Anda di halaman 1dari 9

1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN


YANG BENAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA LANSIA
DI PUSKESMAS NGUNTORONADI I WONOGIRI
Prasetyoningsih1), Atiek Murhayati 2), Rufaida Nur Fitriana2)
1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK
Kesehatan pada lansia yang menurun secara umum disebabkan karena
menurunnya fungsi organ tubuh, sehingga aktivitas dan metabolisme tubuh juga
menurun, proses alamiah di atas diikuti dengan menurunnya energi dan kapasitas
pencernaan yang umum dimulai usia 50 tahun, oleh karena itu diperlukan
pengetahuan bagi lansia dalam mencegah terjadinya diare diantaranya pengetahuan
tentang cuci tangan yang benar. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis
hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian diare
pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri. Jenis penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian diskriptif korelational, dengan menggunakan pendekatan crosssectional. Sampel yang digunakan adalah sebagian dari lansia yang memeriksakan
kesehatan di Puskesmas Nguntoronadi I sebanyak 91 orang dengan teknik purposive
sampling. Teknik analisis data yang digunakan dengan analisis chi-square dan uji
Odd Ratio (OR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 40 orang (44,0%) dan terjadi diare
(62,6%), serta terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang
mencuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri (p-value = 0,000), dengan nilai odds ratio = 0,118.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan tentang mencuci tangan yang benar dengan kejadian
diare pada lansia.
Kata kunci: pengetahuan, cuci tangan, kejadian diare.
ABSTRACT
Generally the health decrease of the elderly is caused by the decrease of their organsfunctions
including the digestive organs. Therefore, the knowledge ofappropriate hand washing is
requiredby the elderly to prevent diarrhea. The objective of the research is to investigate the
correlation between the knowledgeof appropriate hand washing and the diarrhea incidence on the
elderly at Community Health Center Nguntoronadi I of Wonogiri.The research used the
descriptive correlational design with the cross-sectional approach. The samples of research were
91 elderlies. They were taken by using the purposive sampling technique. The data were analyzed
by using theChi-square analysis and the Odd Ratio (OR) test. The research shows that there 40
respondents (44.0%) had fairknowledgeof appropriate hand washing, and 57 respondents (62.6%)
had diarrhea. Thus, there was a significant correlation between the knowledge of appropriate
hand washing and the diarrhea incidence on the elderly at Community Health Center
Nguntoronadi I of Wonogiri, as indicated by the p-value = 0.00, and thevalue of odds ratio =
0.118, meaning the respondents who had fair knowledge would have the risk as much as 0.118
times greater than those who had good knowledge.

Keywords : Knowledge, hand washing, diarrhea incidence

PENDAHULUAN
Diare merupakan penyakit yang masih
menjadi masalah di negara berkembang.
Diare diartikan sebagai suatu kondisi buang
air besar tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dengan atau tanpa disertai darah atau lendir
akibat dari proses inflamasi pada lambung
atau usus (Muslimah, 2010). Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang
dengan angka kejadian Diare yang masih
tinggi, hal ini dilihat dari morbiditas dan
mortalitasnya. Lima provinsi dengan insiden
dan period prevalen diare tertinggi adalah
Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%),
Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan
Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%).
Berdasarkan
karakteristik
penduduk,
kelompok umur balita adalah kelompok
yang paling tinggi menderita diare,
sementara lansia umur 55-65 tahun
sebanyak 1,9% dan 3,2% (Kemenkes, RI.,
2013). Resiko terjadinya diare sebenarnya
bisa
diminimalkan
dengan
upaya
pencegahan
dan
pengobatan.
Diare
menyerang kelompok usia baik balita, anak,
dewasa bahkan lansia (Murniwaty, 2005).
Menua merupakan proses terus
menerus yang alamiah, dimulai sejak lahir
dan dialami hampir semua makhluk hidup.
Tahap manusia yaitu bayi, anak, remaja, tua
kemudian lansia (Nugroho, 2000). Bila
seseorang bertambah tua kemampuan fisik
dan mentalnya perlahanlahan mengalami
kemunduran.
Semakin bertambahnya jumlah lansia
maka semakin banyak pula masalah yang
timbul terutama masalah medis yang
mencapai 38%. Masalah kesehatan pada
lansia secara umum disebabkan karena
menurunnya fungsi organ tubuh, sehingga
aktivitas dan metabolisme tubuh otomatis
menurun. Sebagai suatu proses alamiah
fenomena di atas juga diikuti dengan

