Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Supervisi dan sistem evaluasi merupakan bagian penting dalam manajemen
dimana saja terutama dalam pelayanan kesehatan. Keperawatan sendiri merupakan
salah satu profesi di pelayanan kesehatan turut andil dalam penyelengaraan mutu
pelayanan kesehatan. Menurut Rahma (2012) bahwa keperawatan sebagai profesi
mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional oleh perawat
dengan kompetensi yang memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan
moral.
Menurut Sudjana (2004) dalam Nursalam (2011) supervisi adalah upaya untuk
membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar
mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien. Tujuan dari supervisi menurut Gillies (2004) adalah untuk mengawasi dan
mengevaluasi serta memperbaiki kinerja. Sehingga supervisi keperawatan ini
dibutuhkan untuk mengawasi dan mengevaluasi kinerja pada suatu praktik
keperawatan. Suarli dan Bahtiar (2009) mengemukakan bahwa tujuan utama
supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk mencari
kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan.
Seorang supervisor, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan atau mekanisme yang ditentukan dapat meningkatkan kinerja
keperawatan professional (Ismaniar, 2015). Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen
dan kontribusi pada ekonomi. Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang
telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan, kompetensi motivasi dan kepentingan (Wibowo, 2007).
Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam
berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala
1

bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Namun pada dasarnya
seorang supervisor harus memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) membuat
perencanaan kerja, 2) Kontrol terhadap pekerjaan, 3) Memecahkan masalah, 4)
Memberikan umpan balik terhadap kinerja, 5) Melatih (coaching) bawahan, 6)
Membuat dan memelihara atmosfir kerja yang motivatif, 7) Mengelola waktu, 8)
Berkomunikasi secara informal, 9) Mengelola diri sendiri, 10) Mengetahui sistem
manajemen perusahaan, 11) Konseling karir, 12) Komunikasi dalam pertemuan
resmi. (Rakhmawati. 2009)
Penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan.
Studi oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama
dengan WHO tahun 2005 menemukan kinerja perawat baik 50 %, sedang 34,37 %,
dan kurang 15,63 %. Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja
perawat > 75 % (Maryadi, 2006). Hasil survei di RSU Swadana Tarutung, terhadap
152 pasien rawat inap berkaitan dengan kinerja perawat pelaksana menunjukkan
bahwa sebanyak 65% menyatakan perawat kurang perhatian, 53% mengatakan
perawat sering tidak di ruangan, 42% menyatakan perawat bekerja tidak disiplin
(Siregar, 2008).
Dalam suatu jurnal manajemen keperawatan yang melakukan penelitian di suatu
rumah sakit didapatkan data supervisi kepala ruang paling banyak adalah kurang
baik yaitu 37 responden (45,7%). Pendokumentasian asuhan keperawatan diketahui
paling banyak adalah baik sebanyak 56 responden (69,1%). Terdapat hubungan
antara supervisi kepala ruang dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
Rumah Sakit. (Yanti, dkk, 2013)
Dengan semakin tingginya tuntutan dalam perbaikan kualitas pelayanan
keperawatan serta supervisi keperawatan yang telah ada, kita sebagai calon perawat
memerlukan pemahaman tentang supervisi dalam keperawatan dengan baik dan
benar tentang langkah-langkah supervisi, prinsip supervisi, teknik supervisi sampai
dengan peran dan fungsi supervisi dalam keperawatan. Sehingga kita mampu
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan secara benar (Rakhmawati, 2009).

1.2.

Rumusan Masalah
1.

Apakah pengertian dari supervisi keperawatan?

2.

Apakah tujuan dari supervisi keperawatan?

3.

Apa manfaat supervisi keperawatan?

4.

Apa saja prinsip supervisi keperawatan?

5.

Bagaimana alur supervisi keperawatan?

6.

Apakah unsur pokok dari supervisi keperawatan?

7.

Apa saja kompetensi dari seorang supervisor?

8.

Apa peran dan fungsi dari supervisi keperawatan?

9.

Bagaimana model-model supervisi keperawatan?

10. Bagaimana teknik supervisi keperawatan?


11. Bagaimana frekuensi supervisi keperawatan?
12. Bagaimana contoh role play supervisi keperawatan?
1.3.

Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori tentang supervisi
keperawatan dan penerapan dalam keperawatan

1.3.2

Tujuan Khusus
1.

Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari supervisi keperawatan

2.

Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari supervisi keperawatan

3.

Mahasiswa dapat mengetahui manfaat supervisi keperawatan

4.

Mahasiswa dapat mengetahui prinsip supervisi keperawatan

5.

Mahasiswa dapat mengetahui alur supervisi keperawatan

6.

Mahasiswa dapat mengetahui unsur pokok dari supervisi keperawatan

7.

Mahasiswa mampu memahami kompetensi dari seorang supervisor

8.

Mahasiswa mampu memahami peran dan fungsi dari supervisi


keperawatan

9.

Mahasiswa mampu memahami model-model supervisi keperawatan

10. Mahasiswa dapat mengetahui teknik supervisi keperawatan


11. Mahasiswa dapat mengetahui frekuensi supervisi keperawatan
3

12. Mahasiswa dapat mengetahui contoh role play supervisi keperawatan


1.4.

