Anda di halaman 1dari 144

TESIS

IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK


AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
KABUPATEN GIANYAR

I KETUT PUTRA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012

TESIS

IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK


AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
KABUPATEN GIANYAR

I KETUT PUTRA
NIM 0991261001

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012

IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK


AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
KABUPATEN GIANYAR

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister


pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Udayana

I KETUT PUTRA
NIM 0991261001

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

ii

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012

Lembar Persetujuan Pembimbing


TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 25 JANUARI 2012

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD


NIP: 195611021983031001

Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH


NIP:194911021976031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan


Program Pascasarjana

Direktur Program Pascasarjana


Universitas Udayana

Universitas Udayana

Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD


NIP: 195611021983031001

iii

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp, S(K)


NIP: 195902151985102001

Lembar Penetapan Panitia Penguji

Tesis ini telah diuji pada


tanggal 17 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana No : 0163/un.14.4/hk/2012

Panitia Penguji Tesis adalah :


Ketua
: Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD
Anggota
:
1.
Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc, SH
2.

Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS

3.

Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc

iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :


NAMA

: I Ketut Putra

NIM

: 0991261001

PROGRAM STUDI : Program Magister Ilmu Lingkungan


JUDUL TESIS

: Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi


Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner-Schlumberger di TPA Temesi
Kabupaten Gianyar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun
2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 25 Januari 2012


Hormat Saya,

I Ketut Putra
NIM 0991261001

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas Anugrah dan RahkmatNYA-lah penulis dapat menyelesaikan tesis dalam
rangka menyelesaikan studi di Program Studi Magister Lingkungan Universitas
Udayana .
Dalam menyusun tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan
bantuan yang tak terhingga harganya dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD selaku
Pembimbing I yang dengan ketelitian dan kesabaran serta penuh
keiklasan telah membimbing, mengarahkan dan memberikan
semangat dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH. selaku
Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi
dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS selaku anggota tim
penguji yang banyak memberikan masukkan dan saran dari segi
penulisan dan isi demi kesempurnaan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc selaku anggota tim
penguji yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran memerikan
revisi baik dari segi penulisan dan isi dari tesis ini.
5. Bapak Dr. Arianto (Alm) yang telah memberikan ide awal dan
pengarahan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor
Universitas Udayana yang telah memberikkan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program
Magister Pascasarjana di Universitas Udayana.

vi

7. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar yang


telah memberikan ijin dan sarana selama penulis melakukan
penelitian.
8. Seluruh staff di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan
Universitas Udayana yang telah banyak membantu dari segi
administrasi hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada
waktunya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan masukan dan
kritikan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Denpasar, 25 Januari 2012

vii

ABSTRACT

Garbage Dump (GD) of Temesi which is located at Temesi village within 6.5
km south east of Gianyar city, which is geographically located at a point 8 0 33
south latitude and 1150 east longitude with an altitude 191 - 196 meters
above sea level. The area of GD of Temesi is about 4 ha. GD of Temesi
Gianyar has been collecting garbage about 198.52 m 2 /day. GD of Temesi
operates with open dumping technique, so that the leachate produced from
garbage pollutes the enviorment and shallows ground water around the GD.
This study was conducted to identity the direction of seepage and location of
accumulation point of leachate at GD of Temesi Gainyar.
This study was conducted by measuring soil layer values at GD of
Temesi Gianyar, and eight tracks measurement was taken. The method used in
this study was using the geoelectric resistivity with Wenner configuration and
Schlumberger configuration. The eight tracks were taken as representative of
the overall soil layer condition in GD of Temesi Gianyar.
The result of study showed that tracks 1st to 7 th , indicated leachate seep
in each track, however, in 8 th track leachate was not identified ( 8 th tracks is
located far from the GD and its contours are higher than the tracks of
garbage). Value of leachate resistivity ranged from 3.98 8.91 m with a
depth ranging from 1.55 6.91 meters. Most of leachate spreaded out to
southward of GD as far as more than 400 meters. Accumulation of leachate
was widely available at a distance of 20, 50, and 400 meters toward the south
part of the GD of Temesi. The main factor is the south part of the GD has a
lower contour. Another factor affecting the leachate seeped into the south part
is the present of some field irrigation water from north to south across the
garbage stacks.
Key words: Garbage Dump of Temesi, Garbage Leachate Water,Resistivity
Geoelectric,Wenner Configuration, Schlumberger Configuration.

viii

ABSTRAK

Sistem pemrosesan akhir di TPA Temesi Gianyar masih menerapkan sistem


open dumping, sehingga lindi dari tumpukan sampah berpotensi mencemari
lingkungan dan sumber air tanah dangkal di sekitar areal TPA. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak titik akumulasi lindi di
TPA Temesi Gianyar.
Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai resistivitas lapisan tanah di TPA
Temesi Gianyar melalui lintasan yang sudah ditentukan yaitu sebanyak delapan
lintasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Geolistrik
Resistivitas dengan konfigurasi Wenner - Schlumberger. Kedelapan lintasan
tersebut diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di
TPA Temesi Gianyar.
Hasil penelitian menunjukkan Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah
barat timbunan sampah (L4) dan lindi

yang berada sebelah selatan dekat

dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur
tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah
selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7)
lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari
timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah
selatan. Titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada
koordinat : 8033076 LS - 115021016 BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada
koordinat 8033689 LS - 115020363 BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di
sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033746 LS - 115021013
BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033719 LS - 115021018 BT di
kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033641 - LS 115020977 BT di
kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang
terletak pada koordinat8033756 LS - 115021015 BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.

Kata Kunci : TPA Sampah, Air Lindi Sampah, Geolistrik Resistivitas,


Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger

ix

RINGKASAN

TPA Temesi Gianyar pada awalnya dirancang sebagai Tempat Pemrosesan


Akhir Sampah yang menerapkan Sistem Sanitary Landfill, namun pada
kenyataannya

menerapkan

Sistem

open

dumping.

Hal

ini

tentunya

mengakibatkan adanya lindi merembes ke luar areal TPA dan mencemari


sumber air tanah dangkal di sekitar TPA. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui arah rembesan dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA. Metode
yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas
konfigurasi Wenner-Schlumberger yaitu pemanfaatan variasi nilai resistivitas
akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi.
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni sampai Nopember 2011 di TPA
Temesi Kabupaten Gianyar. Pengukuran dilakukan dengan mengambil delapan
lintasan pengukuran dan diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi
lapisan tanah di sekitar TPA.
Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan
dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : Lindi
yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi
yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke
arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan
untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran
yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah
selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai
kontur tanah yang miring ke arah selatan.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi
berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033076 LS - 115021016
BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033689 LS - 115020363 BT
di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada
koordinat : 8033746 LS - 115021013 BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada
koordinat 8033719 LS - 115021018 BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada

koordinat 8033641 - LS 115020977 BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah


tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033756 LS 115021015 BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.

Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan
sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan
TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa
dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak
yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open
dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap
lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada
kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA.

xi

DAFTAR ISI
Lembar Sampul Dalam ........................................................................ i
Lembar Prasyarat Gelar Magister ...................................................... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ....................................................... iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji ...................................................... iv
Surat Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
RINGKASAN ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5


2.1 Sampah .................................................................................. 5
2.2 Pengaruh sampah terhadap lingkungan ................................. 6
2.2.1 Pengaruh positif .......................................................... 6
2.2.2 Pengaruh Negatif ........................................................ 7
2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah ....................................... 9
2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar................. 13
2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 15

xii

2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan .................................... 17


2.7 Pencemaran Lingkungan ....................................................... 21
2.8

Pencemaran Air ................................................................... 21

2.9

Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah ............... 23

2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah .................. 25


2.11 Metode Geolistrik Resistivitas ............................................ 27
2.11.1 Konfigurasi Wenner ................................................. 29
2.11.2 Konfigurasi Schlumberger ........................................ 31

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................... 34

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 38


4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 38
4.1.1 Lokasi penelitian........................................................ 38
4.1.2 Waktu penelitian ........................................................ 39
4.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 39
4.2.1 Alat ............................................................................ 39
4.2.2 Bahan .......................................................................... 40
4.3 Jenis Data ............................................................................. 40
4.4 Penentuan Lokasi Pengukuran ............................................. 40
4.5 Metode Pengukuran ............................................................. 42
4.6 Pengumpulan Data ............................................................... 42
4.7 Pengolahan dan Analisa Data............................................... 44
4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner ................. 44
4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger ....... 48

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 52


5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar ..................... 52
5.2. Data Hasil Pengukuran ......................................................... 53
5.2.1

Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner ...... 53

xiii

5.2.2

Data Hasil Pengukuran dengan Metode


Schlumberger ............................................................ 54

5.3 Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv .......................... 54


5.3.1

Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 1 ..................................................... 54

5.3.2

Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 2 ............................................. 55

5.3.3

Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 3 ............................................. 56

5.3.4

Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 4 ............................................. 58

5.3.5

Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 5 ............................................. 59

5.3.6

Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 6 ............................................. 60

5.3.7

Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 7 ............................................. 61

5.3.8

Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 8 ............................................. 62

BAB VI PEMBAHASAN....................................................................... 63
6.1 Anaslisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger ........................................................................ 63
6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 1. ................................. 63
6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 2. ................................. 64
6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 3. ................................. 64
6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 4. ................................. 65
6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 5. ................................. 66

xiv

6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 6. ................................. 66


6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 7. ................................. 67
6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 8. ................................. 67
6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA
Temesi Kabupaten Gianyar .............................................................. 68
6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan ....................................... 70

BAB VII SIMPULAN- SARAN ............................................................ 73


7.1 Simpulan .............................................................................. 73
7.2 Saran ..................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75


LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel

..............................................................................................

Halaman
2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 ....... 14
2.2. Komposisi Lindi dari TPA Secara Umum... 24
2.3. Variasi Kualitas Lindi di beberapa TPA di Indonesia ..................... 24
4.1. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner ............................ 43
4.2. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger .................. 43
6.1. Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan
pengukuran konfigurasi Wenner-Schlumberger .............................. 70

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

..............................................................................................

Halaman
2.1. Peta Geologi Pulau Bali .................................................................... 16
2.2. Skema proses terjadinya lindi ........................................................... 26
2.3. Elektroda arus- potensial pada konfigurasi Wenner.......................... 29
2.4. Elektroda arus- potensial Schlumberger homogen isotropis
dengan tahanan jenis () (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005) ........ 31
3.1. Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian....................................... 37
4.1. Peta wilayah Desa Temesi Gianyar................................................... 38
4.2. Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data ..... 41
4.3. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 45
4.4. Tampilan awal program Res2dinv..................................................... 47
4.5. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan
Konfigurasi Wenner .......................................................................... 47
4.6. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 49
4.7. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan
Konfigurasi Schlumberger ................................................................ 50
4.8. Diagram alir pengolahan data hasil penelitian .................................. 51
5.1. Peta kontur TPA Temesi Gianyar ..................................................... 52
5.2. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 55
5.3. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 56
5.4. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 57
5.5. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 58
5.6. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi

xvii

Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5


dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 59
5.7. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 60
5.8. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 61
5.9. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8
dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 62
6.1. Arah rembesan- titik akumulasi lindi di TPA
Temesi Gianyar ................................................................................. 68

xviii

DAFTAR SINGKATAN

BOD

: Biochemical Oxygen Demand

B3

: Bahan Berbahaya- Beracun

COD

: Chemical Oxygen Demand

DHL

: Daya Hantar Listrik

DKP

: Dinas Kebersihan- Pertamanan

DP

: Datum Point

FTSL

: Fakultas Teknik Sipil- Lingkungan

GPS

: General Positioning System

KLH

: Kementrian Lingkungan Hidup

LSM

: Lembaga Swadaya Masyarakat

NAB

: Nilai Ambang Batas

SNI

: Standar Nasional Indonesia

TPA

: Tempat Pemrosesan Akhir

TPST

: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

VES

: Vertical Electric Sounding

LONG

: Longitude

LAT

: Latitude

: High

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar ....... 79
2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner ........... 84
3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger . 94
4. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Wenner
ke dalam program notepad ................................................................. 118
5. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger
ke dalam program notepad .................................................................. 122

xx

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa
yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang
buangan, yaitu sampah dan limbah (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). Sampah
adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat
menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis
penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran
air dan berbagai akibat negatif lainnya (Bahar, 1985).
Di negara berkembang, sampah umumnya ditampung pada lokasi
pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill (Johanis, 2002).
Sanitary landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan
lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana
pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada
tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. TPA-TPA yang ada di Indonesia
belum sepenuhnya menerapkan sistem sanitary landfill dan kebanyakan masih
menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa
ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran
air tanah dan udara di sekitar TPA (Widyatmoko dan Sintorini, 2002).

Depkes (1987) dalam Guntar (1999), menyatakan bahwa keberadaan


suatu TPA sebagai suatu wadah pembuangan sampah diharapkan mampu
menjadi suatu sarana pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan.
Suatu program pengelolaan sampah belum dapat dikatakan berhasil tanpa
menyelesaikan permasalahan hingga ke tahap pemrosesan akhir dengan baik.
Tahapan ini merupakan hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah dalam
hubungannya dengan masalah pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu,
keberhasilan suatu program pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh
pengelolaan sampah di TPA.
Slamet (1994) dalam Arbain (2008), menyebutkan bahwa pengelolaan
sampah belum dapat disebut berhasil secara keseluruhan dengan baik, tanpa
menyelesaikan persoalannya atau mengatasi permasalahan sampah hingga ke
tahap pembuangan akhir dengan baik. Upaya pengelolaan sampah baik skala
besar maupun skala kecil, harus mencapai tujuan pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan.
Pembangunan TPA seharusnya mempertimbangkan aspek kondisi fisik
TPA, jenis dan karakteristik sampah, kemampuan pendanaan, dan prasarana
pendukungnya (Notoatmodjo, 1997). Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek
tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, seperti
terbentuknya rembesan lindi yang dapat mencemari air permukaan dan
pencemaran tanah serta pencemaran air bawah tanah. Indikasi tersebut lebih
dipertegas dari penelitian terdahulu yang dilakukan di TPA Tamangapa
Makasar (Arifin, 2001), yang menyimpulkan bahwa rembesan lindi yang

keluar dari timbunan sampah membentuk alur yang mencemari air bawah tanah
di sekitar TPA.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi di Kabupaten Gianyar
merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping.
Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan
sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah
organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini
menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang
dapat mencemari air tanah. Air yang ada pada sampah hasil dari proses
pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya
yang dapat merembes masuk ke dalam tanah dan akhirnya akan mencemari air
bawah tanah. Mengingat sebagian masyarakat di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar masih memanfaatkan air sungai untuk mandi dan sumur
gali untuk keperluan sehari-hari, maka kiranya sangat perlu dilakukan suatu
kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai arah sebaran dan letak akumulasi
lindi di sekitar TPA Temesi Gianyar.

1.2 Rumusan Masalah


Metode Geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode
geofisika yang memanfaatkan variasi resistivitas, dapat digunakan untuk
mendeteksi polutan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai
fluida konduktif. Di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar diduga
terdapat akumulasi rembesan lindi (leachate) yang dapat mencemari air

tanah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,


maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kemananakah arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi
Kabupaten Gianyar ?
2. Dimanakah letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan
sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui arah

rembesan lindi di sekitar TPA Temesi

Kabupaten Gianyar.
2. Mengidentifikasi letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari
pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini
diharapkan:
1. Dapat memberikan gambaran aplikasi geofisika dalam bidang
lingkungan terutama untuk menggambarkan arah sebaran dan letak
akumulasi lindi.
2. Bermanfaat

sebagai

peringatan

awal

dalam

upaya

memantau

pencemaran air tanah dangkal dan dapat dijadikan sebagai bahan


pertimbangan dalam pengelolaan dan evaluasi TPA.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah
Pengertian sampah dikemukakan oleh Azwar (1990), yang menyatakan
bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia
dan bersifat padat. Definisi lain yang dikemukakan Kodoatie (2003),
menyebutkan bahwa sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat,
setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau
siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Demikian pula
menurut Mustofa (2005), menyatakan sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga dalam pembikinan atau pemakaian,
barang rusak atau bercacat dalam pembikinan atau materi berkelebihan.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990, yang
dimaksud dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat
organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan.
Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak termasuk
sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Berdasarkan definisi dan pengertian tentang sampah seperti yang
dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah
adalah benda atau sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang

harus dibuang, dan umumnya bersifat padat yang dapat mencemari lingkungan
dan tidak/belum bersifat ekonomis, yang berasal dari kegiatan yang dilakukan
oleh manusia atau proses alam baik yang bersifat zat organik dan zat anorganik
(tidak termasuk limbah berbahaya dan beracun) yang dianggap tidak berguna

lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan.

2.2 Pengaruh Sampah terhadap Lingkungan


Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi
masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri, baik berpengaruh positif
maupun negatif.

2.2.1 Pengaruh Positif


Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti : 1) sampah dapat
dimanfaatkan untuk menimbun lahan seperti rawa-rawa dan dataran rendah, 2)
sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, 3) sampah dapat diberikan untuk
makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan
lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak,
4)

pengelolaan

sampah

menyebabkan

berkurangnya

tempat

untuk

berkembangbiak serangga dan binatang pengerat, 5) menurunkan insidensi


kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah, 6) keadaan
estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat, 7)
keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat,

8) keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan


suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra,
2007).

2.2.2 Pengaruh Negatif


Menurut Depkes (1997) dalam Guntar (1999), menyebutkan bahwa
sampah yang tidak dikelola dengan baik, maka akan mengganggu kelestarian
lingkungan hidup baik terhadap komponen abiotik, komponen biotik maupun
komponen sosial budaya masyarakat.
Bahar (1985), mengatakan sampah adalah buangan berupa bahan padat
merupakan polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika
lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunnya nilai sumber daya,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif
lainnya.
Menurut Chandra (2007) dalam Arbain (2008), menyatakan bahwa
pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif
bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan
budaya masyarakat sebagai berikut:
a.

