Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

BRONKIOLITIS

Disusun Oleh :
Velayati
030.11.294
Pembimbing :
dr. Virginia, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 14 NOVEMBER 2016 21 JANUARI 2017
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Presentasi kasus dengan judul :
Bronkiolitis

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak RSUD Budhi Asih
Periode 14 November 2016 21 Januari 2017
Disusun oleh :
Velayati
030.11.294

Telah diterima dan disetujui oleh dr.Virginia, Sp.A


Selaku dokter pembimbing Departemen Ilmu Penyakit Anak RSUD Budhi Asih

Jakarta, 3 Desember 2016


Mengetahui,

dr. Virginia, Sp.A

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang
berjudul Bronkiolitis ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada dr. Virginia, Sp.A selaku pembimbing atas segala
pendampingan dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan kasus ini. Rasa terima kasih yang tak terhingga juga penulis

sampaikan kepada keluarga dan rekan-rekan sejawat yang telah memberikan


dukungan, saran dan kritik yang membangun.Penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan kasus.Penulis berharap agar
laporan kasus ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Jakarta, Desember 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat,
retraksi dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini
merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan
terjadinya obstruksi pada bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)

Bronkiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi


dan anak-anak. Insidensi penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan
dengan puncak kejadian pada usia kira-kira 6 bulan. Sering terjadi pada musim
dingin dan awal musim semi (di negara-negara dengan 4 musim). Angka
kesakitan tertinggi didapatka n pada tempat penitipan anak sekitar 95%.(1,3,5,6)
Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak
yang berusia lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan
penyakit ini, karena mereka lebih tahan terhadap terjadinya edema pada
bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis tidak dijumpai, walaupun
sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena infeksi. (1,3)
Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan
penyakit ini terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan
dalam keluarga ditemukan sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang
mempunyai anak usia sekolah. (1)

BAB II
LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa : Velayati
Pembimbing :dr. Virginia, Sp. A
NIM
:030.11.294
Tanda tangan :
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur

: An. M E
: laki-laki
: 4 bulan
4

Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 22 juli 2016


Agama
: Islam
Alamat
:Jl. Prumpung Sawah, Jakarta Timur
Suku Bangsa
: Jawa
Ayah
Nama
: Tn. R
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Pendidikan
: SMA
Suku bangsa : Jawa
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kebun manggis,
Jakarta Timur

Ibu
Nama
: Ny. E
Umur
: 23 tahun
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pendidikan
: SMP
Suku bangsa : Jawa
Agama
: Islam
Alamat

: Jl. Kebun manggis,

Jakarta Timur

IDENTITAS ORANG TUA:


Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung.

I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada ibupasien pada tanggal 21 November 2016
pukul 10.00 di bangsal anak lantai 6 Timur RSUD Budhi Asih.
a. Keluhan Utama
:
Sesak napas sejak 1 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan :
Batuk berdahak , demam
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Budhi Asih dengan keluhan sesak sejak + 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, sesak bertambah berat dan terdengar bunyi
ngik sesak tidak berkurang dengan perubahan posisi dan cuaca, kebiruan
disekitar mulut (-). Ibu pasien juga mengatakan terdapat keluhan batuk dahak
sejak 3 hari SMRS tetapi dahak tidak dapat dikeluarkan, pilek (+) demam (+)
tidak begitu tinggi, demam naik turun, muntah 1x/hari setelah batuk, berisi
dahak (+) warna putih encer bercampur susu. BAK dan BAB biasa, dan anak
masih terlihat aktif. Kejang (-), mimisan (-) Anak sebelumnya dibawa ke
Puskesmas dan telah diberi obat paracetamol tapi anak tidak membaik. Pasien

memiliki riwayat alergi susu sapi sejak usia 3 minggu. Di keluarga pasien,
yaitu nenek pasien yang tinggal serumah sering merokok sebungkus perhari.

d. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


Penyakit
Alergi

Umur
3
minggu

Penyakit

Umur

Difteria

(-)

Cacingan

(-)

Diare

1 bulan

DBD
Otitis

(-)
(-)

Kejang
Morbili

(-)
(-)

Parotitis

(-)

Operasi

(-)

Penyakit

Umur

Penyakit ginjal
Penyakit
jantung
Radang paru
TBC
Hiperbilirubine

(-)
(-)
(-)
(-)

4 hari
mia
Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: pasien memiliki
riwayat alergi susu formula saat berusia 3 minggu setelah lahir, pernah diare
saat usia 1 bulan, dan hiperbilirubinemia 4 hari setelah lahir
Riwayat Kehamilan/ Persalinan

KEHAMILA
N

Morbiditas

Tidak ada

kehamilan
Perawatan antenatal

Rutin kontrol ke dokter, 1 bulan 1x,

Tempat persalinan
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
KELAHIRAN
Keadaan bayi

pada trimester III 2 minggu 1x.


