Anda di halaman 1dari 6

Nama : Teguh Rifandi

Nim : G1B013047

SIKLUS BIOGEOKIMIA

Ekosistem merupakan kesatuan dari komponen-komponen biotik dan abiotik


yang saling berinteraksi, sehingga terjadi hubungan timbal balik di dalamnya.
Setiap komponen abiotik disintesis menjadi sebuah bahan organik di dalam tubuh
komponen biotik. Materi abiotik yang merupakan unsur-unsur penyusun bahan
organik di dalam tubuh suatu komponen biotik tidak hilang apabila komponen biotik
tersebut mati, melainkan didaur-ulang kembali melalui beberapa proses reaksi
biologis dan reaksi geo-fisik-kimia secara alamiah. Karena itulah maka proses ini
disebut siklus biogeokimia atau biasa disebut juga siklus organik-anorganik.
Siklus biogeokimia yang terjadi di alam dapat berupa silkus hidrologi/air,
siklus oksigen dan karbon, siklus nitrogen, dan siklus materi (mineral) yang berupa
unsur-unsur hara.
1. SIKLUS HIDROLOGI
Air (H2O) merupakan
sumber daya terbatas,
padahal air diperlukan mutlak
untuk mendukung
keterlanjutan kehidupan di
bumi dan juga sangat penting
bagi semua sector sosioekonomi. Dari seluruh jumlah
air yang ada di bumi
sebanyak 1360 juta km3,
hanya 0.3251%v yang
bersifat tawar berupa air
sungai, air danau, air tanah, dan air bumi sampai jeluk 800 m, sedangkan
97,2%v berupa air laut dan sisanya 2,15%v berada dalam bentuk selubung es
dan gletser. Salah satu fenomena yang berkaitan dengan air di seluruh bumi dan
dipelajari dalam kajian ilmu pengetahuan adalah siklus hidrologi siklus hidrologi.
Siklus hidrologi merupakan perputaran air di atmosfer dengan perubahan
berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan bahwa
volume air di permukaan bumi sifatnya tetap. Meskipun tetap dengan perubahan
iklim dan cuaca mengakibatkan volume air dalam bentuk tertentu berubah,
tetapi secara keseluruhan volume air adalah tetap. Siklus air secara alami
berlangsung cukup panjang dan cukup lama. Sulit untuk menghitung secara
tepat berapa lama air menjalani siklusnya, karena sangat tergantung pada
kondisi geografis, pemanfaatan oleh manusia dan sejumlah faktor lain.
Siklus air atau siklus hidrologi melewati beberapa proses secara umum, yakni
evaporasi, transpirasi, kondensasi dan presipitasi.

Evaporasi
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air
memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan
kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di
atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya.
Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik
berasal dari daratan, seperti: danau, sungai, dan lahan yang basah lainnya.
Transpirasi (penguapan dari tumbuhan)
Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tumbuhan melalui sebuah proses
yang dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif
melepaskan uap air 5 sampai 10 kali dari banyak air yang dapat ditahannya.
Kondensasi
Ketika uap air menguap, melalui arus udara/angin awan-awan itu berkumpul
di suatu tempat, lalu kemudian akibat tekanan udara terjadi peubahan suhu
yang mengakibatkan awan tersebut berkondensasi atau menjadi jenuh air dan
dapat turun sebagai hujan (Presipitasi)
Presipitasi
Presipitasi merupakan pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail), yang
bergantung pada suhu di sekitarnya.

2. SIKLUS KARBON

Di atmosfer terdapat kandungan Karbon


(C) sebanyak 0.03% dalam bentuk gas
Karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida
tidak mempunyai bentuk cair pada
tekanan di bawah 5,1 atm namun
langsung menjadi padat pada temperatur
di
bawah -78C. Dalam bentuk padat,
karbon dioksida umumnya disebut
sebagai es kering. Dalam biosfer terdapat
sekitar 1900GtC gas karbon dioksida dan
oksigen. Karbon adalah bagian yang
penting dalam menunjang kehidupan di
bumi, karena karbon berperan dalam
strutur biokimia dan nutrisi pada semua
sel makhluk hidup. Proses-proses perpindahan karbon di biosfer sama dengan
proses perpindahan karbon di atmosfer, karena semua proses yang terjadi di
atmosfer harus melalui biosfer terlebih dahulu. Siklus karbon terjadi dimana karbon
dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi (objek
astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hamper sama meskipun
hingga kini belum diketahui).

