Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PPDH

ROTASI INTERNA HEWAN KECIL


LAPORAN RADIOLOGI
PYOMETRA PADA ANJING

Oleh:
MUHAMMAD WILDAN S.KH
150130100111028

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

HASIL PEMERIKSAAN
A. Anamnesa
Tidak mau makan, sering kencing, biasanya mau makan steak, tidak
aktif sejak dua hari yang lalu, perut diraba mengeras
B. Signalment
Nama hewan
: Binggo
Jenis hewan
: anjing
Ras/Breed
: terier
Warna bulu dan kulit
: hitam putih
Jenis kelamin
: betina
Bobot badan
: 22 kg
Umur
: 15 tahun
Tanda khusus
:
Pemeriksaan fisik (phisical examination)
1.Keadaan Umum
Perawatan
Habitus/Tingkah laku
Gizi
Pertumbuhan Badan
Sikap berdiri
Adaptasi lingkungan
Suhu tubuh
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Capillary Refill Time (CRT)
2. Kulit dan Rambut
Aspek rambut
Kerontokan
Kebotakan
Turgor kulit
Permukaan kulit
Bau Kulit
3. Kepala dan Leher
a. Inspeksi
Ekspresi wajah
Pertulangan wajah
Posisi tegak telinga
Posisi kepala

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

baik
Tenang/Jinak
Baik
Baik
Tegak dengan 4 kaki
Respon menurut
40,6oC
116x/ menit
13x/menit
< 2 detik

:
:
:
:
:
:

Bersih
Tidak ada kerontokan
Tidak ada kebotakan
Normal < 2 detik
Halus
Bau khas kulit

:
:
:
:

Apatis
Kompak
Telinga melengkung
Kepala tegak

Mata dan Orbita Kiri


Palpebrae
Cilia
Konjunctiva
Membran nictitans

:
:
:
:

Membuka dan menutup sempurna


Melengkung keluar
Rose
Tidak terlihat

Mata dan Orbita Kanan


Palpebrae

Membuka dan menutup sempurna, ada

Cilia
Konjunctiva
Membran nictitans

:
:
:

discharge
Melengkung keluar
Rose
Tidak terlihat

Bola Mata Kiri


Sclera
Kornea
Iris
Pupil
Limbus
Refleks pupil
Vasa Injection

:
:
:
:
:
:
:

Putih
Bentuk rata, bening
Coklat kehitaman
Dapat membesar dan mengecil
Rata
Ada respon, dapat membesar dan mengecil
Tidak ada

Bola Mata Kanan


Sklera
Kornea
Iris
Pupil
Limbus
Refleks pupil
Vasa Injection

:
:
:
:
:
:
:

Putih
Bentuk rata, bening
Coklat kehitaman
Dapat membesar dan mengecil
Rata
Ada respon, dapat membesar dan mengecil
Tidak ada

Hidung dan Sinus


Bentuk pertulangan
Aliran udara
Cermin hidung

:
:
:

Simetris
Aliran udara bebas di kedua kavum nasal
Kering

Mulut dan Rongga Mulut


Defek bibir
Mukosa
Lidah
Gigi

:
:
:
:

Tidak ada
Rose, licin, mengkilat, basah
Rose, kasar, basah, tak ada kerusakan
Tidak ada kelainan

Telinga
Posisi
Bau
Permukaan daun telinga
Krepitasi
Reflek panggilan

:
:
:
:
:
:

Turun keduanya
Bau khas telinga
Tidak ada luka
Tidak ada
Ada

Leher
Perototan
Trakea
Esofagus

:
:
:

Simetris
Teraba, tidak ada refleks batuk saat di palpasi
Tidak teraba

Kelenjar Pertahanan
Ln.Mandibularis
Ln. Retropharingeal

:
:

Tidak teraba
Ukuran normal, jelas, tidak ada perlekatan,
simetris

Ln.Axilaris
Ln.Prefemoralis
Ln.Poplitea

:
:
:

Tidak teraba
Tidak teraba
Ukuran normal, jelas, tidak ada perlekatan,
simetris

:
:
:
:
:
:
:

Simetris
Costalis
Ritmis/ teratur
Panjang dalam
13x/menit
Teraba
Tidak ada

Palpasi
Penekanan rongga thoraks
Penekanan M. Intercostalis

:
:

Tidak ada reaksi kesakitan


Tidak ada reaksi kesakitan

Perkusi
Lapang paru-paru
Gema perkusi

:
:

