Anda di halaman 1dari 5

Pemanasan Global

Global warming adalah suatu peristiwa dimana terjadi peningkatan suhu di atmosfer
dan permukaan bumi (suhu global). Peningkatan suhu di bumi tentu akan membawa
dampak yang cukup besar dan menyebabkan pada perubahan tatanan ekologi suatu
kehidupan. Suhu merupakan salah satu unsur abiotik dalam suatu ekosistem. Suhu
memepengaruhi iklim dan juga metabolisme organisme. Setiap organisme memiliki suhu
optimum dalam melakukan metabolisme yang penting dalam mempertahankan suatu
kehidupan. Dengan demikian, berubahnya suhu akan mempengaruhi metabolisme suatu
organisme, yang dapat menghambat atau berujung pada sebuah kematian.
Suhu suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan biotik dan abiotik.
Menumpukknya gas-gas pencemar di udara menjadi salah satu hal yang menyebabkan suhu
meningkat. Jika suatu lingkungan ekosistem mengalami perubahan suhu, maka akan
mengubah semua tatanan ekosistem di dalamnya, seperti besarnya penguapan air,
kelembapan udara, selain itu terhambatnya pertumbuhan tumbuhan, migrasi sebagian hewan
karena tidak terdapat makanan dan lain-lain. Dari penjabaran awal mengenai efek perubahan
suhu tentu kita dapat mengaplikasikan jika suhu yang berubah ialah suhu gobal, dalam arti
seluruh permukaan bumi di belahan manapun mengalami peningkatan. Dengan demikian,
efek yang ditimbulkan akan dirasakan dan saling mempengaruhi antar wilayah di bumi.
Menurut penelitian pengamat ekologi lingkungan, pada abad ke-21 ini suhu bumi
mengalami peningkatan sebesar 4C. Kenaikan suhu ini diakibatkan oleh penumpukkan gasgas emisi bahan bakar yang merupakan akumulasi dari kehidupan sebelumnya. Kenaikan
suhu yang terjadi saat ini, cukup membuat gletser di kutub meleleh, akibatnya mengancam
kehidupan organisme yang ada di daerah kutub. Selain itu, mencairnya gletser di kutub
membuat permukaan air laut meningkat, sehingga membuat beberapa dataran (terutama
dataran rendah) terendam dan terancam akan tenggelam.
Lantas siapakah yang patut bertanggung jawab akan peningkatan suhu bumi ini???
Pertanyaan tersebut bagai sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang pencuri terhadap
pencuri lainnya. Setiap makhluk hidup (terutama manusia) memiliki andil dalam
peningkatan suhu yang terjadi. Sejumlah senyawa yang digadang-gadang disebut sebagai
penyebab peningkatan suhu bumi. Adalah gas-gas yang berasal dari pembakaran yaitu
senyawa karbon, CFC, dianggap sebagai senyawa utama yang menyebabkan suhu bumi
makin meningkat. Aktivitas pembakaran memang senantiasa terjadi dalam kehidupan
organisme (respirasi), namun sejak revolusi industri adalah suatu era dimana area industri
yang melakukan pembakaran menyumbang senyawa karbon di atmosfer.
Berikut uraian mengenai senyawa-senyawa yang menyumbang peningkatan suhu
bumi dan memimbulkan global warming.
1. Senyawa Karbon
Unsur karbon merupakan unsur organik penyusun suatu kehidupan. Senyawa-senyawa
utama yang dibutuhkan oleh organisme mengandung senyawa ini sebagai senyawa utama.
Namun, hasil buangan organisme yang berupa senyawa karbon dari proses respirasi juga
mengandung senyawa karbon dalam bentuk gas yaitu karbondioksida (CO2). Selain CO2,
senyawa karbon lain dalam bentuk gas ialah karmonmonoksida (CO). Selain berasal dari
pembakaran zat makanan pada organisme, CO2 juga berasal dari pembakaran bahan bakar