Rumah Bersalin
Bidan
Spontan
Penyulit : Tidak ada
Cukup bulan:39 minggu
Berat lahir : 3640 gr
Panjang lahir : 49 cm
Lingkar kepala : Tidak tahu
Langsung menangis (+)
Kemerahan (+)
Kuning (-)
Nilai APGAR : Tidak tahu
Kelainan bawaan : Tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan : Kontrol kehamilan baik,


persalinan spontan, cukup bulan, berat badan lahir sesuai dengan masa
kehamilan, tidak ada kelainan atau penyakit yang membutuhkan perawatan
di rumah sakit.
6

III.

Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi I : Gangguan perkembangan mental: Tidak ada
Psikomotor : Tengkurap

: 3 bulan

Duduk

:-

Berdiri

:-

Berjalan

:-

Bicara

:-

Perkembangan pubertas:
Rambut pubis
Payudara
Menarche

:::-

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Perkembangan


normal
IV.

Riwayat Makanan
Umur

ASI/PASI

Buah / Biskuit

Bubur Susu

Nasi Tim

02

ASI

24

Susu formula

46

68

8 10

10 -12

(bulan)

Umur diatas 1 tahun:


Jenis Makanan
Frekuensi dan Jumlah
Nasi
Sayur
Daging
Telur
Ikan
Tahu
Susu
SGM
Lain-lain
Simpulan riwayat makanan :Pasien mendapatkan ASI dari sejak lahir
sampai usia 3 minggu, sudah minum PASI dan bubur susu sejak usia 3
minggu.

V.

Riwayat Imunisasi
Vaksin
BCG
DPT / PT

1 bulan
2 bulan

Dasar ( umur )
-

Ulangan ( umur )
-

Polio

0 bulan

2 bulan

Campak
Hepatitis B

0 bulan

Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar tidak lengkap.


VI.

Riwayat Keluarga
a. Corak Reproduksi
Tanggal

Jenis

lahir

kelamin

1.

21/02/2011

Laki-laki

2.

22/07/2016

Laki-laki

No

Lahir

Abortu

Mati

Keterangan

mati

(sebab)

kesehatan

Sehat

Sehat

Hidup

b. Riwayat Pernikahan
Nama
Perkawinan keUmur saat menikah
Pendidikan terakhir
Agama
Suku bangsa
Keadaan kesehatan
Kosanguinitas
Penyakit, bila ada

Ayah
Tn. R
1
30 tahun
SMA
Islam
Sunda
Sehat
Tidak ada
Tidak ada

Ibu
Ny. E
2
19 tahun
SMP
Islam
Sunda
Sehat
Tidak ada
Asma

c. Riwayat Penyakit Keluarga:


Ibu pasien memiliki riwayat asma
Kesimpulan Riwayat Keluarga:
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara
RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan neneknya di rumah kontrakan.
Rumah 1 lantai, beratap genteng, berdinding tembok, dan berlantai keramik,

memiliki ventilasi yang baik, jendela sering dibuka, dan sinar matahari tidak
cukup masuk ke ruangan. Sumber air bersih menggunakan air pam. Tempat
pembuangan sampah didepan rumah dan setiap hari diangkut oleh petugas
kebersihan.Daerah tempat tinggal adalah perumahan padat penduduk.
Kesimpulan keadaan lingkungan: Lingkungan perumahan cukup baik namun
padat penduduk.

VII.

RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI


Ayah pasien bekerja sebagai

wiraswasta dengan penghasilan

Rp.3.000.000/bulan. Sedangkan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga.


Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari. Sehari-hari pasien diasuh oleh ibunya.
Kesimpulan sosial ekonomi: penghasilan ayah pasien tersebut cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

II.

PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 20 november 2016 pukul 12.30 WIB)

A Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan Gizi
: Baik
Keadaan lain
: Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang
: 6,6 kg
Panjang Badan
: 59 cm
Lingkar kepala
: 40 cm
Status Gizi
- BB / U = 6 / 6,4 x 100 % = 93,75 %
- TB / U = 59 / 63 x 100 % = 93,65 %
- BB / TB = 6 / 5,3 x 100 % = 113,20%
Berdasarkan kurva CDC gizi anak termasuk dalam kategori gizi baik.