menurunnya
energi
dan
kapasitas
pencernaan menurun yang umum dimulai
usia 50 tahun (Padila, 2013).
Kesehatan
usia
lanjut
perlu
dipelihara oleh karena secara normal akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan
sosial.
Namun
apabila
diantisipasi
sebelumnya tidak akan terjadi penurunan
yang drastis sehingga mengurangi penyebab
penyakit yang berat atau bahkan kematian.
Perilaku sehat dapat mencegah berbagai
penyakit yang mudah terkena pada usia
lanjut, walau usila secara alami mengalami
penurunan berbagai fungsi organ sehingga
rentan terhadap penyakit baik akut atau
kronis, kecenderungan penyakit metabolik,
infeksi degeneratif dan gangguan psikososial
(Nugroho, 2004).
Palancoi
(2014)
mengadakan
penelitian yang menyatakan bahwa, salah
satu faktor yang mempengaruhi kejadian
diare adalah perilaku, lingkungan dan
pengetahuan tentang diare. Perilaku
kesehatan
merupakan
suatu
respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, minuman
dan lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Salah
satu perilaku kesehatan adalah pengetahuan
tentang mencuci tangan, mencuci tangan
merupakan suatu perilaku kesehatan
(Syarifah Fazila dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh
Nungky Kustantya (2013) yang meneliti
tentang tingkat pengetahuan lansia yang
dihubungkan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat pada lansia dimana mencuci
tangan merupakan indikatornya, hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
ada
hubungan yang negatif dan signifikan antara
tingkat pengetahuan lansia tentang mencuci
tangan dengan kejadian penyakit karena
infeksi, semakin kurang tingkat pengetahuan
maka semakin tinggi terkena infeksi
penyakit.

Studi pendahuluan yang dilakukan


terhadap beberapa lansia yang berkunjung
ke Puskesmas Nguntoronadi I dengan
keluhan diare didapatkan bahwa pasien
mengatakan pernah diare ada juga yang
sering, ratarata tidak tahu sebabnya, buang
air besar di jamban baik cemplung atau leher
angsa, ada airnya tapi tidak mengalir,
kadang cuci tangan pakai sabun kadang
tidak pakai sabun kadang justru lupa.
Hasil studi pendahuluan dengan
wawancara terhadap 10 lansia dengan
keluhan diare di Puskesmas Nguntoronadi I
Wonogiri diketahui bahwa 5 orang diare
disebabkan oleh makanan dan yang lainnya
tidak tahu sebabnya apa, mereka yang
mengetahui tentang cuci tangan yang benar
hanya sebanyak 4 orang (40,0%) sedangkan
yang tidak mengetahui tentang pengetahuan
cuci tangan yang benar sebanyak 6 orang
(60%). Hal yang ditanyakan pada lansia
adalah kapan kita perlu cuci tangan, dengan
apa kita cuci tangan dan bagaimana cuci
tangan yang benar. Data dari kunjungan
semua pasien melalui simpus puskesmas
didapatkan lansia penderita diare pada tahun
2014 bulan Juni sebanyak 7 orang, bulan
Juli sebanyak 8 orang, bulan Agustus
sebanyak 11 orang, bulan September
sebanyak 12 orang, bulan Oktober sebanyak
13 orang, dan bulan November 2014
meningkat menjadi 15 orang. Sedangkan
kunjungan lansia yang berobat di Puskesmas
Nguntoronadi pada bulan Juni Desember
2014 sebanyak 3.151 orang dengan usia
terbanyak adalah 60-70 yaitu sebanyak 1057
orang.
Latar belakang di atas menjadi dasar
dalam penelitian ini, sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti tentang hubungan
antara pengetahuan tentang cuci tangan yang

