Anda di halaman 1dari 16

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

BIOLISTRIK
Oleh: Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep, Ns, M.M.Kes
Disusun Sebagai Bahan Kuliah Fisika Kesehatan Bagi Mahasiswa Diploma III Kebidanan

Referensi:
Gabriel JF, Fisika K edokteran , EGC, Jakarta, 1996.
Young HD, Freedman RA, Sandin TR, Ford AL, Fisik a Universitas Jilid I , Penerjemah: Juliastuti E,
Edisi X, EGC, Jakarta, 2001.
Junaedi A., K um pulan K uliah Fisika K edokteran , FKUGM, Yogyakarta, 2000
Tortora G.J., P rinciples of Hum an Anatom y , Edisi IV, Harper and Row Publisher, New York, 1986.

PENDAHULUAN
Kelistrikan memegang peranan yang sangat penting dalam tubuh manusia. Beberapa penyelidikan
yang telah dilakukan berhubungan dengan biolistrik antara lain:
- Pada tahun 1856, Caldani meneliti kelistrikan pada otot katak mati.
- Pada tahun 1780, Luigi galvanic meneliti kelistrikan pada tubuh hewan.
- Pada tahun 1786, Luigi Galvani meneliti tentang terangkatnya kedua kaki katak setelah diberi
aliran listrik melalui konduktor
- Pada tahun 1892, Arons merasakan aliran frekuensi tinggi melalui dirinya dan asistennya.
- Pada tahun 1899, Van Seynek meneliti tentang terjadinya panas pada jaringan akibat aliran
frekuensi tinggi
- Pada tahun 1928, Schliephake meneliti tentang pengobatan dengan gelombang pendek (short
wave).

HUKUM-HUKUM DALAM BIOLISTRIK


Dalam biolistrik berlaku berbagai macam hukum. Berapa yang penting di antaranya adalah:
1. Hukum Ohm
Hukum Ohm disampaikan oleh George Simon Ohm (1826), yang isinya menyatakan bahwa beda

potensial di antara dua ujung k onduk tor berbanding lurus dengan arus listrik yang
m elew atinya.

Rumusan hokum Ohm di atas melibatkan unsur beda potensial (tegangan), arus listrik dan
hambatan (tahanan) listrik.
Lalu bagaimanakah gambaran dari ketiga unsure tersebut dalam proses kelistrikan? Coba
perhatikan ilustrasi berikut supaya lebih jelas!

Gambar: Arus listrik pada konduktor

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 1

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Di dalam suatu penghantar listrik (konduktor), terdapat elektron-elektron (partikel bermuatan


negatif) bebas yang dapat bergerak. Gerakan ini berlawanan arah dengan gerakan proton
(partikel bermuatan positif). Dengan adanya gerakan electron dan proton inilah maka timbul
gerakan muatan listrik yang disebut sebagai arus listrik . Arus listrik berjalan searah dengan
gerakan proton (berlawanan arah dengan gerakan electron).
Lalu mengapa aliran listrik (arus listrik) bisa terjadi?
Aliran listrik bisa terjadi karena adanya beda potensial (tegangan) listrik di antara dua ujung
konduktor tersebut. Arus mengalir dari ujung berpotensial tinggi ke ujung berpotensial rendah.
Agar lebih jelas lagi coba bandingkan dengan proses mengalirnya air. Anggaplah arus listrik
sebagai arus air yang mengalir.

POMPA

Arus air
Arus listrik

Beda ketinggian Beda potensial


Hambatan

Gambar: Analogi proses terjadinya arus listrik dengan proses terjadinya arus air
-

Air mengalir dari tempat yang posisinya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah sehingga
terjadilah arus air. Bandingkan dengan muatan listrik yang mengalir dari potensial tinggi ke
potensial rendah sehingga terjadilah arus listrik.

Pipa saluran air analog dengan konduktor. Kalau pipa adalah penghantar untuk aliran air,
maka konduktor listrik adalah penghantar untuk aliran aliran listrik.

Setiap saluran air atau setiap konduktor listrik memiliki nilai hambatan yang tetap (konstan).
Semakin besar penampang saluran air atau konduktor maka hambatan terhadap perjalan arus
semakin kecil (arus akan semakin lancar perjalanannya). Sebuah konduktor listrik dari zat
yang berbeda juga memiliki nilai hambatan yang spesifik yang disebut sebagai hambatan
jenis.