Manfaat
Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep tentang supervisi keperawatan
dalam praktik keperawatan dengan baik dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Supervisi Keperawatan


Supervisi berasal dari kata super (bahasa latin yang berarti di atas) dan videre
(bahasa latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi
berarti melihat dari atas. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan
bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli & Bahtiar, 2009).
Sedangkan supervisi menurut Swansburg, dikutip oleh Rachma (2012) adalah
usaha untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu menghargai dan mengembangkan potensi setiap individu serta
menerima setiap perbedaan.
Menurut Sudjana (2004) dalam Nursalam (2011) supervisi adalah upaya
untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi
agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien.
Seorang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor. Kegiatan
supervisi adalah kegiatan kegiatan yang terencana seorang menejer melalui
aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya
dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari hari (Arwani,2006).

2.2

Tujuan Supervisi Keperawatan


Tujuan dari supervisi menurut Gillies (2004) adalah untuk mengawasi dan
mengevaluasi serta memperbaiki kinerja. Sedangkan Suarli dan Bachtiar (2008)
merumuskan tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai
kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif
dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai
dengan memuaskan.
Menurut Suarli (2012), tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada
5

bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan


memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan
hasil yang baik. Supervisi yang baik adalah supervisi yang dilakukan secara
berkala.
2.3

Manfaat Supervisi Keperawatan


Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat (Azwar, dalam Nursalam, 2011) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat kaitannya
dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
b. Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja, peningkatan ini erat kaitannya
dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta, dan sarana) yang sia-sia akan dapat
dicegah (Azwar, dalam Nursalam, 2011).
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, maka sama artinya bahwa
tujuan organisasi telah tercapai dengan baik.

2.4 Prinsip Supervisi Keperawatan


Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursalam, 2011) antara lain:
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
2. Supervisi

menggunakan

pengetahuan

dasar

manajemen,

keterampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan


kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan, tugas, dan standart.
4. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
6

perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas, dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdayaguna dalam pelayanan
keperawatan yang memberikan kepuasan klien, perawat dan manajer.
2.5 Alur dan Langkah-langkah Supervisi Keperawatan
Kepala bidang perawatan
Supervisi
Kepala seksi perawatan
Supervisi
Kepala ruang

Menetapkan kegiatan dan


tujuan serta instrumen /
alat ukur
Kepala Tim

Kepala Tim

Menilai kerja perawat


PA
Pembinaan :
Penyampaian
penilaian
Feed back
Follow up,
pemecahan masalah
dan reward

PA

Kinerja perawat dan


kualitas pelayanan
meningkat

Bagan 1. Ahaddyah, 2012 dalam Analisis Pelaksanaan Supervisi Keperawatan

Yang termasuk supervisor keperawatan adalah:


1. Kepala ruangan, kepala ruangan bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan diunit kerjanya. Kepala rungan merupakan ujung tombak penentu
tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan dan
pendokumentasian di unit kerjanya.
2. Pengawas Keperawatan, beberapa ruangan atau unit pelayanan berada di bawah
satu instalasi, pengawas perawatan bertanggung jawab dalam melakukan
supervisi pada areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang berada dalam satu
instalasi tertentu, misalnya instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan dan lainlain.
3. Kepala seksi, beberapa instansi digabung dibawah satu pengawasan kepala seksi.
Kepala seksi mengawasi pengawas keperawatan dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
4. Kepala Bidang keperawatan, Kabid Keperawatan bertanggung jawab untuk
melakukan supervisi kepada kepala seksi secara langsung dan semua perawat
secara tidak langsung.
Dengan demikian supervisi berikatan dengan struktur organisasi yang
menggambarkan garis tanggung jawab, siapa yang menjadi supervisor dan siapa
yang disupervisi.
Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam,
2014):
1.

Pra supervisi
Supervisor:
a.
b.

Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi


Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai

Yang disupervisi:

2.

a. Menerima penjelasan terkait kegiatan dan tujuan supervise


b. Mempersiapkan diri terhadap kegiatan supervisi yang akan dilakukan.
Pelaksanaan Supervisi
Supervisor:

a.

Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen


yang telah disiapkan

b.

Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan

c.

Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan


klarifikasi permasalahan

d.

Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi


data sekunder
a)

Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada

b) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat


Yang disupervisi:
a.

3.

Mempersiapkan kebutuhan supervisi sesuai dengan tindakan yang akan

dilakukan
b. Menerima saran dan kritik perbaikan
c. Menjelaskan dan mengklarifikasi permasalahan
d. Menerima saran dan menjawab pertanyaan yang diajukan supervisor
Pasca supervisi
Supervisor:
a.
b.
c.
d.

Supervisor memberikan penilaian supervisi


a) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada
b) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
Supervisor memberikan masukan dan solusi pada PP dan PA
Supervisor memberikan tanggapan dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi)
Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
a) Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward
diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan
mendapatkan penghargaan sehingga dapat meningkatkan kekuatan
respon atau merangsang pengulangan perilakunya. Yang kedua
reinforcement negative atau hukuman adalah situasi yang terjadi
ketika perilaku yang diinginkan terjadi untuk menghindari
konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et al, 2003)
b) Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follow-up adalah
intervensi jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah
episode dari penyakit akut dan long-term follow-up diberikan pada
pasien mendapatkan intervensi jangka panjang atau tindak lanjut,
9

rencana individual lebih formal dapat dilakukan bersama dengan


orang-orang di sekitarnya untuk memperluas pemantauan dan
e.

mengulangi perilaku positif. (Cohen and Toni, 2005)


Melakukan dokumentasi hasil supervisi

Yang disupervisi:
a.
b.
c.
d.
2.6

Mendengarkan penjelasan supervisor dengan baik


Menerima hasil penilaian dari supervisor
Memberi penjelasan terkait dengan hasil evaluasi dari supervisor
Menerima konsekuensi sesuai solusi yang ditawarkan