Pengaruh terhadap kesehatan, antara lain : 1) pengelolaan sampah yang

kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan


vektor penyakit, 2) insidensi penyakit demam berdarah (dengue fever) akan
meningkat karena vektor penyakit akan hidup dan berkembangbiak dalam
sampah kaleng atau ban bekas yang berisi air hujan, 3) terjadinya kecelakaan

akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, misalnya luka akibat
benda tajam seperti pecahan kaca, potongan besi dan lain-lain, 4) gangguan
psikologis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain.
b.

Pengaruh terhadap lingkungan, antara lain : 1) estetika lingkungan

menjadi kurang sedap dipandang mata, 2) proses pembusukan sampah oleh


mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau
busuk, 3) pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran yang lebih luas, 4) pembuangan sampah ke dalam saluran
pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air
menjadi dangkal, 5) apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk
dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air
permukaan atau sumur dangkal, 6) air banjir dapat mengakibatkan kerusakan
pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran air.
c.

Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain:

1) pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya


masyarakat setempat, 2) keadaan lingkungan kurang baik dan jorok, akan
menurunkan daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tersebut,
3) dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan
pihak pengelola karena bau busuk yang sangat mengganggu (misalnya kasus
TPA Bantargebang, Bekasi), 4) angka kesakitan meningkat dan mengurangi
hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun, 5) kegiatan perbaikan
lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk
sektor lain akan berkurang, 6) menurunnya pemasukan daerah (devisa) akibat

penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung sehingga akan berdampak pada


penurunan penghasilan masyarakat setempat, 7) penurunan mutu dan sumber
daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai
ekonomis, 8) penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan
lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.
Berdasarkan pendapat tentang pengaruh negatif sampah tersebut di atas
dapat dikatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
memberikan pengaruh negatif yaitu menimbulkan dampak pencemaran
terhadap

lingkungan,

terutama

apabila

keberadaannya

dekat

dengan

pemukiman penduduk. Komponen-komponen yang dapat dipengaruhi akibat


pencemaran sampah adalah semua komponen lingkungan (abiotic, biotic dan
cultural).
Bila ditinjau dari komponen abiotik, sampah dapat menimbulkan
pencemaran terhadap udara, air dan tanah. Dari segi komponen biotik, sampah
dapat menjadi sarang berbagai vektor penyakit yang mengancam kesehatan
manusia. Apabila ditinjau dari segi sosial budaya, sampah dapat mengganggu
kebersihan dan keindahan lingkungan. Sampah yang menumpuk dan dibiarkan
pada tempat terbuka (open dumping), menyebabkan rendahnya nilai estetika di
sekitar tempat tersebut.

2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah


Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap
sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah

yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu


pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi
tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara
penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak
mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak
menimbulkan kebakaran.
Menurut Sidik dkk. (1985) dalam Feranie (2008), pengolahan sampah
adalah metode pemrosesan akhir yang dilakukan dengan teknik penimbunan
sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat
dengan

cara-cara

yang

tepat

dan

menjamin

keamanan

lingkungan,

menstabilkan sampah (mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam


siklus metabolisme alam. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut: 1) ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan, 2)
mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah, 3) aman
terhadap lingkungan di sekitarnya.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan kegiatan akhir dalam
mengelola sampah. Tempat pemrosesan akhir ini harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : 1) tercakup dalam tata ruang kota, 2) jenis tanah harus kedap
air, 3) tanah yang tidak produktif untuk pertanian, 4) dapat digunakan minimal
5-10 tahun, 5) bukan daerah yang potensial untuk mencemari sumber air, 6)
jarak dari daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km, 7) merupakan daerah
bebas banjir (KLH, 2004).

10

Supanca (2003), menyatakan ada tiga (3) sistem pemrosesan akhir


sampah antara lain :
1. Sistem Open Dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia
dalam pemrosesan sampah. Sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu
tempat tanpa ada perlakukan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan. Pada saat sekarang sebenarnya metode ini tidak
direkomendasikan lagi di Indonesia, karena tingkat dan beban pencemaran
terahadap lingkungan sekitar yang dihasilkan sangat tinggi. Demikian juga
halnya dengan TPA Temesi Gianyar yang pada awalnya dirancang dengan
metode Sanitary Landfill tetapi pada kenyataannya metode yang diterapkan
adalah metode Open Dumping. Metode Open Dumping akan menyebabkan : 1)
terjadi pencemaran udara berupa gas, bau dan debu, 2) terjadi pencemaran
terhadap air tanah dengan terbentunya air lindi (leachate), 3) resiko kebakaran
cukup besar, 4) mudah terjadi kabut yang ditimbulkan oleh asap, 5) mendorong
tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain),
6) mengurangi estetika lingkungan, 7) lahan tidak dapat digunakan kembali
untuk waktu yang cukup lama.
2. Sistem Control Landfill (urug terkendali) adalah sampah dihamparkan pada
lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada
ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik.
3. Sistem Sanitary Landfill adalah penutupan sampah dengan lapisan tanah
yang dilakukan sedemikian rupa sesuai petunjuk yang ditetapkan, sehingga
tidak lagi terlihat sampah yang terbuka. Metode ini harus memenuhi teknik

11

perancangan yang berwawasan lingkungan meliputi : 1) pembentukan dasar


TPA Sampah. Lapisan dasar TPA Sampah harus kedap air sehingga air lindi
terhambat meresap ke dalam tanah dan tidak mencemari air tanah, dapat
dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA sampah dengan tanah lempung
yang dipadatkan atau menggunakan geomembran, 2) saluran dan pengolahan
air lindi yang dihasilkan oleh dekomposisi sampah harus diolah sebelum
dibuang ke lingkungan karena memiliki Biochemical Oxygen Demand (BOD)
dan parameter-parameter lainnya, 3) ventilasi gas. Ventilasi gas dibangun atau
dipersiapkan sebelum area TPA sampah digunakan untuk penimbunan sampah,
tujuannya adalah untuk memudahkan pelepasan gas-gas (COx, Metan dan
lainnya) ke udara bebas dan untuk mencegah terbakarnya sampah akibat panas
dan gas yang dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme, 4)
tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya
kebakaran, timbulnya lalat, perkembangbiakan lalat atau binatang pengerat dan
mengurangi timbulnya air lindi, 5) daerah penyanggah atau zona penyanggah
berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
pemrosesan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya, 6) sumur
monitoring berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air
lindi terhadap air tanah di sekitar TPA sampah.
Ditjen Ciptakarya (1997), menyebutkan bahwa tempat pemrosesan
akhir sampah yang pernah atau masih dipergunakan di Indonesia adalah
metode open dumping, control landfill dan Sanitary Landfill. Lebih lanjut
dikatakan bahwa dalam perencanaannya, perhitungan lahan untuk TPA

12

Sanitary Landfill mencakup perhitungan produksi sampah dan kapasitas TPA.


Produksi sampah ditentukan oleh jumlah penduduk dan laju pertambahannya.
Kapasitas tampung TPA sampah tergantung pada luas lokasi, ketebalan lapisan
sampah dan tanah penutup yang direncanakan, laju pertambahan jumlah
sampah, dan faktor pemadatan sampah.
Menurut KLH (2004), kondisi TPA sampah di kota-kota di Indonesia
menunjukkan kondisi fisik rata-rata kurang baik, terkait dengan sarana dan
prasarana yang ada di TPA sampah, antara lain: sistem drainase, pengolahan
lindi, penanganan gas, pengaturan lahan, sumur monitoring dan penutupan
lahan karena timbunan sampah yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak
sebanding dengan kapasitas dan kualitas TPA sampah yang ada.

2.4

Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar


Pengelolaan sampah di kota Gianyar saat ini dilakukan oleh DKP

(Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Ginyar) yang melayani sekitar


54.116 jiwa penduduk. Dengan asumsi per orang menghasilkan 0,0045 m3/hari,
maka diperkirakan jumlah timbunan sampah rata-rata penduduk Kabupaten
Gianyar adalah sekitar 198,52 m3/hari. Komposisi timbunan sampah di
Kabupaten Gianyar telah diidentifikasi bersumber dari : 1) sampah rumah
tangga, 2) sampah hasil sapuan jalan, 3) sampah pasar, 4) sampah dari aktivitas
perkantoran dan lain-lain (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar,
2010). Berdasarkan hasil pencatatan harian pada Dinas Kebersihan dan

13

Pertamanan Kabupaten Gianyar, volume timbunan sampah pada Tahun 2010 di


Kabupaten Gianyar disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010
No. Bulan
Volume Sampah (m3/hr)
1
Januari
174.38
2
Pebruari
170.45
3
Maret
193.20
4
April
196.89
5
Mei
168.25
6
Juni
175.35
7
Juli
167.24
8
Agustus
172.71
9
September
178.23
10 Oktober
173.43
11 November
172.23
12 Desember
170.66
Sumber: DKP Kabupaten Gianyar, (2010)
Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan
atau penyimpanan di tempat sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan
ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jenis pewadahan yang digunakan untuk
penampungan sementara meliputi berbagai jenis, baik yang disediakan secara
swadaya oleh masyarakat, maupun bantuan pewadahan yang disediakan oleh
Pemerintah. Jenis pewadahan yang digunakan adalah meliputi : i) Kantong
plastik, ii) Drum plastik atau drum logam, iii) Bak dari kayu, iv) Keranjang, v)
Bak Pasang Bata/batako permanen, vi) Steel Container dan lain-lain.
Cara pengumpulan dan pengangkutan dilakukan dengan peralatan yang
tersedia seperti: 1) gerobak dilakukan pada daerah yang tidak bisa dilalui oleh
kendaran dump truck seperti: permukiman, pasar, tempat-tempat umum,
pertokoan dan jalan-jalan protokol yang selanjutnya dibuang ke tempat

14

pemrosesan sementara (Transfer Depo), kemudian dari Depo ini sampah


diangkut dengan kendaraan lalu dibuang ke TPA Temesi, 2) strategi lain yang
dilakukan oleh DKP adalah pengumpulan dan pengangkutan langsung dengan
kendaraan dump truck pada rute-rute yang dapat dilalui oleh kendaraan tersebut
dan selanjutnya dibuang ke TPA Temesi (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Gianyar, 2009-2010).

2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Untuk gambaran umum lokasi penelitian di Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah Temesi Gianyar terletak di Desa Temesi berjarak 6,5 Km arah
tenggara kota Gianyar, yang secara geografis terletak pada titik 8o3370
Lintang Selatan dan 115o2040 Bujur Timur dengan ketinggian 68 m hingga
85 m di atas permukaan laut. Luas TPA Temesi Gianyar mencapai 4 hektar,
dengan batas-batas: Sebelah utara: sawah; Sebelah timur: Sawah dan
pemukiman penduduk; Sebelah selatan: sawah; dan Sebelah barat: Sawah.
Di lokasi TPA Temesi terdapat incinerator dan tungku pembakaran
sampah, namun fasilitas tersebut sudah tidak difungsikan lagi oleh DKP. Kini
di TPA Temesi telah beroperasi usaha pemilahan sampah yang diresmikan
Pemerintah Daerah pada Tahun 2004. Pengadaan pemilahan sampah tersebut
dibiayai oleh LSM Rotary Club International Bali Focus Borda yang
bekerjasama dengan Desa Adat setempat yang dibentuk melalui kelembagaan
pengelola (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).

15

Gambar 2.1
Peta Geologi Pulau Bali
(Sumber : http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)

16

Ditinjau dari jenis batuan, sebagian besar batuan di daerah Desa Temesi
Kabupaten Gianyar terdiri dari batuan jenis regosol. Pada Gambar 2.1 terlihat
peta geologi yang menunjukkan jenis batuan di pulau Bali. Tanah regosol
dicirikan dengan tekstur kasar dengan pH 6-7. Jenis tanah regosol belum jelas
membentuk diferensiasi horisontal.
Tanah regosol umumnya berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika
sebuah gunung api meletus, dikeluarkan berbagai material dari dalam perut
bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Itu
Sebabnya tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas
gunung api.
Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan
coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang
dikandungnya. Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya
tanaman padi, tebu, tembakau, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija.
(http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)

2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan


Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar pada awalnya
dirancang dengan metode Sanitary Landfill, namun pada pelaksanaan
operasionalnya menerapkan metode Open Dumping. Metode Open Dumping
yang merupakan sistem pemrosesan yang sederhana dan mudah dilakukan
tetapi akibatnya tikus, lipas, lalat, nyamuk, dan bakteri tumbuh dengan subur
pada timbunan sampah. Penanganan

17

TPA yang tidak bijaksana tersebut

menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karena bau yang tidak sedap


mengundang banyak lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular
(Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).
Armen (1987) dalam Tanauma (2000), menyebutkan bahwa metode
Open Dumping

dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap

lingkungan hidup di sekitar lokasi TPA yaitu menimbulkan dampak


pencemaran air, tanah, udara, dan bau yang tidak sedap serta gangguan lalat
yang sangat banyak sampai ke rumah-rumah penduduk. Salah satu faktor
menurunnya kualitas air tanah dangkal pada pemukiman penduduk di sekitar
lokasi TPA disebabkan terkontaminasinya air tanah yang bersumber dari
penimbunan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pemrosesan sampah
(metode Open Dumping). Bila sampah tersebut ditimbun pada suatu daerah
yang kondisi geologinya rawan, maka akan terjadi pencemaran air tanah
dangkal di daerah tersebut. Kondisi geologi disebut rawan jika batuan dasar
tempat menimbun sampah bersifat porus atau banyak mengandung retakan.
Keadaan seperti itu akan memudahkan meresapnya air lindi, selanjutnya akan
mencapai muka air tanah dangkal, sehingga air tanah dangkal menjadi
terkontaminasi.
Chandra (2007), menyatakan bahwa sistem pemrosesan akhir sampah di
beberapa kota di Indonesia masih melakukan secara Open Dumping tanpa ada
pengelolaan lebih lanjut. Sistem pemrosesan semacam itu selain memerlukan
lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan

18

air serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit
menular.
KLH (2004), menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kasus
penyakit yang ditularkan oleh tikus (leptospirosis) akibat penimbunan sampah,
selain itu polusi udara dari pembakaran sampah, bau dari sampah yang
membusuk, merembesnya air lindi dari TPA ke sumber air penduduk (air
tanah) dan pencemaran air sungai.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan dampak
atau pengaruh TPA terhadap lingkungan diantaranya: Penelitian Sudarningsih
(1996), menunjukkan bahwa tingginya kadar Cadmium (Cd) dan Sulfida (S)
telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), kandungan zat-zat seperti bahan
berbahaya dan beracun (B3), BOD, COD, NO3 dalam air tanah telah melampaui

baku mutu serta air sumur yang berbau agak amis karena tercemar oleh air
lindi sampah (leachate).
Sundra dkk. (1997), juga melakukan penelitian tentang pengaruh
pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali di sekitar tempat
pemrosesan akhir sampah Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian tersebut
mengenai pengaruh TPA Suwung Denpasar terhadap kualitas air sumur
penduduk sekitarnya. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh air
sumur penduduk selanjutnya dianalisis sifat fisik, kimia, dan biologinya.
Disamping itu dilakukan pula pengambilan data sosial ekonomi masyarakat
yang tinggal di sekitar TPA untuk mengetahui karakteristik pengaruh
pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali.

19

Rudianto (2003), melakukan penelitian tentang perbedaan jarak


perumahan ke TPA sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan
lalat dan kejadian diare di Kabupaten Kenep Kecamatan Beji Kabupaten
Pasuruhan. Kesimpulan yang mereka dapatkan setelah melakukan penelitian
adalah terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat dari beberapa area yang
diteliti. Semakin dekat letak perumahan dengan TPA maka semakin tinggi
tingkat kepadatan lalatnya. Arbain (2008), meneliti pengaruh air lindi tempat
pemrosesan sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitar
kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa
parameter kualitas air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung
konsentrasinya telah melampaui ambang batas baku mutu air. Air lindi sampah
(leachate) dari TPA Sampah Suwung berpengaruh terhadap kualitas air tanah
dangkal.
Feranie, dkk. (2008), melakukan penelitian mengenai zona migrasi
pencemaran air di sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan
menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini disimpulkan
bahwa aliran atau rembesan lindi mengarah ke daerah pemukiman penduduk
yang tinggal di sekitar TPA Babakan Ciparay Bandung. Wijaya (2009),
melakukan penelitian pencemaran air tanah di wilayah Ngringo Jaten
Karanganyar dengan metode geolistrik. Pada penelitian ini dilakukan survei
geolistrik resistivitas sounding dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak 4
titik. Hasil penelitian yaitu persebaran pencemaran air tanah di Desa Ngringo

20

tidak merata. Pencemaran diidentifikasi pada kedalaman 13,6 - 23,6 meter


dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan daerah persebaran di selatan.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti yang disebut di
atas semuanya menyimpulkan bahwa selama ini pengelolaan sampah
khususnya yang dilakukan di TPA sebagian besar masih berdampak negatif
terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik, kimia maupun biologis.

2.7 Pencemaran Lingkungan


Odum (1996), mengatakan bahwa pencemaran adalah suatu perubahan
fisik, biologis, kimia yang tidak dikehendaki pada perairan, udara, tanah
sehingga membahayakan kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya,
proses produksi, lingkungan hidup dan tatanan budaya.
Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup disebutkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran lingkungan hidup
dapat berupa pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.
Berikut ini akan diuraikan tentang pencemaran air saja.

