Masticatory merupakan mukosa yang menutupi gingiva dan palatal. Mukosa ini
menekan epitelium yang berkeratinin ke jaringan di bawahnya dengan bantuan
jaringan kolagen penghubung yang dapat menahan abrasi dan gaya tekan dari
proses mengunyah.
Lining merupakan mukosa yang menutupi semua area kecuali permukaan dosal
lidah dan ditutupi oleh epitelium nonkeratinasi sehingga lebih permeable. Mukosa
ini dapat berubah elastis dan dapat meregang untuk membantu berbicara dan
mengunyah.
Mukosa mulut terdiri dari epitelium yang ditutupi mukus dan terdiri dari
stratum distentum, stratum filamentosum, stratum suprabasale dan stratum basale
(Mathiowitz, 1999). Epitelium bisa terdiri dari lapisan tunggal (single layer) yang
terdapat pada lambung usus kecil dan usus besar serta bronkus, ataupun lapisan ganda
(multiple layer) seperti pada esophagus dan vagina. Lapisan paling ats terdiri dari
goblet sel yang mensekresikan mukus ke permukaan epitelium. Permukaan lembab
pada jaringan mukosa adalah akibat adanya mukus yang berlendir, kental dan terdiri
dari glikoprotein, lipid, garam inorganic, dam lebih dari 95% air (Punitha dan Girish,
2010). Di bawah epitelium terdapat basal lamina, lamina propia dan submukosa.
Epitelium memberikan barrier mekanis yang dapat melindungi jaringan di bawahnya,
lamina propia bertindak sebagai penahan mekanis dan juga membawa pembuluh
darah dan sel saraf (Mathiowitz, 1999). Tebal lapisan mukus bervariasi pada tiap-tiap
jaringan mukosa, biasanya antara 50-500 m pada saluran cerna dan kurang 1 m
pada rongga mulut (Punitha dan Girish, 2010).
Bukal adalah bagian dari mulut yang membatasi secara anterior dan lateral
antar bibir dan pipi, secara posterior dan medial (tengah) antara gigi dan gusi serta di
atas dan di bawah dari mukosa yang terbentang antara mulut, pipi dan gusi. Pembuluh
arteri maksilaris mengedarkan darah ke mukosa bukal dan darah mengalir lebih cepat
dan lebih banyak (2,4 mL/min/cm2) dari pada daerah sublingual, gingival dan palatal,
sehingga memfasilitasi difusi pasif molekul obat melewati mukosa. Tebal dari
mukosa bukal antara 500 800 m dan memiliki tekstur yang kasar, cocok untuk
sistem penghantar obat yang bersifat retensif. Pergantian epitelium bukal antar 5 6
hari (Punitha dan Girish, 2010).
2. Mekanisme Mukoadhesif
Secara umum mekanisme mukoadhesif dapat dibagi menjadi dua langkah, yaitu
tahap kontak dan tahap konsolidasi. Tahap kontak biasanya antara polimer mukoadhesif
dan membrane mukosa. Dengan menyebar dan mengembangnya sediaan maka akan
terjadi kontak yang lebih kuat terhadap lapisan mukus. Pada tahap konsolidasi, polimer
mukoadhesif diaktifkan dengan adanya kelembaban. Kelembaban melenturkan sistem
sehingga memudahkan molekul terbebas dan dapat berikatan secara Van der Waals dan
ikatan hidrogen (Carvalho et al., 2010).
Ada dua teori yang menjelaskan tahap konsolidasi, yaitu teori difusi dan teori
dehidrasi. Berdasarkan teori difusi, molekul mukoadhesif dan glikoprotein mukus saling
berinteraksi dengan adanya interpretasi ikatan dan membentuk ikatan sekunder. Dengan
kata lain, sediaan mukoadhesif akan mengalami interaksi kimia dan makanis.