Unsur Pokok Supervisi Keperawatan


Beberapa unsur pokok supervisi menurut Azwar (1996), adalah:
a. Pelaksana
Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervise adalah
atasan yaitu mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan yang
dimaksud sering dikaitkan dengan status kedudukan yang lebih tinggi dalam
organisasi (supervisor) dank arena itu fungsi supervisi memang lebih dimiliki
oleh atasan.
b. Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan, disebut sebagai supervisi langsung. Sedangkan
sasaran bawahan yang melakukan pekerjaan disebut sebagai supervisi tidak
langsung. Disini terlihat jelas bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan
akan disupervisi dengan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan.
c. Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang bekala. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukanlah supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang
pasti seberapa sering supervisi dilakukan. Menurut Nursalam (2011) ketika
melakukan supervisi yang tepat harus dapat menentukan kapan dan apa yang
perlu dilakukan supervisi dan bantuan.
1) Overcontrol.

10

Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan.


Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya.
2) Undercontrol.
Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap delegasi,
dimana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas limpah dan berdampak
secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan berdampak
terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenernya dapat
dihindarkan dengan memberikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf
untuk berpikir dan melaksanakan tugasnya.
d. Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang
bersifat pokok, yaitu:
1) Menetapkan masalah dan prioritasnya.
2) Menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluarnya.
3) Melaksanakan jalan keluar
4) Menilai hasil yang dicapai untuk tidak lanjut.
2.7

Kompetensi Supervisor
Tanggung jawab utama seseorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik
mungkin

dengan

mengkoordinasikan

sistem

kerjanya.

Para

supervisor

mengkoordinasikan pekerjaan kryawan dengan mengarahkan, melancarkan,


membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan (Dharma, 2003). Sedangkan
menurut Suyanto (2008), seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam:
1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti
oleh staf dan pelaksana keperawatan
2. Memberikan saran, nasihat dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan
3. Memberikn motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan
pelaksana keperawatan
4. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok)
5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan
11

6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat


7. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik
Sementara itu menurut Simajuntak (2010) bahwa untuk menjadi supervisor
yang baik diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan
supervise, yaitu:
1. Kompetensi Pengetahuan (knowledge competencies), adalah kemampuan untuk
mengetahui segala sesuatu mengenai pekerjaan baik berupa keluasan wawasan
atau informasi terutama berkaitan dengan bidang profesinya. Kompetensi
pengetahuan yang digunakan bertujuan agar seseorang dapat bekerja lebih baik.
2. Kompetensi Entrepreneurial adalah kompetensi yang meliputi 2 bagian yaitu,
orientasi efisiensi dan produktivitas. Orientasi efisiensi adalah kemampuan atau
keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan tepat. Produktif artinya
kemampuan untuk mengahasilkan sesuatu. Seseorang harus memiliki inisisatif
dalam mengembangkan diri dan lingkungannya melalaui kreativitas misalnya
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
3. Kompetensi Intelektual adalah kemampuan dalam melaksanakan atau
mengerjakan

sesuatu

berdasarkan

ilmu

pengetahuan

yang

dimiliki.

Kemampuan ini meliputi tiga bagian penting yaitu: berfikir logis dengan
mencari penyebab dari suatu kejadian; konseptual yaitu mampu untuk
mengumpulkan informasi dan dapat membedakan hal-hal di luar konsep; dan
ketrampilan mendiagnosis yaitu mampu mengaplikasikan konsep dan teori ke
dalam situasi dan kondisi kehidupan yang nyata.
4. Kompetensi Sosioemosional adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan
secara teliti termasuk mengambil suatu tindakan/keputusan secara matang.
Kompetensi ini meliputi lima bagian yaitu percaya diri, mengembangkan rasa
tanggung jawab dan menanamkan kedisiplinan, persepsi objektif (penilaian
objektif), pengkajian diri akurat (kesediaan untuk dikritik), dan adaptasi
stamina.
5. Kompetensi Berinteraksi adalah kemampuan untuk bersosialisasi atau menjlin
hubungan dengan orang lain. Kemampuan ini mencakup kepercayaan diri,
pengembangan diri (kesediaan menerima usul), mempertahankan dan
12

mempelajari semua perilaku atau respon terhadap kebijakan/keputusan


organisasi serta mengelola proses kelompok dengan cara menunjukan sikap
keterbukaan dan menghargai orang lain, memberikan reward/penghargaan.
2.8

Peran, Fungsi dan Kegunaan Supervisi Keperawatan


1. Kegunaan Supervisor Keperawatan
Nursalam (2011) mengemukakan tiga kegunaan supervise, yaitu sebagai
berikut:
a) Supervisi berguna untuk meningkatkan kemampuan supervisor dalam
memberikanlayanan kepada para pelaksana kegiatan (perawat).
b) Supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana
kegiatan
c) Hasil dari supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk
pelaksanaan layanan prifesional kepada pelaksana kegiatan. Proses
memberikan layanan, format-format yang digunakan, catatan, dan laporan
supervise, serta interaksi melalui hubungan kemanusiaan antara supervisor
dan yang disupervisi merupakan informasi yang bermanfaat untuk
menyusun patokan-patokan supervise berdasarkan pengalaman lapangan.
2. Peran dan Fungsi Supervisor Keperawatan
Menurut Suyanto (2008), tugas supervisor adalah mengusahakan seoptimal
mungkin kondisi kerja yang nyaman dan aman, efektif, dan efisien. Tugas dan
fungsi supervisor lainnya adalah sebagai berikut:
a) Mengorientasi staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru
b) Melatih staf dan pelaksana keperawatan
c) Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari,
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan
d) Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan
Selain itu, peran dan fungsi supervisor dalam supervise adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen
sumber daya yang tersedia, dengan lingkup tanggung jawab antara lain:
13