Agar air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi, maka air yang sudah jatuh di tempat
yang lebih rendah dipompa kembali ke tempat yang lebih tinggi. Demikian juga muatan listrik
yang telah mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah dikembalikan lagi ke potansial
tinggi (tentu saja memerlukan energi)

Jika hukum Ohm dinyatakan dalam formula, maka bunyinya adalah:

V/I = Konstan

Jika

V
I

= beda potensial (tegangan) dalam Volt


= kuat arus listrik dalam Ampere

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 2

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Umumnya arus listrik dalam suatu konduktor mendapatkan hambatan (sama dengan tahanan)
yang nilainya selalu tetap. Hambatan ini dilambangkan dengan huruf R (resistensi) dengan satuan
Ohm (). Hubungan antara tegangan, kuat arus dan hambatan dirumuskan sebagai berikut:

V/I = R

V = I.R
atau

Agar lebih jelas coba kerjakan contoh-contoh sebagai berikut!


1) Sebuah lampu yang dihubungkan dengan konduktor, pada saat diberi beda potensial sebesar
100 Volt menghasilkan arus listrik sebesar 5 Ampere. Dengan demikian berapakah besarnya
hambatan (nilainya selalu tetap) yang dimiliki oleh konduktor tersebut?
Diketahui:
V = 100 V
I=1A
Ditanyakan: R = ?
Jawab:
R = V/I
= 100 V = 20
5A

Jadi besarnya hambatan adalah 20 Ohm.

2) Pada jaringan otot uterus terdapat tahanan sebesar 2,5 kiloOhm. Jika terdapat tegangan listrik
sebesar 120 miliVolt, berapa miliAmperekah besarnya kuat arus listrik yang mengalir pada otot
uterus tersebut?
Diketahui:
R = 2,5 k = 2500
V = 120 mV = 0,12 V
Ditanyakan: I = ?
Jawab:
I = V/R
= 0,12 V = A = mA
2500
Jadi besarnya hambatan adalah 20 Ohm.
3) Coba kerjakan contoh-contoh lain, boleh dari referensi-referensi yang Anda temukan, atau
boleh juga membuat soal latihan sendiri!
2. Hukum Joule
Hukum Jolule menyebutkan bahwa arus listrik (A) yang melalui suatu konduktor dengan tegangan
(V), dalam waktu tertentu (t) akan menghasilkan kalor (W atau H). Jadi unsur yang terlibat dalam
Hukum Joule adalah:
- tegangan listrik (V) dengan satuan Volt (V)
- arus listrik (I) dengan satuan Ampere (A)
- waktu (t) dengan satuan sekon atau detik (s atau dt.)
- Energi (W) dengan satuan Joule (J)
- Energi panas (H) dengan satuan kalori(Kal)
Formula Hukum Joule:
W = VIt
H = 0,24. VIt (karena 1 Joule=0,24 kalori)
Agar lebih jelas penerapan dari hokum Joule, coba Anda kerjakan beberapa contoh di bawah ini!
1) Pada saat terjadi aktifitas otot skelet selama 15 menit, berapa kalorikah energi yang dihasilkan,
jika beda potensial dalam serabut otot sebesar 100 mV, sedangkan hambatan pada serabut
otot sebesar 3 k?

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 3

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Diketahui:
t = 15 menit = s
V = 100 mV = V
R = 3 k =
Ditanyakan:
H = ?
Jawab:
Karena I belum diketahui, maka carilah terlebih dahulu nilai I.
I = V/R = V /
= A
Barulah kita cari nilai H
H = 0,24. V.I.t
= o,24 x x x kalori
= kalori
2) Coba kerjakan contoh-contoh yang lain, boleh dari referensi atau membuat soal sendiri !

KELISTRIKAN SEL
Untuk membicarakan kelistrikan sel, cobalah kita tinjau lagi tentang struktur sebuah sel. Suatu sel
dibatasi hubungannya dengan lingkungan ekstrasel oleh sebuah membran sel. Membran sel ini
banyak mengandung jaringan lipid yang bersifat sebagai isolator listrik. Dipandang dari aspek
biolistrik, di lingkungan sel ini terdapat kation-kation (ion-ion bermuatan positif) dan anion-anion (ionion bermuatan negatif). Yang penting kita pelajari pada sesi ini adalah Na+ dan K+. Distribusi kedua
jenis ion tersebut dalam lingkungan sel adalah:
-

Pada spasi intrasel

: Konsentrasi Na+ berkisar 14 mEq/L


Konsentrasi K+ berkisar 140 mEq/L

Pada spasi ekstraseljumlah

: Konsentrasi Na+ berkisar 142 mEq/L


Konsentrasi K+ berkisar 4 mEq/L

Terlihat bahwa Na+ merupakan kation utama ekstrasel sedangkan K+ merupakan kation utama
intrasel. Secara normal, dalam keadaan istirahat terjadi perpindahan ion transmembran dengan 2
cara:
1) difusi (akibat perbedaan konsentrasi ion)
: Na+ berdifusi ke spasi intrasel
K+ berdifusi ke spasi ekstrasel
2)

transport aktif (pompa yang memerlukan energi)