benar dengan kejadian diare pada lansia di


Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri.
Masalah kesehatan pada lansia secara
umum disebabkan karena menurunnya
fungsi organ tubuh, sehingga aktivitas dan
metabolisme tubuh juga menurun, proses
alamiah di atas diikuti dengan menurunnya
energi dan kapasitas pencernaan yang umum
dimulai usia 50 tahun, oleh karena itu
diperlukan pengetahuan bagi lansia dalam
mencegah terjadinya diare diantaranya
pengetahuan tentang cuci tangan yang benar.
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana hubungan antara pengetahuan
tentang cuci tangan yang benar dengan
kejadian diare pada lansia di Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri?.
Tujuan penelitian ini adalah : Untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan
tentang cuci tangan yang benar dengan
kejadian diare pada lansia di Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah diskriptif
korelational,
dengan
menggunakan
pendekatan cross-sectional. Populasi pada
penelitian ini adalah semua lansia yang yang
memeriksakan kesehatannya di Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri pada bulan Juni
s/d Desember 2014 yang berjumlah 1.057
orang, diambil sampel sebanyak 91 orang
dengan teknik purposive sampling. Teknik
analisis data terdiri dari analisis univariate
dan bivariat. Adapun untuk analisis
univariate menjelaskan masing-masing
variabel yang diteliti. Adapun analisis
bivariate yang lain dengan menggunakan
analisis korelasi chi-square.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi
Responden

Frekuensi

Variabel
F
Umur :
Mean
Minimum
64,75
60
Pendidikan Akhir
Laki-laki
39
Perempuan
52
Pendidikan
SD Sederajat
SLTA Sederajat

51
40

Karakteristik

%
Maximum
70
42,9
57,1
56,0
44,0

Pekerjaan :
Pensiunan
26
28,6
Petani
36
39,6
IRT
27
29,7
Swasta
2
2,2
N = 91
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
rata-rata umur responden 64,75 tahun
dengan umur terendah 60 tahun dan umur
tertua adalah 70 tahun. Sejalan dengan
pendapat Nursalam (2007) bahwa semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja. Karena dengan
bertambahnya umur seseorang maka
kematangan dalam berpikir semakin baik
sehingga akan termotivasi setiap melakukan
pekerjaan dalam melayani pasien secara
profesional.Umur merupakan salah satu
faktor risiko alami yang mempengaruhi
kesehatan (Nilawati, 2008). Hal ini terjadi
karena
seiring
bertambahnya
usia
mekanisme kerja bagian-bagian tubuh
seseorang akan semakin menurun dan
menyebabkan terjadinya perubahan di dalam
sistem
pencernaan
dan
dampak
psikologisnya diantaranya stress, cemas,
ketakutan dan gugup (Suharyono, 2008).
Hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian responden berjenis kelamin

perempuan (57,1%). Hal ini merupakan


gambaran secara umum bahwa jenis kelamin
di daerah penelitian yang mana mayoritas
memang
mempunyai
jenis
kelamin
perempuan jika dibandingkan dengan jenis
kelamin laki-laki. Perempuan yang usianya
menuju pada menopause, resiko terjadinya
hipertensi meningkat. Hal ini disebabkan
oleh faktor hormonal. Pada wanita
premenopause cenderung sensitif akibat
perubahan bentuk pola tubuh dan penurunan
hormon estrogen. Hal ini akan berdampak
pada
ketidakstabilan
emosional
danpsikologis lansia tersebut sehingga
apabila
tidak
berkurang
dampak
psikologisnya seperti stress, kecemasan dan
gugup maka akan timbul terjadinya diare
pada lansia tersebut (Suharyono, 2008).
Berdasarkan penemuan diketahui
kebanyakan
responden
mem-punyai
pendidikan SDSederajat yaitu sebanyak
56,0%. Tingkat pendidikan lansia dengan
rasio akademik lebih tinggi
akan
memudahkan dalam menerima serta
mengembangkan
pengetahuan
dan
teknologi. Menurut Mubarak (2007),
pendidikan berarti bimbingan yang di
berikan seseorang pada orang lain terhadap
suatu hal agar mereka dapat memahaminya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah
menerima informasi dan akhirnya makin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya
dan sebaliknya.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar lansia mempunyai
pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak
39,6%.
Menurut
Mubarak
(2007),
lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zuraidah, Yeni Elviani (2013) yang meneliti
tentang hubungan pengetahuan dan sikap