1) Menetapkan dan mempertahankan standard praktik keperawatan


2) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
3) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan dan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait
4) Manajemen anggaran
5) Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan
pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a). Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan agenda
tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan yang dapat dicapai
sesuai tujuan RS
b). Membantu mendapatkan informasi statistic untuk perencanaan
anggaran keperawatan
2.9

Model-model Supervisi Keperawatan


Di beberapa negara maju, kegiatan supervisi keperawatan di rumah sakit
dilakukan dengan sistematis. Peran supervisor dapat menentukan apakah
pelayanan keperawatan mencapai standart mutu atau tidak. Dalam penelitian
Hyrks dan Paunonen-Ilmonen (2001), membuktikan bahwa supervisi klinik yang
dilakukan dengan baik berdampak positif terhadap kualitas pelayanan.
1. Model Developmental
Diperkenalkan oleh Dixon tahun 1998 yang dikembangkan dalam rumah
sakit mental dengan tujuan agar pasien yang dirawat mengalami proses
developmental yang lebih baik. Supervisor diberikan kewenangan untuk
membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu (1) Change agent bertujuan
agar supervisor dapat membimbing perawat menjadi agen perubaha. (2)
Counselor dilakukan supervisor dengan tujuan membina, membimbing, dan
mengajarkan kepada perawat tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas
perawat. (3) Teacher bertujuan untuk mengenalkan dan mempraktikkan
nursing practice yang sesuai dengan tugas perawat.
2. Model Academic
Model ini diperkenalkan oleh Farington tahun 1995. Farington
mengatakan bahwa supervise klinik dilakukan untuk membagi pengalaman
14

supervisor kepada para perawat sehingga ada proses pengembangan


kemampuan professional yang berkelanjutan. Model academic meliputi tiga
kegiatan, yaitu (1) Educative dilakukan dengan mengajarkan keterampilan
dan kemampuan perawat; membangun pemahaman tentang reaksi dan
refleksi dari setiap intervensi keperawatan; supervisor melatih perawat untuk
mengexplore strategi, teknik-teknik lain dalam bekerja. (2) Supportive
dilakukan dengan cara melatih perawat mengendalikan emosi ketika bekerja.
(3) Managerial dilakukan dengan melibatkan perawat dalam peningktan
standart keperawatan.
3. Model Experimental
Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James tahun 2005 yang
merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott dan Fitzpatrick. Model ini
menyebutkan bahwa kegiatan supervisi keperawatan meliputi training dan
mentoring. Dalam kegiatan training, supervisor mengajarkan teknik-teknik
keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat pelaksana dan dilakukan
secara berjenjang kepada setiap perawat, misalnya training pada perawat
pemula (beginner), perawat pemula-lanjut (advance). Dalam kegiatan
mentoring, supervisor bertindak sebagai penasihat yang berkaitan dengan
masalah-masalah rutin sehari-hari.
4. Model 4S
Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket tahun 1995 yang
dikembangkan dengan empat strategi, yaitu (1) Structure dilakukan oleh
perawat professional dalam melakukan pengkajian dan asuhan pasien dimana
perawat yang dibina sekitar 6-8 orang yang bertujuan untuk mengembangkan
pengalaman perawat dalm hal konsultasi, fasilitasi, dan assisting. (2) Skills
dilakukan supervisor untuk meingkatkan ketrampilan praktis. (3) Support
dilakukan dengan tujuan untuk kebutuhan-kebutuhan training tertentu yang
terbaru.

(4)

Sustainability

bertujuan

untuk

tetap

mempertahankan

pengalaman, keterampilan, nilai-nilai yang telah dianut perawat.


2.10

Teknik Pelaksanaan Supervisi Keperawatan


Dalam Nursalam (2011), ada beberapa teknik yang diperlukan dalam
15

melaksanakan supervisi keperawatan antara lain:


1. Proses Supervisi
a. Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian.
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan.
2. Area Supervisi
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien.
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan, misalnya kejujuran dan empati.
Secara aplikasi, area supervisi keperawatan meliputi:
a. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien.
b. Pendokumentasian asuhan keperawatan.
c. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang.
d. Pengelolaan logistik dan obat.
e. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien.
f. Pelaksanaan operan tugas jaga.
3. Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara:
a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisior dapat terlibat dalam kegiatan, umpan
balik dan perbaikan. Proses supervisi meliputi:
a) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor;
b) Selama proses, supervisor dapat member dukungan, reinforment
dan petunjuk;
c) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan
16

memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang


positif sangat pentingdilakukan oleh supervisor
Pada supervise modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan
agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah (Sukardjo, 2010). Cara pemberian pengarahan yang efektif
adalah pengarahan harus lengkap, mudah dipahami, menggunakan katakata yang tepat, berbicara yang jelas dan lambat, berikan arahan pada
satu waktu, pastikan bahwa arahan dipahami, dan yakinkan bahwa
arahan dilaksanakan atau perlu tindak lanjut
b. Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik lisan maupun tulisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga
mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis.
2.11

