].
Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan kerah medial lateral
yang dalam klinis disebut down ward-up wardrotasi juga gerak kerah cranialcaudal yang dikenal dengan gerak elevasi-depresi.
Join play movement adalah istilah yang digunakan pada Manipulative
therapy untuk menggambarkan apa yang terjadi didalam sendi ketika
dilakukan gerakan translasi, gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara pasif
oleh terapis pada saat pemeriksaan maupun terapi. Ada 3 macam joint play
movement yaitu :
1) Gliding
Gliding yaitu gerakan permukaan sendi dimana hanya ada satu titik
kontak pada satu permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik
kontak yang baru (selalu berubah) pada permukaan sendi laannya.
Arah gliding permukaan sendi sesuai dengan hukum konkaf konvek

yaitu : jika permukaan sendi konkaf, maka arah gliding berlawanan


dengan gerakan tulang. Sedangkan bila permukaan sendi konvek maka
arah gliding searah dengan gerakan tulang. Untuk sendi bahu arah
gliding berlawanan dengan arah gerakan tulang, karena pertmukaan
sendi konfek bergerak peda permukaan sendi konkaf (caput humei
dengan cavitas glenoidal)

2) Traksi
Traksi adalah gerakan translasi tulang yang arah geraknya tegak
lurus dan menjauhi bidang terapi sehimgga terjadi peregangan sendi,
biasanya dapat mengurangi nyeri pada sendi
3) Kompresi
Kompresi adalah gerakan translasi tulang yang arahnyategak lurus
tetapi kedua pernukaan sendi saling mendekati, biasanya akan
menimbulkan nyeri (mudatsir, 2007).
C. Patologi
Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi oleh jaringan
fibrous yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra articular adhesion, penebalan
sinovial akan berlanjut ke keterbatasan articular cartilago. Berkurangnya cairan sinovial
pada sendi sehingga terjadi perubahan kekentalan cairan tersebut yang menyebabkan
penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat ekstensibilitas pada kapsul sendi berkurang
dan akhirnya terjadi perlekatan. Tendinitis bicipitalis, calcificperitendinitis, inflamasi
rotator cuff, frkatur atau kelainan ekstra articular seperti angina pectoris, cervical
sponylosis, diabetes mellitus yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka
kelama-lamaan akan menimbulkan perlekatan atau dapat menyebabkan adhesive
capsulitis. Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang menyebabkan
nyeri dan menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat menyebabkan nyeri dan dapat
menimbulkan spasme

Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul menempel pada kaput


humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang dengan perlengketan. Frozen
merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena degenerasi yang progresif. Jika
berkangsung lama otot rotator akan tertarik serta memperlengketan serta memperlihatkan
tnada-tanda penipisan dan fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti
erosi tuberculum humeri yang akan menekan tendon bicep dan bursa subacromialis
sehingga terjadi penebalan dinding bursa
Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada penimbunan kristal kalsium fosfat
dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul serta
dinding pembuluh darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu
kepermukaan dan menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi rardang
bursa, terjadi berulang-ulang karena tekiri terus-menerus menyebabkan penebalan
dinding bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketan dinding dasar dengan bursa
sehingga timbul pericapsulitis adhesive akhirnya terjadi frozen shoulder.
Faktor immobilisasi juga merupakan salah satu faktor terpenting yang juga dapat
menyebabkan perlekatan intra, ekstra selular pada kapsul dan ligamen, kemudian
kelenturan jaringan menjadi menurun dan menimbulkan kekakuan. Semua organ yang
disekeliling jaringan lunak, terutama tendon supraspinatus terlibat dalam perubahan
patologi. Fibrotic ligamen coracohumeral cenderung normal dari tendon bicep caput
longum juga rusak (robek). Keterlibatan tendon bicep berpengaruh secara signifikan
dalam penyebaran nyeri ke anterior sendi glenohumeral yang berhubungan dengan
adhesive capsulitis

D. Problematik Frozen shoulder


Frozen shoulder merupakan gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri
dan keterbatasan luas gerak sendi (LGS) pada sendi glenohumeral. Adanya rasa nyeri
dapat mengganggu penderita dalam melakukan aktifitas. Biasanya nyeri ini akan timbul
saat melakukan aktifitas, seperti : mengangkat tangan ke atas waktu menyisir rambut,