dengan perilaku mencuci tangan dengan


benar yang menunjukkan bahwa dari 50
responden yang mencuci tangan dengan
benar adalah 41 responden (82%),
responden dengan pengetahuan baik adalah
48 responden (96%).
Pengetahuan Cuci tangan yang benar
Tabel 2. Pengetahuan

benar
Pengetahuan cuci
tangan yang benar
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah

cuci

tangan

yang

(%)

28
40
22
91

30,8
44,0
25,3
100,0

Hasil penelitian berkaitan dengan


pengetahuan tentang cuci tangan yang
benarpada
lansia
di
Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri mayoritas
mempunyai pengetahuan cukup yaitu
sebanyak 40 orang (44,0%)dimana ada
kesalahan yang sama dalam menjawab
kuesioner yang peneliti buat.
Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Fajar, NA dan Mirnaniarti
(2011)
yang
menyimpulkan
bahwa
pengetahuan tentang cuci tangan pakai
sabun masyarakat mayoritas tergolong
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 43,8%
dan sebagian kecil termasuk mempunyai
pengetahuan baik yaitu sebanyak 18
(21,2%). Di samping itu menurut penelitian
Kustantya (2013) bahwa hampir seluruhnya
sebanyak 55 responden (91,7%) lansia
memiliki pengetahuan yang cukup dan
76,6% lansia memiliki pengetahuan yang
cukup tentang perilaku hidup bersih dan
sehat.
Pada penelitian ini dari 91 responden
menurut pengetahuan sebagian besar
tergolong cukup sebanyak 40 responden
(44,0%), hal ini disebabkan karena mereka
umumnya mempuyai pendidikan akhir yang

rendah (SD Sederajat), karena menurut


Notoatmodjo (2010) bahwa semakain tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin
baik pula pengetahuan yang dimilikinya,
serta semakin banyak informasi yang
dimiliki maka semakin banyak pula yang
diketahui sehingga mereka mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik.
Padila, (2013) menyebutkan semakin
bertambah umur manusia akan terjadi proses
penuaan secara generatif yang berdampak
pada perubahan manusia, salah satunya
adalah penurunan fungsi kognitif dimana
aktivitas fisik masuk dalam gangguan fungsi
kognitif. Selain itu juga berhubungan
dengan penurunan fungsi otak yang
mengakibatkan kemunduran daya ingat dan
kelambanan motorik sederhana, sifat ini
sangat
individual
dan
hal
inilah
kemungkinan lansia lupa dalam menerapkan
kebiasaan untuk hidup bersih. Berdasar
penelitian
klinis
dan
epidemiologi
menunjukkan bahwa faktor Biologi,
perilaku, sosial dan lingkungan dapat
berkontribusi terhadap resiko penurunan
fungsi kognitif ( Plassman, dkk, 2010).
.
Kejadian Diare
Tabel 2. Kejadian Diare
Kejadian Diare
F
(%)
Diare
57
62,6
TidakDiare
34
37,4
Jumlah
91
100,0
Sumber: Data yang diolah, 2015.
Hasil penelitian tentang kejadian
diare
pada
lansia
di
Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri sebagian besar
terjadi diare yaitu sebanyak 59orang
(62,1%) dan sebagian yang lain tidak terjadi
diare
yaitu
sebanyak
36
pasien
(37,9%).Kejadian diare pada lansia di
negara berkembang utamanya dipengaruhi
oleh faktor kontaminasi patogen yang