Frekuensi Pelaksanaan Supervisi


Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali bukanlah supervisi yang baik. Tidak ada pedoman
mengenai frekuensi supervisi, semua tergantung pada derajat kesulitan pekerjaan.
Menurut Nursalam (2011) dalam melakukan supervisi yang tepat, supervisor
harus dapat menentukan kapan dan apa yang harus dilakukan supervisi. Penting
atau tidaknya supervise/control, tergantung bagaimana staf melihatnya, yaitu :
a. Over control. Control yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang
diberikan sehingga staf tidak bisa memikul tanggung jawabnya.
b. Under control. Sebaliknya control yang kurang juga berdampak buruk terhadap
delegasi, dima staf akan tidak produktif melaksanakan tugas limpah dan
berdapak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan
berdampak tehadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat
dihindarkan dengan memberikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf
untuk berpikir dan melaksanakan tugasnya. (Nursalam, 2011)
Menurut bittel (1987) Tugas rutin supervisor yang harus dilakukan setiap
harinya adalah:
17

1. Sebelum pertukaran shift (15-30 menit)


a. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
b. Mengecek jadwal kerja
2. Pada waktu mulai shift (15-30 menit)
a. Mengecek personil yang ada
b. Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
c. Mengatur pekerjaan
d. Mengidentifikasi kendala yang muncul
e. Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan
3. Sepanjang hari dinas (6-7 jam):
a. Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi,
mengoreksi atau memberikan latihan sesuai kebutuhannya.
b. Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera
membantu apabila diperlukan
c. Mengecek pekerjaan rumah tangga
d. Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama
untuk personil baru.
e. Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau
hal-hal yang terkait.
f. Mengatur jam istirahat personil
g. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari
cara memudahkannya.
h. Mengecek

kembali

kecukupan

alat/fasilitas/sarana

sesuai

kondisi

operasional
i. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
j. Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
k. Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.
4. Sekali dalam sehari (15-30 menit)
Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15
menit. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti :
keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan
18

dan lain sebagainya.


5. Sebelum pulang
a. Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha untuk
memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya.
b. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek
hasilnya, kecukupan material dan peralatannya.
c. Lengkapi laporan harian sebelum pulang
d. Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang memperlajari
di rumah sebelum pergi bekerja kembali.

BAB III
ROLE PLAY SUPERVISI KEPERAWATAN
Peran masing-masing :
1. Umdatun Watsiqoh sebagai Wakil Kepala Ruang 2 (KARU)
19

2. Anjar Ani sebagai Wakil Kepala Ruang 1 (WK. KARU 1)


3. Anisa Ramadhani sebagai Perawat Primer 1 (PP 1)
4. Riska Anggraini sebagai Perawat Associate 1 (PA 1)
5. Siti Aisyah Zanta sebagai Perawat Primer 2 (PP 2)
6. Aida Fitriyah sebagai Perawat Associate 2 (PA 2)
7. Yunita Desi Santoso sebagai Pasien 1
8. Febyana Dwi Cahyanti sebagai Keluarga pasien 1
9. Yuanita Devi Santoso sebagai Pasien 2
10. Gabriela Kando Rato sebagai narator
Rumah Sakit Dr. Soetomo baru melakukan seleksi dan perekrutan tenaga kerja
baru, salah satunya adalah perawat. Di ruang Palem terdapat tiga perawat yang
lolos perekrutan dan mulai bekerja disana melalui proses seleksi yang ketat. Kedua
perawat tersebut adalah Ns. Riska Anggraini, Ns. Aida Fitriyah dan Ns. Nina
Agustina. Dan hari ini adalah jadwal supervisi oleh Kepala Ruangan (KARU)
terhadap PP (Perawat Primer) tentang oksigenasi.
PP1

: Ns.Riska, Ns. Aida, dan Ns. Nina sekarang sudah jam 08.00 WIB dan
waktunya kita untuk mengganti cairan dan peralatan oksigenasi kepada
pasien

PA1

: Baik Ns Anisa.

Saat menyiapkan keperluan oksigenasi


PP

: Apa Ns. sudah cuci tangan sebelumnya?

Karena terkejut Ns. Riska menjatuhkan nasal kanul yang sedang


disiapkannya.
PA1

: Astaghfirullahhaladzim. Sudah Ns. Anisa (Kaget)

PP

: Eh, Ns. Riska kenapa bisa jatuh selang nasal kanulnya?

PA1

: Maaf Ns.Anisa saya terkejut karena Ns. Berbicara di belakang saya


dengan tiba-tiba

PP

: Ns. Riska seharusnya bisa lebih berhati-hati lagi apalagi ini


menyangkut alat untuk kesembuhan pasien. Kesalahan sedikit bisa
membahayakan nyawa pasien Ns

PA1
PP

: Maaf Ns. Sekali lagi saya minta maaf.


: Lain kali lebih fokus lagi dalam bekerja. Saya harap cukup sekali ini
saja ya Ns..

20

PA1

: Baik, Ns.

Disisi lain Ns. Anjar melihat pekerjaan yang dilakukan oleh Ns. Aida
kemudian dengan bangga memberikan komentar baik dan memujinya.
PP2: Ns. Aida apakah pada obatnya sudah tercantum nama lengkap dan nomor
RMnya?
PA2: Sudah Ns. Saya sudah menuliskan nama lengkap dan nomor RM untuk
masing-masing pasien.
PP2: Ini adalah langkah awal yang bagus Ns. Aida. Pertahankan model kerja
seperti ini.
PRA SUPERVISI
Sementara itu, Ns. Umdatun (KARU) dan Wakil Kepala Ruangnya Ns.
Anjar (WK. KARU 1) sedang melakukan perencanaan supervisi di ruang KARU.
KARU

: Selamat pagi Ns. Anjar, hari ini jadwal kita untuk melakukan supervisi
pada perawat di Ruang Palem ini. Tujuan dari supervisi ini agar kita
dapat mengevaluasi dan menganalisa kinerja dari para perawat
diruangan, yakni perawat primer (PP) dan keterlibatan perawat
associate (PA) dalam tindakan perawatan sehingga kita dapat
memberikan feedback dan follow up untuk kedepannya yang lebih
baik.

