Anda di halaman 1dari 6

Infeksi Sistem Saraf Pusat

A. Infeksi
Infeksi ialah invasi dan multiplikasi kuman(mikro-organisme) di dalam jaringan tubuh.
Invasi atau penetrasi berarti penembusan yang bagi tubuh manusia akan dihalangi oleh
epitelium permukaan tubuh luar dan dalam (kulit, konjungtiva, dan mukosa). Tahap-tahap
terjadinya infeksi diantaranya, penetrasi, multiplikasi kuman, toksemia (toksin diserap oleh
aliran darah menimbulkan gejala prodrom), bakteriemia (kuman sudah berada dalam aliran
darah sistemik), dan septikemia (kuman berkembang biak dan menetap di aliran darah). Pada
tahap bakteriemia dan septikemia, kuman disebar keseluruh tubuh berikut organ-organnya.
Setibanya di sebuah organ ia menimbulkan kerusakan (radang)sehingga timbul disfungsi
organ yang bersangkutan. Gejala-gejala yang merupakan manifestasi infeksi pada suatu organ
dinamakan gejala lokalisatorik. Gejala lokalisatorik berbeda dengan gejala-gejala toksemia.
Toksemia terhadap susunan saraf pusat menimbulkan : nyeri kepala, insomnia, iritasi mental,
delirium sampai koma. Invasi kuman ke susunan saraf pusat dapat melalui lintasan-lintasan
perkontinuitan dan hematogenik melalui arteri intraserebral yang merupakan penyebaran ke
otak secara langsung. Penyebaran hematogen secara tidak langsung dapat juga dijumpai,
misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari arteritis itu kuman dapat tiba di
likuor dan invasi ke dalam otak dapat terjadi melalui penerobosan pia mater. Akhirnya, sarafsaraf tepi dapat digunakan juga sebagai jembatan bagi kuman untuk tiba di susunan saraf
pusat. Blood brain barier yang sebelumnya dipersiapkan sebagai penjagaan otak khusus
terhadap bahaya yang datang melalui lintasan hematogen menjadi tidak berfungsi karena
terusak pada saat toksemia dan septikemia. 1
B. Infeksi Sistem Saraf Pusat
Infeksi sistem saraf pusat telah lama dikenal sebagai penyakit yang paling merugikan.
Bahkan sejak tahun 1805 infeksi sistem saraf otak dinyatakan sebagai penyakit fatal. Infeksi
sistem saraf pusat bervariasi berdasarkan definisinya. Meningitis didefinisikan sebagai
inflamasi dari membran otak dan medula spinalis yang juga dikenal sebagai arachnoiditis
atau leptomenigitis. Encefalitis diketahuai sebagai inflamasi yang terjadi di otak itu sendiri,
sedangkan mielitis merupakan inflamasi yang terjadi pada medula spinalis. Adapun
kombinasi istilah dari meningoencefalitis atau ensefalomielitis mengarah pada proses dari
infeksi difus.2

Infeksi jaringan otak jarang dikarenakan hanya bakterimia saja, oleh karena jaringan otak
yang sehat cukup resisten terhadap infeksi. Namun apabila terjadi infeksi di otak, cenderung
menjadi sangat virulen dan destruktif.1
C. Meningitis
1. Definisi dan Klasifikasi
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai lapisan meningen
yang membungkus otak dan medula spinalis.3 Meningitis terbagi menjadi dua golongan
berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis
purulenta.4
a) Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.4
b) Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi
otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.4 Meningitis purulenta ini terbagi lagi
berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang (pakinmeningitis dan
leptomeningitis) dan yang tebagi berdasarkan penyebabnya.5
2. Anatomi dan Fisiologi Meningen
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf
yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
a) Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah
untuk struktur-struktur ini.
b) Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
c) Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat.6
3. Manifestasi Klinik