menyebar melalui jalur fecal-oral.Perubahan


kondisi sanitasi lingkungan sangat berperan
dalam menurunkan kejadian diare di negaranegara
berkembang
(Subagyo
dkk,
2012).Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wahyu
Dekawati (2014) yang menunjukkan bahwa
dari 43 lansia yang menjadi responden yang
mengalami diare 74,4 % dan 95,3 %
menderita ISPA.
Sebagian besar kuman infeksius
penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal
oral penularannya dengan memasukkan ke
dalam mulut cairan atau benda tercemar
(terutama kotoran/tinja), misalnya air
minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan
air tercemar. Kebiasaan perorangan yang
berhubungan dengan penularan kuman
penyebab diare adalah kebiasaan mencuci
tangan, terutama saat selesai buang air besar,
sesudah
membuang
kotoran/sampah
sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum
makan(Depkes RI, 2005).
Menurut Manual (2009), sebagian
besar diare pada orang lansia adalah diare
akut. Hal ini biasanya disebabkan infeksi,
intoleransi makanan. Kurang lebih 34%
diare pada lansia disebabkan virus,
sedangkan kurang lebih 14% disebabkan
bakteri. Diare yang dikarenakan virus
mempunyai onset lebih pendek sekitar satu
sampai lima hari, sedangkan diare yang
disebabkan oleh bakteri lebih sering
menyebabkan keluarnya darah pada feces
(Phipps and Steinberg, 2006). Diare pada
lansia juga dapat disebabkan karena infeksi
nosokomial. Sebagian besar diare ini
disebabkan oleh bakteri Clostridium
difficile. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya collitis dengan berbagai tingkat
keparahan (Calvo, 2008).

Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian


Diare pada Lansia
Tabel 4. Hasil Analisis Chi-Square
Pengetahuan
Count
% of Tot
Count
Cukup
% of Tot
Count
Baik
% of Tot
Count
Total
% of Tot
Kurang

Diare
Tidak Diare
Diare
6
22
6.6% 24.2%
11
29
12.1% 31.9%
17
6
18.7% 6.6%
34
57
37.4% 62.6%

Total

pvalue

OR

c2

28
30.8%
40
44.0% 0,00 0,118 17,83
23
25.3%
91
100.0%

Berdasarkan hasil analisis ChiSquare (c2) diketahui bahwa nilai Chisquare sebesar 17,830 dengan nilai
probabilitas 0,000(p-value < 0,05), sehingga
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang cuci tangan yang benar
dengan kejadian diare pada lansia di
Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri,
artinya bahwa semakin baik dan meningkat
pengetahuan tentang cuci tangan yang benar
maka semakin menurun angka kejadian
diare
pada
lansia
di
Puskesmas
Nguntoronadi I Wonogiri.
Menurut Kemenkes RI (2013),
bahwa sekitar 30 penelitian terkait
menemukan bahwa cuci tangan yang benar
terutama dengan menggunakan sabun dapat
memangkas angka penderita diare hingga
separuh.
Penyakit
diare
seringkali
diasosiasikan dengan keadaan air, namun
secara akurat sebenarnya harus diperhatikan
juga penanganan kotoran manusia seperti
tinja dan air kencing, karena kuman-kuman
penyakit penyebab diare berasal dari
kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit
ini membuat manusia sakit ketika mereka
masuk mulut melalui tangan yang telah
menyentuh tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan
peralatan makan yang tidak dicuci terlebih
dahulu atau terkontaminasi
tempat