Tanda Vital
Nadi
Nafas
Suhu

: 120 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
: 56x /menit, tipe abdomino-torakal, nafas cepat dan dangkal
: 36,7C, axilla

KEPALA
RAMBUT
WAJAH

: Normocephali, ubun-ubun besar sudah menutup, cekung (-)


: Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tebal
: wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut

MATA:
Alis mata merata, madarosis (-)
Bulu mata hitam, merata, trikiasis (-)
Visus
: normal
Ptosis
Sklera ikterik
: -/Lagofthalmus
Konjungtiva anemis : -/Cekung
Exophthalmus
: -/Kornea jernih
Endophtalmus
: -/Lensa jernih
Strabismus
nb : -/Pupil
Nistagmus
: -/Refleks cahaya
: langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk
: normotia
Tuli
Nyeri tarik aurikula : -/Nyeri tekan tragus
Liang telinga
: lapang +/+
Membran timpani
Serumen
: -/Refleks cahaya
Cairan
: -/HIDUNG :
Bentuk
: simetris
Napas cuping hidung
Sekret
: -/Deviasi septum

: -/: -/: -/: +/+


: +/+
: bulat, isokor

: -/: -/: sulit dinilai


: sulit dinilai
::-

Mukosa hiperemis
BIBIR
MULUT

: -/-

Konka eutrofi

: +/+

: mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)


: trismus(-),oral hygiene baik, tumbuh gigi (-), mukosa gusi dan pipi

berwarna merah muda.


: Normoglosia, mukosa merah muda (-), atrofi papil (-), tremor (-),
coated tongue (-)
TENGGOROKAN : Arkus faring simetris, hiperemis (-), uvula ditengah
LEHER
:Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid
LIDAH

maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran


THORAKS

tiroid maupun KGB, trakea teraba di tengah


: Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas (-), retraksi
suprastrenal (-), retraksi intercostal (-) minimal, retraksi subcostal (-)

JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Ictus cordis tidak tampak


: Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra
: Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan jantung ICS III-V linea sternalis dextra
Batas atas jantung ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

PARU
Inspeksi

:Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan
yang tertinggal, pernapasan abdomino-torakal, retraksi suprastrenal (-),

retraksi intercostal (-) minimal, retraksi subcostal (-)


Palpasi
: gerak napas simetris kanan dan kiri
Perkusi
: Sonor di kedua hemithoraks paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi (+/+), wheezing (+/+)
ABDOMEN :
Inspeksi :perut datar, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun

benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-)
Palpasi : supel,nyeri tekan (-) hampir menyeluruh di regio abdomen, turgor kulit baik.

Hepar dan lien tidak teraba.


Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut
Auskultasi :bising usus (+), frekuensi 3x / menit

GENITALIA : Jenis kelamin laki-laki


KELENJAR GETAH BENING :
Preaurikuler
: tidak teraba membesar
Postaurikuler
: tidak teraba membesar
Submandibula
: tidak teraba membesar
Supraclavicula
: tidak teraba membesar
Axilla
: tidak teraba membesar
Inguinal
: tidak teraba membesar

ANGGOTA GERAK :
Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki, serta
sikap badan, tidak terdapat keterbatasan gerak sendi, akral hangat pada keempat
ekstremitas, sianosis (-), edema (-), capillary refill time< 3 detik.
Tangan
Tonus otot
Sendi
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Lain-lain

Kanan
Normotonus
Aktif
(+)
(-)
Edema (-)

Kiri
Normotonus
Aktif
(+)
(-)
Edema (-)

Kaki
Tonus otot
Sendi
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Lain-lain

Kanan
Normotonus
Aktif
(+)
(-)
Edema (-)

Kiri
Normotonus
Aktif
(+)
(-)
Edema (-)

KULIT :
Warna sawo matang merata, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit baik,
lembab.
TULANG BELAKANG :
Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-)
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 19 -11- 2016
Nama Test
Darah Lengkap
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW

Hasil

Unit

Nilai Rujukan

12000
3.6
10.5
30
544
83
28.8
34.7
13.6

/ul
juta/uL
g/dl
%
ribu/ul
fL
Pg
g/dL
%

600017000
3.6 5.2
10,8 12,8
3543
229 553
73 101
23 31
2634
<14

IV.