Tidak ada perluasan


Suara nyaring

:
:

Lama inspirasi=lama ekspirasi


Tidak ada suara ikutan

Tidak teraba

:
:
:
:

116x/menit
Kuat
Ritmis
Sinkron

4.Thoraks
a. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks
Tipe pernapasan
Ritme pernapasan
Intensitas
Frekuensi
Trakea
Refleks batuk

Auskultasi
Suara pernapasan
Suara ikutan
b. Sistem Peredaran Darah
Inspeksi
Ictus cordis
Auskultasi
Frekuensi
Intensitas
Ritme
Sinkron pulsus dengan
jantung

5.Abdomen dan Organ Pencernaan


Inspeksi
Ukuran rongga abdomen
: Tidak ada perbesaran
Bentuk rongga abdomen
: Simetris
Palpasi
Epigastrikus
Mesogastrikus
Hipogastrikus

:
:
:

Tidak ada reaksi kesakitan


Ada reaksi kesakitan
Tidak ada reaksi kesakitan

Auskultasi
Suara peristaltik usus
Suara borboritmis

:
:

Tidak terdengar
Tidak terdengar

Anus
Daerah sekitar anus
Refleks sphincter ani
Kebersihan perianal
6.Sistem Urogenital
Alat Kelamin Betina
Vulva
Mukosa
Mammae
7.Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan
Perototan kaki belakang
Spasmus otot
Tremor
Cara berjalan
Bentuk pertulangan
Tuber coxee dan tuber ischii
Palpasi Struktur Pertulangan
Kaki kanan depan
Kaki kanan belakang
Kaki kiri depan
Kaki kiri belakang
Konsistensi pertulangan
Reaksi saat palpasi
Panjang kaki depan ka/ki
Panjang kaki belakang ka/ki
Reaksi saat palpasi otot

:
:
:

Bersih normal
Terdapat refleks mengkerut dan menghisap
Bersih

:
:
:

rose
rose, kering
Tidak ada kelainan

:
:
:
:
:
:
:

Simetris
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Koordinatif
Tegak dan lurus
Tidak terlihat

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tegas, kompak, lurus


Tegas, kompak, lurus
Tegas, kompak, lurus
Tegas, kompak, lurus
Keras
Tidak ada reaksi kesakitan
Sama panjang, simetris
Sama panjang, simetris
Tidak ada rasa sakit

C. Gejala klinis
Dipegang daerah caudal abdomen agak sedikit sakit
D. Diagnosa penunjang
usg dan rontgen

E. Pemeriksaan USG

Hasil pemeriksaan usg menunjukkan bahwa terdapat dua bentukan anechoic


yang diduga adalah uterus yang berisi cairan nanah.
F.

rontgen

G. Diagnosa
Pada hasil pemeriksaan rontgen
Pyometra
menunjukkan bahwa ukuran uterus
H. Terapi
mengalami
pembesaran
Tindakan bedah
pengangkatan
uterus dan ovarium secara
Ovariohisterectomy
1. Operasi
Larutan desinfektan (Alkohol 70%), infus ASERING, salep betadine,
benang vicryl 2-0, Isoflurance, zoletil. ampicillin
2. Post operasi
R/ kanamicin inj 0,5 ml/spray
R/ Ampicillin inj 4,5 ml/iv
R/Betadine Flv 1
S ue
I. Prosedur pengangkatan uterus
Anjing bernama binggo datang ke rumah sakit hewan jakarta dalam
keadaan lemas. Pemilik memberikan anamnesa bahwa anjing binggo tidak

mau makan, sering kencing, sedang mens, belum pernah kawin dan
biasanya mau makan steak. Pada saat dilakukan palpasi oleh dokter
hewan yudhi pada daerah caudal abdomen anjing merespon dengan sikap
gelisah

dan

tampak

kesakitan.

Kemudian

dilakukan

pengecekan

hematologi, kimia darah, USG dan rontgen. Dari hasil pemeriksaan darah
diketahui bahwa sel darah putih mengalami peningkatan yang cukup
signifikan hal ini menandakan adanya infeksi oleh bakteri, selanjutnya
dokter

hewan

melakukan

uji

konfirmasi

dengan

menggunakan

pemeriksaan secara USG dan rontgen hal ini untuk mengetahui apakah
ada perubahan organ yang dicurigai sebagai sumber permasalahan.
Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan untuk penunjang diagnosa maka
diketahui

bahwa

organ

reproduksi

bagian

uterus

mengalami

pembengkakan dan ditemukan adanya masa zat cair didalamnya.


