BRONKIOLITIS
Disusun Oleh :
Velayati
030.11.294
Pembimbing :
dr. Virginia, Sp. A
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang
berjudul Bronkiolitis ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada dr. Virginia, Sp.A selaku pembimbing atas segala
pendampingan dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan kasus ini. Rasa terima kasih yang tak terhingga juga penulis
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
: An. M E
: laki-laki
: 4 bulan
4
Ibu
Nama
: Ny. E
Umur
: 23 tahun
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pendidikan
: SMP
Suku bangsa : Jawa
Agama
: Islam
Alamat
Jakarta Timur
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada ibupasien pada tanggal 21 November 2016
pukul 10.00 di bangsal anak lantai 6 Timur RSUD Budhi Asih.
a. Keluhan Utama
:
Sesak napas sejak 1 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan :
Batuk berdahak , demam
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Budhi Asih dengan keluhan sesak sejak + 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, sesak bertambah berat dan terdengar bunyi
ngik sesak tidak berkurang dengan perubahan posisi dan cuaca, kebiruan
disekitar mulut (-). Ibu pasien juga mengatakan terdapat keluhan batuk dahak
sejak 3 hari SMRS tetapi dahak tidak dapat dikeluarkan, pilek (+) demam (+)
tidak begitu tinggi, demam naik turun, muntah 1x/hari setelah batuk, berisi
dahak (+) warna putih encer bercampur susu. BAK dan BAB biasa, dan anak
masih terlihat aktif. Kejang (-), mimisan (-) Anak sebelumnya dibawa ke
Puskesmas dan telah diberi obat paracetamol tapi anak tidak membaik. Pasien
memiliki riwayat alergi susu sapi sejak usia 3 minggu. Di keluarga pasien,
yaitu nenek pasien yang tinggal serumah sering merokok sebungkus perhari.
Umur
3
minggu
Penyakit
Umur
Difteria
(-)
Cacingan
(-)
Diare
1 bulan
DBD
Otitis
(-)
(-)
Kejang
Morbili
(-)
(-)
Parotitis
(-)
Operasi
(-)
Penyakit
Umur
Penyakit ginjal
Penyakit
jantung
Radang paru
TBC
Hiperbilirubine
(-)
(-)
(-)
(-)
4 hari
mia
Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: pasien memiliki
riwayat alergi susu formula saat berusia 3 minggu setelah lahir, pernah diare
saat usia 1 bulan, dan hiperbilirubinemia 4 hari setelah lahir
Riwayat Kehamilan/ Persalinan
KEHAMILA
N
Morbiditas
Tidak ada
kehamilan
Perawatan antenatal
Tempat persalinan
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
KELAHIRAN
Keadaan bayi
III.
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi I : Gangguan perkembangan mental: Tidak ada
Psikomotor : Tengkurap
: 3 bulan
Duduk
:-
Berdiri
:-
Berjalan
:-
Bicara
:-
Perkembangan pubertas:
Rambut pubis
Payudara
Menarche
:::-
Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI
Buah / Biskuit
Bubur Susu
Nasi Tim
02
ASI
24
Susu formula
46
68
8 10
10 -12
(bulan)
V.
Riwayat Imunisasi
Vaksin
BCG
DPT / PT
1 bulan
2 bulan
Dasar ( umur )
-
Ulangan ( umur )
-
Polio
0 bulan
2 bulan
Campak
Hepatitis B
0 bulan
Riwayat Keluarga
a. Corak Reproduksi
Tanggal
Jenis
lahir
kelamin
1.
21/02/2011
Laki-laki
2.