fosil organisme lainnya. Sementara senyawa CO berasal dari hasil pembakaran yang tidak
sempurna. Intinya baik CO2 maupun CO keduanya berasal dari pembakaran aktivitas
manusia.
Apakah dampak peningkatan senyawa karbon dengan global warming? Penumpukkan emisi
karbon di atmosfer akan membentuk sebuah lapisan yang menahan panas bumi ke luar.
Dengan demikian, panas yang dihasilkan bumi akan tepantul kembali ke dalam dan
meningkatkan suhu atmosfer ini, peristiwa tersebut dikenal dengan efek rumah kaca.
Pembakaran dengan penggunaan bahan bakar fosil oleh rumah tangga dan juga industri
maupun kendaraan menyumbang emisi gas karbon di udara. Selain itu, hasil respirasi
makhluk hidup yang populasinya kian meningkat juga membuat konsentrasi senyawa karbon
menumpuk.
2. CFC
Kloro floro karbon atau CFC merupkan senywa yang biasa digunakan dalam alat
pendingin dan dalam produk-produk aerosol (spray). Lepasnya senyawa ini akan membawa
bencana, terlebih lagi senyawa ini banyak digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharisehari.
CFC ditunjuk sebagai senyawa yang bertanggung jawab akan penipisan ozon. Bumi
dan dan juga planet lainnya menerima pasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar matahari
menergi yang sangat besar hingga dapat merusak sebuah kehidupan. Namun, istimewanya
bumi, memiliki semacam pelindung yang disebut dengan lapisan ozon, yang dapat meredam
energi yang dipacarkan oleh matahari. Dengan demikian, energi dari sinar matahari yang
masuk ke bumi lebih aman dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh makhluk hidup.
Namun, sayangnya lapisan ozon pelindung bumi ini makin lama makin terkikis, sehingga
tidak dapat lagi melindungi bumi secara maksimal.
Terbebasnya CFC ke atmosfer akan terurai oleh sinar UV dari matahari menjadi
senyawa-senyawa penyusunnya yakni klorin, flour, dan karbon. Atom klorin yang bebas ini
kemudian akan bereaksi dengan atom penyusun ozon, oksigen. Akibatnya, karena CFC yang
terbebas makin menumpuk menyebabkan oksigen penyusun ozon berikatan dengan klorin
dan menyebabkan lapisan ozon makin menipis lambat laun menjadi berlubang. Dewasa ini
diketahui lubang ozon yang terbentuk makin besar. Diprediksikan lapisan ozon akan musnah
bila semua oksigen penyusun ozon berhasil diikat oleh atom klorin dari senyawa CFC yang
makin menumpuk di atmosfer. Dengan demikian, panas dari matahari tak dapat dibendung
seperti semula dan berpotensi untuk mencairkan seluruh gunung es dan memusnakan
kehidupan biota di dalamnya. Sekarang ini kita telah merasakannya dampak dari teriknya
matahari yang luar biasa, beberapa kasus kanker kulit dan katarak adalah salah satu contoh
dari energi yang terlalu besar dari matahari dengan lapisan ozon yang makin menipis.
Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini
menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas
rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan
dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate
Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia
yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuanpenemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan
dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat

persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka
temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap
pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas
rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan,
pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan,
serta pembangkit tenaga listrik.
Pemanasan global yang semakin menjadi-jadi, telah membuat terjadinya perubahan
iklim dunia, sehingga mempengaruhi keadaan air laut yang semakin meningkat. Akibatnya
pulau-pulau di Indonesia lenyap atau tenggelam. Di Jakarta saja, air laut meningkat 5
hingga 8 milimeter tiap tahunnya. Hal ini sangat serius untuk masa depan. Dari 17.506
pulau, kini jumlahnya melorot menjadi 17.480 pulau (data ini dihimpun oleh Departemen
Kelautan dan Perikanan, yang masih terus melakukan pendataan). Hilangnya pulau-pulau
ini semakin kentara sejak penambangan pasir laut semakin marak. Diperkirakan hingga
tahun 2030, akan hilang sekitar 2000 an pulau di Indonesia, bila tidak dilakukan
pencegahan sedini mungkin. Departemen Kelautan dan Perikanan menyatakan perlindungan
laut merupakan faktor penting dalam memperlambat perubahan iklim. Apalagi, terumbu
karang, padang lamun, dan biota laut lainnya dapat menyerap karbondioksida sebanyak 246
juta ton per tahun. Untuk itu, Departemen Kelautan dan Perikanan akan mengupayakan
bantuan perlindungan kelautan Indonesia.
Dampak kedua adalah kurangnya persediaan air bersih. Hal ini terjadi karena adanya
pencemaran lingkungan dan air bersih akibat pemanasan global yang disebabkan karena
adanya limbah pabrik yang dibuang secara sembarangan. Bisa dibayangkan bagaimana
manusia berlomba-lomba mencari dan mengolah air yang berkualitas. Negara maju, akan
lebih banyak mengucurkan dananya untuk mengembangkan teknologi pengolahan air yang
efeknya tentu saja tidak baik bagi negara-negara berkembang yang tidak memiliki cukup
dana untuk mengolah air. Negara berkembang akan terpaksa membeli air yang diekspor dan
dikomersialisasikan negara-negara maju, hasilnya harga air menjadi mahal. Lalu bagaimana
dengan konglomerat-konglomerat negara berkembang? Mungkin mereka akan keluar dari
negaranya hanya untuk mendapatkan air berkualitas dengan segenap uang yang mereka
miliki. Kurangnya ketersediaan air ini, dapat kita tanggulangi dengan mengusahakan dan
mengawasi kerja pabrik yang baik dan benar agar limbah-limbah yang dihasilkan tidak
dibuang sembarangan dan mencemari lingkungan.