2.8 Pencemaran Air


Air merupakan salah satu sumber daya alam terbaharui (renewabel)
yang utama bagi kelangsungan hidup manusia, bahkan semua organisme hidup

21

akan mati jika tidak tersedia cukup air di dalam melakukan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Peranan yang sangat penting tersebut
disebabkan sifat-sifat air diantaranya sebagai pelarut berbagai senyawa kimia,
membantu proses metabolisme organisme hidup baik makroorganisme maupun
mikroorganisme.
Pada dasarnya pencemaran air dapat dibedakan menjadi dua sumber
sampah yaitu sampah degradable dan nondegradable. Sampah degradable
yaitu sampah yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan
dengan proses biologis alamiah, seperti sampah domestik, dan sampah
makanan. Sedangkan sampah nondegradable adalah sampah yang tidak dapat
dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah
radiologi, senyawa organik (Slamet, 1994).
Wardhana (2001), menyatakan bahwa air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup.
Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia dan mahluk hidup lainnya.
Menurut KLH (2004), secara umum hampir sebagai besar kualitas air
telah tercemar sampah industri maupun sampah domestik, karena semakin
berkembangnya industri dan jumlah penduduk maka semakin meningkatnya
jumlah sampah yang dihasilkan, akibatnya semakin tinggi tingkat pencemaran.
Pencemaran air tanah adalah berubahnya tatanan air di bawah permukaan tanah
oleh kegiatan manusia atau proses alam, yang mengakibatkan kualitas air tanah
turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan pemanfaatannya.

22

Widyatmiko, dkk. (2004) dalam Armadi (2005), menyatakan bahwa air


sumur gali merupakan salah satu bentuk air tanah. Kualitas air sumur gali
sangat dipengaruhi oleh kualitas air permukaan melalui proses infiltrasi,
dispersi dan perkolasi air permukaan yang mengandung bahan-bahan pencemar
akan masuk ke dalam air tanah. Apabila air permukaan tercemar dan didukung
oleh jenis tanah yang porous maka air tanah dangkal di wilayah tersebut akan
mudah mengalami pencemaran.

2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah.


Keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) memiliki fungsi
yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan
didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh
pemulung. Jumlah sampah di TPA yang sangat besar akan menyebabkan
proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses
dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan
menimbulkan hasil samping yaitu air lindi (leachate). Penumpukan sampah
selain

mengganggu

estetika,

sanitasi,

kelestarian

lingkungan

juga

mengakibatkan pencemaran air, tanah, dan udara.


Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil
dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan
akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi akibat
proses degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi
perubahan sifat fisik, kimia maupun biologi (Husin dan Kustaman, 1992).

23

Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari
resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat
toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari
buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah
tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada
sampah.
Tabel 2.2 Komposisi lindi dari TPA secara umum
Parameter
Kisaran
pH
6,2 7,4
COD
66 11.600 mg/l
BOD
< 2 8.000 mg/l
Sulfat
56 456 mg/l
Cadium (Cd)
< 0,005 0,01 mg/l
Plumbum (Pb)
< 0,05 0,22 mg/l
Chromim (Cr)
< 0,05 0,14 mg/l
Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan
proporsi komponen sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur
timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya sampling. Gambaran variasi
kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia ditampilkan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia.
Kota
Bogor
Cirebon
Jakarta
Bandung
Solo

pH
7,5
7
7
6
6

COD
28723
3648
413
58661
6166

N-NH4
770
395
240
1356
162

N-NO2
0
0,225
0,075
6,1
0,225

DHL
40480
10239
3823
26918
3540

Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).

Fachruddin (1989) dalam Tanauma (2000), menyatakan bahwa air lindi


dicirikan oleh komponen fisika dan kimia berkadar tinggi dan mengandung

24

logam berat berbahaya. Air tanah terkontaminasi air lindi sejauh 174 meter dari
pusat penimbunan sampah.
Menurut Slamet (1994), air lindi (leachate) adalah cairan yang
mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dari hasil penguraian
mikroba, biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Fosfat, Zn,
Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, Asam organik dan H2, tergantung dari kualitas
sampah, maka di dalam leachate biasanya pula terdapat mikroba pathogen,
logam berat dan zat lainnya yang berbahaya.
Berdasarkan hasil penelitian Tanauma di TPA Sampah Yogyakarta
(2000), air lindi sampah mengandung senyawa-senyawa kimia anorganik
antara lain: nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan,
klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi (total koliform) yang
konsentrasinya sangat tinggi .

2.10

Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah


Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak

karena adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah
yang terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai
air tanah. Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi
didukung oleh kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir,
kerikil dan batu pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi
sehingga air lindi dapat dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air

25

lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah
curah hujan di TPA, dan kondisi spesifik tempat.

Gambar 2.2
Skema Proses Terjadinya Lindi (Hendrajaya, 1990)
Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa
pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah
terbentuk dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke
lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai
berikut : 1) Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai
Open Dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah, 2)
Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera
permukaan tanah dijenuhi air, 3) Akibat adanya faktor seperti air hujan,
mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang
mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah, 4) Akibat
banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air

26

tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh, 5) Pada lapisan tanah jenuh
tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana air tanah
dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal.
Apparao (1997), menyatakan bahwa potensial gravitasi sangat penting
dalam tanah-tanah yang jenuh air. Potensial gravitasi merupakan gaya utama
yang mengakibatkan terjadinya aliran. Hal ini diperhitungkan terutama untuk
gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari
elevasi tinggi ke elevasi rendah.

2.11 Metode Geolistrik Resistivitas


Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian
meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi
baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.
Menurut Hendrajaya dan Idam (1990), metode geolistrik resistivitas
merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis)
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan
pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga
resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point).
Pada metode geolistrik dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang

27

sering digunakan adalah : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger,


konfigurasi Dipol-dipol dan lain-lain.
Menurut Telford, dkk. (1988), terkait dengan sifat resistivitas listrik,
lapisan akuifer merupakan lapisan batuan yang memiliki rentang nilai tahanan
8

jenis 1-10 m. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: komposisi litologi,


kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung, kandungan benda cair. Air
alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garamgaram yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.
Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan
pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat.
Menurut Reynolds (1997), konduktivitas atau lebih dikenal dengan
sebutan Daya Hantar Listrik (DHL) adalah suatu besaran yang menunjukkan
banyaknya ion-ion terlarut dalam air yang dapat menghantarkan arus listrik
2

sebesar 1volt pada bidang lapisan metal seluas 1 cm . Sifat ini dipengaruhi
oleh jumlah kandungan yang disebut sebagai ion bebas. Metode geolistrik
resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen
isotropis. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan dengan
nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
dipengaruhi oleh lapisan-lapisan tersebut dan menyebabkan nilai tahanan jenis
yang terukur tergantung pada jarak elektroda. Nilai tahanan jenis yang terukur
bukanlah tahanan jenis yang sebenarnya melainkan tahanan jenis semu (a).

28

Nilai tahanan jenis dari bahan atau material berbanding terbalik dengan daya
hantar listrik (conductivity).

.(2.1)

dimana ;
R = tahanan (resistance) dalam ohm

V = beda potensial listrik dalam volt


I = arus listrik yang mengalir dalam ampere.

2.11.1 Konfigurasi Wenner


Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner
merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi
geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang

(r1 = r4 = a dan

r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus (C1 dan C2) adalah tiga kali jarak
elektroda potensial, jarak potensial dengan titik souding-nya adalah a / 2 ,
maka jarak masing-masing elektroda arus dengan titik sounding-nya adalah

3a / 2 .
C2

C1
I
P2

P1
A

V
VES

a
r<
1
"

a
r2
r4

r3

29

Gambar 2.3
Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner
Target kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah a / 2 . Pada
konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah
sama (AM = NB = a dan jarak AN = MB = 2a) seperti yang terlihat pada
Gambar 2.3.
Suyarto, dkk. (2003), menjelaskan bahwa pengukuran resistivitas secara
umum dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan
menggunakan dua elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran beda potensial
dengan menggunakan dua elektroda tegangan (P1 dan P2). Dari data harga arus
(I) dan beda potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu (a) seperti
pada persamaan 2.2.

=
k

......(2.2)

adalah faktor geometri yang bergantung pada penempatan elektroda di

permukaan yang besarnya :

2
1
1
1
1

AM BM
AN BN

.....(2.3)

dengan AM = MN = NB = a
Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah:

= 2
dan

= .............................................(2.4)

dengan R adalah besar nilai hambatan yang terukur.

30

2.11.2 Konfigurasi Schlumberger


Menurut Todd (1959) dalam Broto (2008), pengaturan letak elektrodaelektroda atau disebut dengan konfigurasi elektroda dapat bermacam-macam
variasi, salah satunya adalah konfigurasi elektrode Schlumberger. Prinsip
konfigurasi Schlumberger jarak elektroda potensial MN dibuat tetap sedangkan
jarak AB yang diubah-ubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur,
maka ketika jarak AB dirubah pada jarak yang relatif lebih besar maka jarak
MN hendaknya dirubah pula. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar
dari 1/5 jarak AB seperti Gambar 2.4.

C1

C2

I
V1

M
n
a

V2

V
VES

B
n
a

Gambar 2.4
<
< konfigurasi
Elektroda arus dan potensial
Schlumberger homogen isotropis
"
" () (Reynolds, 1997 dalamBahri,
dengan tahanan jenis
2005).
Sama seperti persamaan (2.4), untuk konfigurasi Schlumberger dapat
dihitung nilai resistivitas semu (Scl) seperti pada persamaan 2.5.

31

......(2.5)

k adalah faktor geometri yang tergantung penempatan elektroda di permukaan


yang besarnya :

2
1
1
1
1

AM BM
AN BN

...(2.6)

Metode geolistrik terbukti merupakan metode sederhana yang terkenal


dalam pendeteksian kualitas air tanah. Metode ini dapat memecahkan banyak
masalah tentang pendeteksian air tanah dan berbagai kondisi dalam tanah
(Kalinski, dkk., 1993 dalam Lanskaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait
dengan pendeteksian kondisi dalam tanah

diantaranya: 1) pemetaan

pencemaran air tanah oleh minyak tanah pada suatu area di Utah AS dengan
menggunakan konfigurasi elektroda Wenner (Bahri, 2005), 2) pendeteksian
aliran air tanah yang mengandung polutan pada daratan Seri Petaling Malaysia
(Muktar, dkk., 2002), 3) pendeteksian kualitas air tanah di daerah Korin,
bagian tenggara Iran dengan menggunakan metode geolistrik Vertical Electric
Sounding (VES) (Lanshkaripour, 2003).
Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan di beberapa wilayah di
Indonesia, menunjukan bahwa metode geolistrik bisa memetakan pencemaran
air tanah diantaranya:
Grandis dan Yudistira (2002), melakukan penelitian di bekas TPA Pasir
Impun Bandung dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair
dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali
konduktif (resistivitas kurang dari 10 m) menunjukkan akumulasi rembesan
lindi yang dapat mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut.

32

Penelitian yang dilakukan oleh Johanis (2002), yang menggunakan


metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan
mengambil tiga lintasan sebagai titik-titik pengukuran, yaitu lintasan A terletak
pada timbunan sampah, lintasan B berada antara timbunan sampah dan tanah,
lintasan C berada di luar timbunan sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat resistivitas rendah pada ketiga lintasan tersebut yang diduga
merupakan daerah yang tercemar polutan cair yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah.
Ngadimin dan Handayani (2000), melakukan penelitian monitoring
rembesan limbah model fisik di laboratorium dan berhasil memperkirakan
penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida
konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 m)
menunjukkan akumulasi rembesan limbah yang dapat mencemari air tanah.

33

BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, sampah menjadi


suatu permasalahan yang tidak ada habis-habisnya. Aktivitas manusia dalam
memenuhi kebutuhannya melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan
produk yang dapat dimanfaatkan dan sekaligus akan selalu meninggalkan sisa
yang dianggap sudah tidak berguna lagi yaitu sampah dan limbah. Sampah
merupakan polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, air dan tanah
serta menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai
jenis penyakit. Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga
manusia menyingkirkan sampah sejauh mungkin dari aktivitas manusia dan
jauh dari pemukiman yaitu yang disebut dengan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA).
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar merupakan salah satu
contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping, walaupun pada awalnya
TPA ini dirancang dengan metode Sanitary Landfill. TPA Temesi yang
berlokasi di Desa Temesi Kabupaten Gianyar merupakan satu-satunya TPA
yang berada di Kabupaten ini. Layanan TPA Temesi mencakup seluruh
sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di
tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar
dan rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah jenis ini lebih cepat
membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Sampah

34

yang dibuang pada lokasi TPA akan mengalami pembusukan terutama pada
sampah basah yang umumnya terdiri dari sampah organik, apalagi negara
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim panas dan
kelembaban tinggi. Hal ini merupakan faktor yang mempercepat terjadinya
reaksi kimia, sehingga sampah lebih cepat membusuk. Air hasil pembusukan
sampah disebut lindi (leachate). Air lindi tersusun atas zat- zat kimia, baik
organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri pathogen dan parasitik,
sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika ada air hujan yang melewati
timbunan sampah maka akan mempercepat proses masuknya lindi ke dalam
tanah, sehingga hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah. Lindi atau
polutan sampah diketahui mempunyai konduktivitas yang berbeda dengan air
tanah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya
misalnya penelitian yang dilakukan oleh Hendrajaya dan Idam (1990), Telford,
dkk. (1988) dan lain-lain menunjukkan bahwa polutan ini mempunyai
konduktivitas yang lebih tinggi dari pada air tanah. Dengan demikian nilai
resistivitas polutan ini lebih rendah dari pada air tanah. Berdasarkan sifat inilah
bisa dilakukan penelitian untuk mengetahui letak akumulasi rembesan polutan
cair di sekitar TPA Temesi Gianyar dengan memanfaatkan perbedaan
resistivitas tersebut.
Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode geolistrik
resistivitas konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Dengan
menggunakan metode ini diperoleh suatu nilai variasi resistivitas bawah
permukaan, sehingga dengan memanfaatkan variasi nilai resistivitas bawah

35

permukaan tersebut, dapat diketahui adanya anomali bawah permukaan tanah


yang diteliti. Anomali yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai
resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan polutan sampah yang
diasumsikan sebagai fluida konduktif.
Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal
dari pembusukan sampah. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan
dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya. Seperti penelitian yang dilakukan
sebelumnya, nilai resistivitas dari polutan sampah yang berasal dari
pembusukan sampah adalah

berkisar di bawah 10 Ohm (Grandis dan

Yudistira, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Tim Asisten Geofisika ITS
(2004), di daerah Keputih Sukolilo, telah berhasil mendeteksi adanya anomali
konduktif berkisar antara 0.28-3.45 m yang dicitrakan dengan warna biru dan
biru muda dengan resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan cairan
konduktif yang dalam hal ini adalah rembesan polutan sampah hasil dari
pembusukan sampah.
Letak akumulasi rembesan lindi akan dijawab secara kuantitatif,
berdasarkan angka dari hasil pengukuran dan perhitungan yaitu nilai
resistivitas (m) dan kedalaman dari permukaan tanah yang diukur (m).
Sedangkan arah rembesan air lindi ini akan dijawab secara kualitatif, dalam hal
ini akan diuraikan lindi yang merembes pada masing-masing lintasan yang
diambil. Dari lintasan yang diambil ini, diharapkan dapat mewakili seluruh
daerah lokasi penelitian. Alur atau konsep penelitian ditunjukkan oleh Gambar
3.1.

36

Dinas Kebersihan
dan Pertamanan

Masyarakat

TPA Sampah

Pengelolaan Sampah dengan Metode Open Dumping

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Udara

Pencemaran Air

Pencemaran Tanah

Pencemaran
Air Tanah oleh Lindi Sampah

Parameter Kimia

Parameter Fisika

Parameter Biologi

Analisa Rembesan Lindi dengan


Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner - Schlumberger

Kesimpulan dan Saran


Gambar 3.1
Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Pengelolaan TPA
: Tindakan yang dilakukan dalam penelitian
: Tidak dilakukan tindakan penelitian
: Pengaruh TPA terhadap Lingkungan

37

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian telah dilakukan di TPA Temesi Desa Temesi Kabupaten
Gianyar. Secara geografis Desa Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar
yaitu terletak pada koordinat 8o3370 Lintang Selatan dan 115o2040 Bujur
Timur dengan ketinggian 68 m hingga 85 m di atas permukaan laut,
seperti yang nampak pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1
Peta wilayah Desa Temesi Kabupaten Gianyar.

38

4.1.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai bulan Juli
sampai dengan bulan Nopember 2011 dengan tahapan sebagai berikut:
-

Bulan I

: Dilakukan survei ke TPA Temesi Kabupaten Gianyar untuk

persiapan penelitian.
-

Bulan II : Dilakukan pengambilan, pengolahan dan analisis data yang


diperoleh dari penelitian di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.

Bulan III - V : Penyelesaian Tesis.

4.2. Alat dan Bahan Penelitian


4.2.1 Alat
Peralatan yang diperlukan dalam pengambilan data penelitian adalah:

Peta daerah penelitian

Peta kontur TPA Temesi Gianyar

Empat (4) buah batang besi sebagai elektroda

Kabel sebagai penghubung elektroda dan alat resistivitymeter

Resistivitymeter

Radio komunikasi

Laptop/komputer

Software Res2Dinv

Meteran

Palu

39

Alat tulis

Kompas

Tali

Tongkat

GPS

4.2.2 Bahan
Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal
dari pembusukan sampah di sekitar TPA Temesi Gianyar. Lindi ini berada di
bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya.

4.3 Jenis Data


Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui suatu pengukuran langsung di sekitar TPA Temesi
Gianyar. Pengukuran tersebut berupa pengukuran arus listrik (I) yang
diijeksikan ke dalam bumi dan tegangan (V) yang timbul akibat beda potensial
yang terjadi pada titik-titik pengukuran di sekitar TPA Temesi Gianyar. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data pengukuran. Data
sekunder diperoleh dari instansi/lembaga terkait serta literatur atau hasil-hasil
penelitian sebelumnya.