: Na+ dipompa ke spasi ekstrasel


K+ dipompa ke spasi intrasel

Gambar: Peran Na+ dalam kelistrikan sel

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 4

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Dalam proses pemompaan ini setiap 3 Na+ dipompa keluar, K+ dipompa masuk. Karena
berlangsungnya mekanisme perpindahan ion di atas, maka dalam keadaan istirahat Na+ lebih banyak
tersedia di spasi ekstrasel. Oleh karena itu Na+ merupakan kation utama ekstrasel. Sedangkan K+
merupakan kation utama intrasel.
Dengan adanya perbedaan konsentrasi ion intrasel dan ekstrasel, maka terjadilah perpindahan ion
melintasi membran sel (seperti dijelaskan di atas), sampai akhirnya ion yang masuk dan keluar sama,
sehingga keadaan ini dinamakan potensial keseimbangan. Aktifitas listrik yang terjadi akibat
perbedaan konsentrasi ini dinamakan electromotive force (EMF). Setiap ion memiliki EMF masingmasing, dengan formula:
EMF ion X = -61.Log [Ion X]I mV
[Ion X]e

Sehingga
EMF K+ adalah sebagai berikut:
EMF K = -61.Log [Ion K+]I mV
[Ion K+]e
= -61.Log [140]I mV
[4]e
= -94 mV

EMF Na+ adalah sebagai berikut:

EMF K = -61.Log [Ion Na+]I mV


[Ion Na+]e
= -61.Log [142]I mV
[14]e
= +61 mV

Telah diketahui bahwa membran sel dapat dilalui oleh Na+, K+, Cl- dan protein (A)- yang disebut
dengan aktifitas kelistrikan sel. Lihatlah lagi bahwa setiap 3 Na+dipompa keluar 2 K+ dipompa masuk.
Dengan demikian spasi intrasel kekurangan kation sehingga bermuatan negative (-90 mV). Keadaan
ini dinamakan potensial membrane istirahat atau potensial membrane negative atau fase polarisasi.
+40 mV

0 mV

-90 mV

Potensial membran negatif

Gambar: Potensial membran istirahat

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 5

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Potensial aksi
Ingatlah bahwa potensial membrane istirahat adalah -90 mV (polarisasi). Jika diberikan rangsangan
pada suatu membran sel maka akan terjadi suatu rangkaian proses yang dinamakan potensial aksi.
Potensial aksi dapat terjadi pada berbagai jenis sel antara lain sel saraf, sel otot skelet, otot polos
maupun otot jantung.
Bagaimanakah prosesnya? Pada saat stimulus (misalnya energi mekanik, kimia, listrik, panas dll.)
datang ke membran sel, maka permeabilitas membran sel akan meningkat, akibatnya terjadilah difusi
ion natrium dengan cepat ke dalam sel sehingga di dalam sel menjadi lebih positif. Proses masuknya
ion natrium sehingga spasi intrasel menjadi positif ini dinamakan depolarisasi.
Suatu stimulus harus cukup kuat (mencapai nilai ambang) untuk dapat menimbulkan depolarisasi. Jika
tidak cukup, maka depolarisasi tidak akan terjadi. Jadi prinsipnya berlaku hokum All or None (semua
atau tidak sama sekali), maksudnya adalah bahwa jika stimulus yang datang tidak cukup maka akan
gagal terjadi depolarisasi. Jika depolarisasi sudah dimulai, maka depolarisasi akan berlanjut sampai
dengan potensial membran mencapai kira-kira +40 mV. Ini disebut sebagai depolarisasi maksimal.
Proses ini berlangsung sangat cepat, kurang dari 1 milidetik (ms).
Selanjutnya segera setelah puncak depolarisasi, Na+ dipompa keluar sehingga akhirnya potensial
membran menjadi 90 mV kembali. Proses ini dinamakan repolarisasi. Keseluruhan proses mulai dari
datangnya stimulus sampai dengan repolarisasi selesai berlangsung selama kira-kira 3 milidetik. Agar
lebih jelas coba Anda amati skema sebagai berikut:
1) Potensial membran istirahat

+40 mV

++++++++++++++
-------------------

0 mV

------------------++++++++++++++

-90 mV

2) Ada stimulus yang mencapai nilai ambang, kation masuk

+40 mV
Stimulus

+ + ++++ + - - + + + + +
--------++-------

0 mV

--------++------+ + ++++ + - - + + + + +

-90 mV

Bagian ke-4: Biolistrik

Ambang

Page 6

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

3) Terjadi perambatan kation ke seluruh bagian sel (depolarisasi)

++++++--++++++
--------++---------------++-------++++++ --++++++

+40 mV

0 mV
depolarisasi

-----------------+++++++++++++
+++++++++++++
------------------

ambang

-90 mV

4) Setelah mencapai puncak, terjadi pengeluaran kation dari dalam sel ke luar (repolarisasi) sampai
seperti keadaan semula (potensial membran istirahat).