Berdasarkan teori dehidrasi, bahan mukoadhesif akan mengalami dehidrasi ketika kontak
dengan mukus sebagai akibat dari perbedaan tekanan osmotik. Perbedaan gradien
konsentrasi ini menyebabkan air berpindah dari mukus ke sediaan sampai keseimbangan
osmotik tercapai. Proses ini menyebabkan terjadinya pencampuran sediaan dan mukus
yang meningkatkan waktu kontak dengan membran mukosa. Tahap pada proses
mukoadhesif dapat dilihat pada gambar 2.5. (Carvalho et al., 2010
pengukuran, misalkan melalui sudut kontak, dimana sudut kontak yang lebih kecil
mengidentifikasi afinitas yang lebih besar.
c. Teori Fraktur
Teori ini menganalisis gaya yang diperlukan untuk memisahkan dua permukaan
yang melekat. Teori ini menjelaskan tentang tekanan pada polimer untuk melepas dari
mukus untuk mendapatkan kekuatan ikatan adhesif. Teori ini biasanya berlaku pada
bahan bioadhesif yang bersifat kaku atau semi kaku yang tidak dapat melakukan
penetrasi rantai polimer ke lapisan mucus
d. Teori Difusi
Teori difusi menggambarkan bahwa interpenetrasi rantai polimer dan mukus
menghasilkan ikatan adhesif semi permanen sehingga gaya adhesi akan meningkat
dengan peningkatan derajat penetrasi rantai polimer. Laju penetrasi ini tergantung pada
koefisien difusi, fleksibilitas dan sifat dasar rantai polimer mukoadhesif, mobilitas dan
waktu kontak. (Punitha dan Girish, 2010).
dua jalur
permeasi transport pasif yaitu paracellular dan -rute transelular. Obat dapat melalui
kedua rute secara bersamaan, tapi satu rute biasanya lebih efektif , tergantung pada sifat
fisikokimianya. Karena ruang antar sel bersifat kurang lipofilik, senyawa hidrofilik
memiliki kelarutan lebih tinggi dalam lingkungan ini. Sel membran bersifat lipofilk,
sehingga zat hidrofilik sulit berpermeasi melalui membran sel karena koefisien partisi
yang rendah. Oleh karena itu, ruang-ruang antar sel menjadi barier utama permeasi pasif
senyawa lipofilik, dan membran sel sebagai penghalang
hidrofilik.
rute tersebut.
Jalur absorpsi obat melalui mukosa bukal terdapat dua rute utama yaitu : transelular
(Intraseluler) dan paracellular (antar sel).
o
Rute transelular melibatkan permeasi seluruh membran sel apikal, ruang intraseluler dan
basolateral membran baik oleh transportasi pasif (Difusi, partisi PH) atau dengan transpor
aktif (Difusi terfasilitasi dan carrier mediated, endositosis). Permeabilitas obat pada
transeluler melibatkan berbagai sifat fisikokimia termasuk ukuran, lipophilisitas, ikatan
hidrogen potensial dan konformasi. Transpor melalui pori-pori membran sel epitel dapat
dilalui oleh zat dengan volume molar yang rendah yaitu (80 cm/mol).
o Pada rute Paraceluler , zat yang memiliki volume yang besar dapat melalui rute ini.
Molekul hidrofobik melewati lipid bilayer, sedangkan molekul hidrofilik melewati daerah
berair sempit yang berdekatan dengan kelompok polar lipid.
pemberian
obat
melalui
mukosa
kompleks
untuk
sistem
bukal
sangat
banyak
faktor
saling
dan enzim
o saliva glands: The kelenjar saliva minor terletak di daerah epitel atau epitel
terdalam bukal mukosa yang mengeluarkan lendir pada permukaan mukosa bukal.
Mukus
dimaana
bentuk sediaan di daerah bukal untuk waktu yang lama dan untuk menahan
pergerakan jaringan selama berbicara dan selama makan makanan atau menelan.
Faktor Formulasi
o A. Ukuran Molekul:
molekul
2.
Obat dapat diberikan pada pasien dalam keadaan tidak sadar dan trauma.
3.
5.
6.
8.
Onset cepat
obat di
a. Jenis Matrix: Patch bukal dirancang dalam konfigurasi matriks berisi obat, perekat,
dan aditif dicampur bersama-sama.
b. Jenis Reservoir: Patch bukal dirancang dalam sistem reservoir berisi rongga untuk
obat dan aditif terpisah dari zat adhesif. Sebuah impermeable backing diterapkan
untuk mengendalikan arah pelepasan obat; untuk mengurangi deformasi dan
disintegrasi patch saat berada di mulut; dan untuk mencegah kerugian obat.
Patch Design: Beberapa penelitian in vitro telah dilakukan mengenai jenis dan
jumlah backing materials serta profil pelepasan obat dan itu menunjukkan bahwa
keduanya saling terkait.
layered dan multi-layered.