a. Meningitis serosa :
Awalnya terdapat panas yangtidakterlalu tinggi, nyeri kepala, dan nyeri kuduk. Disamping itu
juga terdapat rasa lemah, berat badan menurun, nyeri otot, nyeri punggung, dan mungkin
dijumpai kelainan jiwa seperti halusinasi dan waham. Pada pemeriksaan akan dijumpai tandatanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinsky. Dapat terjadi
hemiparesi dan kerusakan saraf otak yaitu N.III, N.IV, N VI, N.VII, dan N.VIII. akhirnya
kesadaran akan menurun. Pada funduskopi akan tanpak sembab papil. Sering juga dijumpai
TB di tempat lain seperti paru dan kelenjar linfa di leher.5
b. Meningitis Purulenta :
pada permulaan terdapat gejala panas, mengigil, nyeri kepala yang terus-menerus, mual dan
muntah. Disamping itu terdapat hilnagnya nafsu makan, kelamehaan umum, dan rasa nyeri
pada punggung serta sendi. Setelah 12 sampai 24 jam, timbul gambaran klinis yang lebih
khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda-tanda rangsanagan selaput otak seperti kaku kuduk,
tanda kernig, dan tanda brudzinsky. Bila terjadi koma yang dalam, tanda-tanda rangsangan
meningen akan menghilang. Penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan.
Kejang jarang dijumpai pada orang dewasa baik kejang umum, maupun kejang fokal. Kadang
dijumpai kelumpuhan N.VI, VII, dan V.III dapat juga terjadi peningkatan refleks fisiologi dan
timbulnya refleks patologi. Penderita sering gelisah, mudah terangsang, dan menunjukan
perubahan mental seperti bingung, hiperaktif, serta halusinasi. Akhirnya pada keadaan yang
berat dapat terjaddi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma. Pada meningitis
yang disebabkan oleh kuman meningokokus bisa terjadi sindrom waterhouse Friederichsen
dengan gejala yang terdiri dari perdarahan pada kulit, dan kelenjar adrenal serta penurunan
tekanan darah. Hal ini disebabkan oleh adanya perdarahan intravaskularis menyeluruh atau
koagulapatia intravaskularis diseminata akibat terjadi meningokokemia.5
4. Patofisiologi
a. Meningitis serosa
meningitis tuberkolusa selalu terjadi skunder dari proses tuberkulosis, fokus primernya terjadi
diluar otak. Fokus primer biasanya di paru-paru, tapi bisa juga di kelenjar getah bening,
tulang, sinus nasalis, traktus gastrointestinal, ginjal dan sebagainya.

Terjadinya meningitis bukan karena peradangan langsung ada selaput otak secara heatogen,
tetapi melaui pembentukan tuberke-tuberkel kecil (beberapa milimeter sampai satu
centimeter) berwarna puti, terdapat pada permukaan otak, sum-sum tulang belakang.
Tuberkel tersebut selanjutnya melunak, pecah, dan masuk ke dalam ruang subaraknoid dan
ventrikel sehingga terjadi peradangan difus.
Penyebaran dapat pula terjadi secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan di
daerah selaput otak seperti proses di nasofaring, penumonia, endoarditis, otitis media,
mastoiditis, trombosis sinus covernosus, atau spondilitis.
Penyeberan kuman dalam ruang subaraknid menyebabkan reaksi radang pada pia mater
aranoid, CSS, ruang subaraknoid dan ventrikel.
Akibat reaksi radang ini maka akan terbentuk eksudat kental, serofibrinosa, dan gelatinosa
oleh kuman-kuman serta toksin yang mengandung sel-sel mononuklear, linfosit, sel plasma,
makrofag, sel raksasa dan fibroblas. Eksudat ini juga tidak terbatas dalam ruang subaraknoid
saja tetapi terutama berkumpul di dasar tengkorak. Eksudat juga menyebar melalui pembuuhpembuluh darah pia mater, dan menyerang jaringan otak di bawahnya sehingga proses
sebenarnya adalah meningoensefalitis. Eksudat juga dapat menyumbat aquaduktus, visura
silvi, foramen magendi, foramen luschka dengan akibatnya adalah terjadinya hidrosefalus,
edema papil akibat terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Kelainan ini juga terjadi pada
pembuluh-pembuluh darah yang berjalan di dalamruang subaraknoid berupa kongesti,
peradanagn dan penyumbatan sehingga selain arteritis dan fleblitis, juga menyebabkan infark
otak terutaa pada bagian korteks, medula oblongata dan gaglia basalis.7
b. Meningitis Purulenta
bagan
5. Diagnosa
a. Meningitis Serosa:
b. Meningitis Purulenta
6. Pengobatan
7. Komplikasi

8. Prognosis

Anda mungkin juga menyukai