--------++-------++++++--++++++
++++++--++++++
--------++--------

+40 mV

0 mV
repolarisasi

+++++++++++++
----------------------------------+++++++++++++

-90 mV

ambang

Gambar: Mekanisme terjadinya potensial aksi

KELISTRIKAN SARAF DAN OTOT


Coba Anda tengok kembali mata kuliah anatomi. Tentu Anda masih ingat bahwa sebua sel saraf
(neuron) terdiri atas badan sel yang memiliki ujung-ujung disebut dendrit dan sitoplasma yang
memanjang menjauhi badan sel yang dinamakan akson.

Gambar: Struktur sebuah neuron motorik

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 7

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Impuls saraf berjalan dari dendrit melalui badan sel untuk selanjutnya ke akson. Struktur sel saraf
menentukan kecepatan perjalanan impuls saraf. Struktur yang menentukan tersebut adalah:
1) Diameter akson
Dalam hal ini akson berdiameter lebih besar akan menghantarkan impuls lebih cepat.
2) Ada atau tidaknya selubung myelin pada akson
Mielin bersifat sebagai isolator, sehingga potensial aksi akan menurun jika melewati selubung
myelin. Namun kenyataannya impuls yang melalui selubung myelin akan dihantarkan lebih cepat,
karena signal dihantarkan dengan cara meloncat dari Nodus Ranvier yang satu ke nodus
berikutnya. Gerakan ini disebut sebagai gerakan saltatoir. Sebagai contoh sebuah neuron dengan
kecepatan impuls yang melaluinya sebesar 0,5 m/s, jika bermielin akan mampu menghantarkan
impuls dengan kecepatan 120 m/s.

Gambar: Hantaran impuls saraf pada akson bermielin


Secara ringkas proses kelistrikan saraf adalah sebagai berikut:
1) Dendrit menerima informasi dari stimulus eksternal atau dari sel lainnya melalui sinapsis
2) Neuron meneruskan signal listrik melalui akson menuju neuron lainnya, otot atau kelenjar.
Neuron bermielin menghantarkan impuls dengan sangat cepat. Penjalaran impuls yang cepat pada
umumnya diperlukan untuk penyampaian informasi ke otot (neuron motorik). Namun ada pula saraf
tak bermielin yang menghantarkan impuls dengan sangat sangat cepat melalui jalan pintas yaitu
lengkung refleks.
Ambil saja sebuah contoh, ketika kita tanpa sengaja menginjak paku, maka kita memerlukan jalur
lengkung refleks supaya impuls berjalan dengan cepat sehingga kerusakan jaringan tidak parah.

Gambar: Lengkung refleks


Macam-macam sel saraf dan hantarannya
Secara umum ada 3 macam sel saraf, yaitu:
1) Neuron sensorik
Neuron ini berawal dari reseptor, yang merupakan ujung dari dendrit selanjutnya menuju dendrit,
lalu badan sel, akson dan akhirnya bersinapsis (hubungan antar neuron) dengan dendrit dari
neuron penghubung
2) Neuron penghubung
Neuron ini berawal dari sinapsis dengan neuron sensorik, berlanjut ke dendrit, lalu badan sel,
akson dan diakhiri pada sinapsis dengan neuron motorik. Umumnya neuron ini terdapat pada
sistem saraf pusat.
3) Neuron motorik
Neuron ini berawal dari sinapsis dengan neuron penghubung, berlanjut ke dendrit lalu badan sel,
akson dan diakhiri pada pilihan-pilihan di bawah ini:
- Neuromyal junction, yang berhubungan dengan sel otot
- Neuroglandular junction, yang berhubungan dengan kelenjar
Kedua junction di atas merupakan jenis dari neuroeffector junction. Neuromyal junction jika
efektornya berupa jaringan otot, sedangkan neuroglandular junction jika efektornya berupa
kelenjar (misalnya kelenjar saliva, kelenjar keringat dll.)

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 8

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Gambar: Hubungan antara neuron sensorik, neuron penghubung dan neuron motorik
Impuls yang berjalan di sepanjang neuron akan berakhir pada bagian ujung yang mengandung vesikel
sinaptik. Dengan adanya impuls tersebut maka vesikel akan terstimuli dan akhirnya mengeluarkan
neurotransmitter (misalnya asetilkolin). Neurotransmitter inilah yang membantu meneruskan impuls
menuju sel berikutnya. Reseptor sinaptik dari sel berikutnya akan menangkap neurotransmitter
tersebut sehingga impuls dapat diteruskan ke sel berikutnya tersebut. Hubungan antara neuron satu
dengan neuron lainnya tadi dinamakan sinapsis.