Berdasarkan hasil yang telah ditemukan maka diketahui bahwa anjing
binggo mengalami penyakit pyometra. Pyometra adalah penyakit infeksi
pada

uterus

yang

diakibatkan

oleh

infeksi

bakteri

yang

akan

mengakibatkan penimbunan nanah pada bagian dalam organ uterus,


pyometra sering terjadi pada hewan yang sudah tua, setelah mengalami
estrus maupun pada hewan yang belum pernah kawin sebelumnya.
Pre operasi
1. Persiapan ruang operasi
Persiapan ruang operasi dilakukan dengan cara membersihkan
kotoran dan debu dalam ruangan. Tidakan sterilisasi pada tempat
bedah dilakukan dengan cara menyemprotkan dengan alkohol 70 %.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap alat operasi seperti baju operasi,
masker, penutup kepala, dan handuk. Perlengkapan ini dimasukkan
ke dalam oven untuk disterilisasi dengan suhu 60C selama 15-30
menit.
Perlakuan yang dilakukan pada alat bedah adalah dengan cara
dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian peralatan ini dibungkus
kain bersih lalu disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 121C
selama

60

menit.

Keseluruhan

peralatan

digunakan pada saat akan dilaksanakan.

yang

sudah

steril

Peralatan yang digunakan untuk operasi ovariohisterectomi ini


adalah arteri clamp,towel clamp, endotracheal tube,mesin anastesi,
gunting tajam tumpul, pinset anatomis, pinset sirurgis, scalpel, silet,
alice forcep, benang vicril 2-0, tampon, kapas, perban, needle
holder, spuit, jarum jahit, gloves.
Bahan yang digunakan dalam operasi ini adalah alkohol 70%,
cairan infus asering, zoletil, isofluran, ampicillin, kanamicin
2. Persiapan hewan dan anastesi
Persiapan yang dilakukan meliputi physical examination yaitu
palpasi, auskultasi serta hewan sudah dipuasakan selama 7 jam.
Pemeriksaan kimia darah menunjukkan adanya kerusakan pada
hepar dan ginjal yang ditandai dengan meningkatnya nilai ALP, ALT,
bilirubin dan kreatinin yang signifikan. Pertimbangan tindakan
operasi yang dilakukan

karena kondisi anjing yang semakin

melemah dan tidak mau makan karena piometra akan semakin


memperparah kondisi anjing jika tindakan tidak segera dilakukan
bedah pengangkatan uterus, selain itu juga piometra secara tidak
langsung juga akan mempengaruhi fungsi ginjal dan hati karena
toksik dari penyakit piometra akan ikut mengalir melalui pembuluh
darah. Tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin karena
adanya kerusakan dari hati dan ginjal. Sebelum tindakan operasi
dilakukan, dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, frekuensi nafas,
frekuensi jantung dan warna mukosa. Anastesi yang dilakukan
menggunakan zoletil yang diberikan secara intravena. Apabila
hewan terlihat cukup tenang maka hewan dikondisikan rebah dorsal
recumbency

lalu

dimasukkan

endotracheal

tube

yang

disambungkan dengan isofluran sebagai maintenance dan oksigen


lalu hewan difiksasir diatas dengan mengikat keempat kaki dengan
menggunakan tali sumbu. Setelah itu rambut hewan dicukur di
daerah caudal abdomen bagian ventral menggunakan silet secara
pelan dan hati-hati, kemudian dicuci menggunakan alkohol 70% dan
povidone iodine.
3. Operasi
Persiapan operator dan asisten sebelum operasi dimulai,
operator dan asisten mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu

dengan cara menyikat tangan dengan sabun yang mengandung


chlorhexidine lalu membilasnya dengan air mengalir. Penyikatan
tangan dimulai dari ujung jari kemudian lanjut terus hingga
mencapai lengan. Setelah itu operator dan asisten menggunakan
penutup kepala dan masker, memakai baju operasi dan sarung
tangan, baru kemudian siap melakukan operasi.
4. Prosedur pembedahan
1. Jepit dan lakukan persiapan pembedahan pada ventral abdomen
dari xyphoid sampai pubis
2. Identifikasi umbilikal dan

secara

visula

membagi

bagian

abdomen menjadi 3 bagian (cranial, medial, caudal)


3. Badan uterus terletak lebih caudal dan sulit untuk dijangkau, oleh
karena itu dibuat sayatan 1/3 bagian caudal abdomen.
4. Penyayatan 4-8 cm dilakukan didaerah orientasi yaitu daerah
linea alba (laparotomi medianus)
5. Pertama kali penyayatan dilakukan

pada

kulit,

subkutan,

kemudian linea alba dan peritoneum.