4.4 Penentuan Lintasan Pengukuran


Letak lintasan berada di sekitar TPA dan di dekat pemukiman
pemulung yang berada tidak jauh dari TPA. Penentuan lintasan tersebut

40

ditentukan dan didasari atas pertimbangan: 1) lintasan pengukuran haruslah


pada tanah yang tidak tergenang air karena dalam pengukuran diinjeksikan arus
sebesar 200 mA dengan tegangan 500 V ke dalam tanah, 2) memprediksi atau
memperkirakan dimana terdapat akumulasi lindi berdasarkan
L8 kondisi tanah.
L8

L5
L5

U
L4 TPA

L4
L1
L2

L1
L2

L3

L3
L6

L6

Gambar 4.2
L7
L7
Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data
Keterangan:
1) L1 = lintasan 1 berwarna kuning dengan panjang 36 m,
2) L2 = lintasan 2 berwarna biru tua dengan pangjang 50 m,
3) L3 = lintasan 3 berwarna biru muda dengan panjang 40 m,
4) L4 = lintasan 4 berwarna ungu dengan panjang 30 m,
5) L5 = lintasan 5 berwarna putih dengan panjang 30 m,
6) L6 = lintasan 6 berwarna merah dengan panjang 30 m.
7) L7 = lintasan 7 berwarna hijau dengan panjang 40 m,
8) L8 = lintasan 8 berwarna hitam dengan panjang 30 m.
Pada prinsipnya semakin panjang lintasan yang dibuat maka semakin
dalam objek yang dapat terindentifikasi di bawah permukaan tanah. Panjang
lintasan yang berbeda-beda tersebut bukanlah merupakan hal yang harus

41

ditentukan melainkan panjang lintasan itu dibuat karena pada lintasan itu sudah
maksimal untuk di masing-masing tempat.

4.5 Metode Pengukuran


Metode pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran resistivitas lindi
adalah dengan dua cara, yaitu : 1) dengan metode geolistrik konfigurasi
Wenner dan 2) metode geolistrik konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi
Wenner spasi/jarak semua elektroda dibuat sama sedangkan pada konfigurasi
Schlumberger spasi antara dua elektroda potensial dibuat sama akan tetapi
dua

elektroda

arus

jaraknya

diubah-ubah

(diperbesar).

Tahap-tahap

pengambilan data pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut : 1)


menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah
ditentukan sesuai dengan konfigurasinya, 2) kabel dibentangkan sebagai
penghatar arus dan potensial yang menghubungkan antar elektroda dengan alat
resistivitymeter.

3)

setelah

keempat

elektroda

terhubung

dengan

resistivitymeter, maka pengukuran sudah siap dilakukan. 4) mencatat arus


listrik dan tegangan yang timbul setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah.

4.6 Pengumpulan Data


Tahap pengumpulan data yang dimaksud adalah pengumpulan data
primer yang didapat melalui suatu pengukuran. Besaran pengukuran yang
diukur adalah tegangan (V) dan arus (I). Data-data hasil pengukuran tersebut

42

kemudian ditabulasikan ke dalam bentuk tabel seperti yang tertera pada Tabel
4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner
No

AB/2
(m)

MN/2
(m)

1
2
3
4
5
6
7
8

1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3

dst
35

15

1
1
1
1
1
1
1
1
5

Tegangan V
(mV)

Arus I
(mA)

Dp
(m)

Faktor
Geometri k (m)

Resistivitas
(m)

3
5
7
9
11
13
15
17
15

Keterangan:
n
: variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda
AB : Jarak/ spasi elektroda arus
MN : Jarak/spasi elektroda potensial

Tabel 4.2 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger


No

AB/2
(m)

MN/2
(m)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

dst
49

15

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Tegangan V
(mV)

Arus I
(mA)

Dp
(m)

Faktor Geometri
k (m)

3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
15

Keterangan:
n
: variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda
AB : Jarak elektroda arus
MN : Jarak elektroda potensial

43

Resistivitas.
(m)

4.7 Pengolahan Data


Data yang diperoleh dari hasil penelitian pada seperti pada Tabel 4.1
selanjutnya dimasukkan ke dalam program notepad kemudian disimpan dalam
format file *.dat.
4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner
Data hasil penelitian dengan konfigurasi Wenner seperti pada Tabel 4.1
selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Data resistivitas semu ( s ) hasil perhitungan, data datum point (dp),
dan spasi elektroda (a) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk
file text dimana program notepad berfungsi untuk merekap data (datum
point, spasi elektroda dan resistivitas) dan disimpan dalam format file
*.dat (data yang compatible dengan software res2dinv) seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4.3.
Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut :
a. Line 1 adalah Nama Survey.
b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan
c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan ( Wenner
=1).
d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points)
e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik angka 1
karena datum point diketahui.
f. Line 6 Ketik 0 untuk data resistivitas.

44

Gambar 4.3
Format data yang ditulis pada program notepad.

45

g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak


elektroda arus (jarak antara titik pusat dengan elektroda arus), Jarak
antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan
n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis
berurutan).
h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line.
Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format
file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi
Wenner terlampir pada Lampiran 4.
2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data
Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar
sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada
Gambar 4.4.
b. kemudian klik file Read data file.
c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara
klik Inversion Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan
hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.5.

46

Gambar 4.4
Tampilan awal program Res2dinv

Gambar 4.5
Hasil interpretasi software Res2dinv pada lintasan 1 dengan
konvigurasi Wenner

47

Hasil interpretasi dari software Res2dinv

di atas

memberikan informasi

mengenai keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada


lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada
lintasan 1.
4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger
Data hasil penelitian dengan konfigurasi Schlumberger seperti pada
Tabel 4.2 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Data resistivitas semu ( s ) hasil perhitungan, data datum point (dp),
dan spasi elektroda potensial (MN) dan nilai n (n= 1, 2, 3, . .)
dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4.6.
Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut :
a. Line 1 adalah Nama Survey.
b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan
c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan
(Schlumberger = 7 ).
d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points)
e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik 1 karena
datum point diketahui.
f. Line 6 ketik 0 untuk data resistivitas

48

Gambar 4.6
Format data yang ditulis pada program notepad.
g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu
jarak dp (datum points), Jarak antara dua elektoda potensial,
Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas
semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan).

49

h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line.


Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format
file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi
Schlumberger terlampir pada Lampiran 5.
2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data
Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar
sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada
Gambar 4.4.
b. kemudian buka file Read data file.
c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara
klik Inversion Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan
hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7
Hasil interpretasi Software Res2dinv pada lintasan 1 dengan
konfigurasi Schlumberger

50

Hasil interpretasi dari Software Res2dinv ini menunjukan keberadaan


lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7,
dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1.
Adapun alur dari pengolahan data hasil penelitian tersebut di atas adalah
seperti Gambar 4.8.
Data Hasil Pengukuran

Data Konfigurasi Wenner

Data Konfigurasi Schlumberger

Dengan Software Res2Dinv

Interpretasi Data

Interpretasi Data

Analisis arah rembesan


dan letak akumulasi lindi

Kesimpulan

Gambar 4.8
Diagram alir pengolahan data hasil penelitian

51

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar


Setelah dilakukan pengukuran dengan GPS map 60 CS pada tanggal 12
Juli 2011, didapatkan data GPS untuk menentukan Peta Kontur TPA Temesi
Gianyar. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara geografis posisi
TPA Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada
koordinat 8o3370 LS dan 115o2040 BT dengan ketinggian 68 m hingga
85 m di atas permukaan laut. Peta Kontur TPA Temesi Gianyar disajikan
dalam bentuk Gambar 5.1.

A
C

Keterangan :
A : Dataran tinggi
B : Dataran yang sangat rendah
C : Tempat Pengomposan
D : Areal tempat penimbunan sampah
: Jalan

Gambar 5.1
Peta kontur TPA Temesi Gianyar

52

Dari Gambar 5.1 di atas, warna merah muda menunjukkan daerah yang
mempunyai dataran rendah. Warna kuning menunjukkan dataran

yang

semakin tinggi. Titik A merupakan daerah yang datarannya paling tinggi


dibandingkan dengan dataran disekitarnya. Titik B terlihat mempunyai dataran
yang sangat rendah, ini merupakan lembah yang dengan genangan air. Daerah
di titik C merupakan tempat pengolahan kompos. Pada daerah di titik D
merupakan areal penimbunan sampah secara open dumping (tempat
penumpukan sampah utama). Garis abu-abu merupakan jalan yang digunakan
sebagai lalu lintas oleh kendaraan untuk membuang sampah yang berasal dari
kota Gianyar. Daerah disebelah Selatan titik D sampai di titik B merupakan
tebing yang cukup curam akibat penumpukan sampah yang menyerupai bukit.

5.2. Data Hasil Pengukuran


Di bawah ini ditampilkan hasil pengambilan data dengan metode
Wenner dan Schlumberger.
5.2.1

Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner


Data hasil pengukuran dilapangan untuk lintasan 1konfigurasi Wenner

dapat dilihat pada Tabel 5.1 lampiran 2 yaitu: spasi elektroda potensial (MN),
spasi elektroda arus (AB), nilai beda potensial (V) dan nilai kuat arus (I).
Untuk mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas semu ( s )
dapat dihitung dengan persamaan 2.3 dan persamaan 2.4.

53

5.2.2 Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger


Data hasil pengukuran dilapangan untuk lintasan 1konfigurasi
Schlumberger dapat dilihat pada Tabel 5.9 lampiran 3 yaitu : spasi elektroda
potensial (MN), spasi elektroda arus (AB), nilai beda potensial (V) dan nilai
kuat arus (I). Untuk mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas
semu ( s ) dapat dihitung dengan persamaan 2.5 dan persamaan 2.6.

5.3. Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv


Di bawah ini ditampilkan analisa hasil interpretasi data dengan
Software Res2dinv dari konfigurasi Wenner dan Schlumberger.

5.3.1 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 1
Dari Gambar 5.2 (a) dan (b) hasil inversi Wenner dan Schlumberger
pada lintasan 1 berada pada koordinat 8033076 LS dan 115021016 BT.
Terlihat bahwa dari kedua gambar menunjukkan keberadaan lindi berada di
kedalaman 1,55 m - 5,40 m. Lindi tersebar pada titik 10 m 32 m dengan
nilai resistivitas terkecil 4,14 m sedangkan nilai resistivitas yang terbesar
adalah 8,91 m.

54

(a)

(b)
Gambar 5.2
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger.
5.3.2 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 2
Lintasan 2 ini terletak pada koordinat 8033746 LS dan 115021013
BT. Pada Gambar 5.3 ditunjukkan lindi terdapat pada dua daerah akumulasi.
Daerah pertama lindi berada pada titik-titik 13 m 23 m di kedalaman 3 m

55

8,4 m dan daerah kedua berada pada titik 30 m 40 m di kedalaman 4 m 8


m. Nilai resistivitas yang terukur adalah sebesar 1,84 7,36 m.

(a)

(b)
Gambar 5.3
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Schlumberger.

5.3.3 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 3
Hasil Interpretasi

pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner -

Schlumberger yang ditampilkan pada Gambar 5.4 terletak pada koordinat

56

8033719 LS dan 115021018 BT. Dari Gambar 5.4 (a) dan (b)
menunjukkan bahwa lindi berada pada dua tempat yang berbeda dimana
daerah yang pertama menunjukkan lindi terdapat di kedalaman 2 m - 3,5 m
pada titik 6,5 m - 9 m. Daerah yang kedua lindi terdapat di kedalaman 2,70 m
- 3,5m dan pada titik 23 m 33 m dengan nilai resistivitas sebesar 3,22
9,87 m.

(a)

(b)
Gambar 5.4
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Schlumberger.

57

5.3.4 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 4
Gambar 5.5 (a) dan (b) adalah lintasan yang terletak pada koordinat
8033689 LS dan 115020363 BT, menunjukkan bahwa lindi berada di
kedalaman 2,4 m - 4,37 m di bawah permukaan tanah pada bentangan titik
titik 6,5 m 11 m dengan nilai resistivitas sebasar 4,96 9,80 m.

(a)

(b)
Gambar 5.5
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Schlumberger.

58

5.3.5 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 5
Lintasan 5 terletak pada koordinat 8033789 LS dan 115020983 BT.
Gambar 5.6 seperti yang tergambar di bawah ini menunjukkan keberadaan
lindi terletak di kedalaman 1,60 m - 4,50 m pada titik-titk 5,5 m-14,5 m dengan
nilai resistivitas sebesar 5,78 9,67 m yang ditunjukkan oleh warna biru dan
biru muda.

(a)

(b)
Gambar 5.6
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Schlumberger.

59

5.3.6 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 6
Lintasan 6 berada pada koordinat 8033641 LS dan 115020977 BT.
Dari Gambar 5.7 (a) dan (b) tersebut menunjukkan bahwa lindi tersebar dari
titik 5 m 19 m di kedalaman 2,80 m 5,37 m dengan nilai resistivitas sebesar
6,39 9,34 m.

(a)

(b)
Gambar 5.7
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Schlumberger.

60

5.3.7 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 7
Lintasan 7 merupakan lintasan yang sangat jauh dari TPA dan tanahnya
sangat kering yaitu terletak pada koordinat 8033756 LS dan 115021015 BT.
Dari Gambar 5.8 tersebut dapat dilihat bahwa lindi berada pada titik 20 m 25
m di kedalaman 4,63 m 7,84 m dengan resistivitas sebesar 4,63 7,48 m.

(a)

(b)
Gambar 5.8
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil
interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Schlumberger.

61

5.3.8 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 8
Lintasan 8 terletak pada koordinat 8033350 LS dan 115021000 BT
di sebelah Utara jauh dari TPA. Pada lintasan 8 tidak teridentifikasi adanya
lindi. Resistivitas terendah sebesar 12,9 m seperti yang pada Gambar 5.9.

(a)

(b)
Gambar 5.9
(a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Wenner dan
(b) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Schlumberger.

62

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Di bawah ini akan dianalisa masing-masing lintasan hasil interpretasi
dengan konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger.
6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger
Lintasan 1
Dari Gambar 5.1 (a,b) yang merupakan hasil interpretasi Wenner Schlumberger pada lintasan 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kedua
gambar menunjukkan keberadaan lindi berada pada kedalaman 1,55 m - 5,40
m dan terakumulasi pada titik 10 m - 32 m. Ada sedikit perbedaan antara
hasil pengukuran dengan konfigurasi Wenner dan Schlumberger, yaitu
terletak pada skala nilai resistivitas. Namun perbedaan skala nilai resistivitas
pada konfigurasi Wenner dan Schlumberger tidak besar, karena kedua
metode ini masih menunjukkan hasil yang mengindikasikan keberadaan lindi
yaitu dengan nilai resistivitas di bawah 10 m. Kalau diperhatikan
kedalaman masing-masing akumulasi lindi, semakin ke kiri akumulasi lindi
terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes
atau mengalir dari arah timur ke arah barat mengikuti gaya gravitasi, dimana
di arah barat dari TPA ketinggian tanah cenderung lebih rendah dan bahkan
sangat curam, hal ini dapat dilihat dari peta kontur TPA Temesi.

63

6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 2
Lintasan 2 sesuai dengan Gambar 5.2 (a,b) terdapat sedikit perbedaan
antara hasil tampilan inversi Res2dinv dengan konfigurasi Wenner dan
konfigurasi Schlumberger. Perbedaan terdapat pada besarnya konsentrasi lindi
yang berada di bawah lapisan tanah, dimana dengan metode Wenner
menunjukkan konsentrasi lindi relatif lebih sedikit akan tetapi lebih menyebar.
Daerah pertama lindi berada titik-titik 13 m 23 m di kedalaman 3 m 8,4 m
dan daerah kedua berada pada titik 30 m 40 m di kedalaman 4 m 8 m. Nilai
resistivitas yang terukur adalah sebesar 1,84 7,36 m.
Kedalaman masing-masing akumulasi lindi semakin ke kanan akumulasi
lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kenyataan
yang ada di lapangan lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah utara ke
arah selatan dimana di arah selatan dari TPA kontur tanah sangat curam.
Merembesnya lindi ke dataran yang lebih rendah diakibatkan oleh adanya gaya
gravitasi dimana cairan akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.

6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 3
Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner dan
Schlumberger yang ditampilkan pada Gambar 5.3 (a,b)

nampak

relatif

sama. Hasil interpretasi tersebut menunjukkan bahwa lindi berada pada dua
tempat yang berbeda. Dimana daerah yang pertama menunjukkan lindi

64

terdapat di kedalaman 2 m - 3,5 m pada titik 6,5 m - 9 m. Daerah yang kedua


lindi terdapat di kedalaman 2,70 m - 3,5 m dan pada titik 23 m 33 m
dengan nilai resistivitas sebesar 3,22 9,87 m.
Terpisahnya akumulasi lindi tersebut mungkin disebabkan oleh adanya
material yang keras di dalam tanah misalnya batu atau material lainnya.
Kedalaman masing-masing akumulasi lindi semakin ke kanan akumulasi
lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut
merembes atau mengalir ke arah selatan dimana di arah selatan dari TPA
kontur tanah lebih rendah. Disamping itu juga merembesnya lindi
diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.

6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 4
Gambar 5.4 (a,b) menunjukkan hasil interpretasi yang hampir sama
meskipun dengan konfigurasi yang berbeda yaitu dengan konfigurasi Wenner
dan Schlumberger. Ditinjau dari kedua gambar tersebut dapat dilihat kemiripan
gambar yang ditampilkan dimana tampak pada kedua gambar menunjukkan
bahwa lindi berada di kedalaman menunjukkan bahwa lindi berada di
kedalaman 2,4 m - 4,37 m di bawah permukaan tanah pada bentangan titik
titik 6,5 m 11 m dengan nilai resistivitas sebasar 4,96 9,80 m.
Kedalaman akumulasi lindi semakin ke kiri lindi terlihat semakin dalam
hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah

65

timur ke arah barat dimana di arah barat dari TPA kontur tanah sangat curam.
Disamping itu juga merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.

