Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PERTAMBANGAN

Oleh
Alfian Rumbia
131031116

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015

BAB I
Pendahuluan

Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional.


Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian nasional, baik
dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana
pertambangan

menjadi

salah

satu

sumber

penerimaan

negara;

berkontribusi

dalam

pembangaunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun program community
development atau coorporate social responsibility; memberikan nilai surplus dalam neraca
perdagangan; meningkatkan investasi; memberikan efek berantai yang positif terhadap
ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor dominan dalam menentukan Indeks Harga Saham
Gabungan; dan menjadi salah satu sumber energy dan bahan baku domestik.
Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan
memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi,
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka
diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja.Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan
teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3
merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan,
untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan
ditingkat internasionalpun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3
secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang
dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.
Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan
menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat
berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong
semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki

budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya
industrial.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan
di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat
kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban
manusia..
Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena pengontrolan risiko
membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, karena pihak
manajemen yang sanggup memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut
semakin menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen
yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain.
Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3 menerapkan suatu
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Manajemen Resiko Pertambangan.
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan
pertambangan untuk mengidentifikasi,mengevaluasi,dan menanggulangi bahaya di tempat kerja
guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas
beracun, suhu yang ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila

digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman
bahaya di tempat kerja.
B. Faktor Resiko Yang Ada Di Perusahaan Pertambangan
Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan adalah sebagai
berikut :
a. Ledakan
b. Longsor
c. Kebakaran
C. Cara / Metode Pengelolaan Resiko Pada Perusahaan Pertambangan
Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh
1.
2.
3.
4.

perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut:


UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi
PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan
Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan

dan Teknik Migas dan Panas Bumi


5. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum
6. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.
7.
Pendekatan ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan risiko manajemen risiko adalah
sebagai berikut :
1)

Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi menimbulkan

2)

bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut kejadian yang tidak diinginkan).


Analisis resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari peristiwa yang

3)

tidak diinginkan.
Pengendalian risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau

mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.


4) Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan memastikan
mereka efektif.
Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi bahaya untuk
mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk
dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat Standart Operational
Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi.

D. Manfaat Manajemen Resiko Pada Perusahaan Pertambangan


Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan adalah sebagai berikut
:
1. Menimalkan kerugian yang lebih besar
2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan
3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan
E. Teknik Pencegahan Ledakan
Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan adalah :
1. Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:
o Gas-gas yang mudah terbakar/meledak
o Karakteristik gas
o Sumber pemicu kebakaran/ledakan
2. Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:
o Pengukuran konsentrasi gas
o Pengontrolan sistem ventilasi tambang
o Pengaliran gas (gas drainage)
o Penggunaan alat ukur gas
o Penyiraman air (sprinkling water)
o Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan
3. Teknik pencegahan ledakan tambang
o Penyiraman air (water sprinkling)
o Penaburan debu batu (rock dusting)
o Pemakaian alat-alat pencegahan standar.
4. Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:
o Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan
o Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan
o Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan
5. Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan:
o Pemisahan rute (jalur) ventilasi
o Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan penyelamatansecara tim.

F. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Dunia kerja pastinya tak lepas dari resiko terjadinya kecelakaan meskipun resiko yang terjadi
bisa saja berbeda antara tempat yang satu dengan yang lain, seperti halnya kerja bangunan
memiliki resiko tinggi dibandingkan yang hanya kerja duduk di kantoran. Namun, untuk
menghindari terjadinya kecelakaan itu, berbagai hal tetap harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan sehingga tidak terjadinya kerugian baik kerugian bagi pekerja maupun
juga

harta,

dan

material.

Salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan pekerja adalah dengan menggunakan APD ( Alat
Pelindung Diri).
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk meindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja.
G. Kelengkapan Alat Pelindung
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut
adalah :
1. Safety Helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2. Sabuk Keselamatan (safety belt)
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain
yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)
3. Sepatu Karet (sepatu boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia, dsb.
4. Sepatu pelindung (safety shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat.
Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam
atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
5. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.
6. Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter.
7. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).
9. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara
buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
10. Pelindung wajah (Face Shield)

Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan
menggerinda)
11. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang
mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar
sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lingkungan)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan
pertambangan untuk mengidentifikasi,mengevaluasi,dan menanggulangi bahaya di tempat kerja

guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas
beracun, suhu yang ekstrem,dll.Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila
digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman
bahaya di tempat kerja.Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar
bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang
cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Anda mungkin juga menyukai