Gambar: Konduksi impuls saraf pada sinapsis

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 9

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Gambar: Konduksi impuls saraf pada neuromyal junction


Neuromyal junction adalah hubungan antara sel saraf dengan sel otot. Seperti halnya pada sinapsis,
neuromyal junction memiliki kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara meloncat
dari sel satu ke sel berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada membrane sel otot karena
pada saat terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan bergetar, menyebabkan
kontraksi otot yang akhirnya dilanjutkan dengan repolarisasi.

KELISTRIKAN OTOT JANTUNG


Membran sel otot jantung (miokardium) sangat berbeda karakteristiknya dengan membran sel otot
bergaris atau sel saraf. Pada membran sel otot bergaris atau sel saraf dalam keadaan potensial
membran istirahat, jika ada rangsangan barulah ion-ion natrium akan berdifusi ke dalam sel hingga
mencapai nilai ambang dan selanjutnya terjadi depolarisasi.
Sedangkan pada sel otot jantung, mudah terjadi kebocoran ion natrium sehingga setelah selesai
potensial aksi, ion natrium secara perlahan-lahan akan berdifusi kembali ke dalam sel. Akibatnya
terjadilah depolarisasi spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadilah potensial aksi tanpa
rangsangan dari luar.

Gambar: Potensial aksi pada sel otot jantung

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 10

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Secara lebih rinci, mekanisme kelistrikan jantung digambarkan sebagai berikut:


No
1

Proses

Skema

ATRIUM:
Impuls dari Nodus SA memulai depolarisasi,
selanjutnya gelombang depolarisasi
merambat ke seluruh bagian atrium sehingga
terjadilah kontraksi atrium.
VENTRIKEL:
Pada tahap ini ventrikel berada dalam fase
istirahat (polarisasi)

ATRIUM:
Terjadi repolarisasi atrium.
VENTRIKEL:
Gelombang depolarisasi diteruskan menuju
Nodus AV, untuk diteruskan menuju berkas
his, selanjutnya melalui cabang berkas his
kiri dan kanan, lalu diteruskan ke serabutserabut purkinje di miokardium ventrikel.
Akhirnya terjadilah depolarisasi ventrikel
sehingga kontraksi ventrikel terjadi.

ATRIUM:
Berada dalam kondisi istirahat (polarisasi)
VENTRIKEL:
Terjadi repolarisasi ventrikel

ATRIUM:
Berada dalam kondisi istirahat (polarisasi)
VENTRIKEL:
Berada dalam kondisi istirahat (polarisasi)

Waktu
T1
T2
T3
T4

Atrium
Depolarisasi
Repolarisasi
Polarisasi
Polarisasi

Ventrikel
Polarisasi
Depolarisasi
Repolarisasi
Polarisasi

Rekaman EKG
P
Kompleks QRS
T
-

Gambar: Hasil rekaman elektrokardiogram (EKG)

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 11

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Perekaman aktifitas listrik jantung


Perekaman kelistrikan jantung dapat dilakukan dengan elektrokardiograf. Gambar hasil rekamannya
dinamakan elektrokardiogram (EKG). Hasil gambaran pokok dari rekaman ini adalah:
1) Gelombang P
Gelombang P merupakan gambaran dari depolarisasi atrium, sedangkan gambaran repolarisasi
atrium tidak tampak sebab tertutup oleh gambaran dari depolarisasi ventrikel. Mengapa demikian?
Karena repolarisasi atrium dan depolarisasi ventrikel terjadi secara bersamaan, dan kebetulan
depolarisasi ventrikel lebih dominan.
2) Gelombang Kompleks QRS
Kompleks QRS merupakan gambaran dari depolarisasi ventrikel
3) Gelombang T
Gelombang T merupakan gambaran dari repolarisasi ventrikel

T
Q

T
Q

T
Q

T
Q

Gambar: Hasil rekaman sebuah EKG


Waktu dan kecepatan:
Prinsip EKG adalah berjalan dengan kecepatan standar dan menggunakan kertas dengan kuadrankuadran standar.
Satu kuadran kecil
= 1/25 detik = 0,04 detik
Satu kuadran besar
= 5 X 1/25 detik = 1/5 detik = 0,2 detik
Maka:
1 detik
1 menit

= 25 kuadran kecil
= 5 kuadran besar
= 60 detik = 60 x 25 kuadran kecil = 1500 kuadran kecil
= 60 detik = 60 x 5 kuadran besar = 300 kuadran besar

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penghitungan frekuensi denyut jantung dapat didasarkan
atas jumlah kuadran kecil atau jumlah kuadran besar.
Karena 1 menit 1500 kuadran kecil, maka:
Frekuensi denyut jantung X jumlah kuadran kecil dalam 1 siklus harus sama dengan 1500. Atau
dengan kata lain:
Frekuensi denyut jantung = .