WK. KARU

: Baik Ns. Tutut, untuk hari ini kita akan melakukan supervisi kegiatan
di ruangan.

KARU

: Apakah semua sudah siap untuk supervisi hari ini ?

WK. KARU

: Semuanya sudah siap Ns. Ini format penilaian untuk supervisi hari ini
Ns (sambil memberikan format penilaian)

KARU

: Baik saya rasa sudah cukup, sekarang langsung saja kita memulai
supervise

WK. KARU 1&2: Baik Ns. Medho.


KARU

: Baiklah mari kita mulai supervisi hari ini.

SUPERVISI
Ketika di bed pasien Yunita. Ns. Riska (PA 1) dan Ns. Anisa (PP 1) sedang
melakukan tindakan kemudian supervisor (KARU dan WK. KARU 1) Ns Tutut dan
21

Ns. Anjar datang untuk melakukan supervisi.


PP

: Selamat pagi Ns. Tutut dan Ns. Anjar.

KARU : Silahkan dilanjutkan tindakannya. Kami hanya memastikan saja (sambil


tersenyum).
PP

: Oh, baik Ns.

PA 1

: Selamat pagi perkenalkan nama saya Ns. Riska, boleh saya lihat
gelang pasiennya? (Melihat gelang pasien) ini benar pasien Mbak Yunita
dengan nomor RM 212.909.16? Baik mbak yunita sekarang sudah jam
08.00 WIB waktunya untuk ganti cairan dan selang oksigennya,

Pasien 1

: Iya Ns. Dada saya masih agak sesak Ns.

Keluarga

: Kemarin malem mengeluh dadanya masih sesak Ns.

PA1

: Baik, Mbak. Saya akan mengganti cairan dan selangnya dengan yang
baru ya. Soalnya sudah jadwalnya harus diganti.

Pasien 1

: Ns. Dari tadi kok belum selesai sih. Saya sudah tidak tahan. Sesak Ns,

PA 1

: Sebentar mbak Yunita, ini masih saya siapkan,

Pasien 1

: Lama sekali Ns. Saya tidak mau dengan Ns ini. Tidak cekatan dan
lama.

Keluarga

: Sabar dek, Ditahan sedikit,

Pasien 1

: Sesak kak, Ns ini lama sekali padahal hanya mengganti selang dan
cairannya saja.

PP1

: Iya sudah, sini biar saya yang gantikan Ns.

PA1

: Baik Ns.
Akhirnya berkat Ns. Anisa (PP1) selang nasal kanul Nn. Yunita dapat

dipasang dengan cekatan dan cepat tanpa harus lama menunggu.


KARU: Sudah saya pasang ini selang oksigennya
Pasien1

: Terimakasih ya Ns. Anisa

PA1

: Baik, karena tindakannya sudah selesai. Kami permisi dulu, Bu.

PP
PA1
PP

: Ns, ini pasiennya belum dirapikan.


: Oh ya.. Maaf saya lupa (Merapikan pasien).
: Baik, kalau begitu kami permisi dulu ya Mbak Yunita. Jika perlu
sesuatu tinggal pencet belnya nanti Ns akan datang kemari. (Sambil
22

menunjuk bel di meja.


Keluarga

:Baik Ns. Terimakasih banyak.

Tiba-tiba keluarrga pasien Yuanita dating ke Nurse station untuk melaporkan


keadaan pasien Yuanita yang sesak.
Keluarga

: Ns. Anak saya sesak napas, tolong dibantu yaa Ns.

PP 2

: Iya ibu silahkan kembali ke Bed pasien, saya akan langsung menyusul
ibu

Keluarga

: yaudah terima kasih Ns. Yaa

Setelah kepergian keluarga pasien..


PP 2

: Baik Ns. Anisa kalau begitu biar saya dan Ns. Aida yang menangani
pasien Yuanita

PP1

: iyaa baik kalau begitu

PP 2

: mari Ns. Aida kita ke bed pasien, permisi Ns. Anisa


Berikutnya Supervisor melakukan supervisi ke pasien Yuanita yang

ditangani oleh Ns. Aida (PA 2) dan Ns. Zanta (PP 2) sedang melakukan tindakan
kemudian supervisor (KARU dan WK. KARU 1) Ns. Tutut dan Ns. Anjar datang
untuk melakukan supervisi.
PP

: Selamat pagi Ns. Tutut dan Ns. Anjar.

WK. KARU 1: Pagi juga Ns (sambil tersenyum)


PA 2

: Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Ns. Aida. Permisi, boleh saya
lihat gelang pasiennya? (Melihat gelang pasien) ini benar pasien Mbak
Yuanita dengan nomor RM 212.909.20. Baik Mbak Yunita sekarang
sudah jam 08.00 WIB waktunya untuk ganti cairan dan selang
oksigennya ya. Bagaimana ada keluhan hari ini?.

Pasien 2

: Cuman sesak sedikit Ns.