22/07/2016
Laki-laki
No
Lahir
Abortu
Mati
Keterangan
mati
(sebab)
kesehatan
Sehat
Sehat
Hidup
b. Riwayat Pernikahan
Nama
Perkawinan keUmur saat menikah
Pendidikan terakhir
Agama
Suku bangsa
Keadaan kesehatan
Kosanguinitas
Penyakit, bila ada
Ayah
Tn. R
1
30 tahun
SMA
Islam
Sunda
Sehat
Tidak ada
Tidak ada
Ibu
Ny. E
2
19 tahun
SMP
Islam
Sunda
Sehat
Tidak ada
Asma
memiliki ventilasi yang baik, jendela sering dibuka, dan sinar matahari tidak
cukup masuk ke ruangan. Sumber air bersih menggunakan air pam. Tempat
pembuangan sampah didepan rumah dan setiap hari diangkut oleh petugas
kebersihan.Daerah tempat tinggal adalah perumahan padat penduduk.
Kesimpulan keadaan lingkungan: Lingkungan perumahan cukup baik namun
padat penduduk.
VII.
II.
A Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan Gizi
: Baik
Keadaan lain
: Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang
: 6,6 kg
Panjang Badan
: 59 cm
Lingkar kepala
: 40 cm
Status Gizi
- BB / U = 6 / 6,4 x 100 % = 93,75 %
- TB / U = 59 / 63 x 100 % = 93,65 %
- BB / TB = 6 / 5,3 x 100 % = 113,20%
Berdasarkan kurva CDC gizi anak termasuk dalam kategori gizi baik.
Tanda Vital
Nadi
Nafas
Suhu
: 120 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
: 56x /menit, tipe abdomino-torakal, nafas cepat dan dangkal
: 36,7C, axilla
KEPALA
RAMBUT
WAJAH
MATA:
Alis mata merata, madarosis (-)
Bulu mata hitam, merata, trikiasis (-)
Visus
: normal
Ptosis
Sklera ikterik
: -/Lagofthalmus
Konjungtiva anemis : -/Cekung
Exophthalmus
: -/Kornea jernih
Endophtalmus
: -/Lensa jernih
Strabismus
nb : -/Pupil
Nistagmus
: -/Refleks cahaya
: langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk
: normotia
Tuli
Nyeri tarik aurikula : -/Nyeri tekan tragus
Liang telinga
: lapang +/+
Membran timpani
Serumen
: -/Refleks cahaya
Cairan
: -/HIDUNG :
Bentuk
: simetris
Napas cuping hidung
Sekret
: -/Deviasi septum
Mukosa hiperemis
BIBIR
MULUT
: -/-
Konka eutrofi
: +/+
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
PARU
Inspeksi
:Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan
yang tertinggal, pernapasan abdomino-torakal, retraksi suprastrenal (-),
benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-)
Palpasi : supel,nyeri tekan (-) hampir menyeluruh di regio abdomen, turgor kulit baik.
ANGGOTA GERAK :
Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki, serta
sikap badan, tidak terdapat keterbatasan gerak sendi, akral hangat pada keempat
ekstremitas, sianosis (-), edema (-), capillary refill time< 3 detik.
Tangan
Tonus otot
Sendi
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Lain-lain
Kanan
Normotonus
Aktif
(+)
(-)
Edema (-)
Kiri
Normotonus
Aktif
(+)
(-)
Edema (-)
Kaki
Tonus otot
Sendi
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Lain-lain
Kanan
Normotonus
Aktif
(+)
(-)
Edema (-)
Kiri
Normotonus
Aktif
(+)
(-)
Edema (-)
KULIT :
Warna sawo matang merata, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit baik,
lembab.
TULANG BELAKANG :
Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-)
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 19 -11- 2016
Nama Test
Darah Lengkap
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Hasil
Unit
Nilai Rujukan
12000
3.6
10.5
30
544
83
28.8
34.7
13.6
/ul
juta/uL
g/dl
%
ribu/ul
fL
Pg
g/dL
%
600017000
3.6 5.2
10,8 12,8
3543
229 553
73 101
23 31
2634
<14
IV.