6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 5
Untuk Lintasan 5, hasil interpretasi software Res2dinv ditunjukkan pada
Gambar 5.5 (a,b). Dilihat secara umum tampilan kedua gambar di atas hampir
sama.

Hasil

interpretasi

Res2dinv

dengan

konfigurasi

Wenner

dan

Schlumberger menunjukkan keberadaan lindi terletak di kedalaman 1,60 m 4,50 m pada jarak 5,5 m - 14,5 m. Kalau diperhatikan letak ketinggian lintasan
pengukuran menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari
arah selatan ke arah utara, dimana di daerah utara dari lintasan ini ketinggian
tempatnya cenderung miring ke arah utara.

6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 6
Dari Gambar 5.6 (a,b) tersebut menunjukan bahwa lindi tersebar dari
titik 5 m 19 m dengan kedalaman 2,80 m 5,37 m. Semakin ke kiri
akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi
tersebut merembes atau mengalir dari arah utara ke arah selatan dimana di
arah selatan dari TPA kontur tanah sangat rendah. Disamping itu juga
merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.

66

6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 7
Lintasan 7 merupakan lintasan yang sangat jauh sekitar 400 m ke arah
Selatan dari TPA dan tanahnya sangat kering. Dari Gambar 5.7 (a,b) tersebut
dapat dilihat bahwa keberadaan lindi relatif kecil dibandingkan dengan pada
lintasan yang lainnya dan berada jauh di dalam permukaan tanah. Lindi
terakumulasi pada titik 20 m 25 m di kedalaman 4,6 m 7,84 m. Secara
umum hasil dari kedua interpretasi ini relatif sama meskipun

dengan

konfigurasi yang berbeda. Lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah


selatan dimana di arah tenggara dari TPA kontur tanah lebih rendah rendah.
Disamping itu juga merembesnya lindi kea rah tenggara diakibatkan oleh
adanya gaya gravitasi dimana air/lindi akan selalu mengalir ke tempat yang
lebih rendah.

6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger


Lintasan 8
Lintasan 8 yang ditunjukkan oleh Gambar 5.8 (a,b) terletak jauh di
utara dan letaknya lebih tinggi dari TPA. Sampai pada saat dilakukan
pengukuran belum terdeteksi adanya pencemaran bawah permukaan oleh lindi.
Secara umum kedua hasil interpretasi tersebut sudah hampir sama dan
menunjukkan hasil bahwa tidak adanya lindi yang teridentifikasi. Terlihat dari
kedua gambar menunjukkan bahwa pada lintasan tersebut lapisan di bawah
permukaan tanah memiliki nilai resistivitas di atas 10 m.

67

6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA Temesi


Kabupaten Gianyar
Setelah dibahas arah rembesan dan letak akumulasi lindi secara khusus
pada

setiap

lintasan

dari

masing-masing

konfigurasi

(Wenner

dan

Schlumberger), selanjutnya akan dibahas mengenai arah rembesan dan


akumulasi lindi secara umum atau menyeluruh pada TPA Temesi Gianyar.
Pada Gambar 6.1 ditampilkan arah rembesan dan letak titik-titik akumulasi
lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
L8
L8

L5
L5

U
L4 TPA

L4

L2
L2

L1

L1

L3

L3
L6

L6
L7
L7

Keterangan:
akumulasi lindi

= arah rembesan lindi

dan

Gambar 6.1
Arah rembesan lindi di TPA Temesi Gianyar.

68

Dari Gambar 6.1 dijelaskan bahwa tanda panah yang berwarna merah
menunjukkan arah rembesan lindi di TPA Temesi Gianyar, dimana untuk
lintasan L2, L3, L6 lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah selatan
TPA. Faktor yang mempengaruhi lindi merembes ke arah selatan diakibatkan
areal atau dataran di selatan dari tumpukan sampah konturnya lebih rendah
dibandingkan dengan tempat tumpukan sampah. Karena lindi merupakan
cairan atau fluida maka lindi tersebut akan cenderung mengalir dari daerah
yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah (pengaruh gravitasi). Faktor lain
yang mempengaruhi lindi cenderung mengalir ke arah selatan TPA adalah
terdapat air yang berasal dari irigasi sawah yang sebagian melalui tumpukan
sampah, hal ini memicu pergerakan lindi lebih cepat menyebar dan masuk ke
bawah lapisan tanah dan terakumulasi di beberapa tempat seperti yang tampak
pada Gambar 6.1. Terbukti dengan pengukuran pada lintasan 7 (yang jaraknya
lebih dari 400 m di selatan TPA) masih teridentifikasi adanya lindi yang
merembes di bawah permukaan tanah. Pada lintasan ( L1, L4) rembesan lindi
mengalir

mengarah ke arah barat dimana di sebelah barat dari tempat

penumpukan sampah kontur tanahnya miring dan bahkan curam. Sedangkan


untuk lintasan

(L7) lindi akan merembes ke arah tenggara yang kontur

tanahnya lebih rendah disamping faktor adanya dorongan dari air kali .
Berikut ditampilkan tabel mengenai arah rembesan dan rentang
akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran seperti terlihat pada Tabel 6.1.

69

Tabel 6.1 Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan
pengukuran pada konfigurasi Wenner - Schlumberger.
Lintasan
(Panjang)

Arah
Rembesan

Rentang
Akumulasi(m)

Kedalaman
Rembeasan (m)

Koordinat

Resistivitas
(m)

8033076 LS
115021016
BT
8033746 LS
115021013
BT
8033719 LS
115021018
BT
8033689 LS
115020363
BT
8033789 LS
115020983
BT
8033641 LS
115020977
BT
8033756 LS
115021015
BT
8033756 LS
115021015
BT

4,14 - 8,91

1
(36m)

ke Barat

22

1,55 - 5,40

2
(40m)

ke Selatan

27

4,00 - 7,50

3
(40m)

ke Selatan

26,5

2,00 - 4,50

4
(30m)

ke Barat

4,5

2,70 - 4,37

5
(30m)

ke Utara

1,60 - 4,50

6
(30m)

ke Selatan

14

2,00 - 5,37

7
(30m)

ke
Tenggara

5,37 - 6,91

8
(30m)

1,84 - 7,36
3,22
9,87
4,96 - 9,80
5,78
9,76
6,39 - 9,34

4,63 - 7,84
12,9

6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan


Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat
timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari
lingkungan TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa
dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak
yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open

70

dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap


lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada
kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA. Pengaruh
pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat
berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan.
Suhu limbah yang berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan
dengan air yang tidak tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat reaksi kimia
dalam air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat pengaruh
rasa dan bau.
Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang
terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium,
kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang
konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan
hewan dan binatang lainnya yang hidup di sawah disekitar TPA. Disamping itu
pula tercemarnya air bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh
terhadap kesehatan penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di
sekitar TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan
merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan
terkontaminasinya

air

bawah

permukaan

yang

pada

akhirnya

akan

menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh


penduduk sebagai sumber air minum .
Di sebelah barat tidak jauh tempat tumpukan sampah terdapat
kali/sungai yang juga harus diwaspadai dari pencemaran oleh lindi. Sungai

71

tersebut mengalir dan masih dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk


keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Jika sungai ini tercemar oleh
adanya rembesan lindi maka akan berdampak negatif bagi penduduk yang
yang masih memanfaatkan air sungai tersebut, baik penduduk yang berada di
sekitar TPA maupun penduduk yang berada di hilir disepanjang sungai.
Adanya rembesan lindi yang telah mencemari lingkungan disekitar TPA
Temesi Kabupaten Gianyar berarti melanggar pasal 29 ayat 1 point f UndangUndang Nomor 18 tahun 2008 tentang pelarangan pembuangan sampah dengan
sistem open dumping. Disamping itu juga telah melanggar Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Untuk

meminimalisir

pencemaran

disekitarnya diharapkan Pemerintah

lindi

dan Instansi

terhadap

lingkungan

sudah seharusnya

memberikan perhatian yang lebih dan melakukan langkah-langkah terpadu


untuk pengurangan pencemaran yang diakibatkan oleh sampah dengan
menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ). Upaya peran serta masyarakat
dalam reduksi sampah disumber sampah masih belum terlihat, sedangkan
kegiatan reduksi yang dilakukan pemulung di TPA masih sangat kecil. Masih
dibutuhkan reduksi sampah di TPA guna mengurangi sampah yang akan
dibuang ke TPA, sehingga perlunya pengadaan dan penerapan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA, dimana konsep TPST ini
bertitik tolak pada aktifitas pengelolaan sampah yang untuk tujuan

72

pemanfaatan kembali guna mereduksi sampah menjadi produk yang dapat


dimanfaatkan kembali.

73

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah
dipadukan dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah
(L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan
sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya
miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah
selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3,
L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah
selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang
miring ke arah selatan.
2. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi
lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033076 LS 115021016 BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033689
LS - 115020363 BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah
selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033746 LS - 115021013
BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat

8033719 LS -

115021018 BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033641 LS 115020977 BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga

74

terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033756 LS 115021015 BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.

7.2 Saran
1. Untuk menghindari dampak negatif yang lebih luas dari rembesan lindi
terhadap lingkungan di sekitar TPA Temesi Gianyar, sebaiknya seluruh
instansi dan pihak terkait yang berwenang dan bertanggungjawab
terhadap pengelolaan TPA Temesi Gianyar melakukan kajian lebih
dalam dan perubahan sistem pengolahan sampah (dari sistem open
dumping beralih ke sistem sanitary landfill atau sistem control landfill).
2. Untuk masyarakat yang bermukim di sekitar areal TPA Temesi
Gianyar, terutama di areal yang teridentifikasi adanya lindi, agar tidak
menggunakan sumber air tanah dangkal di sekitar TPA sebagai
konsumsi air sehari-hari.
3. Diharapkan pada peneliti yang lain untuk meneliti lebih lanjut unsurunsur, zat, atau senyawa yang terkandung dalam lindi di TPA Temesi
Gianyar, ditinjau dari sifat kimia dan biologi dari lindi tersebut.

75

DAFTAR PUSTAKA

Apparao, A. 1997. Development in Geoelectrical Methods. National


Geophysics Reasearce Institude Hyderabad. India.
Arbain, N.K.M., Sudana I B. 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di
Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Echotropic.
Vol. 3, No.2. 55-60.
Arifin, F. 2001. Tinjauan Geohidrologi Sebagai Salah Satu Pertimbangan
Dalam Pemilihan Lokasi TPA Sampah (Studi Kasus TPA Sampah
Tamangapa Makassar). Prorgam Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Armadi, N. M., 2003. Kajian Daerah Intrusi Air Laut Pada Kawasan
Pariwisata Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar.
Tesis. Program Pascasarjana UNUD. Denpasar.
Azhar dan Handayani, G. 2004. Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi
Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara, Jurusan
Geofsika Terapan ITB, Bandung.
Azwar, A., 1990,. Pengantar Ilmu Lingkungan, Jakarta, Mutiara Sumber
Widya.
Bahar, Y. H. 1985. Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. PT.
Wacana Utama bekerjasama dengan Pemda DKI. Jakarta.
Bahri, 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik
Metoda Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam ITS, Surabaya.
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010. Daftar Isian
Adipura.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Bali, 2007.
Peta
Jenis
Batuan
di
Pulau
Bali.
http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

76

Depkes RI. 1992. Pemberantasan Lalat. Jakarta : Ditjen PPM dan PLP.
Ditjen Cipta Karya. 1997. Sampah dan Pengelolaannya. Departemen
Pekerjaan Umum Jakarta.
Feranie, S., Iryanti M., Utari, S, dan Ardi, N.D., 2008. Zona Migrasi
Pencemaran Air di Sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten
Bandung dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis.
Grandis, H dan Yudistira, T. 2002. Pencitraan Konduktivitas Bawah
Permukaan dan Aplikasinya untuk Identifikasi Penyebaran
Kontaminan.
http://www.dikti.org/p3m/abstrakHB/AbstrakHB02.pdf
Grandis, H. dan Yudistira,T. 2000. Studi Pendahuluan Identifikasi Penyebaran
Polutan Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik.
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Jakarta.
Guntar, M. S., 1999. Optimasi Pembangunan Akhir Sampah Lahan Urug
Saniter Melalui Usaha Pengomposan dan Pemulungan (studi kasus
TPA Sampah Kodya Jambi), Tesis. Program Pascasarjana UGM.
Yogyakarta.
Health Research Board, 2003. Health Environmental Effects of Land filling
and Incineration of Waste, A Literature Review. Healt Research
Board. Dublin.
Hendrajaya, L dan Idam, A. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium
Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA ITB. Bandung
http://unalea.blogspot.com/2009/03/mekanisme-masuknya-airlindi-ke-air.html
Enri

Damanhuri.
2008.
Diklat
Landfilling
Limbah-FTSL.ITB.
http://www.itb.ac.id/wordpress/wp-content/Bag7PPenangananLindi.pdf.

Jagloo, K. 2002. Groundwater Risk Analysis in the Vicinity of A Landfill, A


case Study in Mauritius, Department of Land Water Resources
Engineering Royal Institute of Technology. Stockholm.
Johanis, S. B. 2002. Aplikasi Metoda Geolistrik dalam Pemantauan
Pencemaran Lingkungan (Studi Kasus:Pasir Impun Bandung).
http://gf.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbgf-gdl-s2-2002-semueljoha15&node=1607&start=6.

77

KLH.2004. Peraturan Perundangan-undangan. Jilid 2. Jakarta.


Kodoatie, R. J., 2003, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Lanshkaripour, G. R. 2003. An Investigation of Groundwater Condition By
Geoelectrical Resistivity Method: A Case Study in Korin Akuifer,
Southest Iran. Journal of Spartial Hydrology 3 (1).
Muktar, A. L., Sulaiman,W. N., Ibrahim, S., Latif, A. P. dan Hanafi, M. M.
2000. Detection of Groundwater Pollution Using Resistivity
Imaging at Seri Petaling Landfill, Malaysia. Journal of
Environmental Hidroloy 8.
Mustofa,H.A. 2000. Kamus Lingkungan. Rineka Cipta, Solo.
Ngadimin, Handayani G., 2000, Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat
Monitoring Rembesan Limbah, Journal of Mathematical Science.
Vol.2 No. 06.
Ngadimin. 2001. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring
Rembesan
Limbah
(Penelitian
Model
Fisik
di
Laboratorium),vol:6,edisi:1,halaman:43-53.
Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Aplied and Environmental
Geophysicsi. John Wiley and Sons Ltd. Baffins, Chichester, West
Susex PO19 IUD. England.
Rudianto,H. dan Azizah. R 2005. Studi Tentang Perbedaan Jarak Perumahan
ke TPA Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat
Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol.1, No.2, Januari 2005
Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sundra, I K. 1997. Pengaruh TPA Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur di
Wilayah Suwung.Denpasar.

78

Supanca, W.W. 2003. Dasar-dasar Pemantauan, Pengawasan dan Teknik


Penilaian Pencemaran Limbah Padat. Short Course on
Enviromental Pollution Control and Management. 25 Agustus 19
September 2003. Denpasar.
Tanauma, A. 2000. Pengaruh Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Mutu Air
Tanah di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul.
Tesis. Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R.E dan Keys, D. D. 1988. Applied
Geophysics First Edition. Cambridge University Press.
Cambridge.New York.
Todd, D.K. 1980. Groundwater Technology. Associate Professor of Civil
Engineering California University. Jihn Wiley and Son. New York.
Wardana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Offset. Yogyakarta.
Widyatmoko, H dan Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan
Menyingkirkan Sampah. PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional.
Jakarta.