1500
_______ .
Jumlah kuadran kecil persiklus

Jika dihitung berdasarkan jumlah kuadran besar:


Frekuensi denyut jantung = .

________ 300______
Jumlah kuadran besar persiklus

Jika patokan kuadran besar ini diringkas, maka:


Jika panjang 1 siklus adalah:
1 kuadran besar, maka frekuensi
2 kuadran besar, maka frekuensi
3 kuadran besar, maka frekuensi
4 kuadran besar, maka frekuensi
5 kuadran besar, maka frekuensi
6 kuadran besar, maka frekuensi

denyut
denyut
denyut
denyut
denyut
denyut

hantung
hantung
hantung
hantung
hantung
hantung

=
=
=
=
=
=

300/1
300/2
300/3
300/4
300/5
300/6

=
=
=
=
=
=

300 kali/menit
150 kali/menit
100 kali/menit
75 kali/menit
60 kali/menit
50 kali/menit

Untuk arah vertikal, 1 kuadran kecil menunjukkan nilai 0,1 mV.

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 12

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
PENDAHULUAN
Keunikan otot jantung adalah kemampuannya menerbitkan impuls secara otomatis dan ritmis serta
menjalarkan impuls tersebut ke seluruh otot jantung. Impuls ini menimbulkan eksitasi terhadap otot
jantung yang selanjutnya menyebabkan serabut otot jantung tersebut berkontraksi. Aktifitas listrik
yang timbul pada pembentukan dan penjalaran impuls ini menimbulkan arus listrik yang sangat lemah
yang menjalar ke seluruh tubuh, mengingat bahwa tubuh merupakan penghantar volemik (volume
conductor).
Arus listrik ini menimbulkan potensial listrik yang tingginya berubah-ubah di berbagai bagian tubuh
sesuai dengan aktifitas listrik yang timbul di jantung dan situasi serta kondisi bagian tubuh tersebut.
Dengan demikian, dengan mengkaji perubahan-perubahan potensial listrik pada bagian tubuh
tertentu, dapatlah diketahui berbagai peristiwa yang terjadi di jantung.
Perekaman potensial listrik dalam bentuk grafik di bagian tubuh tertentu adalah dasar
elektrokardiografi. Alat yang digunakan pada perekaman ini dinamakan elektrokardiograf dan hasil
perekamannya disebut elektrokardiogram. Dengan cara mengkaji elektrokardiogram, kita dapat
memperkirakan secara langsung adanya antara lain: gangguan frekuensi dan irama denyut jantung,
gangguan penjalaran impuls, hipertrofi otot jantung, ischemia otot jantung serta infark otot jantung.
Untuk mendeteksi infark otot jantung, bahkan elektrokardiografi merupakan cara yang paling praktis
di samping pemeriksaan serum enzim.
Pada kateterisasi jantung, elektrokardiogram selalu direkam secara simultan dengan besaran-besaran
hemodinamik untuk memudahkan pengkajian besaran-besaran hemodinamik tersebut. Demikian pula
pada fonokardiografi, ekhokardiografi dan lain-lain, elektrokardiografi selalu diikutsertakan. Agar
elektrokardiogram dapat dikaji secara umum, maka bagian tubuh yang menjadi tempat perekaman,
teknik perekaman serta cara bekerja alat perekam harus dibakukan.
Setiap elektrokardiografi harus memiliki masing masing-masing disebut exploring electrode dan
indifferent electrode. Alat perekam pada elektrokardiograf harus dibuat sedemikian rupa sehingga jika
potensial listrik di exploring electrode lebih tinggi daripada di indifferent electrode, jarum pencatat
harus dibuat naik dari garis dasar (isoelectric line) dan jika potensial listrik di exploring electrode lebih
rendah daripada di indifferent electrode, jarum pencatat harus dibuat turun dari garis dasar
(isoelectric line). Jika potensial listrik di kedua elektroda tersebut sama tingginya, jarum pencatat
harus dibuat setinggi garis dasar. Dengan demikian semua elektrokardiograf memberikan hasil
perekaman yang sama.
Bagian tubuh yang dipakai sebagai tempat perekaman dinyatakan dengan istilah leads. Ada 12
macam leads yang digunakan dalam elektrokardiografi yaitu:
-