RESUME
. Pasien datang ke IGD RS Budhi Asih dengan keluhan sesak sejak + 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, sesak bertambah berat dan terdengar bunyi ngik sesak tidak
berkurang dengan perubahan posisi dan cuaca. Ibu pasien juga mengatakan terdapat
keluhan batuk dahak sejak 3 hari SMRS tetapi dahak tidak dapat dikeluarkan, pilek
(+) demam (+) tidak begitu tinggi, demam naik turun timbul perlahan sejak 3 hari
SMRS, muntah 1x/hari setelah batuk, berisi lendir (+) warna putih encer bercampur
susu. BAK dan BAB biasa, dan anak masih terlihat aktif. Anak sebelumnya dibawa
ke Puskesmas dan telah diberi obat paracetamol tapi anak tidak membaik. Pasien
memiliki riwayat alergi susu sapi sejak usia 3 minggu. Di keluarga pasien, yaitu nenek
pasien yang tinggal serumah sering merokok sebungkus perhari.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital RR: 56x/menit HR: 104x/menit Suhu:
36,80C. Pada auskultasi thorax didapatkan ronkhi +/+ dan wheezing +/+. Hasil
laboratorium didapatkan trombosit yang meningkat yaitu 544.000
V.
Diagnosis banding
Asma Bronkial
Bronkopneumonia
Pemeriksaan anjuran
Foto thorax
VIII. Tatalaksana
Non-medikamentosa
- Komunikasi, informasi, dan edukasi orang tua pasien mengenai keadaan
-
O2 2L/nasal
KAEN 1B 3cc/kgbb/jam
Triamnisolon 3x1
I.
Cetirizine 2x2,5
Asi/SF 6x90cc/NGT
IX.
Prognosis
Ad vitam
: Ad bonam
Ad fungsionam
: Ad bonam
Ad sanationam
: Ad bonam
FOLLOW UP
Hari Perawatan ke-2 (20-11-2016)
S
O
CM
N: 104x/ menit
R: 56x/ menit
S: 36,8oC
A
Bronkiolitis
P
-
02 2l/nasal
Kaen 1b 3cc/kgbb/jam
Triamnisolon 3x1
Cetirizine 2x2,5mg
Hasil
Unit
Nilai Rujukan
12000
3.6
10.5
30
544
83
28.8
34.7
13.6
/ul
juta/uL
g/dl
%
ribu/ul
fL
Pg
g/dL
%
600017000
3.6 5.2
10,8 12,8
3543
229 553
73 101
23 31
2634
<14
O
CM
N: 126x/ menit
R: 44x/ menit
S: 36,6oC
Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-) faring
hiperemis (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi (+/
normal
intercostal (-)
Cor: BJ I II regular, murmur
A
Bronkiolitis
P
-
O2 2l/nasal
Kaen 1B 3cc/kgbb/jam
Triamnisolon 3x1mg
Cetirizine 2x2,5mg p.o
Inhalasi ventolin
Inj dexamethasone 3x1mg
O
CM
N: 125x/ menit
R: 38x/ menit
S: 36,6oC
Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi
(-/-), wheezing (+/+)
Cor: BJ I II regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen: supel, NT
epigastrium(-), BU (+)
3x/menit
Ekstremitas: hangat ++/++,
CRT <2
A
Bronkiolitis
P
-
02 2l/nasal
Kaen 1B 3cc/kgbb/jam
Inj. Dexamethasone 3x1mg
Cetirizine 2x2,5mg p.o
SF 8x200cc/oral
O
CM
N: 112x/ menit
R: 32x/ menit
S: 36,6oC
Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi
A
Bronkiolitis
P
-
Kaen 1B3cc/kgbb/jam
Inj. Dexamethasone 3x1mg
Cetirizine 2x2,5 mg p.o
SF 8x200 cc/oral
Chest fisioterapi
O
CM
N: 110x/ menit
R: 28x/ menit
S: 36,5oC
Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
Cor: BJ I II regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen: supel, NT
epigastrium(-), BU (+)
3x/menit
Ekstremitas: hangat ++/++,
CRT <2
Lab. 19-11-2016
A
Bronkiolitis
dengan
perbaikan
P
-
Cetirizine 2x2,5mg
Ambroxol 3,5
Salbutamol 0,3mg
Ventolin
NaCl 5 cc
SF 8x210cc
Nama Test
Darah Lengkap
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Hasil
Unit
Nilai Rujukan
12000
3.6
10.5
30
544
83
28.8
34.7
13.6
/ul
juta/uL
g/dl
%
ribu/ul
fL
Pg
g/dL
%
600017000
3.6 5.2
10,8 12,8
3543
229 553
73 101
23 31
2634
<14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6,9)
2.2. Etiologi
Penyebab tersering (50 - 90%) adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Disamping itu dalam jumlah kecil disebabkan oleh virus para influenza, virus influenza,
dilaporkan. (1,2,3,4,5,6,7)
2.3. Epidemiologi
Bronkiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan
anak-anak. Insidensi penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak
kejadian pada usia kira-kira 6 bulan. Sering terjadi pada musim dingin dan awal musim
semi (di negara-negara dengan 4 musim). Angka kesakitan tertinggi didapatkan pada
tempat penitipan anak sekitar 95%.(1,3,5,6)
Sebanyak 11,4% anak berusia dibawah 1 tahun dan 6% anak berusia 1-2 tahun di
AS pernah mengalami bronkiolitis. Penyakit ini menyebabkan 90.000 kasus perawatan di
rumah sakit dan menyebabkan 4500 kematian setiap tahunnya. Bronkiolitis merupakan
17% dari semua kasus perawatan di RS pada bayi. Rata-rata insidens perawatan setahun
pada anak berusia dibawah 1 tahun adalah 21,7 per 1000, dan semakin menurun seiring
dengan pertambahan usia, yaitu 6,8 per 1000 pada usia 1-2 tahun.(9)
Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di negara-negara berkembang
daripada di negara-negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya status gizi
dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di negara
berkembang. Angka mortalitas di negara berkembang pada anak-anak yang dirawat
adalah 1-3%.(9)
2.4. Patologi
Gambaran awal abnormalitas saluran pernafasan bagian bawah pada bronkiolitis
dijumpai : (1,2,4)
a. Nekrosis epitel saluran nafas kecil
b. Inflamasi peribronkial
c. Edema saluran nafas
d. Penimbunan/akumulasi mukus dan eksudat liat di saluran nafas
Pada bronkiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena edema dan
akumulasi mukus dan eksudat liat. Di dinding bronkus dan bronkiolus terdapat infiltrasi
sel radang. Radang juga dijumpai peribronkial dan di jaringan interstitial. Obstruksi
parsial bronkiolus menimbulkan emfisema dan obstruksi total menimbulkan atelektasis.
(4)
2.5. Patofisiologi
Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris
seluler dan edema. Karena tahanan terhadap aliran udara didalam suatu tabung
berbanding terbalik dengan pangkat 3 jari-jari tabung tersebut, maka penebalan kecil
yang terjadi pada dinding bronkiolus pada bayi akan mengakibatkan pengaruh besar atas
aliran udara. Tahanan udara pada lintasan-lintasan udara kecil akan meningkat baik
selama fase inspirasi maupun fase ekspirasi. Tetapi karena jari-jari suatu saluran nafas
akan mengecil selama ekspirasi, maka obstruksi katup bulat pernafasan akan
mengakibatkan terjadinya pemerangkapan udara serta pergeseran udara yang berlebihan
yang disebut mekanisme klep. Mekanisme klep adalah terperangkapnya udara yang
menimbulkan overinflasi dada. Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi menjadi lengkap
dan udara yang terperangkap habis terserap. (3,5,6)
Pertukaran udara yang terganggu menyebabkan ventilasi berkurang pada
alveolus-alveolus sehingga terjadi hipoksemia dan peningkatan frekuensi nafas sebagai
kompensasi. Retensi karbondioksida (hiperkapnia) biasanya tidak terjadi kecuali pada
penderita-penderita yang terserang hebat. Pada umumnya semakin tinggi kecepatan
pernafasan, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia biasanya tidak
dijumpai hingga kecepatan pernafasan melebihi
2.7.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pertimbangan beberapa faktor yang lebih
menitikberatkan pada manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik, karena faktor lainnya
hanya ditemukan bukti-bukti yang tidak spesifik, seperti pada pemeriksaan laboratorium
dan radiologi. Manifestasi klinis harus didukung beberapa anamnesis yang memperkuat
diagnosis penyakit ini terhadap penyakit lain yang serupa. (1)
Beberapa hasil penelitian menyatakan, bahwa diagnosis bronkiolitis virus
diperoleh dari : (1)
1. Gambaran/gejala klinis
2. Usia anak
3. Epidemi RSV di masyarakat terutama di RS melalui petugas perawatan sebagai
sumber penularan pada bayi.