RESUME

. Pasien datang ke IGD RS Budhi Asih dengan keluhan sesak sejak + 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, sesak bertambah berat dan terdengar bunyi ngik sesak tidak
berkurang dengan perubahan posisi dan cuaca. Ibu pasien juga mengatakan terdapat
keluhan batuk dahak sejak 3 hari SMRS tetapi dahak tidak dapat dikeluarkan, pilek
(+) demam (+) tidak begitu tinggi, demam naik turun timbul perlahan sejak 3 hari
SMRS, muntah 1x/hari setelah batuk, berisi lendir (+) warna putih encer bercampur
susu. BAK dan BAB biasa, dan anak masih terlihat aktif. Anak sebelumnya dibawa
ke Puskesmas dan telah diberi obat paracetamol tapi anak tidak membaik. Pasien
memiliki riwayat alergi susu sapi sejak usia 3 minggu. Di keluarga pasien, yaitu nenek
pasien yang tinggal serumah sering merokok sebungkus perhari.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital RR: 56x/menit HR: 104x/menit Suhu:
36,80C. Pada auskultasi thorax didapatkan ronkhi +/+ dan wheezing +/+. Hasil
laboratorium didapatkan trombosit yang meningkat yaitu 544.000

V.

Diagnosis banding
Asma Bronkial
Bronkopneumonia

VI. Diagnosis kerja


Bronkiolitis
VII.

Pemeriksaan anjuran
Foto thorax

VIII. Tatalaksana
Non-medikamentosa
- Komunikasi, informasi, dan edukasi orang tua pasien mengenai keadaan
-

dan penyakit pasien, hasil pemeriksaan, serta rencana pengobatan.


Edukasi mengenai pentingnya kepatuhan minum obat teratur.
Penyuluhan untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi

makanan yang bersih dan bergizi.


Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan, mengusahan cahaya matahari
pagi selalu masuk ke dalam rumah
Medikamentosa

O2 2L/nasal

KAEN 1B 3cc/kgbb/jam

Triamnisolon 3x1

I.

Cetirizine 2x2,5

Asi/SF 6x90cc/NGT
IX.
Prognosis

Ad vitam
: Ad bonam

Ad fungsionam
: Ad bonam

Ad sanationam
: Ad bonam
FOLLOW UP
Hari Perawatan ke-2 (20-11-2016)
S

Pasien sesak (+)


batuk berdahak
(+) tapi tidak
dapat keluar, pilek
(+), demam (-),
BAB & BAK
normal.

O
CM
N: 104x/ menit
R: 56x/ menit
S: 36,8oC

A
Bronkiolitis

P
-

02 2l/nasal
Kaen 1b 3cc/kgbb/jam
Triamnisolon 3x1
Cetirizine 2x2,5mg

Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-)


Hidung: NCH (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi (+/
+), wheezing (+/+), retraksi
intercostal (-) minimal
Cor: BJ I II regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen: supel, NT
epigastrium(-), BU (+)
3x/menit
Ekstremitas: hangat ++/++,
CRT <3

Lab tanggal 29-11-2016


Nama Test
Darah Lengkap
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW

Hasil

Unit

Nilai Rujukan

12000
3.6
10.5
30
544
83
28.8
34.7
13.6

/ul
juta/uL
g/dl
%
ribu/ul
fL
Pg
g/dL
%

600017000
3.6 5.2
10,8 12,8
3543
229 553
73 101
23 31
2634
<14

Hari Perawatan ke-3 (21-11-2016)


S
Sesak (+) tetapi
sudah membaik,
Batuk berdahak
(+) dahak tidak
dapat keluar,

O
CM
N: 126x/ menit
R: 44x/ menit
S: 36,6oC
Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-) faring

darah (-), demam

hiperemis (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi (+/

(-), BAB & BAK

+), wheezing (+/+), retraksi

normal

intercostal (-)
Cor: BJ I II regular, murmur

A
Bronkiolitis

P
-

O2 2l/nasal
Kaen 1B 3cc/kgbb/jam
Triamnisolon 3x1mg
Cetirizine 2x2,5mg p.o
Inhalasi ventolin
Inj dexamethasone 3x1mg

(-), gallop (-)


Abdomen: supel, NT
epigastrium(-), BU (+)
3x/menit
Ekstremitas: hangat ++/++,
CRT <3

Hari Perawatan ke-4 (22-11-2016)


S
Sesak (+) makin
berkurang, batuk
dahak (+) pilek
(+), demam (-)
BAB & BAK
normal

O
CM
N: 125x/ menit
R: 38x/ menit
S: 36,6oC
Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi
(-/-), wheezing (+/+)
Cor: BJ I II regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen: supel, NT
epigastrium(-), BU (+)
3x/menit
Ekstremitas: hangat ++/++,
CRT <2