PA 2

: Sekarang diganti selang oksigen dan cairannya dulu ya. Ini nanti kalo
sudah tidak sesak bisa dilepas sendiri dan jika terasa sesak kembali bisa
memanggil Ns ya

Pasien 2

: Baik Ns. Terima kasih,

PA2

: (Mengganti keperluan oksigenasi dengan cekatan dan cepat).,

PA2

: Bagaimana Mbak Yuanita, apakah sudah nyaman dipakai ?,


23

Pasien 2

: Iya Ns. Sudah nyaman,

PA2

: Baik, tindakannya sudah selesai. Mbak bisa beristirahat kembali. Jika


butuh sesuatu bisa memencet bel ini ya mbak Yuanita

Keluarga 2

: Terima kasih Ns.,

POST SUPERVISI
Setelah melakukan keliling dan pengawasan Ns. Tutut (KARU), Ns. Anjar
(WK. KARU) memanggil Ns. Anisa, dan Ns. Zanta.
KARU: Tolong panggilkan Ns. Anisa, Ns. Zanta dan Ns. Lady ya.
WK. KARU 1: Baik Ns. Tutut.
KARU: Silahkan duduk Ners.
PP
KARU

: Baik Ns, Terimakasih,


: Begini Ns. Hari ini sudah kami lakukan supervisi kepada ners semua
dan sekarang kami akan berikan evaluasi untuk Ns.Anisa dan Ns.Zanta.
Sebelumnya saya ingin bertanya bagaimana perasaan Ns. Anisa dan Ns.
Zanta setelah dilakukan supervisi hari ini?,

PP 1

: Hari saya merasa masih kurang Ns. Tutut, saya akan berusaha untuk
lebih baik lagi.

KARU

: (FAIR) Begini sebagai seorang perawat primer yang bisa mengayomi


dan menjadi contoh bagi perawat dibawahnya. Ns. Anisa harusnya
memberikan pengarahan yang baik untuk Ns. Riska yang masih
tergolong perawat baru yang bekerja disini. Tadi saat melakukan tindakan
ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh Ns. Riska misalnya tidak
cekatan dalam memasang oksigenasi pada pasien dan juga lupa
merapikan pasien.

PP 1

:Iya Ners, saya minta maaf.

KARU: Apa itu sesuai standar SOP Rumah sakit?


PP 1
KARU

:Tidak Ners, saya minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi,
:

(FEEDBACK) Saya melihat memang Ns. Riska masih kesulitan

dalam memasang oksigenasi. Sebisa mungkin harus dilakukan secepat


dan secekatan mungkin dikala pasien sudah sangat terlihat sesak. Di sisi
24

lain Ns. Aida dan Ns. Nina bisa melakukan tindakan yang sama dengan
baik. Setelah ini Ns. Aida dan Ns. Nina dapat membantu Ns. Riska untuk
belajar lebih baik lagi.
PP 1

: Baik Ns. Siap laksanakan.

KARU: Bagaimana perasaan Ns. Zanta setelah dilakukan supervisi?


PP 2

: Alhamdulillah saya merasa lebih tenang setelah dilakukan supervisi


Ns., dari hasil supervisi hari ini Ns. Aida juga cepat tanggap dan cekatan
dalam melakukan tindakan oksigenasi.

KARU

: (FOLLOW-UP) Dilihat dari supervisi hari ini sepertinya masih ada


perawat ruangan yang masih belum bisa memasang oksigenasi dengan
baik. Jadi Setelah ini kami akan mengadakan acara atau pelatihan khusus
pemasangan oksigenasi untuk meningkatkan keterampilan mengenai
tindakan keperawatan sesuai prosedur. Untuk hasil penilaian supervisi
hari ini saya rasa hasilnya cukup memuaskan. Untuk Ns. Anisa mendapat
nilai 44, sedangkan untuk Ns. Zanta mendapat nilai 50. Sebagai reward
untuk Ns. Zanta saya ucapkan terima kasih telah melakukan tugasnya
dengan baik dan mohon untuk terus ditingkatkan kinerjanya. Baiklah ini
ada lembar evaluasi untuk supervisi hari ini, silahkan dilihat dulu.

PP

: (Melihat dan mengamati lembar evaluasi supervisi)

KARU: Baiklah kalau sudah sepakat silahkan Ns. tanda tangan terlebih dahulu.
PP

: Kalau begitu saya permisi dulu Ns. Terimakasih atas supervisinya hari

ini.
KARU:Silahkan Ners.
Lampiran 1
SOP PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGENASI
PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGENASI
A. Pengertian
Merupakan

prosedur pemenuhan oksigen dengan menggunakan alat bantu.

Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara yaitu: kateter nasal, kanula
25

nasal, dan masker oksigen.


B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Memenuhi kebutuhan oksigen


Mencegah terjadi hipoksia
Membantu kelencaran metabolisme
Sebagai tindakan pengobatan
Mengurangi beban kerja organ pernafasan dan jantung

C. Indikasi
1.
2.
3.
4.
5.

Dengan Anoksia atau Hipoksia


Kelumpuhan organ-organ pernafasan
Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
Mendapatkan trauma paru
Tiba-tiba menunjukan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu dan koma

D. Alat dan Bahan


1. Tabung oksigen atau outlet oksigen sentral dengan flowmeter dan humidifier
2. Kateter nasal, nasal kanul atau masker oksigen
3. Vaselin / jelly
E. Prosedur Nasal Kanul
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai level
yang telah di tetapkan
4. Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi
humidifier pada tabung air dengan menunjukan adanya gelembung air.
5. Pasang nasal kanul pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan klien
6. Periksa nasal kanul setiap 6-8 jam
7. Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien
8. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
NB:konsentrasi O2 40-60% (1-5 ltr)
F. Hal yang perluh diperhatikan
1.
2.
3.
4.