makannya yang kotor. Tingkat efektifan


mencuci tangan yang benar terutama
memakai sabun dalam penurunan angka
penderita diare dalam persen menurut tipe
inovasi pencegahan adalah : Mencuci tangan
dengan sabun (44%), penggunaan air olahan
(39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan
(28%), penyediaan air (25%), dan sumber
air yang diolah (11%).
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Nungky
Kustantya, Mochamad syaiful Anwar (2013)
tentang hubungan pengetahuan dengan
perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia,
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan lansia dengan
tingkat kejadian diare .
Hal ini juga didukung dengan hasil
penelitian oleh Palancoi (2014), bahwa
semakin tinggi pengetahuan tentang cuci
tangan maka kejadian diare akan semakin
rendah. Dalam penelitian Asiedu, dkk.,
(2011) menyatakan bahwa kebersihan
pribadi dan sanitasi yang buruk tetap
menjadi
perhatian
dalam
kesehatan
masyarakat di sebagian besar negara. Hasil
penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Wahyu Dekawati
(2014),dengan responden lansia, dari hasil
menunjukkan 95,3 % mengalami penyakit
infeksi.
Lansia lebih mudah terkena infeksi
hal ini dikarenakan lansia mengalami
penurunan sistem kekebalan tubuh, juga
kurangnya asupan gizi dan berkurangnya
fungsi fisik.Dapat disebabkan adanya
gangguan proses metabolisme tubuh
termasuk sintesis protein yang bekerja pada
sistem imunitas, maupun penurunan
efektivitas penyerapan air pada sistem
cerna.Jika yang terjadi adalah penurunan
kekebalan tubuh, diare yang menyerang
lansia sangat dimungkinkan disebabkan oleh
adanya infeksi bakteri. Namun jika
penyerapan air yang terganggu, maka jenis

makanan berperan penting di dalam kasus


diare pada lansia ini (Soegijanto, 2006).
SIMPULAN
1. Rerata umur responden 64,75 tahun,
dengan jenis kelamin perempuan
(57,1%),tingkat pendidikan SD Sederajat
(56,0%), dan mempunyai pekerjaan
sebagai petani (39,6%).
2. Sebagian besar lansia mempunyai
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 40
orang (44,0%).
3. Sebagian besar lansia terjadi diare yaitu
sebanyak 57 orang (62,6%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan tentang mencuci
tangan yang benar dengan kejadian diare
pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I
Wonogiri (p-value = 0,000).
SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Perlu lebih aktifnya tenaga kesehatan di
daerah untuk memberikan penyuluhan
dan penyampaian informasi tentang
kesehatan terutama penyakit diare baik
pada waktu dilaksanakannya acara-acara
kemasyarakatan
maupun
melalui
posyandu.
Sehingga
diharapkan
informasi mengenai kesehatan tersebut
dapat dijangkau keseluruh pelosok
daerah,
dimana
tidak
harus
mengandalkan peran serta kader
kesehatandi posyandu tetapi tenaga
kesehatan harus juga aktif terjun ke
daerah-daerah.
2. Bagi puskesmas
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan
untuk penyusunan sop penyuluhan
tentang cuci tangan yang benar pada
lansia sehingga dapat mengurangi
kejadian diare yang ada di wilayah
Puskesmas Nguntoronadi I baik oleh
Kepala Puskesmas atau pengelola

program
penyakit
menular
dan
bekerjasama dengan lintas program yang
ada di puskesmas.
3. Bagi lansia dan masyarakat
Diharapkan lansia dan masyarakat dapat
menambah
pengetahuan
tentang
mencuci yang benar dengan cara banyak
membaca buku tentang pencegahan diare
dan mengikuti penyuluhan terkait
pencegahan diare sehingga pihak
keluarga bisa mencegah terjadinya diare
pada anggota keluarga dan penyakit
diare pada lansia dapat dicegah sedini
mungkin.
4. Bagi peneliti berikutnya
Peneliti lain bisa menggunakan variabel
lain yang belum diteliti, seperti umur,
sikap, pengalaman, lingkungan, fasilitas
kesehatan serta sanitasi lingkunganyang
berhubungan dengan kejadian diare, dan
sampel yang lebih banyak atau dengan
metode penelitian yang berbeda serta
alat analisis yang berlainan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggrainy R. (2010). Cuci Tangan Pakai
Sabun Untuk Menurunkan Angka
Diare Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Dalam Program Mendukung Perilaku
Hidup Bersih. From http://www.
perilaku hidup bersih (PHBS).com.
Diakses 12 November 2014.
Dekawati, Wahyu. (2014). Hubungan Status
Gizi dengan Kejadian ISPA dan Diare
pada Lansia di Puskesmas Musuk I
Boyolali. Eprint.ums.ac.id.
Depkes. RI. (2005). Profil
Indonesia 2004. Jakarta

Kesehatan

Depkes. RI. (2011). Pedoman Pemberantasan


Penyakit Diare. Dirjen PPM dan PLP.
Jakarta.