6. Setelah rongga abdomen terbuka dilakukan eksplorasi terhadap
uterus.

Masukkan

telunjuk

tangan

ke

sepanjang

dinding

abdomen, setelah itu putar kearah medial untuk mendapatkan


cornua uteri sebelah kanan dan ligamen-ligamen kemudian
diangkat dari ruang abdomen.
7. Telusuri cornua uteri yang didapatkan tadi sampai didapatkan
ovarium. Potong ligamen suspensory yang dekat dengan ginjal.
8. Setelah ovarium kanan dan kiri ditemukan, bagian mesoovarium
dijepit dengan arteri clamp kemudian diikat melingkar dengan
kuat menggunakan benang. Jepit dengan dua arteri clamp di
caudal dan kemudian pemotongan dilakukan diantara kedua
arteri clamp tersebut.
9. Buat lubang pada ligamen di bagian caudal ovarium. Letakkan 2
sampai 3 forcep dengan posisi dibawah pembuluh darah, forcep
menjepit pedicel ovarium proximalis.
10.
Buat ikatan pada pedical ovarium tadi yang
sudah di klem dengan menggunakan benang vicril 2-0
11.
Potong ligamen antara ikatan yang mengikat
ligamen suspensory dengan klem yang menjepit ovarium.

12.

Setelah yakin tidak ada pendarahan, arteri clam

yang mengikat ligamen suspensory bagian proximal dapat


dilepas.
13.

bagian

uterus

ditelusuri

sampai

mencapai

bifurcatio dan corpus uteri. Bagian corpus uteri dijepit dengan


klem, kemudian dilanjutkan untuk menelusuri cornua uteri yang
satu lagi.
14.

Lakukan penjepitan dan pemotongan seperti

sebelumnya
15.

Angkat dua cornua uteri yang telah dipotong

tadi sampai didapatkan corpus uteri, buat lubang pada ligamen


yang menggantung uterus serta arteri dan vena. Klem semua
ligamen hingga terjepit, buat ikatan yang kuat dan potong.
16.
Setelah yakin tidak ada pendarahan, klem yang
menjepit uterus bagian proximal dapat dilepas. Reposisi uterus
dan omentum kedalam abdomen.
17.
Setelah
itu
ambil

tampon

dan

jepit

menggunakan arteri clamp lalu masukkan ke dalam rongga


abdomen bagian caudal, hal ini dilakukan untuk memastikan
tidak adanya perdarahan pada bagian uterus yang telah di
potong.
18.

dengan

menggunakan

vicril

2-0

dilakukan

penjahitan aponeurose m. obliqus abdominis externus dan m.


abominis internus dan pastikan peritoneum terjahit tanpa ada
omentum yang ikut terjahit dengan jahitan sederhana.
19.
karena anjing binggo mempunyai lapisan yang
banyak maka dilakukan penjahitan dengan jahitan continue.
20.
penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan
jahitan continue.
Post operasi
Meliputi pengobatan, perawatan dan observasi
1. pemberian infus RL 1 botol
2. pemberian antibiotik ampicilin sebanyak 4,5 cc
3. metronidazole infus
4. pengamatan/observasi terhadap temperatur, nafsu makan, feses,
dan urin dan luka jahitan.

PEMBAHASAN
Uterus yang normal harus berada dalam keadaan yang steril dan
mampu membersihkan dirinya sendiri dari infeksi. Secara efisien. Pada
periode pascapartus, uterus anjing biasanya dicemari dengan bermacammacam organisme. Secara alami lingkungan uterus pascapartus pada
kebanyakan hewan mamalia kembali steril setelah 25 hari. Adanya
kontaminasi menyebabkan terjadinya penyakit pada uterus (Ibrahim,
2000).