Amati tanda-tanda vital sebelum, selama, dan sesudah pemberian oksigen


Jauhkan klien dari resiko cedera
Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai yang dibutuhkan
Jika alat sudah tidak dipakai cuci dengan bersih dan keringkan dan simpan di

tempatnya
5. Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit yang kronis,
hipoventilasi, hypercarbia diikuti penurunan kesadaran
26

6. Terapi oksigen sebaiknya di awali dari 1-7 liter/menit kemudian dinaikkan secara
pelan-pelan sesuai kebutuhan klien.

Lampiran 2
INSTRUMEN SUPERVISI PEMBERIAN OKSIGEN
Hari/tanggal

: Senin/ 3-10-2016

Yang disupervisi : Ns. Anisa


Aspek
penilaian
Persiapan

Supervisor : Ns. Tutut


Ruangan

: Palem Wanita

Paramater

Bobot

A. Persiapan alat
1. Tabung oksigen berisi oksigen
lengkap

dengan

Dilakukan
Ya
Tidak

Keterangan

flowmeter

dan humidifier yang berisi


aquades

sampai

batas

pengisian
2. Nasal kanul (pemilihan alat
sesuai kebutuhan)
3. Plester (jika di butuhkan)

27

4. Gunting

plester

(jika

di

butuhkan)
5. Cotton budd
B. Persiapan perawat
1. Mengkaji data-data mengenai

kekurangan oksigen ( sesak


nafas, nafas cuping hitung,
penggunaan otot pernafasan
tambahan, takikardi, gelisah,
bimbang dan sianosis)
2. Perawat mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan
C. Persiapan pasien
1. Menyapa pasien (ucapkan
2.

salam)
Jelaskan maksud dan tujuan
tentang tindakan yang akan

dilakukan
3. Pasien diatur dalam posisi
aman

dan

nyaman

(semi

fowler)
1

Prosedur

1. Siapkan nasal kanul 1 set tabung

kerja

oksigen ( oksigen central )


2. Hubungkan nasal kanul dengan

flowmeter pada tabung oksigen


atau oksigen dinding
3. Bila hidung pasien

kotor,

bersihkan lubang hidung pasien


dengan cotton budd atau tissue
4. Cek fungsi flowmeter dengan
memutar

pengatur

konsetrasi

28

oksigen dan mengamati adanya


gelembung

udara

dalam

humidifier
5. Cek aliran oksigen dengan cara
mengalirkan

oksigen

melalui

nasal kanul kepunggung tangan


perawat
6. Pasang nasal kanul kelubang
hidung pasien dengan tepat
7. Tanyakan pada pasien, apakah
aliran oksigennya terasa atau
tidak
8. Atur pengikat nasal kanul dengan
benar, jangan terlalu kencang dan
jangan terlalu kendor
9. Pastikkan nasal kanul terpasang
dengan aman
10. Atur aliran oksigen sesuai dengan
program
11. Merapikan tempat tidur pasien
12. Alat-alat dikembalikan di tempat
semula
13. Perawat mencuci tangan setelah
melakukan tindakan
14. Mengakhiri tindakan

1
dengan

mengucapkan salam
1
1
Evaluasi

1. Observasi respon pasien 15 menit


setelah dilakukan tindakan
2. Observasi apakah jumlah yang

masuk sesuai dengan advis dokter (

lihat angka pada flowmeter )


Total Nilai

50

44
29

Kriteria :
Baik
: Jika nilai 45-50
Cukup : Jika nilai 45-40
Kurang : Jika nilai <40

Surabaya, 20 September 2016


Kepala Ruangan

(Umdatun Watsiqoh)

Lampiran 3
LEMBAR EVALUASI SUPERVISI KEPERAWATAN
No
1

Masalah
Perawat

Penyebab
Perawat kaget

Solusi
dan Perawat beristirahat sebentar

Menjatuhkan

kurang

saat diruangan

selang nasal kanul

melakukan tindakan

Perawat

fokus

perawat

mengurangi capek dan dapat

fokus kembali dalam tindakan


kesulitan Perawa tidak cepat dan Mengadakan
acara
atau

memasang oksigen cekatan


dengan baik

saat pelatihan khusus pemasangan

mengganti

selang selang

oksigen

oksigen

meningkatkan

Perawat

tidak Perawat

lupa

merapikan kembali merapikan

untuk

keterampilan

mengenai
3

untuk

tindakan

keperawatan sesuai prosedur.


untuk Memonitor
pelaksanaan
tempat tindakan keperawatan yang ada

tempat tidur pasien tidur kembali

di ruangan

seteleh melakukan

tersebut

agar kesalahan
tidak

terulang

30

tindakan

kembali.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, supervisi adalah upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka
dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien (Nursalam, 2011). Dalam praktiknya, langkah-langkah pada supervisi
keperawatan adalah pra supervisi, pelaksanaan supervisi dan pasca supervisi yang
meliputi

supevisor

memberikan

penilaian,

memberikan

feedback,

dan

memberikan reinforcement dan follow up.


Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
menurut (Nursalam,2011) antara lain supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi, menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan
antar

manusia

dan

kemampuan

menerapkan

prinsip

manajemen

dan

kepemimpinan, dan fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan


dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, tugas, dan standart, serta supervisi
menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas, dan
motivasi serta supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdayaguna dalam
pelayanan keperawatan yang memberikan kepuasan klien, perawat dan manajer.
31

Dalam melaksanakan supervisi keperawatan, ada beberapa teknik yang


diperlukan seperti pada proses supervisi harus mengacu pada standar asuhan
keperawatan. Supervisi keperawatan ini diperlukan untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan dalam praktik keperawatan sehingga meningkatkan
motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien/klien.
4.2

Saran
Saran bagi kita sebagai calon perawat mampu memahami konsep supervisi
keperawatan sehingga mengaplikasikan konsep supervisi keperawatan dengan
tepat dan benar.

32

Anda mungkin juga menyukai