Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bentuk permukaan bumi sangat tidak teratur. Setiap wilayah memiliki ciri dataran
masing-masing. Ada wilayah dengan dataran yang landai, dataran yang cenderung
bergelombang dan ada pula dataran yang rata. Dataran-dataran tersebut dapat diukur
dengan berbagai kepentingan. Mulai dari pemberi batas wilayah, dan sebagai
pertimbangan jika hendak membangun sesuatu di atas dataran tersebut.
Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan
melakukan pengukuran-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk
tidak beraturan. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar
untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi (Pengukuran
Kerangka Dasar Horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat
hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal)
serta pengukuran titik-titik detail.
Pengukuran detail memberikan data topografi di atas peta sehingga diperoleh
bayangan atau informasi dari relief bumi. Kelengkungan dan ketelitian data topografi
tersebut sangat tergantung dari kerapatan titik detail yang akan diukur. Untuk mengukur
titik detail yang lengkap dan efisien, maka harus dipahami maksud dan kegunaan peta
yang akan dibuat. Sebelum suatu daerah dilakukan pengukuran detail harus sudah ada
titik ikat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur secara detail adalah segala benda atau
bangunan yang terdapat di areal yang dipetakan akan menambah kelengkapan data peta.

1.2 Maksud
Maksud dari praktikum tersebut, yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas Ilmu Ukur Tanah III Semester III Teknik Geodesi
Universitas Lampung.
2. Untuk dapat menginformasikan ukuran Poligon dan Detail Situasi di FKIP dan
FK (Gedung Pascasarjana FIKIP, Bangunan Tua di Fkip dan Kolam di FK, serta
Jalan di Sekeliling Kedua Fakultas tersebut) Universitas Lampung.
3. Untuk dapat menginformasikan detail yang ada di sekitaran FKIP dan FK
(Gedung Pascasarjana FIKIP, Bangunan Tua di Fkip dan Kolam di FK, serta
Jalan di Sekeliling Kedua Fakultas tersebut) Universitas Lampung.
1.3 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini yaitu:
1. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara mengoperasikan Total Station maupun
Waterpass secara lebih baik.
2. Untuk dapat mengetahui ukuran permukaan bumi, yaitu Gedung Pascasarjana
FIKIP, Bangunan Tua di Fkip dan Kolam di FK, serta Jalan di Sekeliling Kedua
Fakultas tersebut.
3. Untuk dapat mengetahui pengukuran kerangka dasar horizontal maupun vertikal.
4. Untuk dapat melakukan pengukuran detail dengan terlebih dahulu membuat titik
ikat.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Dasar Pemetaan


Di dalam Ilmu Geodesi dikenal mengenal titik kerangka dasar yaitu kerangka
horizontal dan kerangka vertical. Kerangka horizontal yaitu berupa koordinat
koordinat horizontal atau planimetris (X,Y) berupa titik yang didapat dari pengukuran
sudut dan jarak. Sedangkan kerangka vertikal yaitu diperoleh dari pengukuran beda
tinggi atau penyipat datar. Kerangka dasar pemetaan tersebut di gunakan sebagai acuan
atau titik pengikat pada pengukuran situasi (detail).
1. Pengukuran kerangka horizontal
Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang
datar (x,y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris,
pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi,
trilaterasi atau poligon. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan
dan ketelitian yang dikehendaki. ( purworhardjo, 1986 ).
a. Metode poligon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik
dipermukaan bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi
banyak, (wongsotjitro,1977). Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut
dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka titik-titik yang lain pada
poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan metode
poligon ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
1) Poligon tertutup
Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik
akhir, jadi dimulai dan diakhiri dengan titik yang sama. Jika pada proses
perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan koordinat
awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika
koordinat akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan
tersebut dinyatakan salah karena titik awal dan titik akhir poligon
3

tertutup adalah sama atau kembali ketitik semula

.
2) poligon terbuka
Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhir tidak
berimpit atau titik awal tidak bertemu dengan titik akhir, misalnya poligon
terikat sempurna. Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik
awal dan titik akhir terikat oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua
koordinat pada awal dan akhir pengukuran. Poligon jenis ini memiliki
kelebihan jika dibandingkan dengan poligon lainnya. Pada poligon ini
kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat dikoreksi dengan
diketahuinya azimuth dan koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir.

b. Azimut
Azimuth adalah besaran sudut yang diukur dari arah utara searah jarum jam
dari sembarang meridian acuan yang besarnya berkisar antara 0 360.