Gejala klinis bronkiolitis harus dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga
timbul pada usia muda. Anak dengan asma akan memberikan respons terhadap
pengobatan dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan bronkiolitis tidak. Bronkiolitis
juga harus dibedakan dengan bronkopneumonia yang disertai emfisema obstruksi dan
gagal jantung. (4)
2.7.1. Anamnesis
Gejala awal berupa gejala infeksi saluran nafas atas akibat virus, seperti pilek ringan,
batuk, dan demam. Satu hingga dua hari kemudian timbul batuk yang disertain dengan
sesak napas. Selanjutnya dapat ditemukan wheezing, sianosis, merintih (grunting), napas
berbunyi, muntah setelah batuk, rewel, dan penurunan nafsu makan.(9)
2.7.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada anak yang mengarah ke diagnosis bronkiolitis adalah adanya
takipnea, takikardi, dan peningkatan suhu di atas 38,5oC. Selain itu, dapat juga
ditemukan konjungtivitis ringan dan faringitis.(9)
Obstruksi saluran nafas bawah akibat respons inflamasi akut akan menimbulkan
gejala ekspirasi memanjang hingga wheezing. Usaha-usaha pernapasan yang dilakukan
anak untuk mengatasi obstruksi akan menimbulkan nafas cuping hidung dan retraksi
interkostal. Selain itu, dapat juga ditemukan ronki dari pemeriksaan auskultasi paru.
Sianosis dapat terjadi, dan bila gejala menghebat, dapat terjadi apnea, terutama pada bayi
berusia <6 minggu.(9)
2.7.3. Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin kurang bermakna karena jumlah leukosit biasanya normal,
demikian pula dengan elektrolit. Analisis gas darah (AGD) diperlukan untuk anak
dengan sakit berat, khususnya yang membutuhkan ventilator mekanik.(9)
Pada foto rontgen thoraks didapatkan gambaran hiperinflasi dan infiltrat (patchy
infiltrates), tapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada asma, pneumonia
viral atau atipikal, dan aspirasi. Dapat pula ditemukan gambaran atelektasis, terutama
pada saat konvalesens akibat sekret pekat bercampur sel-sel mati yang menyumbat, air
trapping, diagfragma datar, dan peningkatan diameter antero-posterior. Untuk
menemukan RSV dilakukan kultur virus, rapid antigen detection tests (direct
immunofluoresence assay dan ELISA), atau polymerase chain reaction (PCR), dan
pengukuran titer antibodi pada fase akut dan konvalenses.(9)
2.8.
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit dapat merupakan diagnosis banding bronkiolitis. Penyakit lain
yang sering dikacaukan dengan bronkiolitis yaitu asma bronkhial. (1) Beberapa diagnosis
yang perlu dipertimbangkan antara lain : (8)
1. Asma Bronkial
a. Jarang ditemukan pada tahun pertama kehidupan, tetapi sering terjadi setelah
periode tersebut.
b. Riwayat keluarga penderita asma bronkial.
c. Serangan awal yang mendadak tanpa tanda infeksi sebelumnya.
d. Serangan berulang.
e. Ekspirasi diperpanjang secara mencolok.
f. Eosinofilia pada darah dan usapan hidung.