A
Bronkiolitis

P
-

02 2l/nasal
Kaen 1B 3cc/kgbb/jam
Inj. Dexamethasone 3x1mg
Cetirizine 2x2,5mg p.o
SF 8x200cc/oral

Hari Perawatan ke-5 (23-11-2016)


S
Batuk (-), sesak
(-), demam (-),
makan minum
baik. BAB &
BAK normal

O
CM
N: 112x/ menit
R: 32x/ menit
S: 36,6oC
Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi

A
Bronkiolitis

P
-

Kaen 1B3cc/kgbb/jam
Inj. Dexamethasone 3x1mg
Cetirizine 2x2,5 mg p.o
SF 8x200 cc/oral
Chest fisioterapi

(-/-), wheezing (+/+)


Cor: BJ I II regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen: supel, NT
epigastrium(-), BU (+)
3x/menit
Ekstremitas: hangat ++/++,
CRT <3

Hari Perawatan ke-6(24-11-2016)


S
Batuk dahak (+),
sesak (-), demam
(-), BAB & BAK
normal

O
CM
N: 110x/ menit
R: 28x/ menit
S: 36,5oC
Mata: CA -/-, SI -/Mulut: kering (-)
Pulmo: SNV (+/+), ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
Cor: BJ I II regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen: supel, NT
epigastrium(-), BU (+)
3x/menit
Ekstremitas: hangat ++/++,
CRT <2

Lab. 19-11-2016

A
Bronkiolitis
dengan
perbaikan

P
-

Cetirizine 2x2,5mg
Ambroxol 3,5
Salbutamol 0,3mg
Ventolin
NaCl 5 cc
SF 8x210cc

Nama Test
Darah Lengkap
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW

Hasil

Unit

Nilai Rujukan

12000
3.6
10.5
30
544
83
28.8
34.7
13.6

/ul
juta/uL
g/dl
%
ribu/ul
fL
Pg
g/dL
%

600017000
3.6 5.2
10,8 12,8
3543
229 553
73 101
23 31
2634
<14

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6,9)
2.2. Etiologi
Penyebab tersering (50 - 90%) adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Disamping itu dalam jumlah kecil disebabkan oleh virus para influenza, virus influenza,

adenovirus, rhinovirus, mycoplasma pneumoniae (Eaton Agent). Infeksi primer bakteri


sebagai penyebab bronkiolitis akut jarang

dilaporkan. (1,2,3,4,5,6,7)

2.3. Epidemiologi
Bronkiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan
anak-anak. Insidensi penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak
kejadian pada usia kira-kira 6 bulan. Sering terjadi pada musim dingin dan awal musim
semi (di negara-negara dengan 4 musim). Angka kesakitan tertinggi didapatkan pada
tempat penitipan anak sekitar 95%.(1,3,5,6)
Sebanyak 11,4% anak berusia dibawah 1 tahun dan 6% anak berusia 1-2 tahun di
AS pernah mengalami bronkiolitis. Penyakit ini menyebabkan 90.000 kasus perawatan di
rumah sakit dan menyebabkan 4500 kematian setiap tahunnya. Bronkiolitis merupakan
17% dari semua kasus perawatan di RS pada bayi. Rata-rata insidens perawatan setahun
pada anak berusia dibawah 1 tahun adalah 21,7 per 1000, dan semakin menurun seiring
dengan pertambahan usia, yaitu 6,8 per 1000 pada usia 1-2 tahun.(9)
Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di negara-negara berkembang
daripada di negara-negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya status gizi
dan ekonomi, kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di negara
berkembang. Angka mortalitas di negara berkembang pada anak-anak yang dirawat
adalah 1-3%.(9)
2.4. Patologi
Gambaran awal abnormalitas saluran pernafasan bagian bawah pada bronkiolitis
dijumpai : (1,2,4)
a. Nekrosis epitel saluran nafas kecil
b. Inflamasi peribronkial
c. Edema saluran nafas
d. Penimbunan/akumulasi mukus dan eksudat liat di saluran nafas
Pada bronkiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena edema dan
akumulasi mukus dan eksudat liat. Di dinding bronkus dan bronkiolus terdapat infiltrasi
sel radang. Radang juga dijumpai peribronkial dan di jaringan interstitial. Obstruksi
parsial bronkiolus menimbulkan emfisema dan obstruksi total menimbulkan atelektasis.
(4)