Infeksi

uterus

selalu

dihubungkan

dengan

Arcanobacterium

pyogenes, Escherichia coli, Fusobacterium necrophorum dan Prevotella


melaninogenicus (Dohmen et al., 2000). Jika bakteri tersebut sangat
virulent, sel darah putih tidak bisa membunuhnya, leukosit akan mati dan
terakumulasi menjadi nanah. Salah satu gangguan reproduksi karena
patologis uterus adalah piometra. Pyometra merupakan peradangan
kronis mukosa uterus (endometrium) yang ditandai dengan nanah dalam
uterus, menyebabkan gangguan reproduksi yang bersifat sementara
(infertil) atau permanen (kemajiran), dan dapat terjadi pada semua jenis
hewan. Pada infeksi presisten, endometritis (pyometra) kronis atau
subakut berkembang dan mempunyai pengaruh yang merugikan bagi
fertilitas maupun kesehatan.
Secara umum pyometra dibagi dua yaitu pyometra terbuka dan
pyometra tertutup. Pyometra terbuka mudah didiagnosa secara klinis, hali
ini terlihat dari nanah yang keluar dari uterus melalui vulva. Sedangkan
pyometra tertutup sangat sulit untuk didiagnosa, karena yang terlihat
hanya pembengkakan pada daerah abdomen, namun tidak terlihat nanah
yang keluar dari uterus dan biasanya hewan terlihat lebih sakit daripada
pyometra terbuka karena penimbunan toksin di uterus, karena jumlah
toksin yang tidak dapat dikeluarkan tubuh meningkat akan membuat
ginjal bekerja lebih keras, jika tidak ada perawatan yang lebih baik hewan
akan mati karena gagal ginjal. Untuk mendiagnosa secara benar maka
dilakukan X-Ray atau biopsi jaringan (Dupre G, 2009)
Pyometra (endometritis kronik purulen) secara umum merupakan
penyakit metoestral yang sebagian besar menyerang betina yang lebih

tua, dapat disebabkan karena kontaminasi uterus, retensio sekundarium,


atau

kontaminasi

selama

proses

kelahiran. Anjing pyometra

akan

mengalami radang pada uterus. Uterus berada dibawah pengaruh hormon


progesteron yang menekan aktivitas fagositosis oleh sel-sel leukosit.
sehingga serviks tertutup dan membuat nanah berakumulasi dan
terhambat pengeluarannya (Cuneo et al., 2006). Gejala pada hewan
betina penderita pyometra adalah tidak munculnya birahi dalam waktu
yang lama atau anestrus, siklus birahi hilang karena adanya CL presisten,
cairan nanah mengisi penuh uterus dapat ditemukan dengan palpasi
rektal, dan adanya leleran (discharge) yang bisa dilihat di sekitar ekor dan
vulva (Cuneo et al., 2006). Berdasarkan hal tersebut maka kasus ini kami
ambil dengan tujuan mengetahui gejala klinis anjing piometra dengan
bantuan pemeriksaan hematologi, kimia darah, USG dan rontgen karena
keakuratan suatu diagnosis merupakan kunci sukses keberhasilan terapi
yang diberikan.
Ada beberapa tindakan yang tidak populer pada penanganan
piometra yaitu dengan penyuntikan prostaglandin oxytosin dengan tujuan
untuk membuat kontraksi pada servik uterus sehingga nanah dan bakteri
dapat dikeluarkan, tindakan ini tidak selamanya berhasil dan memiliki
batasan-batasan yang penting.hormon-hormon ini dapat menyebabkan
efek samping dan kegelisahan, suara terengah-engah, muntah, defekasi,
salivasi, dan nyeri abdomen. Efek samping terjadi sekitar 15 menit pasca
penyuntikan dan bertahan dalam beberapa jam. Efek ini dapat dikurangi
dengan cara memperlakukan hewan dengan lembut dan mengajak jalanjalan selama 30 menit setiap dilakukan penyuntikan yang bertujuan
mengurangi stres. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyuntikan
preparat steroid ini adalah dosisi pemberiannya, karena ini berhubungan
dengan kontraksi uterus, ruptur uterus dapat terjadi jika kontraksi
berlebihan

akibat

dosis

steroid

berlebihan.