Karbon dapat diambil dari atmosfer dengan berbagai cara, antara lain:
1. Melalui proses fotosintesis
Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah
karbondioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfer.
Karbon pada proses ini akan banyak di serap oleh tumbuhan yang baru saja
tumbuh atau pepohonan pada hutan yang sedang di reboisasi sehingga
membutuhkan pertumbuhan yang cepat.
12H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O
2. Melalui sirkulasi termohalin Pada permukaan laut di daerah kutub, air laut
menjadi lebih dingin dan karbondioksida lebih mudah larut dalam air.
Karbondioksida yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin
yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat menuju ke dalam
laut. Di laut bagian atas, pada daerah yang poduktivitasnya tinggi organisme
membentuk cangkang karbonat dengan bagian-bagian tubuh lainnya yang
keras. Prosesini menyebabkan aliran karbon menuju ke bawah.
3. Melalui pelapukan batu silikat
Proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk

kembali ke atmosfer seperti dua proses sebelumnya. Pelapukan batuan silikat


tidak memilki efek yang terlalu besar terhadap karbondioksida pada atmosfer
karena ion karbonat pada atmosfer yang terbentuk terbawa oleh air laut dan
selanjutnya akan dipakai untuk membuat karbonat laut.
Karbon dapat kembali lagi ke atmosfer dengan beragai cara pula antara lain:
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Melalui respirasi tumbuhan dan binatang


Proses ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga penguraian
glukosa menjadi karbohidrat dan air.
Melalui pembusukan, tumbuhan, dan binatang
Jamur dan bakteri menguraikan senyawa karbon pada tumbuhan dan
binatang yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika
tersedia aksigen atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen
Melalui pembakaran material organic Proses ini berlangsung dengan cara
mengoksidasi karbon yang terkandung pada material organik menjadi
karbondioksida. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak
bumi, dan gas alam akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalam
geosfer, sehingga menyebabkan kadar karbon dioksida di atmosfer semakin
bertambah.
Melalui produksi semen Salah satu komponen semen yaitu kapur atau kalium
oksida dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur yang akan
menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah banyak.
Melalui erupsi vulkanik
Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepasakan gas ke
atmosfer. Gasgas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang.
Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer hampir sama dengan
jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan batuan
silikat.
Melalui pemanasan permukaan laut
Di permukaan laut, ketika air laut menjadi lebih hangat, karbon dioksida yang
larut dalam air akan dilepas ke atmosfer sebagai uap air.

4. SIKLUS NITROGEN
Nitrogen merupakan unsur terbesar yang terdapat di atmosfer, yaitu 78%
dari udara. Nitrogen di alam umumnya berupa gas terutama dalam bentuk
sebagai dinitrogen (N2) dan dalam jaringan tubuh organisme dalam bentuk asam
amino dan asam nukleat. Dalam proses kehidupan, tumbuhan sebagai produsen
hanya mampu menyerap nitrogen dalam bentuk ion nitrit (NO3 -) dan amonium
(NH4+) dari tanah. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh bakteri
(contoh:Marsiella crenatta) yang terdapat pada akar tumbuhan legum, selain itu
dapat juga dilakukan oleh beberapa jenis bakteri (Azotobacter sp. yang bersifat
aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp.

(ganggang biru) juga mampu menambat


nitrogen).
Nitrogen yang diikat biasanya akan dirubah
ke dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh
dari hasil penguraian jaringan yang mati
oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi
oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan
Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat
yang akan diserap oleh akar tumbuhan.
Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat
diubah menjadi amonia kembali, dan
amonia diubah menjadi nitrogen yang
dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam
ekosistem. Nitrogen bebas di udara dalam bentuk N2 dapat dioksidasi oleh
karena pengaruh suhu saat terjadinya proses presipitasi menjadi nitrit (NO3 -)
ataupun amonium (NH4+) dan kemudian turun sebagai air hujan.
5. SIKLUS FOSFOR
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik
(pada tumbuhan dan hewan) dan
senyawa fosfat anorganik (pada air dan
tanah). Fosfat organik dari hewan dan
tumbuhan yang mati diuraikan oleh
dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut
di air tanah atau air laut akan terkikis dan
mengendap di sedimen laut. Oleh karena
itu, fosfat banyak terdapat di batu karang
dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil
terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat
anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini
berulang terus menerus.
Siklus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secara umum merupakan hara yang
terbatasdalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil, oleh
karena itu siklus fosfor adalah endogenik. Dalam geosfer, fosfor terdapat
dalam jumlah besar dalam mineralmineral yang sedikit sekali larut seperti
hidroksiapilit, garam kalsium. Fosfor terlarut dari mineral-mineral fosfat dan
sumber-sumber lainnya, diserap oleh tanaman dan tergabung dalam asam
nukleat yang menyusun material genetik dalam organisme. Mineralisasi dari
biomassa oleh pembusukan/penguraian mikroba mengembalikan fosfor kepada
larutan garamnya yang kemudian dapat mengendap sebagai bahan mineral.
Sejumlah besar dari mineral-mineral fosfat digunakan sebagai bahan pupuk,

industry kimia, dan food additives. Fosfor merupakan salah satu komponen
dari senyawa-senyawa sangat toksik, terutama insektisida organofosfat.

Anda mungkin juga menyukai