Seperti konglomerat-konglomerat tadi, hewan-hewan pun akan berusaha bermigrasi


karena pemanasan global menyebabkan tumbuhan-tumbuhan yang merupakan makanan
pokok bagi mereka tidak dapat hidup di habitatnya yang dulu. Namun sayangnya hewanhewan ini akan menghadapi lebih banyak masalah dibandingkan dengan konglomeratkonglomerat negara berkembang. Mereka akan terhalang oleh pemukiman-pemukiman
penduduk dan kerasnya dampak pemanasan global yang terus berlangsung. Sehingga satusatunya pilihan bagi mereka adalah punah, menyerah terhadap alam. Yang dapat kita
lakukan untuk menanggulangi hal ini adalah menyediakan tempat-tempat penangkaran dan
pemeliharaan satwa-satwa agar dapat hidup dengan baik dan berkembang biak menghasilkan
keturunannya sehingga tidak punah.
Dampak utama dari pemanasan global adalah kerusakan alam. Kita ketahui,
kebutuhan hidup manusia semakin meningkat dari masa ke masa karena jumlah penduduk
yang semakin bertambah pesat. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha dengan cara
apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga terciptalah pemanasan global
terhadap bumi ini. Sumber daya alam terus dieksploitasi tanpa imbas yang berimbang bagi
alam sebagai penghasilnya. Tanpa mereka sadari, mereka telah membuat kerusakan terhadap
kebutuhan lain yang lebih hakiki, yaitu menjaga bumi, menjaga sumber kehidupan,
menjamin keberadaannya agar manusia sendiri tetap lestari di dalamnya. Perkembangan akal
dan perkembangan teknologi yang membabi buta ternyata tidak dibarengi dengan
perkembangan tingkat kesadaran peduli lingkungan. Memenuhi suatu kebutuhan dengan
mengabaikan kewajiban menjaga kelestarian alam. Sampai suatu saat nanti keadaan dunia
berubah, dimana pohon-pohon terakhir sudah ditebang, sungai-sungai terakhir yang mulai
mengering, dan ketika kandungan udara yang terakhir telah tercemar, mungkin itulah
masanya dimana manusia terpaksa menyadari bahwa uang tak dapat di makan.
Langkah awal yang dapat manusia lakukan untuk menanggulangi kerusakan alam ini
adalah dengan mengadakan konferensi ataupun seminar untuk menyadarkan kembali betapa
pentingnya menjaga kelestarian bumi. Manusia harus disadarkan dari buaian indah zamrud
khatulistiwa yang telah merasuk ke dalam urat kesombongan bangsa kita sehingga
menjadikan kita tamak akan kekayaan tanpa mempedulikan keadaan lingkungan sekitar.
Langkah selanjutnya adalah mengadakan reboisasi atau penghijauan kembali hutan-hutan
dan penanaman pohon di pusat-pusat kota atau di sepanjang jalan yang terdapat di
Indonesia. Coba kita bayangkan, bila setiap 5 meter ditanami 1 batang pohon, maka setiap 1

kilometer akan tumbuh 201 batang pohon. Bila dikalikan dengan panjang jalan di Indonesia
secara keseluruhan, tentunya akan sangat banyak jumlah pohon yang ditanam. Paling tidak,
kita telah menyumbang penyerap karbon di sepanjang jalan sehingga dapat menghasilkan
udara bersih. Selain itu, penanaman pohon dipinggir jalan juga dapat memberi kesan indah,
rindang dan segar di setiap sudut kota.
Pemanasan global yang terjadi saat ini adalah hasil dari suatu proses yang amat
panjang, sehingga tidak dapat ditanggulangi dalam waktu yang sangat singkat. Yang dapat
kita lakukan untuk mencegah agar peristiwa ini tak berlangsung semakin parah maka kita
dapat melakukan hal-hal beriku ini:
1. Kurangi penggunaan senyawa karbon
2. Gunakanlah bahan bakar yang ramah lingkungan
3. Kurangi menggunakan produk-produk yang menggunakan CFC
4. Galakkan reboisasi
Sedikit langkah kecil kita mungkin tak dapat memperbaiki namun mungkin dapat memberi
arti dan harapan untuk kehidupan para generasi yang akan datang

Pemanasan global merupakan dampak yang terjadi akibat ulah manusia itu sendiri,
dimana manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memikirkan keadaan
lingkungan sekitarnya. Dampaknya adalah terjadi kerusakan alam besar-besaran yang
mengakibatkan perubahan iklim sehingga naiknya air laut den tenggelamnya pulau-pulau,
kurangnya ketersediaan air bersih dan udara bersih, serta punahnya hewan-hewan. Manusia
adalah makhluk Tuhan paling mulia yang dikaruniai akal dan pikiran. Bersyukur atas
karunia-Nya berarti menjaga apa yang telah ia amanahkan. Oleh karena itu, seharusnya kita
mampu menjaga bumi kita dengan mengadakan perlindungan laut, tidak mencemari
lingkungan dengan limbah-limbah dari pabrik, menjaga dan memelihara satwa-satwa dari
kepunahan, melestarikan hutan dan menghijaukan bumi dengan menanam pohon, serta
menghentikan segala aktifitas yang dapat merusak keseimbangan alam yang selama ini telah
memberikan banyak manfaat bagi kita. Inilah saatnya kita harus tahu diri!

Anda mungkin juga menyukai