2.5. Patofisiologi
Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris
seluler dan edema. Karena tahanan terhadap aliran udara didalam suatu tabung
berbanding terbalik dengan pangkat 3 jari-jari tabung tersebut, maka penebalan kecil
yang terjadi pada dinding bronkiolus pada bayi akan mengakibatkan pengaruh besar atas
aliran udara. Tahanan udara pada lintasan-lintasan udara kecil akan meningkat baik
selama fase inspirasi maupun fase ekspirasi. Tetapi karena jari-jari suatu saluran nafas
akan mengecil selama ekspirasi, maka obstruksi katup bulat pernafasan akan
mengakibatkan terjadinya pemerangkapan udara serta pergeseran udara yang berlebihan
yang disebut mekanisme klep. Mekanisme klep adalah terperangkapnya udara yang
menimbulkan overinflasi dada. Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi menjadi lengkap
dan udara yang terperangkap habis terserap. (3,5,6)
Pertukaran udara yang terganggu menyebabkan ventilasi berkurang pada
alveolus-alveolus sehingga terjadi hipoksemia dan peningkatan frekuensi nafas sebagai
kompensasi. Retensi karbondioksida (hiperkapnia) biasanya tidak terjadi kecuali pada
penderita-penderita yang terserang hebat. Pada umumnya semakin tinggi kecepatan
pernafasan, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia biasanya tidak
dijumpai hingga kecepatan pernafasan melebihi

60 x/menit yang kemudian meningkat

sesuai dengan takipne yang terjadi. (3,5,9)

2.6. Manifestasi Klinis


Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas disertai
dengan batuk, pilek untuk beberapa hari, biasanya tanpa disertai demam atau demam
hanya subfebril. Kemudian dalam beberapa hari gejala tersebut makin berkembang
dengan didapatkan batuk makin menghebat, frekuensi nafas meningkat (sesak nafas),
pernafasan dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan
suprasternal, rewel sampai gelisah, sianosis, sulit makan atau minum, mual-muntah
jarang sekali didapatkan pada penderita. Pada pemeriksaan didapatkan mengi/wheezing,
ekspirium memanjang, jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tak terdengar, ronki basah
halus nyaring, kadang-kadang terdengar pada akhir atau awal ekspirasi. Pada perkusi
didapatkan hipersonor, Ro foto thoraks menunjukkan hiperinflasi paru, diameter

anteroposterior membesar pada fotolateral, dapat terlihat bercak konsolidasi tersebar


yang disebabkan atelektasis atau radang. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis
respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring menunjukkan flora bakteri normal.
(3,4,5,7,8,9)

2.7.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pertimbangan beberapa faktor yang lebih
menitikberatkan pada manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik, karena faktor lainnya
hanya ditemukan bukti-bukti yang tidak spesifik, seperti pada pemeriksaan laboratorium
dan radiologi. Manifestasi klinis harus didukung beberapa anamnesis yang memperkuat
diagnosis penyakit ini terhadap penyakit lain yang serupa. (1)
Beberapa hasil penelitian menyatakan, bahwa diagnosis bronkiolitis virus
diperoleh dari : (1)
1. Gambaran/gejala klinis
2. Usia anak
3. Epidemi RSV di masyarakat terutama di RS melalui petugas perawatan sebagai
sumber penularan pada bayi.
Gejala klinis bronkiolitis harus dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga
timbul pada usia muda. Anak dengan asma akan memberikan respons terhadap
pengobatan dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan bronkiolitis tidak. Bronkiolitis
juga harus dibedakan dengan bronkopneumonia yang disertai emfisema obstruksi dan
gagal jantung. (4)
2.7.1. Anamnesis
Gejala awal berupa gejala infeksi saluran nafas atas akibat virus, seperti pilek ringan,
batuk, dan demam. Satu hingga dua hari kemudian timbul batuk yang disertain dengan
sesak napas. Selanjutnya dapat ditemukan wheezing, sianosis, merintih (grunting), napas
berbunyi, muntah setelah batuk, rewel, dan penurunan nafsu makan.(9)
2.7.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada anak yang mengarah ke diagnosis bronkiolitis adalah adanya
takipnea, takikardi, dan peningkatan suhu di atas 38,5oC. Selain itu, dapat juga
ditemukan konjungtivitis ringan dan faringitis.(9)