Fajar, NA dan Mirnaniarti. (2011).Hubungan


pengetahuan dan sikap terhadap
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
Masyarakat
di
Desa
Senuro
Timur.Jurnal MKMI, Vol 7 No.1,
Januari 2011.
Fazlin, S. Suriadi, dan Sianturi, RN. (2013).
Tingkat Pengetahuan Siswa tentang
teknik Mencuci Tangan yang benar
terhadap Kejadian Diare di SDN 01
Pontianak Utara. Jurnal Keperawatan.
Sumut: USU.
Kemenkes, RI, (2011). Buku Saku Cuci
Tangan Pakai Sabun di Masyarakat
untuk
Petugas/Kader.
Jakarta:
Kemenkes, RI.
Kustantya, Nungky (2013). Gambaran
Karakteristik
Keluarga
Tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga
di Desa Karangasem Wilayah Kerja
Puskesmas Tanon II Sragen. Jurnal
GASTER, Vol. 8, No. 2
Mirnaniarti,
dkk.
(2011).
Hubungan
pengetahuan dan sikap terhadap
perilaku cuci tangan pakai sabun pada
masyarakat di Desa Senuro Timur.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat:
Universitas Airlangga
Murniwaty, Sintha. Faktor Risiko Kejadian
Diare Akut pada balita (Studi Kasus di
Kabupaten
Semarang).
Thesis
Program Pasca Sarjana. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas
Diponegoro. Semarang. 2006
Negara, A,J, dkk (2014).Pengaruh perilaku
hidup bersih dan sehat terhadap
kejadian diare di SDN 003 Kabupaten
Polewali Mandar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis. Volume 4

Nomor 6 Tahun 2014. STIKES Nani


Hasanudin.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan Geriatrik.
Edisi 1. Jakarta : EGC.
_______, W. (2004). Keperawatan Geriatrik.
Edisi 2. Jakarta : EGC.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, dilengkapi aplikasi kasus
asuhan keperawatan gerontik, terapi
modalitas, dan sesuai kompetensi
standar. Yogyakarta: Nuha Medika.
Palancoi, NA. (2014). Hubungan antara
Pengetahuan dan Lingkungan dengan
Kejadian Diare Akut pada Anak di
Kelurahan Pabbundukang Kecamatan
Pangkajene
Kabupaten
Pangkep.
Jurnal Kesehatan. Volume VII. No.
2/2014.
Plassman, BC, Havlik, RJ, Steffens,DC, et al.
(2000). Documented Head Injury in
Early Adulthhood and Risk of
Alhzeimer is Disease and Other
Dementia,Neurology.
Suharyono. (2008). Diare Akut, Klinik dan
Laboratorik. Cetakan Kedua. Jakara:
Rineka Cipta.
Syahputri. (2011). Hubungan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun.
From
http://www.perilaku
hidup
bersih (PHBS).com. diakses 13
November 2014.
World

Health
Organization.
(2005).
Diarrhoea
Treatment
Guidelines
Including New Recommendations For
The Use of ORS and Zinc
Supplementation for Clinic- Based and
Healthcare Workers. USA: MOST
The USAID Micronutrient Program.

Zuraidah, dkk. (2013). Hubungan pengetahuan


dan sikap dengan perilaku mencuci
tangan dengan benar. Jurnal Fakultas
Keperawatan. Politeknik Kesehatan
Palembang.

Anda mungkin juga menyukai