79

Lampiran 1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar
LONG

LAT

115.3507833

-8.5617

82.9056

115.3510167

-8.561666667

82.9056

115.351

-8.561483333

82.9056

115.3508333

-8.561466667

82.296

115.3505333

-8.561483333

82.9056

115.3503833

-8.5615

82.6008

115.3503833

-8.561216667

82.9056

115.3504167

-8.56095

84.1248

115.3503167

-8.560733333

84.1248

115.3505167

-8.5607

83.5152

115.3506167

-8.56045

83.2104

115.3507167

-8.5604

82.6008

115.3509

-8.560166667

80.772

115.3507667

-8.560166667

81.3816

115.3507833

-8.5598

80.772

115.351

-8.559766667

79.248

115.3507

-8.559816667

82.6008

115.3505667

-8.559816667

82.9056

115.3504

-8.55985

83.2104

115.35

-8.559966667

84.1248

115.3499333

-8.559833333

85.0392

80

LONG

LAT

115.3497

-8.55985

84.4296

115.3495333

-8.5599

83.82

115.3494

-8.559933333

83.2104

115.3492333

-8.559983333

80.772

115.3491667

-8.56

79.5528

115.3492667

-8.56015

78.9432

115.3491833

-8.560316667

78.9432

115.3490833

-8.56035

77.4192

115.3490333

-8.5605

77.4192

115.3490833

-8.560683333

79.248

115.349

-8.5609

77.1144

115.3491167

-8.560933333

79.248

115.3493

-8.56085

81.6864

115.3493333

-8.560516667

81.0768

115.34955

-8.560483333

83.2104

115.3496667

-8.560516667

82.9056

115.3497

-8.5608

82.9056

115.3495167

-8.5609

81.6864

115.3495167

-8.561133333

81.6864

115.3492167

-8.561233333

80.772

115.3495167

-8.56155

81.6864

115.3495333

-8.561566667

81.6864

115.3493167

-8.5615

79.5528

81

LONG

LAT

115.3496

-8.561883333

82.296

115.3494

-8.562083333

78.3336

115.3492333

-8.562066667

76.2

115.34915

-8.562366667

76.8096

115.3490333

-8.562383333

74.9808

115.349

-8.5626

73.7616

115.3490833

-8.562783333

77.4192

115.3491667

-8.56275

77.4192

115.34925

-8.562783333

77.724

115.34945

-8.562966667

78.6384

115.34945

-8.5632

78.0288

115.34925

-8.563216667

77.4192

115.3491167

-8.563366667

75.8952

115.3488667

-8.563316667

74.9808

115.34955

-8.56345

76.2

115.3495333

-8.563233333

76.2

115.3496167

-8.56295

76.2

115.3496333

-8.5627

78.0288

115.3496833

-8.56285

73.7616

115.3497

-8.563066667

71.628

115.3497833

-8.5631

69.7992

115.34985

-8.562933333

69.1896

115.34995

-8.562916667

68.2752

82

LONG

LAT

115.3500167

-8.56285

68.8848

115.3500167

-8.56285

69.1896

115.3499167

-8.563016667

69.7992

115.3498333

-8.56315

68.58

115.3498667

-8.563316667

68.58

115.3499

-8.563216667

68.2752

115.35

-8.56305

68.8848

115.35005

-8.563033333

71.628

115.3499833

-8.563216667

71.9328

115.3500333

-8.563283333

71.0184

115.3500833

-8.563066667

74.0664

115.3501333

-8.563166667

74.3712

115.35005

-8.56335

74.0664

115.3504833

-8.563

74.9808

115.3508333

-8.562916667

72.8472

115.3507167

-8.562683333

73.7616

115.3502167

-8.5624

77.724

115.3501667

-8.562566667

77.1144

115.35005

-8.562516667

77.724

115.35005

-8.562433333

78.3336

115.34995

-8.5625

77.4192

115.34995

-8.562633333

76.2

115.3498833

-8.562433333

77.724

83

LONG

LAT

115.35005

-8.562366667

77.724

115.3501333

-8.562116667

77.724

115.3501333

-8.561883333

78.3336

115.3500667

-8.56165

78.6384

115.3500667

-8.56165

78.3336

115.3503333

-8.5617

77.4192

115.3506167

-8.561733333

76.5048

115.3503667

-8.562

77.1144

115.35075

-8.562116667

76.2

115.351

-8.562116667

74.676

115.351

-8.562266667

74.9808

115.3509667

-8.562433333

74.676

115.3507667

-8.562466667

74.676

115.35095

-8.56265

74.3712

115.3506

-8.562433333

75.5904

115.3503667

-8.5613

76.8096

115.3502

-8.5606

79.5528

115.3499667

-8.560233333

80.772

84

Lampiran 2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner

Tabel. 5.1 Data hasil pengukuran pada lintasan 1 (36 m) dengan konfigurasi
Wenner
No.

n MN/2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3

AB/2

V(mV)

I(mA)

k (m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
9
9
9

621
579
572.25
429.9
593.55
524.7
411
529.5
407.25
583.2
538.65
358.5
597.45
485.25
305.85
648
193.05
327.15
284.55
236.55
231.15
223.2
112.05
119.4
214.35
132.3
184.65
146.85
209.1
198.45
199.35
206.25
164.4

578
561
555
435
551
543
465
556
550
553
549
375
485
560
267
563
399
558
557
540
550
531
323
325
533
385
557
545
531
500
562
556
550

12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
12.56
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
25.12
37.68
37.68
37.68

3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
9
11
13

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
6
6
6

13.49439
12.96299
12.95038
12.41274
13.52992
12.13671
11.10142
11.96137
9.300109
13.24592
12.32321
12.00736
15.47211
10.88346
14.38755
14.45627
12.15392
14.72761
12.83285
11.00396
10.55725
10.55892
8.714229
9.228702
10.1022
8.632145
8.327483
6.768572
9.891887
9.970128
13.36567
13.97752
11.26289

85

No.

n MN/2

34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
6

3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
6

AB/2

V(mV)

I(mA)

k (m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

9
9
9
9
9
9
12
12
12
12
12
12
15
15
15
15
18

133.35
132.6
91.95
87.45
126.75
110.4
128.25
135.3
75.15
104.85
95.85
77.55
89.4
99
88.8
828
79.05

554
524
389
399
532
335
492
526
389
536
532
433
538
529
551
530
557

37.68
37.68
37.68
37.68
37.68
37.68
50.24
50.24
50.24
50.24
50.24
50.24
62.8
62.8
62.8
62.8
75.36

15
17
19
21
23
25
12
14
16
18
20
22
15
17
19
21
18

6
6
6
6
6
6
8
8
8
8
8
8
10
10
10
10
12

9.069726
9.535053
8.906622
8.258436
8.977331
12.41753
13.0961
12.92295
9.705748
9.827731
9.051699
8.997949
10.43554
11.75274
10.12094
98.11019
10.69517

Tabel 5.2 Data Hasil Pengamatan Lintasan 2 (40m) dengan Konfigurasi


Wenner
No.

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

1180

801

12.56

18.5029

987.5

771

12.56

16.0869

783.5

645

12.56

15.257

852.5

679

12.56

15.7694

701

631

12.56

11

13.9533

685

674

12.56

13

12.765

612.25

554

12.56

15

13.8806

538

479

12.56

17

14.1071

470.5

551

12.56

19

10.725

10

462.5

422

12.56

21

13.7654

11

397.5

447

12.56

23

11.1691

12

416

441

12.56

25

11.848

13

373

389

12.56

27

12.0434

14

388.25

407

12.56

29

11.9814

86

No.

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k (m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

15

319.25

351

12.56

31

11.4239

16

495.5

440

12.56

33

14.1443

17

422.5

355

12.56

35

14.9482

18

452.75

317

12.56

37

17.9386

19

405.5

335

12.56

39

15.2032

20

408.25

265

12.56

41

19.3495

21

545.75

305

12.56

43

22.4742

22

347

276

12.56

45

15.791

23

436.5

222

12.56

47

24.6957

24

206.25

326

25.12

15.8926

25

157.75

267

25.12

14.8415

26

129

247

25.12

10

13.1194

27

89.75

207

25.12

12

10.8914

28

107.5

202

25.12

14

13.3683

29

87.5

174

25.12

16

12.6322

30

71

161

25.12

18

11.0778

31

73

156

25.12

20

11.7549

32

65

150

25.12

22

10.8853

33

76.25

158

25.12

24

12.1228

34

66.75

141

25.12

26

11.8919

35

58

134

25.12

28

10.8728

36

54.75

129

25.12

30

10.6614

37

48

121

25.12

32

9.96496

38

46.5

121

25.12

34

9.65355

39

58

119

25.12

36

12.2434

40

52

110

25.12

38

11.8749

41

54.5

108

25.12

40

12.6763

42

57.75

117

25.12

42

12.399

43

65

115

25.12

44

14.1983

44

81

182

37.68

16.7697

45

58

143

37.68

11

15.2828

46

51.25

130

37.68

13

14.8546

47

40

120

37.68

15

12.56

48

37

115

37.68

17

12.1231

49

31

117

37.68

19

9.98359

50

18

111

37.68

21

6.11027

51

35

109

37.68

23

12.0991

87

No.

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k (m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

52

30.25

105

37.68

25

10.8554

53

36.5

105

37.68

27

13.0983

54

33.5

102

37.68

29

12.3753

55

24.25

103

37.68

31

8.87126

56

32.5

98

37.68

33

12.4959

57

29.25

92

37.68

35

11.9798

58

31.75

93

37.68

37

12.8639

59

37.5

97

37.68

39

14.567

60

33.5

96

37.68

41

13.1488

61

12

32.75

121

50.24

12

13.598

62

12

25.5

106

50.24

14

12.086

63

12

27.5

103

50.24

16

13.4136

64

12

30.25

102

50.24

18

14.8996

65

12

26.75

98

50.24

20

13.7135

66

12

195

101

50.24

22

96.998

67

12

27.25

97

50.24

24

14.1138

68

12

20.5

97

50.24

26

10.6177

69

12

23

96

50.24

28

12.0367

70

12

22.5

90

50.24

30

12.56

71

12

26

87

50.24

32

15.0143

72

12

17.75

85

50.24

34

10.4913

73

12

19.25

92

50.24

36

10.5122

74

12

26.5

85

50.24

38

15.6631

75

15

24.25

108

62.8

15

10

14.1009

76

15

22.5

95

62.8

17

10

14.8737

77

15

19

89

62.8

19

10

13.4067

78

15

23.5

90

62.8

21

10

16.3978

79

15

19.25

83

62.8

23

10

14.5651

80

15

15

86

62.8

25

10

10.9535

81

15

224.75

613

62.8

27

10

23.025

82

15

202

515

62.8

29

10

24.6322

83

15

193.25

746

62.8

31

10

16.2682

84

15

202.5

703

62.8

33

10

18.0896

85

15

207.25

710

62.8

35

10

18.3314

86

18

195.25

732

75.36

18

12

20.1011

87

18

180

742

75.36

20

12

18.2814

88

18

164.75

712

75.36

22

12

17.4376

88

89

18

142.25

630

75.36

24

12

17.0158

90

18

131

600

75.36

26

12

16.4536

91

18

127

576

75.36

28

12

16.6158

92

18

120.25

567

75.36

30

12

15.9824

93

18

128.25

546

75.36

32

12

17.7013

94

21

137

523

87.92

21

14

23.0307

95

21

107

542

87.92

23

14

17.3569

96

21

91.25

462

87.92

25

14

17.3652

97

21

83

415

87.92

27

14

17.584

98

21

86

395

87.92

29

14

19.1421

99

24

75.75

441

100.48

24

16

17.2593

100

24

78.75

385

100.48

26

16

20.5527

Tabel 5.3 Data Hasil Pengamatan Lintasan 3 (40m) dengan Konfigurasi


Wenner
No.

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

764.2

520

12.56

18.4585

768.5

496

12.56

19.4592

691.4

511

12.56

16.9933

687.3

483

12.56

17.872

789.1

503

12.56

11

19.705

751.8

522

12.56

13

18.0893

799.2

505

12.56

15

19.8782

830.4

546

12.56

17

19.1026

776.3

526

12.56

19

18.5361

10

717.1

529

12.56

21

17.0265

11

805.0

540

12.56

23

18.723

12

662.2

480

12.56

25

17.328

13

779.4

511

12.56

27

19.1577

14

763.6

498

12.56

29

19.2599

15

676.8

468

12.56

31

18.1632

16

770.9

489

12.56

33

19.8015

17

663.5

483

12.56

35

17.2526

18

755.2

495

12.56

37

19.1631

19

149.8

504

25.12

7.46438

20

129.2

510

25.12

6.36248

21

161.2

516

25.12

10

7.84688

89

22

345.5

509

25.12

12

17.051

23

318.1

504

25.12

14

15.8545

24

139.8

521

25.12

16

6.74024

25

81.1

385

25.12

18

5.28829

26

371.5

515

25.12

20

18.1207

27

84.9

469

25.12

22

4.54492

28

59.3

469

25.12

24

3.17475

29

89.2

514

25.12

26

4.35919

30

107.3

486

25.12

28

5.54782

31

83.9

489

25.12

30

4.30832

32

57.5

450

25.12

32

3.20921

33

292.6

536

37.68

20.5693

34

275.4

521

37.68

11

19.9176

35

281.3

514

37.68

13

20.6214

36

268.7

493

37.68

15

20.5367

37

266.7

489

37.68

17

20.5506

38

258.7

464

37.68

19

21.0082

39

261.4

479

37.68

21

20.5627

40

283

506

37.68

23

21.074

41

274.8

504

37.68

25

20.5446

42

288.8

496

37.68

27

21.9395

43

286.1

505

37.68

29

21.347

44

293.5

493

37.68

31

22.4322

45

12

246.8

520

50.24

12

23.8447

46

12

246

498

50.24

14

24.8173

47

12

222.3

463

50.24

16

24.1217

48

12

239.2

496

50.24

18

24.2286

49

12

230.7

466

50.24

20

24.872

50

12

242

520

50.24

22

23.3809

51

12

234.6

460

50.24

24

25.6224

52

12

251.9

493

50.24

26

25.6703

53

12

258.9

494

50.24

28

26.3302

54

15

231.3

516

62.8

15

10

28.1505

55

15

215.2

483

62.8

17

10

27.9805

56

15

221.3

493

62.8

19

10

28.1899

57

15

224.9

471

62.8

21

10

29.9867

58

15

212.4

461

62.8

23

10

28.9343

59

15

231

489

62.8

25

10

29.6663

90

60

18

210

500

75.36

18

12

31.6512

61

18

206.5

469

75.36

20

12

33.1809

62

18

213.7

485

75.36

22

12

33.205

Tabel 5.4 Data Hasil Pengamatan Lintasan 4 (30m) dengan Konfigurasi


Wenner
No.

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

190.1

979

12.56

2.43887

300.6

763

12.56

4.94828

169.1

680

12.56

3.12338

408

863

12.56

5.93798

181.8

397

12.56

11

5.75166

448

697

12.56

13

8.073

291.7

482

12.56

15

7.60115

249.9

689

12.56

17

4.55551

237.6

543

12.56

19

5.49587

10

210.1

544

12.56

21

4.85084

11

196.7

227

12.56

23

10.8835

12

28.6

275

12.56

25

1.30624

13

147.7

618

12.56

27

3.0018

14

394.8

901

25.12

11.0071

15

550

546

25.12

25.304

16

729

634

25.12

10

28.884

17

784

774

25.12

12

25.4445

18

422

333

25.12

14

31.8338

19

486

457

25.12

16

26.714

20

552

560

25.12

18

24.7611

21

542

482

25.12

20

28.247

22

592

531

25.12

22

28.0057

23

827

823

25.12

24

25.2421

24

322.5

839

37.68

14.4837

25

270.7

438

37.68

11

23.2876

26

219

354

37.68

13

23.3105

27

248.1

499

37.68

15

18.7343

28

197.9

501

37.68

17

14.884

29

272.9

611

37.68

19

16.8296

30

296

688

37.68

21

16.2112

91

31

12

209.7

558

50.24

12

18.8805

32

12

179.5

521

50.24

14

17.3092

33

12

179.8

563

50.24

16

16.0447

34

12

204.6

668

50.24

18

15.3879

35

15

106

357

62.8

15

10

18.6465

Tabel 5.5 Data Hasil Pengamatan Lintasan 5 (30m) dengan Konfigurasi


Wenner
No.

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

1026.4

562

12.56

22.93808

918.5

522

12.56

22.1

900.9

478

12.56

23.6728

647.0

416

12.56

19.53365

788.4

404

12.56

11

24.50941

778.9

394

12.56

13

24.83046

604.1

353

12.56

15

21.49377

628.4

332

12.56

17

23.7741

521.6

324

12.56

19

20.22099

10

616.9

310

12.56

21

24.99613

11

573.2

298

12.56

23

24.15973

12

483.0

284

12.56

25

21.36268

13

502.4

280

12.56

27

22.535

14

287.5

332

25.12

21.75337

15

67.9

318

25.12

5.367296

16

90.4

308

25.12

10

7.371818

17

80.3

290

25.12

12

6.957793

18

199.1

280

25.12

14

17.85843

19

233.3

276

25.12

16

21.2358

20

209.0

228

25.12

18

23.02526

21

231.4

242

25.12

20

24.01934

22

229.3

237

25.12

22

24.30008

23

217.3

237

25.12

24

23.02819

24

161.2

263

37.68

23.09658

25

164.8

257

37.68

11

24.16444

26

165.1

251

37.68

13

24.78

27

135.0

223

37.68

15

22.80601

28

141.7

235

37.68

17

22.72094

92

29

144.2

227

37.68

19

23.93991

30

144.2

230

37.68

21

23.62991

31

12

93.9

220

50.24

12

21.44145

32

12

94.6

235

50.24

14

20.22477

33

12

99.6

223

50.24

16

22.42951

34

12

104.2

215

50.24

18

24.34763

35

15

80.0

214

62.8

15

10

23.48364

Tabel 5.6 Data Hasil Pengamatan Lintasan 6 (30m) dengan Konfigurasi


Wenner
No.
1

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

611.4

558

12.56

13.762847

604.9

573

12.56

13.26

641.2

567

12.56

14.203682

392.3

565

12.56

8.7201923

667.4

570

12.56

11

14.705644

680.9

574

12.56

13

14.898274

590.4

575

12.56

15

12.896261

651.9

574

12.56

17

14.264458

556.4

576

12.56

19

12.132593

10

672.3

563

12.56

21

14.997677

11

647.5

561

12.56

23

14.495839

12

585.8

574

12.56

25

12.817606

13

606.1

563

12.56

27

13.521

14

163.4

582

25.12

7.0520241

15

175.2

570

25.12

7.7203774

16

201.1

566

25.12

10

8.9230909

17

161.1

564

25.12

12

7.1746759

18

173.2

564

25.12

14

7.7150571

19

294.7

581

25.12

16

12.741478

20

176.7

568

25.12

18

7.8151579

21

259.4

571

25.12

20

11.411603

22

263.7

572

25.12

22

11.580051

23

281.4

574

25.12

24

12.316911

24

212.6

578

37.68

13.857947

25

220.1

572

37.68

11

14.498661

26

222.5

564

37.68

13

14.868

93

27

199.7

550

37.68

15

13.683605

28

201.9

558

37.68

17

13.632562

29

218.8

574

37.68

19

14.363947

30

217.1

577

37.68

21

14.177948

31

12

144.7

565

50.24

12

12.864873

32

12

138.6

574

50.24

14

12.13486

33

12

150.8

563

50.24

16

13.457704

34

12

163.1

561

50.24

18

14.608577

35

15

129.5

577

62.8

15

10

14.090187

Tabel 5.7 Data Hasil Pengamatan Lintasan 7 (40m) dengan Konfigurasi


Wenner
No.