.
Daya adhesif yang cukup pada mukosa bukal dan kekuatan mekanik yang cukup
Pelepasan obat secara terkendali
Memberikan tingkat absorpsi yang baik
Dapat meningkatkan kepatuhan pasien dengan yang baik
Sebaiknya tidak menghambat fungsi yang normal seperti berbicara, makan dan
minum.
Pelepasan obat searah dengan mukosa
Sebaiknya tidak menyebabkan pengembangan infeksi sekunder seperti karies gigi.
Memiliki margin of safety yang luas baik lokal dan sistemik.
Harus memiliki ketahanan yang baik terhadap adanya pembilasan air liur.
Berbagai bentuk sediaan bukal dijelaskan dalam literatur dirangkum dalam Tabel
3 dan 4. formulasi yang paling umum adalah tablet dan patch.
9.2 Polimer
1.
2.
3.
4.
Mengubah reologi mucus, yaitu dengan mengurangi viskositas mucus dan saliva.
Meningkatkan fluiditas membrane lipid bilayer.
Menghambat enzim peptidase dan protease pada mukosa bukal.
Meningkatkan aktivitas termodinamika obat, seperti meningkatkan kelarutan obat.
b.
Sebuah film bukal yang ideal harus fleksibel, elastis, dan lembut
namun cukup kuat untuk menahan kerusakan akibat kegiatan di mulut.
Selain itu, juga harus memiliki kekuatan mukoadhesif baik sehingga
masih dapat dipertahankan dalam mulut untuk durasi yang diinginkan.
memperbaiki
d.
Serbuk
HPC dan beklometason dalam bentuk bubuk ketika disemprotkan ke
mukosa mulut tikus, menghasilkan peningkatan yang signifikan pada
waktu tinggal relatif terhadap larutan oral dan 2,5% dari beclomethasone
dipertahankan pada mukosa bukal selama lebih dari 4 jam.
e.
Bukal Spray
Perusahaan Generex bio technologies telah mengenalkan sediaan
insulin spray. Teknologi ini sedang digunakan untuk meningkatkan
formulasi dari sediaan bukal insulin untuk pengobatan diabetes tipe 1.
Bukal spray menghantarkan droplet halus ke dalam membran mukosa
sampai lapisan musin. Masih dalam penelitian untuk menentukan polimer
yang cocok.
c.
Mengukur ketebalan
Ketebalan setiap film diukur pada lima lokasi yang berbeda (pusat
dan empat sudut) menggunakan mikrometer digital.
Swelling study
f.
Karakter morfologi
Karakter morfologi dipelajari dengan menggunakan mikroskop
elektron scanning (SEM).
g.
Dimana, Ww adalah berat basah dan Wf adalah berat akhir. Pembengkakan setiap
film diukur.
h.
Permeation study
Kompartemen reseptor diisi dengan buffer fosfat pH 6,8, dan
hidrodinamika dalam kompartemen reseptor dipertahankan dengan
mengaduk dengan butiran magnetik pada 50 rpm. Sampel diambil pada
interval waktu yang telah ditentukan dan dianalisis kadar obat.
i.
dengan patch atas mukosa. keseimbangan disimpan dalam posisi ini selama 5
menit dari waktu kontak. air ditambahkan perlahan-lahan pada 100 tetes / menit
ke sisi kanan alat sampai patch terlepas dari permukaan mukosa. Berat, dalam
gram, diperlukan untuk melepaskan patch dari permukaan mukosa memberikan
ukuran kekuatan mukoadhesif
baik
dibutuhkan.
metode
meningkatkan
pelepasan
obat
melalui
DAFTAR PUSTAKA
Abuja. A, Khar, RK, Ali J. 1997. Mucoadhesive Drug Delivery System. Drug Dev. India Pharm.
Agarwal V, Mishra B. 1999. Design development and biopharmaceutical a property of
buccoadhesive compacts of pentazocine. Drug Dev Ind Pharm: 25:701709.
Alur HH, Pather SI, Mitra AK, Johnston TP. 1999. Transmucosal sustained-delivery of
chlorpheniramine maleate in rabbits using a novel natural mucoadhesive gum as an
excipient in buccal tablet. Int J Pharm; 188:110.