Obstruksi saluran nafas bawah akibat respons inflamasi akut akan menimbulkan
gejala ekspirasi memanjang hingga wheezing. Usaha-usaha pernapasan yang dilakukan
anak untuk mengatasi obstruksi akan menimbulkan nafas cuping hidung dan retraksi
interkostal. Selain itu, dapat juga ditemukan ronki dari pemeriksaan auskultasi paru.
Sianosis dapat terjadi, dan bila gejala menghebat, dapat terjadi apnea, terutama pada bayi
berusia <6 minggu.(9)
2.7.3. Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin kurang bermakna karena jumlah leukosit biasanya normal,
demikian pula dengan elektrolit. Analisis gas darah (AGD) diperlukan untuk anak
dengan sakit berat, khususnya yang membutuhkan ventilator mekanik.(9)
Pada foto rontgen thoraks didapatkan gambaran hiperinflasi dan infiltrat (patchy
infiltrates), tapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada asma, pneumonia
viral atau atipikal, dan aspirasi. Dapat pula ditemukan gambaran atelektasis, terutama
pada saat konvalesens akibat sekret pekat bercampur sel-sel mati yang menyumbat, air
trapping, diagfragma datar, dan peningkatan diameter antero-posterior. Untuk
menemukan RSV dilakukan kultur virus, rapid antigen detection tests (direct
immunofluoresence assay dan ELISA), atau polymerase chain reaction (PCR), dan
pengukuran titer antibodi pada fase akut dan konvalenses.(9)

2.8.

Diagnosis Banding
Beberapa penyakit dapat merupakan diagnosis banding bronkiolitis. Penyakit lain
yang sering dikacaukan dengan bronkiolitis yaitu asma bronkhial. (1) Beberapa diagnosis
yang perlu dipertimbangkan antara lain : (8)
1. Asma Bronkial
a. Jarang ditemukan pada tahun pertama kehidupan, tetapi sering terjadi setelah
periode tersebut.
b. Riwayat keluarga penderita asma bronkial.
c. Serangan awal yang mendadak tanpa tanda infeksi sebelumnya.
d. Serangan berulang.
e. Ekspirasi diperpanjang secara mencolok.
f. Eosinofilia pada darah dan usapan hidung.

g. Respon terhadap obat anti asma.


Pada bronkiolitis akut hanya 5% yang mempunyai klinis yang berulang.

2. Bronkopneumonia
a. Jarang dijumpai pada bayi sampai usia 6 bulan.
b. Riwayat anamnesis, perjalanan penyakit tidak terlalu mendadak, demam, batuk
tidak ngikil, nafsu makan/minum berkurang.
c. Didapatkan sumber penularan ISPA disekitarnya.
d. Setelah 5-7 hari timbul sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis
e. Pemeriksaan fisik ditemukan :
Perkusi : Suatu gambaran normal sampai redup relatif
Auskultasi : Ada krepitasi atau ronki basah halus.
f. Retraksi dinding dada (interkostal dan suprasternal).
g. Pemeriksaan laboratorium : lekositosis dan HJL (Hitung Jenis Lekosit)
pergeseran ke kiri.
h. Pemeriksaan radiologi paru ditemukan sebaran infiltrat diseluruh bagian paru
kanan dan kiri.

2.9.

Penatalaksanaan
Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi,

sebaiknya dengan uap dingin (mist-tent), tujuannya untuk mencairkan sekret bronkus
yang liat dan mengatasi hipoksemia.(1)
Prinsip pengobatan di rumah sakit meliputi beberapa hal, yaitu : (1,4,6)
1. Suportif
a. Pemberian oksigen untuk mengatasi hipoksemia, apnea, dan kegagalan
pernafasan. Diberikan 1 - 2 l/menit.
b. Pengaturan suhu tubuh.
c. Pencairan lendir yang lengket.