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

1044.0

490

12.56

26.76049

1055.3

448

12.56

29.584688

1041.2

397

12.56

32.940907

911.3

363

12.56

31.529752

637.9

322

12.56

11

24.881087

553.7

280

12.56

13

24.838521

498.2

266

12.56

15

23.521669

445.7

255

12.56

17

21.954141

411.7

221

12.56

19

23.400244

10

443.8

215

12.56

21

25.927367

11

372.9

195

12.56

23

24.021138

12

353.4

172

12.56

25

25.808128

13

418.6

187

12.56

27

28.117059

14

442.5

188

12.56

29

29.56366

15

375.5

182

12.56

31

25.915352

16

379.8

176

12.56

33

27.103909

17

387.0

165

12.56

35

29.458909

18

315.9

151

12.56

37

26.276185

19

185.9

214

25.12

21.815664

20

171.5

196

25.12

21.973592

21

221.9

182

25.12

10

30.620176

94

22

178.0

165

25.12

12

27.095345

23

156.6

157

25.12

14

25.056

24

161.3

156

25.12

16

25.977462

25

211.7

137

25.12

18

38.821401

26

115.9

126

25.12

20

23.101429

27

126.9

142

25.12

22

22.448789

28

104.4

126

25.12

24

20.813714

29

83.3

123

25.12

26

17.001951

30

115.4

120

25.12

28

24.1623

31

124.0

122

25.12

30

25.526656

32

90.5

103

25.12

32

22.059262

33

111.6

228

37.68

18.443368

34

112.1

172

37.68

11

24.546767

35

99.7

140

37.68

13

26.826814

36

94.7

131

37.68

15

27.246092

37

64.4

120

37.68

17

20.2059

38

76.5

114

37.68

19

25.285263

39

77.9

119

37.68

21

24.650319

40

67.0

111

37.68

23

22.760757

41

33.0

105

37.68

25

11.831657

42

28.0

103

37.68

27

10.233087

43

26.9

102

37.68

29

9.945

44

64.6

108

37.68

31

22.5295

45

12

93.8

161

50.24

12

29.278062

46

12

78.8

141

50.24

14

28.059574

47

12

79.7

128

50.24

16

31.262625

48

12

71.3

110

50.24

18

32.576073

49

12

77.0

153

50.24

20

25.267765

50

12

71.1

142

50.24

22

25.15538

51

12

18.5

131

50.24

24

7.1104122

52

12

21.9

129

50.24

26

8.5229302

53

12

27.8

133

50.24

28

10.512677

54

15

90.5

166

62.8

15

10

34.218434

55

15

74.0

141

62.8

17

10

32.97

56

15

70.4

126

62.8

19

10

35.100714

57

15

67.1

132

62.8

21

10

31.899545

58

15

59.6

117

62.8

23

10

32.003846

59

15

45.5

116

62.8

25

10

24.60569

95

60

18

14.0

127

75.36

18

12

8.2865197

61

18

13.7

115

75.36

20

12

8.9762087

62

18

14.6

114

75.36

22

12

9.6271579

Tabel 5.8 Data Hasil Pengamatan Lintasan 8 (30m) dengan Konfigurasi


Wenner
No.

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

379.1

548

12.56

8.689708

498.8

544

12.56

11.51551

1697.5

542

12.56

39.3369

1785.0

536

12.56

41.82761

1624.0

543

12.56

11

37.56435

1743.6

538

12.56

13

40.70513

1655.5

541

12.56

15

38.43453

1906.6

537

12.56

17

44.59482

1799.0

540

12.56

19

41.84341

10

1683.5

540

12.56

21

39.15748

11

1825.6

535

12.56

23

42.85858

12

1653.0

532

12.56

25

39.02579

13

1806.0

540

12.56

27

42.00622

14

1104.3

539

25.12

51.46338

15

1123.2

546

25.12

51.67313

16

302.5

545

25.12

10

13.94482

17

223.9

541

25.12

12

10.39447

18

204.8

541

25.12

14

9.510943

19

158.3

541

25.12

16

7.349508

20

387.9

540

25.12

18

18.04507

21

927.9

530

25.12

20

43.97722

22

1017.5

532

25.12

22

48.04558

23

961.6

538

25.12

24

44.89941

24

669.8

542

37.68

46.56643

25

653.3

541

37.68

11

45.50067

26

669.4

541

37.68

13

46.62202

96

27

761.4

540

37.68

15

53.12907

28

754.6

535

37.68

17

53.14824

29

716.7

536

37.68

19

50.38375

30

207.9

538

37.68

21

14.56224

31

12

196.8

537

50.24

12

18.40747

32

12

1128.6

539

50.24

14

105.2009

33

12

1126.8

538

50.24

16

105.2239

34

12

105.6

541

50.24

18

9.804606

35

15

77.0

543

62.8

15

10

8.901731

97

Lampiran 3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Metode Schlumberger