menggosok punggung sewaktu mandi, menulis dipapan tulis, mengambil sesuatu dari
saku belakang celana, mengambil atau menaruh sesuatu di atas dan kesulitan saat
memakai atau melepas baju. Hal ini akan menyebabkan pasien enggan menggerakkan
sendi bahunya yang akhirnya dapat memperberat kondisi yang ada sehingga dapat
menimbulkan gangguan dalam gerak dan aktifitas fungsional keseharian (Wiratno, 1988).
Sedangkan sifat keterbatasan frozen shoulder ditandai dengan : (1) mengikuti pola
kapsular (capsular pattern), yang ditandai dengan gerak eksorotasi lebih nyeri dan
terbatas dari gerakan abduksi serta lebih terbatas lagi dari endorotasi. (eksorotasi >
abduksi > endorotasi), (2) bukan pola kapsuler (non capsular pattern), yaitu keterbatasan
gerak dan nyeri terjadi pada arah gerak tertentu, tergantung dari topis lesi, misalnya
keterbatasan ke arah endorotasi atau abduksi saja (Heru Purbo Kuntono, 2007).
Problematika pada frozen shoulder berupa nyeri dan keterbatasan gerak akan
menyebabkan keluhan pada keterbatasan fungsi berupa ketidakmampuan untuk
menggosok punggung saat mandi, menyisir rambut, kesulitan dalam berpakaian,
mengambil dompet dari saku belakang, kesulitan memakai pakaian dalam bagi wanita
dan gerakan- gerakan fungsional yang lain yang melibatkan sendi bahu (Apley, 1993).
Akibat selanjutnya penderita frozen shoulder akan mendapatkan hambatan dalam
aktifitas sosial masyarakat karena keadaannya

E. Tanda dan gejala


1) Nyeri
2) Keterbatasan Lingkup gerak sendi
3) Penurunan Kekuatan otot
4) Atropi otot
5) Gangguan aktifitas fungsional

F. Etiologi
Penyebab frozen shoulder capsulitis adhesiva belum diketahui dengan jelas
namun, adapun beberapa teori yang dikemukakan oleh American Asociation of
Orthopaedic Surgeons tahun 2007 mengenai frozen shoulder capsulitis adhesiva adalah
sebagai berikut frozen shoulder capsulitis adhesiva dibagi 2 klasifikasi predisposing,
yaitu:
1) Primer/ idiopetik frozen shoulder
Yaitu frozen shoulder yang tidak jelas diketahui penyebabnya seperti: \
a) Teori Hormonal
b) Teori Genetik
c) Teori Auto Immuno
d) Teori Postur
2) Sekunder frozen shoulder
Yaitu frozen shoulder yang diketahui penyebabnya seperti:
a) Periode immobilisasi yang lama
b) Akibat trauma
c) Over use
d) Injuries atau operasi pada sendi
e) Hyperthyroidisme (kekurangan tiroid)
f) Penyakit cardiovascular
g) Hemiparese
h) Parkinson

JOINT POSITION

No
1.

Joint
Hip

Bloked Position
Max

Flexio 30,abd

Relaxed

extension,inter,rotatio

30,external rotation

Capsuler Pattern
Flexion.internal
rotation,abduction

n,abduction

Max
2.

Knee

extension,external

Flexion 25

Flexion,extention

rotation

3.

4.

Tibiofibul

Max knee

Knee

Pain when joint

ar

extention,dorsal foot

semiflexion,semiplan

stressed

flexion

tar foot flexion

Max dorsi flexion

Plantar flexion 10

Talocrural

Plantar flexion,dorsi
flexion

5.

Subtalar

Supination

Middle position

Limitation of varus
range of movement

6.

Midtarsal

Dorsal flexion

Semiplantar flexi

Dorsi flexion,plantar
flexion,adduction,m
edial rotation

7.

First MTP

Max extention

Semiflexion

Extention,flexion

8.

Second to

Max extention

Semiflexion

Variable

Max extention

Semiflexion

Flexion,extention

fifth MTP
9.

IP

10.

Glenohum

Max abduction and

Abd 55,add

Lateral

eral

external rotation

30,internal rotation

rotation,abduction,m
edial rotation

11.

12.

Sternoclav

Depresition of

Semielevation of

Pain at extreme

icular

shoulder

shoulder

range of movement

Acromiocl

Shoulder elevation

Shoulder depresition

Pain at extreme

avicular
13.

14.

15.

range of movement

Humeroul

Max extention and

Flexion

nar

supination

70,supination 10

Radiohum

Flexion 90,supination

Max

Flexion,extention,su

eral

extention,supnation

pinasi,pronasi

Proximal

Supination 5

Supination

Supination,pronation

radioulnar

Flexion,extention

35,flexion of elbow
70

16.

Distal

Supination 5

Supination 10

radioulnar
17.

Wrist

Pain at extremes of
rotation

Max extention and

Semi dorsal flexion

radial deviation

Flexion and
extention equally
limited

18.

Trapeziom

Max opposition

etacarpal
19.

MCP and

Semi :

Abduction,extention

flex,ext,abd,add
Max flexion

Semiflexion

Flexion,extenton

Closed

Semiopening

Opening

IP
20.

Temporo
mandibula
r

21.

Occipitoat

Max extention

Semiflexion

lanto

Extention and side


flexion equally
limited

22.

Cervical

Max extention

Semiflexion

spine

Side flexion and


rotation equally
limited,extention

23.

Thoracic

Max extention

Semiflexion

spine

Side flexion and


rotation equally
limited,extention

24.

Lumbar

Max extention

Semiflexion

spine

Side flexion and


rotation equally
limited,extention

25.

SI,Sympis
is
pubis,and
sacrococc
ygeal

Pelvic inclination

Pelvic reclination

Pain when joint


stressed

Anda mungkin juga menyukai