lead
lead
lead
lead
lead
lead

I
II
III
AVL
AVR
AVF

lead
lead
lead
lead
lead
lead

V1
V2
V3
V4
V5
V6

Kedua belas lead ini selalu direkam pada setiap elektrokardiografi, sedangkan lead yang lain boleh
dijadikan tambahan.
Tinggi grafik elektrokardiogram dan kecepatan gerak kertas grafik dapat disesuaikan dengan
keperluan perekaman. Umumnya tinggi grafik elektrokardiogram adalah 0,1 mV/mm dan kecepatan
gerak kertas 25 mm/detik
Setiap lead memberikan gambar grafik dalam pola yang sama tetapi dalam bentuk yang berlainan.
Pada setiap siklus denyut jantung terlukis grafik dengan gelombang-gelombang yang diberi nama
gelombang P, kompleks QRS, gelombang T dan kadang-kadang gelombang U.Gelombang P
melukiskan depolarisasi atrium (saat atrium berkontraksi), kompleks QRS melukiskan depolarisasi
ventrikel dan repolarisasi atrium (saat ventrikel berkontraksi dan atrium berelaksasi) dan gelombang T
melukiskan repolarisasi ventrikel (saat ventrikel berelaksasi). Hal-hal lain memiliki gambaran yang
khas sehingga dapat dikaji dalam elektrokardiografi.

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 13

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

T
Q

T
Q

T
Q

T
Q

Gambar rekaman sebuah EKG


PERALATAN ECG
Alat yang diperlukan dalam kegiatan pemeriksaan ini antara lain:
1. Elektrokardiograf sebagai alat pokok (basic instrument).
2. Alat-alat pembantu (accessories), yang terdiri atas:
a. Kawat penerima arus listrik (power cable)
b. Kawat penghubung dengan bumi (ground cable)
c. Kawat elektroda (electrode cable)
d. Gel (penghantar arus listrik antara permukaan tubuh dan elektroda)
Elektrokardiograf dilengkapi dengan alat perekam yang mencatat potensial listrik pada bagian tubuh
tertentu dalam bentuk grafik (dinamakan elektrokardiogram). Elektrokardiograf yang canggih
dilengkapi pula dengan osiloskop sehingga dapat menampilkan elektrokardiogram pada layer
osiloskop tersebut. Adapula elektrokardiogram yang dapat menangkap signal yang timbul melalui
pemancar (transmitter), sehingga tidak menggunakan kawat penghubung antara orang yang diperiksa
dengan elektrokardiograf (cara telemetrik).
Untuk menjalankan elektrokardiograf dapat dipakai arus listrik searah (direct current) dan dapat pula
menggunakan arus bolak-balik (alternating current) dengan tinggi potensial 110 atau 220 Volt.Kawat
penerima arus listrik menghubungkan elektrokardiograf dengan sumber arus listrik yang menjalankan
elektrokardiograf. Kawat ini tidak digunakan jika elektrokardiograf dijalankan dengan baterai kering.
Kawat penghubung dengan bumi berfungsi untuk menetralkan arus listrik yang tidak berguna yang
timbul pada elektrokardiograf.
Kawat elektroda bercabang 10. di ujung masing-masing kawat elektroda terdapat elektroda yang akan
ditempelkan pada permukaan tubuh untuk merekam potensial listrik di tempat itu. Gel merupakan
konduktor yang menghantarkan arus listrik dari permukaan tubuh ke elektroda.
CARA KERJA
1. Sarankan probandus untuk berbaring dengan tenang dan tidak bergerak, sebab impuls yang
menimbulkan gerak tersebut dapat mengacaukan bentuk elektrokardiogram, sehingga sukar
dikaji.
2. Lepaskan semua peralatan yang terbuat dari logam (jam tangan, perhiasan dan sebagainya)
3. Hubungkan elektrokardiograf dengan sumber arus listrik, bumi dan elektroda
4. Hidupkan elektrokardiograf dan periksalah apakah berfungsi dengan baik (lampau hijau menyala)
5. Matikan kembali elektrokardiograf
6. Pasang elektroda pada tubuh probandus dengan menggosokkan gel (paste) terlebih dahulu pada
elektroda yang menempel pada tubuh probandus
7. Hidupkan kembali elektrokardiograf
8. Putar tombol pengatur lead pada daerah netral (huruf C) dan aturlah agar jarum pencatat
menunjuk pada tengah-tengah grafik. Jarum ini akan melukiskan garis dasar
9. Jalankan kertas grafik.
10. Lakukan kalibrasi dengan menekan tombol kalibrasi beberapa kali, dengan penggunaan angka 1
11. Hentikan kembali kertas grafik
12. Pilih pengatur lead pada pengatur lead I (ada yang menggunakan tombol yang diputar ada yang
menggunakan tombol yang ditekan) dan aturlah agar garis dasar terletak ditengah-tengah kertas
grafik. Jika pada waktu mencatat jarum pencatat membentur pinggir tempat perekam, aturlah
agar ujung jarum tersebut jauh dari pinggir tempat perekam
13. Jalankan lagi kertas grafik sampai sepanjang kira-kira 15 cm, lalu hentikan.
14. Atur tombol pada lead II dan atur kembali letak garis dasar
15. Jalankan kertas grafik sepanjang kira-kira 15 cm, lalu hentikan.
16. Lakukan cara yang sama (langkah 14 dan 15) untuk lead III
17. Ulangi langkah 16 untuk leas aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5 dan V6
18. Setelah perekaman selesai, matikan elektrokardiograf
19. Kembalikan semua peralatan pada tempatnya