d. Ketepatan pemberian cairan intravena, sebagai penghindaran terhadap


dehidrasi yang timbul akibat takipnea atau asidosis respiratorik. Diberikan :
Neonatus D 10% : NaCl 0,9% = 4 : 1, + KCl 1-2 mEq/kg BB/hari
Bayi > 1 bulan : D 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
e. Posisi nyaman dengan duduk posisi kemiringan 30-40 atau leher pada posisi
ekstensi.
2. Pemberian kortikosteroid (masih kontroversial). Penelitian tentang pemakaian
kortikosteroid, awalnya memberikan hasil yang baik terhadap angka kesakitan dan
angka kematian penderita bronkiolitis. Walaupun akhir-akhir ini didapatkan hasil
justru klinis semakin memberat. Sebagai terapi paliatif dan efek anti anflamasinya,
kortikosteroid dapat menimbulkan masking effect.
3. Antibiotik diberikan apabila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih
yang mempunyai spektrum luas. Bila dicurigai mycoplasma pneumoniae sebagai
penyebabnya, obat yang terpilih ialah eritromisin.
4. Sedativa merupakan kontraindikasi pada penyakit bronkiolitis karena dapat
menyebabkan depresi pernafasan.
5. Tidak dianjurkan pemberian bronkodilator karena dapat memperberat keadaan anak
yaitu dengan peningkatan curah jantung dan kegelisahan anak.
6. Pemberian anti virus seperti ribavirin memperlihatkan hasil yang memuaskan,
karena ribavirin menghambat sintesis protein virus. Namun sampai sekarang
pemakaian anti virus belum banyak diberikan pada penderita. Indikasi pengobatan
ini adalah bayi resiko tinggi, diplasia bronkopulmonar, infeksi paru kronis, defisiensi
iminologi, penyakit jantung kongenital

2.10. Prognosis
Perjalanan klinis umumnya dapat teratasi setelah 48-72 jam. Angka kematian
pada penderita ini ditemukan < 1%. Kegagalan perawatan disebabkan apnea yang terjadi
berlangsung lama, asidosis respiratorius yang tidak terkoreksi, atau karena dehidrasi
yang disebabkan oleh takipnea dan kurang makan minum. (1)

Prognosis sangat tergantung oleh ketepatan diagnosis, fasilitas yang tersedia,


ketepatan tatalaksana, dan kecermatan pemantauan, sehingga sangat mungkin prognosis
semakin jelek pada penyakit ini dan akan meningkat di daerah perifer.(1)

BAB IV
KESIMPULAN

1. Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut ditandai dengan
adanya obstruksi pada saluran nafas kecil.
2. Bronkiolitis sering menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun, terbanyak pada usia 6
bulan.
3. Bronkiolitis disebabkan oleh virus, terbanyak oleh Respiratory Syncytial Virus (RSV).
4. Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris dan
edema.
5. Bronkiolitis menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan yang
cepat, retraksi dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi.
6. Beberapa hasil penelitian menyatakan, diagnosis bronkiolitis didapatkan dari :
Gambaran/gejala klinis
Usia anak
7. Asma bronkial dan bronkopnemonia merupakan penyakit yang sering mengacaukan
diagnosis bronkiolitis.
8. Prinsip pengobatan di rumah sakit meliputi beberapa hal yaitu suportif, masih
kontroversial pemakaian kortikosteroid, pertimbangan dan pemberian antibiotik bila ada
tersangka infeksi bakterial, tidak dianjurkan pemakaian sedativa dan bronkodilator dan
pemberian anti virus.
9. Prognosis bronkiolitis tergantung oleh ketepatan diagnosis, fasilitas yang tersedia,
ketepatan tatalaksana dan kecermatan pemantauan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ismangoen, H, Naning. R, 2004, Bronkiolitis, Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak, FK


UGM, Yogyakarta, hal. 1-9.
2. Behrman, R.E, 2010, Bronchiolitis, in the book, Nelson : Essentials of Pediatrics, W.B
Sounders Company, Philadelphia, pg. 431-3.
3. Behrman, R.E, 2002, Bronkiolitis, dalam Ilmu Kesehatan Anak, ed. 12 bag. 2, alih bahasa
Radja M.M, EGC, Jakarta, hal. 614-7.
4. Anonim, 2005, Bronkiolitis akut, dalam Buku Kuliah Jilid 3 Ilmu Kesehatan Anak,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta, 1233-4.
5. Mansjoer, A., dkk, 2007. Bronkiolitis Akut, dalam buku Kapita Selekta Kedokteran. ed.
Ketiga jilid pertama Media Aesculapius, FK UI, Jakarta, hal. 468-9.
6. Anonim, 2005. Bonkiolitis Akut, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP
Sardjito, Medika, FK UGM, Yogyakarta, hal. 138-9.

Dr.

7. Schwartz, M.W., 2006, Respiratory Distress in the book Clinical Handbook of Pediatrics,
Williams & Wilkins, A Waverly Company, Philadelphia, pg. 576.
8. Anonim, 2007, Respiratory in the book, Paediatric Handbook, Royal Childrens Hospital,
Melbourne, Australia, pg. 117.
9. Rahajoe, Nastiti N., dkk, 2010, Bronkiolitis, dalam Buku Ajar Respirologi, Badan
Penerbit IDAI, Jakarta, hal. 333-347.

Anda mungkin juga menyukai