Tabel 5.9 Data pengukuran pada lintasan 1 (36 m) dengan konfigurasi


Schlumberger
No

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

Dp

1656.0

578

12.56

Resistivitas (Ohm)m
35.9850519

1544.0

561

12.56

34.5679857

1526.0

555

12.56

34.5343423

1146.4

435

12.56

33.1006529

1582.8

551

12.56

11

36.0797967

1399.2

543

12.56

13

32.3645525

1096.0

465

12.56

15

29.6037849

880.8

556

12.56

17

19.8972086

560.5

550

12.56

19

12.7997818

10

850.7

553

12.56

21

19.3215045

11

1436.4

549

12.56

23

32.8619016

12

956.0

375

12.56

25

32.0196267

13

1593.2

485

12.56

27

41.2589526

14

1294.0

560

12.56

29

29.0225714

15

815.6

267

12.56

31

38.3668015

16

1728.0

563

12.56

33

38.5500533

17

452.8

543

37.68

31.4208177

18

372.4

415

37.68

33.8121253

19

284.8

551

37.68

19.4759782

20

212.4

536

37.68

11

14.931403

21

280.4

537

37.68

13

19.6749944

22

224.3

539

37.68

15

15.6801929

23

57.0

251

37.68

17

8.55681275

24

165.8

549

37.68

19

11.3794973

25

200.3

523

37.68

21

14.4307916

26

198.4

362

37.68

23

20.6511381

27

257.9

521

37.68

25

18.6519616

28

189.3

531

37.68

27

13.4328136

29

193.4

519

37.68

29

14.0410636

30

155.5

530

37.68

31

11.0551698

98

31

162.3

551

75.36

22.1976915

32

97.2

554

75.36

13.2220072

33

146.2

549

75.36

11

20.0685464

34

186.0

547

75.36

13

25.6251554

35

121.9

540

75.36

15

17.0118222

36

58.7

543

75.36

17

8.14665193

37

43.9

400

75.36

19

8.27076

38

72.2

393

75.36

21

13.8447634

39

134.4

522

75.36

23

19.4030345

40

110.1

525

75.36

25

15.8040686

41

143.6

533

75.36

27

20.3033696

42

33.2

520

75.36

29

4.81144615

43

78.4

545

125.6

18.0679633

44

53.9

549

125.6

11

12.3312204

45

100.7

544

125.6

13

23.2498529

46

69.6

540

125.6

15

16.1884444

47

40.7

522

125.6

17

9.79295019

48

42.9

388

125.6

19

13.8872165

49

23.6

217

125.6

21

13.6597235

50

75.2

520

125.6

23

18.1636923

51

82.8

534

125.6

25

19.4750562

52

63.6

522

125.6

27

15.3029885

53

11

49.1

540

188.4

11

17.1304444

54

11

79.6

543

188.4

13

27.6181215

55

11

38.3

535

188.4

15

13.4873271

56

11

18.5

399

188.4

17

8.73533835

57

11

57.2

523

188.4

19

20.6051243

58

11

81.2

524

188.4

21

29.1948092

59

11

33.6

437

188.4

23

14.4856751

60

11

66.4

521

188.4

25

24.0110557

61

13

25.5

539

263.76

13

12.4784416

62

13

21.0

393

263.76

15

14.0940458

63

13

21.0

519

263.76

17

10.6723699

64

13

24.0

518

263.76

19

12.2205405

65

13

31.2

533

263.76

21

15.4396098

99

66

13

33.6

522

263.76

23

16.9776552

67

15

44.4

527

351.68

15

29.6292068

68

15

19.4

515

351.68

17

13.2477515

69

15

13.1

543

351.68

19

8.48436096

70

15

23.9

521

351.68

21

16.1327294

71

17

9.2

528

452.16

17

7.87854545

72

17

6.6

528

452.16

19

5.652

Tabel 5.10 Data hasil pengamatan lintasan 2 (50 m) dengan konfigurasi


Schlumberger
No

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

Dp

Resistivitas (Ohm)m

2360

801

12.56

37.0057428

1975

771

12.56

32.1738003

1567

645

12.56

30.5139845

1705

679

12.56

31.5387334

1402

631

12.56

11

27.9066878

1370

674

12.56

13

25.5299703

1224.5

554

12.56

15

27.7612274

1076

479

12.56

17

28.2141127

941

551

12.56

19

21.4500181

10

925

422

12.56

21

27.5308057

11

795

447

12.56

23

22.338255

12

832

441

12.56

25

23.6959637

13

746

389

12.56

27

24.0867866

14

776.5

407

12.56

29

23.9627518

15

638.5

351

12.56

31

22.8477493

16

991

440

12.56

33

28.2885455

17

845

355

12.56

35

29.896338

18

905.5

317

12.56

37

35.877224

19

811

335

12.56

39

30.4064478

20

816.5

265

12.56

41

38.6990189

21

1091.5

305

12.56

43

44.9483279

22

694

276

12.56

45

31.582029

23

873

222

12.56

47

49.3913514

100

24

923.5

442

37.68

78.7273303

25

779

403

37.68

72.8355335

26

837.5

533

37.68

59.206379

27

765

648

37.68

11

44.4833333

28

860.5

703

37.68

13

46.1218208

29

770.5

706

37.68

15

41.1224363

30

564

678

37.68

17

31.3444248

31

670.5

515

37.68

19

49.057165

32

676

886

37.68

21

28.7490745

33

611

856

37.68

23

26.8954206

34

695.5

871

37.68

25

30.0877612

35

650

445

37.68

27

55.0382022

36

629.5

460

37.68

29

51.5642609

37

628.5

659

37.68

31

35.936085

38

656.5

921

37.68

33

26.8587622

39

794

901

37.68

35

33.2052386

40

620.5

887

37.68

37

26.3590079

41

699

873

37.68

39

30.1698969

42

770.5

760

37.68

41

38.2005789

43

625.5

775

37.68

43

30.4114065

44

625.5

774

37.68

45

30.4506977

45

384

904

75.36

32.0113274

46

326.5

846

75.36

29.0839716

47

297

785

75.36

11

28.512

48

289.5

818

75.36

13

26.6708068

49

270.5

791

75.36

15

25.771024

50

187

719

75.36

17

19.5998887

51

205

725

75.36

19

21.3086897

52

200

722

75.36

21

20.8753463

53

209.5

703

75.36

23

22.4579232

54

209

647

75.36

25

24.343493

55

193

621

75.36

27

23.4210628

56

185

627

75.36

29

22.2354067

57

168.5

623

75.36

31

20.3822793

58

183.5

610

75.36

33

22.6697705

101

59

207.5

566

75.36

35

27.6275618

60

183

518

75.36

37

26.6233205

61

189

540

75.36

39

26.376

62

215.5

530

75.36

41

30.6416604

63

211

520

75.36

43

30.5787692

64

160.5

704

125.6

28.6346591

65

137

642

125.6

11

26.8024922

66

131

611

125.6

13

26.9289689

67

125

573

125.6

15

27.399651

68

73.5

547

125.6

17

16.8767824

69

91

522

125.6

19

21.8957854

70

97.5

499

125.6

21

24.5410822

71

85.5

484

125.6

23

22.1876033

72

95

474

125.6

25

25.1729958

73

85

443

125.6

27

24.0993228

74

74

416

125.6

29

22.3423077

75

60

426

125.6

31

17.6901408

76

77.5

435

125.6

33

22.3770115

77

119

450

125.6

35

33.2142222

78

103.5

527

125.6

37

24.6671727

79

117.5

483

125.6

39

30.5548654

80

117

484

125.6

41

30.3619835

81

11

104.5

579

188.4

11

34.0031088

82

11

87

544

188.4

13

30.1301471

83

11

73.5

520

188.4

15

26.6296154

84

11

55

501

188.4

17

20.6826347

85

11

66

489

188.4

19

25.4282209

86

11

53

445

188.4

21

22.4386517

87

11

62

427

188.4

23

27.3555035

88

11

62.5

444

188.4

25

26.5202703

89

11

50

423

188.4

27

22.2695035

90

11

49.5

408

188.4

29

22.8573529

91

11

38

400

188.4

31

17.898

92

11

48.5

391

188.4

33

23.3693095

93

11

57

367

188.4

35

29.2610354

102

94

11

50

372

188.4

37

25.3225806

95

11

51

373

188.4

39

25.7597855

96

13

37

365

263.76

13

26.7373151

97

13

31

356

263.76

15

22.9678652

98

13

20

318

263.76

17

16.5886792

99

13

29.5

309

263.76

19

25.1809709

100

13

22.5

298

263.76

21

19.9147651

101

13

16.5

273

263.76

23

15.9415385

102

13

21

241

263.76

25

22.9832365

103

13

68.5

223

263.76

27

81.0204484

104

13

20

203

263.76

29

25.9862069

105

13

15.5

234

263.76

31

17.4712821

106

13

15

225

263.76

33

17.584

107

13

20

221

263.76

35

23.8696833

108

13

25

225

236.76

37

26.3066667

109

15

31

517

351.68

15

21.0871954

110

15

37

462

351.68

17

28.1648485

111

15

32.5

444

351.68

19

25.7423423

112
113

7
7

1
1

15
15

32
25.5

420
397

351.68
351.68

21
23

26.7946667
22.5890176

114

15

36.5

372

351.68

25

34.5062366

115

15

23.5

348

351.68

27

23.7485057

116

15

12

341

351.68

29

12.3758358

117

15

21

339

351.68

31

21.7854867

118

15

32

337

351.68

33

33.3939466

119

15

32.5

338

351.68

35

33.8153846

120

17

29

395

452.16

17

33.196557

121
122

8
8

1
1

17
17

15.5
19.5

331
321

452.16
452.16

19
21

21.1736556
27.4676636

123

17

16.5

309

452.16

23

24.144466

124

17

16.5

289

452.16

25

25.8153633

125

17

22.5

292

452.16

27

34.8410959

126

17

16.5

281

452.16

29

26.5503203

127

17

24

317

452.16

31

34.2329338

128

17

22.5

319

252.16

33

17.7855799

129

19

18.5

351

565.2

19

29.7897436

103

130

19

11.5

321

565.2

21

20.2485981

131

19

14.5

297

565.2

23

27.5939394

132

19

18

278

565.2

25

36.5956835

133

19

17.5

268

565.2

27

36.9067164

134

19

7.5

249

565.2

29

17.0240964

135

19

250

565.2

31

15.8256

136

10

21

304

690.8

21

13.6342105

137

10

21

10

267

690.8

23

25.8726592

138
139

10
10

1
1

21
21

20.5
17

295
275

690.8
690.8

25
27

48.0047458
42.704

140

10

21

17.5

277

680

29

42.9602888

141

11

23

38.5

291

828.96

23

109.673402

142

11

23

11.5

23

828.96

25

414.48

143
144

11
11

1
1

23
23

12.5
15

30
30.5

828.96
828.96

27
29

345.4
407.685246

145

12

25

20

25.5

979.68

25

768.376471

Tabel 5.11 Data hasil pengamatan lintasan 3 (40 m) dengan konfigurasi


Schlumberger
No

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

Resistivitas (Ohm) m

1280

520

12.56

30.91692308

1142

496

12.56

28.9183871

1220

511

12.56

29.98669276

990

483

12.56

25.74409938

1338

503

12.56

11

33.4100994

1088

522

12.56

13

26.17869732

1116

505

12.56

15

27.75635644

1400

546

12.56

17

32.20512821

1050

526

12.56

19

25.07224335

10

1350

529

12.56

21

32.05293006

11

1180

540

12.56

23

27.44592593

12

1248

480

12.56

25

32.656

13

1152

511

12.56

27

28.31530333

14

1448

498

12.56

29

36.51983936

15

1130

468

12.56

31

30.32649573

104

16

1464

489

12.56

33

37.60294479

17

1250

483

12.56

35

32.50517598

18

1274

495

12.56

37

32.32614141

19

114.8

188

37.68

23.00885106

20

55.4

151

37.68

13.82431788

21

100

146

37.68

25.80821918

22

78

129

37.68

11

22.78325581

23

78.4

119

37.68

13

24.82447059

24

56.2

104

37.68

15

20.36169231

25

68

111

37.68

17

23.08324324

26

66.4

106

37.68

19

23.60332075

27

57.6

108

37.68

21

20.096

28

50.2

105

37.68

23

18.01462857

29

49.8

95

37.68

25

19.75225263

30

38

97

37.68

27

14.76123711

31

30.2

96

37.68

29

11.8535

32

46.6

82

37.68

31

21.41326829

33

49.6

92

37.68

33

20.31443478

34

72.4

106

37.68

35

25.73615094

35

27.4

155

75.36

13.32170323

36

44.8

134

75.36

25.19498507

37

46.8

125

75.36

11

28.214784

38

47.6

140

75.36

13

25.6224

39

31.2

128

75.36

15

18.369

40

33.6

112

75.36

17

22.608

41

36.8

114

75.36

19

24.32673684

42

27.8

104

75.36

21

20.14430769

43

30.4

96

75.36

23

23.864

44

21.8

88

75.36

25

18.66872727

45

13.2

86

75.36

27

11.56688372

46

23.6

82

75.36

29

21.68897561

47

27.4

94

75.36

31

21.9666383

48

28.8

110

75.36

33

19.73061818

49

30.6

133

125.6

28.89744361

50

23.8

120

125.6

11

24.91066667

105

51

41.2

102

125.6

13

50.73254902

52

15.2

97

125.6

15

19.68164948

53

11.4

87

125.6

17

16.45793103

54

22.2

84

125.6

19

33.19428571

55

9.6

80

125.6

21

15.072

56

14.8

75

125.6

23

24.78506667

57

12.6

74

125.6

25

21.38594595

58

12.2

68

125.6

27

22.53411765

59

12.4

70

125.6

29

22.24914286

60

62

125.6

31

18.23225806

61

11

13.8

78

188.4

11

33.33230769

62

11

10

65

188.4

13

28.98461538

63

11

16.2

59

188.4

15

51.73016949

64

11

3.4

58

188.4

17

11.04413793

65

11

88.8

573

188.4

19

29.19706806

66

11

77.2

579

188.4

21

25.12

67

11

75

566

188.4

23

24.96466431

68

11

70.8

565

188.4

25

23.60835398

69

11

57.6

571

188.4

27

19.00497373

70

11

64.8

585

188.4

29

20.86892308

71

13

69

585

263.76

13

31.11015385

72

13

68.8

592

263.76

15

30.65318919

73

13

67.4

591

263.76

17

30.08024365

74

13

68.8

568

263.76

19

31.94839437

75

13

59.6

560

263.76

21

28.0716

76

13

61.6

563

263.76

23

28.85899822

77

13

67

567

263.76

25

31.16740741

78

13

62

570

263.76

27

28.68968421

79

15

57.4

606

351.68

15

33.31094389

80

15

56.2

577

351.68

17

34.2537539

81

15

57.2

571

351.68

19

35.22959019

82

15

51.2

572

351.68

21

31.47904895

83

15

45.6

566

351.68

23

28.33322968

84

15

37

577

351.68

25

22.55140381

85

17

45.6

580

452.16

17

35.54913103

106

86

17

45

576

452.16

19

35.325

87

17

42.8

576

452.16

21

33.598

88

17

38.8

600

452.16

23

29.23968

89

19

37

581

565.2

19

35.99380379

90

19

24.8

602

565.2

21

23.28398671

Tabel 5.12 Data hasil pengamatan lintasan 4 (30 m) dengan konfigurasi


Schlumberger
No

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

Resistivitas (Ohm) m

1433.8

979

12.56

18.3948192

1090.6

763

12.56

17.95273394

883.1

680

12.56

16.31137647

1171.1

863

12.56

17.04405098

561.9

397

12.56

11

17.77698741

852.7

697

12.56

13

15.3657274

608

482

12.56

15

15.8433195

718.7

689

12.56

17

13.10141074

641.9

543

12.56

19

14.84763168

10

578.9

544

12.56

21

13.36577941

11

290.9

227

12.56

23

16.09561233

12

321.3

275

12.56

25

14.67464727

13

620

618

12.56

27

12.60064725

14

204.4

714

37.68

10.78682353

15

190.4

527

37.68

13.61341935

16

129.2

448

37.68

10.86664286

17

254

483

37.68

11

19.81515528

18

161.3

532

37.68

13

11.42440602

19

121.2

366

37.68

15

12.47763934

20

155

357

37.68

17

16.35966387

21

196.3

420

37.68

19

17.61091429

22

189.2

355

37.68

21

20.08184789

23

167.1

384

37.68

23

16.3966875

24

237

519

37.68

25

17.20647399

25

59

456

75.36

9.750526316

26

110

438

75.36

18.9260274

107

27

80.3

437

75.36

11

13.84761556

28

84.2

366

75.36

13

17.33691803

29

72

329

75.36

15

16.49215805

30

68

312

75.36

17

16.42461538

31

77

371

75.36

19

15.64075472

32

58

379

75.36

21

11.53266491

33

65.2

341

75.36

23

14.4090088

34

54.7

443

125.6

15.50862302

35

29.6

278

125.6

11

13.37323741

36

40.4

282

125.6

13

17.99375887

37

43

327

125.6

15

16.51620795

38

33.5

303

125.6

17

13.88646865

39

29.3

345

125.6

19

10.66689855

40

45.1

390

125.6

21

14.52451282

41

11

21

226

188.4

11

17.50619469

42

11

30.4

302

188.4

13

18.96476821

43

11

25.2

316

188.4

15

15.0243038

44

11

25.1

336

188.4

17

14.07392857

45

11

22.4

376

188.4

19

11.22382979

46

13

26.5

358

263.76

13

19.52413408

47

13

20.6

337

263.76

15

16.12301484

48

13

22.1

379

263.76

17

15.38020053

49

15

17.6

381

351.68

15

16.2455853

Tabel 5.13 Data hasil pengamatan lintasan 5 (30m) dengan konfigurasi


Schlumberger
No

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

Resistivitas (Ohm) m

1026.4

562

12.56

22.93876157

918.5

522

12.56

22.10030651

900.9

478

12.56

23.6721841

647.0

416

12.56

19.53442308

788.4

404

12.56

11

24.51065347

778.9

394

12.56

13

24.82990863

108

604.1

353

12.56

15

21.49432295

628.4

332

12.56

17

23.77320482

521.6

324

12.56

19

20.22004938

10

616.9

310

12.56

21

24.9944

11

573.2

298

12.56

23

24.15903356

12

483.0

284

12.56

25

21.36084507

13

502.4

280

12.56

27

22.53622857

14

58.2

227

37.68

9.660687225

15

72.0

235

37.68

11.54451064

16

98.2

225

37.68

16.44522667

17

46.2

213

37.68

11

8.17284507

18

58.9

205

37.68

13

10.82610732

19

63.1

205

37.68

15

11.5980878

20
21

2
2

1
1

5
5

124.3
89.7

190
187

37.68
37.68

17
19

24.65065263
18.07431016

22

66.2

186

37.68

21

13.41083871

23

78.4

175

37.68

23

16.88064

24

69.7

173

37.68

25

15.18090173

25

23.2

196

75.36

8.920163265

26

30.5

184

75.36

12.49173913

27

52.6

178

75.36

11

22.26930337

28

56.0

176

75.36

13

23.97818182

29
30
31

3
3
3

1
1
1

7
7
7

33.1
41.4
35.8

172
171
166

75.36
75.36
75.36

15
17
19

14.5024186
18.24505263
16.25233735

32
33
34
35
36
37

3
3
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1

7
7
9
9
9
9

44.0
58.7
31.3
24.3
25.1
23.6

161
172
169
166
154
151

75.36
75.36
125.6
125.6
125.6
125.6

21
23
9
11
13
15

20.5952795
25.7187907
23.26201183
18.3860241
20.47116883
19.63019868

38
39
40

4
4
4

1
1
1

9
9
9

25.8
31.0
21.2

146
156
158

125.6
125.6
125.6

17
19
21

22.19506849
24.95897436
16.85265823

41

11

10.9

146

188.4

11

14.06547945

42

11

18.1

144

188.4

13

23.68083333

43
44
45

5
5
5

1
1
1

11
11
11

16.5
18.0
15.6

141
139
142

188.4
188.4
188.4

15
17
19

22.04680851
24.3971223
20.69746479

109

46

13

9.7

139

263.76

13

18.40627338

47

13

11.2

139

263.76

15

21.25260432

48

13

11.8

134

263.76

17

23.22662687

49

15

6.3

137

351.68

15

16.17214599

Tabel 5.14 Data hasil pengamatan lintasan 6 (30 m) dengan konfigurasi


Schlumberger
No

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

Resistivitas (Ohm) m

799.2

558

12.56

17.98916129

859.8

573

12.56

18.84657592

784.6

567

12.56

17.38020459

702.2

565

12.56

15.60996814

788.2

570

12.56

11

17.36805614

893.9

578

12.56

13

19.42453979

824.2

575

12.56

15

18.00339478

713.0

574

12.56

17

15.6015331

769.4

576

12.56

19

16.77719444

10

743.8

563

12.56

21

16.5934778

11

663.3

561

12.56

23

14.85035294

12

867.0

574

12.56

25

18.9712892

13

881.4

563

12.56

27

19.66320426

14

130.9

570

37.68

8.653178947

15

279.0

554

37.68

18.97602888

16

164.2

556

37.68

11.12779856

17

239.0

559

37.68

11

16.11005367

18

126.5

560

37.68

13

8.511642857

19

152.4

569

37.68

15

10.09214763

20

214.9

567

37.68

17

14.28118519

21
22
23

2
2
2

1
1
1

5
5
5

276.1
251.7
292.3

567
563
565

37.68
37.68
37.68

19
21
23

18.3482328
16.84557016
19.4935646

24
25
26

2
3
3

1
1
1

5
7
7

304.4
60.8
87.9

565
567
556

37.68
75.36
75.36

25
7
9

20.30051681
8.080931217
11.91392806

27

114.1

548

75.36

11

15.69083212

28

98.2

551

75.36

13

13.43076588

110

29

133.2

561

75.36

15

17.89296257

30

88.2

560

75.36

17

11.8692

31

125.1

563

75.36

19

16.7451794

32

108.7

565

75.36

21

14.49846372

33
34
35

3
4
4

1
1
1

7
9
9

139.9
64.6
64.4

564
565
562

75.36
125.6
125.6

23
9
11

18.69302128
14.36063717
14.39259786

36

73.4

551

125.6

13

16.73147005

37

85.7

543

125.6

15

19.82305709

38

87.1

547

125.6

17

19.99956124

39
40
41

4
4
5

1
1
1

9
9
11

82.9
97.0
59.0

558
565
567

125.6
125.6
188.4

19
21
11

18.65992832
21.56318584
19.6042328

42
43

5
5

1
1

11
11

56.3
61.4

566
538

188.4
188.4

13
15

18.74014134
21.50141264

44

11

46.3

560

188.4

17

15.57664286

45

11

58.3

554

188.4

19

19.82620939

46
47
48

6
6
6

1
1
1

13
13
13

25.5
19.5
30.2

566
548
551

263.76
263.76
263.76

13
15
17

11.88318021
9.385620438
14.45653721

49

15

22.9

567

351.68

15

14.20365432

Tabel 5.15 Data hasil pengamatan lintasan 7 (40 m) dengan konfigurasi


Schlumberger
No

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

Resistivitas (Ohm) m

1856.0

490

12.56

47.57420408

1876.0

448

12.56

52.595

2230.3

397

12.56

70.56062469

1620.0

363

12.56

56.05289256

1134.0

322

12.56

11

44.23304348

984.4

280

12.56

13

44.15737143

885.6

266

12.56

15

41.81630075

1604.5

255

12.56

17

79.0294902

1365.4

221

12.56

19

77.59920362

10

1268.3

215

12.56

21

74.09231628

11

1159.8

195

12.56

23

74.70301538

12

957.0

172

12.56

25

69.88325581

111

13

1101.5

187

12.56

27

73.9831016

14

1145.9

188

12.56

29

76.55587234

15

667.6

182

12.56

31

46.07173626

16

675.2

176

12.56

33

48.18472727

17

688.0

165

12.56

35

52.37139394

18

561.6

151

12.56

37

46.71321854

19

942.0

513

37.68

69.19017544

20

666.0

491

37.68

51.10973523

21

809.6

511

37.68

59.69809785

22

969.2

490

37.68

11

74.52950204

23

727.2

483

37.68

13

56.73063354

24

807.6

519

37.68

15

58.63269364

25

727.2

506

37.68

17

54.15196838

26

626.0

473

37.68

19

49.86824524

27

683.6

505

37.68

21

51.00603564

28

608.8

460

37.68

23

49.86866087

29

758.0

515

37.68

25

55.4591068

30

671.2

513

37.68

27

49.29983626

31

738.0

503

37.68

29

55.28397614

32

670.4

481

37.68

31

52.5169896

33

699.2

473

37.68

33

55.69948414

34

607.6

435

37.68

35

52.63073103

35

515.6

523

75.36

74.29372084

36

518.0

495

75.36

78.86157576

37

566.4

511

75.36

11

83.53014481

38

455.6

506

75.36

13

67.85378656

39

512.9

495

75.36

15

78.08513939

40

327.1

479

75.36

17

51.46191232

41

301.5

499

75.36

19

45.53314629

42

469.6

466

75.36

21

75.94218026

43

485.6

503

75.36

23

72.75311332

44

550.8

503

75.36

25

82.52144732

45

485.6

516

75.36

27

70.92018605

46

519.2

484

75.36

29

80.84072727

47

494.0

478

75.36

31

77.88251046

112

48

538.0

478

75.36

33

84.81941423

49

314.0

523

125.6

75.40803059

50

394.4

511

125.6

11

96.94058708

51

268.8

499

125.6

13

67.65787575

52

337.6

488

125.6

15

86.8904918

53

187.8

478

125.6

17

49.34661088

54

288.4

457

125.6

19

79.26266958

55

183.8

473

125.6

21

48.80608879

56

317.2

494

125.6

23

80.64842105

57

110.5

497

125.6

25

27.92515091

58

137.2

493

125.6

27

34.95399594

59

114.2

498

125.6

29

28.802249

60

336.0

489

125.6

31

86.30184049

61

11

195.2

522

188.4

11

70.45149425

62

11

149.2

490

188.4

13

57.36587755

63

11

226.4

598

188.4

15

71.32735786

64

11

146.3

447

188.4

17

61.66201342

65

11

130.4

475

188.4

19

51.72075789

66

11

149.4

489

188.4

21

57.5602454

67

11

139.5

464

188.4

23

56.64181034

68

11

83.1

486

188.4

25

32.21407407

69

11

98.0

487

188.4

27

37.91211499

70

11

83.1

499

188.4

29

31.37482966

71

13

114.8

512

263.76

13

59.1399375

72

13

109.4

447

263.76

15

64.55334228

73

13

133.9

502

263.76

17

70.35351394

74

13

110.6

471

263.76

19

61.936

75

13

121.2

467

263.76

21

68.45334475

76

13

95.8

431

263.76

23

58.62693271

77

13

67.4

477

263.76

25

37.2692327

78

13

59.4

453

263.76

27

34.58574834

79

15

110.6

512

351.68

15

75.968375

80

15

107.4

480

351.68

17

78.6884

81

15

113.7

488

351.68

19

81.93855738

82

15

42.9

468

351.68

21

32.23733333

113

83

15

45.6

450

351.68

23

35.63690667

84

15

47.5

485

351.68

25

34.4428866

85

17

98.1

505

452.16

17

87.83543762

86

17

71.9

471

452.16

19

69.024

87

17

52.4

475

452.16

21

49.88038737

88

17

49.8

469

452.16

23

48.01187207

89

19

31.6

497

568.8

19

36.16515091

90

19

30.1

476

568.8

21

35.96823529

Tabel 5.16 Data hasil pengamatan lintasan 8 (30 m) dengan konfigurasi


Schlumberger
No

MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k(m)

dp

Resistivitas (Ohm) m

4509.0

548

12.56

103.3449635

1701.0

544

12.56

39.27308824

1665.0

542

12.56

38.58376384

4590.0

536

12.56

107.5567164

4176.0

543

12.56

11

96.59403315

4869.0

538

12.56

13

113.6703346

4257.0

541

12.56

15

98.8316451

4518.0

537

12.56

17

105.6724022

4626.0

540

12.56

19

107.5973333

10

4716.0

540

12.56

21

109.6906667

11

4311.0

535

12.56

23

101.2077757

12

5013.0

532

12.56

25

118.3520301

13

4644.0

540

12.56

27

108.016

14

1801.8

544

37.68

124.8011471

15

1772.1

353

37.68

189.1578697

16

1773.9

540

37.68

123.7788

17

1626.3

540

37.68

11

113.4796

18

1930.5

539

37.68

13

134.9559184

19

417.3

540

37.68

15

29.11826667

20

600.0

539

37.68

17

41.94434137

21

718.5

532

37.68

19

50.88924812

22

1809.9

533

37.68

21

127.9494034

23

1737.0

534

37.68

23

122.5658427

114

24

2052.0

540

37.68

25

143.184

25

1099.8

537

75.36

154.340648

26

1069.2

542

75.36

148.6621993

27

981.9

537

75.36

11

137.7951285

28

271.2

537

75.36

13

38.05890503

29

224.4

536

75.36

15

31.54997015

30

358.5

535

75.36

17

50.49824299

31

281.7

537

75.36

19

39.53242458

32

1081.8

529

75.36

21

154.1104877

33

1036.8

539

75.36

23

144.9596438

34

762.3

540

125.6

177.3053333

35

866.7

533

125.6

11

204.2354972

36

828.0

536

125.6

13

194.0238806

37

868.5

536

125.6

15

203.5141791

38

191.7

529

125.6

17

45.51516068

39

164.1

528

125.6

19

39.03590909

40

734.4

531

125.6

21

173.7111864

41

11

591.3

531

188.4

11

209.7945763

42

11

613.8

530

188.4

13

218.1885283

43

11

102.9

531

188.4

15

36.50915254

44

11

133.8

532

188.4

17

47.38330827

45

11

651.6

533

188.4

19

230.321651

46

13

530.1

531

263.76

13

263.3129492

47

13

69.6

527

263.76

15

34.83433776

48

13

468.0

535

263.76

17

230.7283738

49

15

413.1

533

351.68

15

272.5684953

115

Lampiran 4. Pengolahan Data Penelitian dengan Konfigurasi Wenner ke dalam


Program notepad

(a)
(b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 1 (Gambar a) dan Lintasan 2 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Wenner

116

(a)
(b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 3 (Gambar a) dan Lintasan 4 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Wenner

117

(a)
(b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 5 (Gambar a) dan Lintasan 6 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Wenner

118

(a)
(b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 7 (Gambar a) dan Lintasan 8 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Wenner

119

Lampiran 5. Pengolahan Data Penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger ke


dalam Program notepad

(a)
(b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 1 (Gambar a) dan Lintasan 2 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Schlumberger

120

(a)
(b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 3 (Gambar a) dan Lintasan 4 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Schlumberger

121

(a)
(b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 5 (Gambar a) dan Lintasan 6 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Schlumberger

122

(a)
(b)
Gambar : Data notepad untuk Lintasan 7 (Gambar a) dan Lintasan 8 (Gambar b)
dengan Konfigurasi Schlumberger

123

Anda mungkin juga menyukai