Jika

ini

terjadi

dapat

menyebabkan tumpahnya nanah ke dalam rongga abdomen, ini sering


terjadi pada kasus pyometra tertutup (Junaidi, 2006)

Perawatan terbaik dapat dilakukan secara pembedahan, yaitu


dengan mengangkat uterus dan ovarium, tindakan ini disebut dengan
ovariohisterektomi, hewan penderita piometra biasanya memerlukan
tindakan fluid therapi setiapkali mereka sakit, pemberian antibiotik
selama 1-2 minggu sangat penting dilakukan (Dupre G, 2009). Pada anjing
binggo jenis pyometra yan terjadi adalah piometra tertutup dimana nanah
tidak nampak keluar dari vulva sehingga pengobatan dengan preparat
steroid dinilai sangat membahayakan apabila kontraksi uterus terlalu
berlebihan dan nanah akan keluar dalam rongga abdomen, maka tindakan
pengankatan uterus dan ovarium dinilai adalah tindakan paling tepat
karena dengan pengangkatan ini kasus pyometra tidak akan terulang lagi.
obatan yang digunakan pada operasi ovariohisterktomi ini zolazepam, ,
isofluran, kanamicin, ampicillin, dan asering sebagai fluid therapy.
Isofluran suatu obat anastesi voletile yang induksinya cepat dan
pemulihannya cepat, tidak iritasi dan tidak menimbulkan sekresi, isofluran
berefek

bronkhodilatator,

tidak

menimbulkan

muntah

dan

bersifat

kompatibel dengan epineprin. Isofluran menurunkan tekanan darah


terutama dengan vasodilatasi perifer dan hampir tidak mendepresi
miokardium, isofluran juga menghasilkan vasodilatasi urterus.
Zoletil sebagai preparat anastetika berisikan tiletamin sebagai
transquilizer mayor dan zozlazepam sebagai muscle relaxant. Obat ini
memberikan anastesi general dengan waktu induksi yang sangat singkat
dan sangat sedikit memberikan efek samping karena menjadi anastetika
pilihan yang memberikan tingkat keamanan yang tinggi dan maksimal.
Zoletil dapat diberikan dengan mudah secara intramuskuler dengan dosis
7-25

mg/kg

BB

dan

akan

menghilangkan

refleks

penderita

serta

kesadaran penderita hilang dalam waktu 5 menit sedangkan pada


pemberian melalui intravena, hilangnya refleks dan kesadaran penderita
akan dicapai dalam waktu 1 menit (Hilbery dkk., 2000).

Ampicillin adalah salah satu antibiotik semi sintetik golongan


penicillin yang mempunyai efek bakterisidal yang mempunyai spektrum
luas pada bakteri Gram positif dan Gram negatif dengan dosis pemberian
10-20 mg/kg BB yang diberikan secara intravena. Ampicillin bekerja
dengan menghambat sintesis dinding sel yaitu dengan menyerang
peptidoglikan (Brander et al., 1991). Ampicillin didistribusikan ke berbagai
jaringan termasuk paru-paru, hati, otot, jaringan sinofial dan akan
dieliminasikan bersama urin (Brander et al., 1991). Kanamicin adalah
termasuk golongan antibiotik aminoglikosida. Senyawa ini merupakan
senyawa dengan struktur yang terdiri atas tri atau tetrasakarida, yang
mengandung streptamin atau turunannya sebagai rumus umum. Senyawa
ini memiliki spektrum kerja yang luas dan kerjanya adalah bakterisidal.

KESIMPULAN
Terdapat dua jenis pyometra diantaranya pyometra tertutup dan
pyometra terbuka. Setiap jenis pyometra memiliki efek yang berbeda
pada tubuh penderita. Tindakan untuk mengatasi pyometra pada anjing
adalah dengan pengangkatan ovarium dan uterus atau bisa disebut
dengan ovariohisterectomi. Penggunaan obat selama operasi adalah
zoletil, isofluran, kanamicin dan ampicillin.

DAFTAR PUSTAKA
Brander, G.C., Pugh, R.J., and Bywater, W.L., 1991. Vetereinary Applied
Pharmacology and Therapeutics.5 th ad. Billiere Tindall ELBS.
436,467-473.
Hilbery J.L. and Sophia A Yin. 2000. Small Animal Veterinary Consult
and Surgery.
Dupre G. 2009. Soft Tissue Surgery. Veterinary University of Viena.
Dohmen MJ, Joop K, Struk A, Bols PE, Lohuis JA (2000) Relationship
between intra-uterine bacterial contamination, endotoxin levels
and the development of endometritis in postpartum small animal
with distocia or retained placenta. Theriogenology 54; 1019-1032.
Junaidi,A, 2006. Reproduksi dan Obsterti pada Anjing. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Ibrahim R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Veteriner. Syah Kuala
University Press. Banda Aceh.
Cuneo, CS Card, EJ Bicknel. 2006. Disease of Beef Cattle Asocciated
with Post-calving and Breeding.

Anda mungkin juga menyukai