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 14

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Kecepatan gerak kertas yang biasa dilakukan pada elektrokardiografi adalah 25 mm permenit. Pada
elektrokardiograf yang lama setiap kali kita mengganti lead kita harus memindahkan elektrodaelektroda sesuai dengan lead tersebut. Hal ini tidak praktis. Pada elektrokardiograf yang sekarang kita
memasang semua elektroda sekaligus pada tubuh probandus dan elektrokardiograf akan memilih
sendiri lead yang kita kehendaki sesuai dengan posisi tombol pengatur lead yang kita pasang.
Untuk melengkapi petunjuk praktikum ini disajikan pula keterangan mengenai letak elektroda pada
kedua belas lead yang dipergunakan dalam elektrokardiografi.
BIPOLAR STANDARD LIMB (EXTREMITY) LEADS
Lead I
Merekam beda potensial listrik antara lengan kiri dan lengan kanan
Exploring electrode dipasang di tangan kiri
Indifferent electrode dipasang di tangan kanan
Lead II
Merekam beda potensial listrik antara kaki kiri dan lengan kanan
Exploring electrode dipasang di kaki kiri
Indifferent electrode dipasang di tangan kanan
Lead III
Merekam beda potensial listrik antara kaki kiri dan lengan kiri
Exploring electrode dipasang di kaki kiri
Indifferent electrode dipasang di tangan kiri
Augmented unipolar limb (extremity) leads
Lead aVR
Merekam beda potensial listrik antara lengan kanan dan lengan kiri bersama kaki kiri
Exploring electrode dipasang di tangan kanan
Indifferent electrode dipasang di tangan kiri bersama kaki kiri
Lead aVL
Merekam beda potensial listrik antara lengan kiri dan lengan kanan bersama kaki kiri
Exploring electrode dipasang di tangan kiri
Indifferent electrode dipasang di tangan kanan bersama kaki kiri
Lead aVF
Merekam beda potensial listrik antara kaki kiri dan lengan kanan bersama lengan kiri
Exploring electrode dipasang di kaki kiri
Indifferent electrode dipasang di tangan kanan bersama tangan kiri
Pada mulanya orang menyangka bahwa penempatan indifferent electrode pada 2 ekstremitas ini
menimbulkan potensial 0 (zero potential) pada elektroda tersebut sehingga lead ini unipolar.
UNIPOLAR CHEST (PRECORDIAL) LEADS
Potensial listrik pada indifferent electrode pada lead ini dibuat menjadi nol sedangkan exploring
electrode dipasang diberbagai tempat di dada sebagai berikut:
Lead V1
Di
Lead V2
Di
Lead V3
Di
Lead V4
Di
Lead V5
Di
Lead V6
Di

spasi interkosta 4 kanan di pinggir kanan sternum


spasi interkosta 4 kiri di pinggir kanan sternum
pertengahan V2 dan V4
perpotongan antara linea mid klavikula kiri dengan spasi interkosta 5 kiri
perpotongan antara linea aksila anterior kiri dengan spasi interkosta 5 kiri
perpotongan antara linea mid aksila kiri dengan spasi interkosta 5 kiri

Bagian ke-4: Biolistrik

Page 15

FISIKA KESEHATAN

HERU SANTOSO WAHITO NUGROHO


www.schoolrack.com/medikes atau www.heruswn.teach-nology.com

Format hasil praktik EKG:

ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Golongan
: .
Nama Praktikan : .
Jenis Kelamin : .
Tanggal Praktik : .
Jam
: .
1. Data naracoba (PROBANDUS)
Identitas

Naracoba I

Naracoba II

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Tinggi badan
Berat badan
2. Hasil pengamatan:
a. Frekuensi jantung
b. Irama
c. Aksis
d. Ir. Zona
e. Interval
-PR
-QRS
-QT
Kesimpulan

Bagian ke-4: Biolistrik

: (N: )
:
:
:
: (N: )
: (N: )
: (N: )

Page 16

Anda mungkin juga menyukai