2. Bronkopneumonia
a. Jarang dijumpai pada bayi sampai usia 6 bulan.
b. Riwayat anamnesis, perjalanan penyakit tidak terlalu mendadak, demam, batuk
tidak ngikil, nafsu makan/minum berkurang.
c. Didapatkan sumber penularan ISPA disekitarnya.
d. Setelah 5-7 hari timbul sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis
e. Pemeriksaan fisik ditemukan :
Perkusi : Suatu gambaran normal sampai redup relatif
Auskultasi : Ada krepitasi atau ronki basah halus.
f. Retraksi dinding dada (interkostal dan suprasternal).
g. Pemeriksaan laboratorium : lekositosis dan HJL (Hitung Jenis Lekosit)
pergeseran ke kiri.
h. Pemeriksaan radiologi paru ditemukan sebaran infiltrat diseluruh bagian paru
kanan dan kiri.
2.9.
Penatalaksanaan
Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi,
sebaiknya dengan uap dingin (mist-tent), tujuannya untuk mencairkan sekret bronkus
yang liat dan mengatasi hipoksemia.(1)
Prinsip pengobatan di rumah sakit meliputi beberapa hal, yaitu : (1,4,6)
1. Suportif
a. Pemberian oksigen untuk mengatasi hipoksemia, apnea, dan kegagalan
pernafasan. Diberikan 1 - 2 l/menit.
b. Pengaturan suhu tubuh.
c. Pencairan lendir yang lengket.
2.10. Prognosis
Perjalanan klinis umumnya dapat teratasi setelah 48-72 jam. Angka kematian
pada penderita ini ditemukan < 1%. Kegagalan perawatan disebabkan apnea yang terjadi
berlangsung lama, asidosis respiratorius yang tidak terkoreksi, atau karena dehidrasi
yang disebabkan oleh takipnea dan kurang makan minum. (1)
BAB IV
KESIMPULAN
1. Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut ditandai dengan
adanya obstruksi pada saluran nafas kecil.
2. Bronkiolitis sering menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun, terbanyak pada usia 6
bulan.
3. Bronkiolitis disebabkan oleh virus, terbanyak oleh Respiratory Syncytial Virus (RSV).
4. Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris dan
edema.
5. Bronkiolitis menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan yang
cepat, retraksi dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi.
6. Beberapa hasil penelitian menyatakan, diagnosis bronkiolitis didapatkan dari :
Gambaran/gejala klinis
Usia anak
7. Asma bronkial dan bronkopnemonia merupakan penyakit yang sering mengacaukan
diagnosis bronkiolitis.
8. Prinsip pengobatan di rumah sakit meliputi beberapa hal yaitu suportif, masih
kontroversial pemakaian kortikosteroid, pertimbangan dan pemberian antibiotik bila ada
tersangka infeksi bakterial, tidak dianjurkan pemakaian sedativa dan bronkodilator dan
pemberian anti virus.
9. Prognosis bronkiolitis tergantung oleh ketepatan diagnosis, fasilitas yang tersedia,
ketepatan tatalaksana dan kecermatan pemantauan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
7. Schwartz, M.W., 2006, Respiratory Distress in the book Clinical Handbook of Pediatrics,
Williams & Wilkins, A Waverly Company, Philadelphia, pg. 576.
8. Anonim, 2007, Respiratory in the book, Paediatric Handbook, Royal Childrens Hospital,
Melbourne, Australia, pg. 117.
9. Rahajoe, Nastiti N., dkk, 2010, Bronkiolitis, dalam Buku Ajar Respirologi, Badan
Penerbit IDAI, Jakarta, hal. 333-347.