Amir H, et al. 2001. Systemic drug delivery via the buccal mucosal route. Pharmaceutical
technology: 1-27.
Anlar S, Capan Y, Guven O, Gogus A, Dlakara T, Hincal AA. 1994. Formulation and in vitro
and in vivo evaluation of buccoadhesive morphine sulphate tablets. Pharm. Res;11:231
236.
A.Puratchikody, et al. 2011. Buccal Drug Delivery: Past, Present and Future A Review. India:
International Journal of Drug Delivery.
Bouckaert S, Schautteet H, Lefebvre RA, Remon JP, Clooster RV. 1992. Double-layered
mucoadhesive tablets containing nystatin. Eur. J. Clin.Pharmacol: 43:137.
Cassidy JP, Landzert NM, Quadros E. 1993. Controlled buccal delivery of Buprenorphine. J
Control Release: 25:2129
Ceschel GC, Maffei P, Borgia SL, Ronchi C. 2002. Design and evaluation of buccal adhesive
hydrocortisone acetate tablets. Int J Pharm: 238:161170.
Ceschel GC, Maffei P, Borgia SL. 2004. Design and evaluation of a new Mucoadhesive
bilayered tablet containing nimesulide for buccal administration. Drug Deliv: 11:225230.
Choi HG, Kim CK. 2000. Development of Omeprazole buccal adhesive tablets with stability
enhancement in human saliva. J Control Release: 68:397404.
Choi H, Jung J, Yong CS, Rhee C, Lee M, Han J, Park K, Kim C. 2000. Formulation and in vivo
evaluation of Omeprazole buccal adhesive Tablet. J Control Release: 68:405412.
Collins AE, Deasy PB. 1990. Bioadhesive lozenge for the improved delivery of cetylpyridinium
chloride. J Pharm Sci: 79:116.
Colonna Claudia. 2007. Innovative drug delivery systems for challenging molecules, Scientifica
Acta 1(1): 70-77.
Cui Z, Mumper RJ. 2002. Bilayer films for mucosal (genetic) immunization via the buccal route
in rabbits. Pharm Res: 19:947953.
Danjo K, Kato H, Otsuka A, Ushimaru K. 1994. Fundamental study on the evaluation of strength
of granular particles. Chem Pharm Bull: 42:25982603.
Desai KGH, Kumar TMP. 2004. Preparation and evaluation of a novel buccal adhesive system.
AAPS PharmSciTech: 5:19.
Dinsheet, Agarwal SP, Ahuja A. 1997. Preparation and evaluation of buccal adhesive tablets of
Hydralazine hydrochloride. Indian J Pharm Sci: 59:135141.
Du Q, Ping QN, Liu GJ. 2002. Preparation of Buspirone hydrochloride buccal adhesive tablet
and study on its drug release mechanism. Yao Xue Xue Bao: 37:653 656
Goud HK, Kumar TMP. 2004. Preparation and evaluation of a novel buccal Adhesive systems.
AAPS PharmSciTech: 5:35.
Gupta A, Garg S, Khar RK. 1994. Interpolymercomplexation and its effect on bioadhesion
strength and dissolution characteristics of buccal drug delivery systems. Drug Dev Ind
Pharm: 20:315325.
Ikinci G, Senel S, Wilson CG, umnu M. 2004. Development of buccal bioadhesive nicotine
tablet formulation for smoking cessation. Int J Pharm: 277:173178.
Mishra,Shalini dkk. 2012. A Review Article: Recent Approaches in Buccal Patches. India: The
pharma innovation Vol. No.7.
N. G. Raghavendra Rao, B. Shravani, Mettu Srikanth Reddy. 2013. Overview on Buccal Drug
Delivery Systems. Journal of Pharmaceutical Science and Research, India.
R. Jagadeeshwar Reddy, et al. 2013. A Comprehensive Review on Buccal Drug Delivery System.
American Journal of Advanced Drug Delivery, India
Suhel khan, et al. 2016. Novel Aproaches - Mucoadhesive Buccal Drug Delivery System.
International Journal of Research and Development in Pharmacy and Life Sciences, India
Surender Verma, et al. 2011. An Overview On Buccal Drug Delivery System. Journal of
Pharmaceutical Science and Research, India.
1113102000006
ELOK FAIKOH
1113102000077
FANDI AKHMAD
1113102000039
GERALDI
11113102000037
1113102000018
1113102000031