Azimuth berfungsi sebagai orientasi arah utara pada peta, sebagai kontrol
pada pengukuran jaringan poligon maupun dalam hitungan koordinat.
Azimuth yang diukur dilapangan dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
a. Azimuth magnetis azimuth magnetis adalah azimuth yang berdasarkan arah
utara magnetis. Untuk mendapatkan azimuth magnetis dapat dilakukan dengan
pengukuran menggunakan alat ukur yang dilengkapi dengan bousole atau
kompas, seperti halnya theodolit (to). Azimuth magnetis ini tidak berdasarkan
arah utara sebenarnya (kutub utara bumi), namun hanya berdasarkan arah utara
magnetis.
b. Azimuth geografis azimuth geografis adalah azimuth yang berdasarkan arah
kutub utara bumi atau utara sebenarnya. Untuk mendapatkan besaran azimuth
geografis

dapat

dilakukan

dengan

pengamatan

benda-benda

angkasa

(pengamatan matahari atau pengamatan bintang).


2. Kerangka vertikal
Kerangka vertikal digunakan dalam suatu pengukuran untuk menentukan beda
tinggi dan ketinggian suatu tempat/titik. ( purworaharjo, 1986 ). Ada beberapa
metode untuk menentukan beda tinggi dan ketinggian titik tersebut yaitu :
a. Kerangka vertikal dengan metode waterpassing syarat utama dari penyipat datar
adalah garis bidik penyipat datar, yaitu garis yang melalui titik potong benang
silang dan berhimpit dengan sumbu optis teropong dan harus datar. Syarat
pengaturannya adalah :
1. mengatur sumbu i menjadi vertical
2. mengatur benang silang mendatar tegak lurus sumbu i
3. mengatur garis bidik sejajar dengan arah nivo menentukan beda tinggi
dengan menggunakan metode waterpassing alat yang digunakan adalah
waterpass, penentuan ketinggian (elevasi) dengan menggunakan waterpass
ada 3 macam yaitu :
1) alat di tempatkan di stasion yang di ketahui ketinggiannya

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


h a-b = ta - btb hb = ha + h a-b

2) alat sipat datar di tempatkan di antara dua stasion

3) alat sipat datar tidak di tempatkan di atara kedua stasion

b. Kerangka vertikal dengan metode trigonometri levelling yatu menentukan beda


tinggi ( h ) dengan menggunakan metode trigonometri levelling alat yang
digunakan adalah theodolit ( alat pengukur sudut ), mengapa menggunakan
metode pengukuran metode trigonometri levelling karena proses perhitunganya
menggunakan rumus trigonometri bila dibandingkan dengan pengukuran
waterpass sangat jauh ketelitianya karena trigonometri banyak sekali kelemahankelemahanya. Ada dua cara menentukan beda tinggi dengan menggunakan

metode trigonometri levelling yaitu :


1) Dengan cara stadia yaitu mengukur beda tinggi tanpa halangan serta benang
atas (ba), benang tengah ( bt ), dan benang bawah ( bb ) dapat dilakukan
pembacaan. Pengukuran jarak dengan data bacaan ba, bt, bb dan sudut
vertikal (zenith/heling/miring)

2) Dengan cara tangensial yaitu mengukur beda tinggi dengan posisi alat tetap
hanya teropongnya saja yang digerakkan naik dan turun.

3) Pemetaan Detail Situasi


Pengukuran situasi adalah pengukuran untuk membuat peta yang bisa
menggambarkan kondisi lapangan baik posisi horisontal (koordinat x;y) maupun
posisi ketinggiannya/ elevasi (z). Pengukuran situasi dapat dilakukan :

1. Metode offset
Pada metode ini alat utama yang digunakan adalah pita/rantai dan alat bantu
untuk membuat siku (prisma) .
Metode offset ada dua cara :
a. Metode siku-siku

b. Metode mengikat (interpolasi)


Titi-titik detail diikat pada garis lurus dengan garis ukur. Metode ini terdapat
dua cara yatu :
1. Pengikatan pada sembarang titik

a. Perpanjangan sisi

2. Metode polar
Diukur azimuth dan jarak

Yang di maksud dengan penggukuran jarak disini adalah pengukuran jarak datar
(horizontal) antara dua titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah, pengukuran
ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
a. Pengukuran jarak langsung pengukuran jarak langsung adalah pengukuran jarak
yang di ukur secara langsung dengan mengunakan alat ukur jarak langsung
seperti pita ukur (meedband) atau meteran.

b. Pengukuran jarak tidak langsung pengukuran jarak tidak langsung dapat


mengunakan alat theodolit, data yang dimati adalah, sudut vertikal, bacaan
benang atas, benang tengah, benang bawah (pengukuran jarak secara optis).

Selain itu juga pengukuran jarak tidak langsung dapat mengunakan alat edm
(elektronis distance meter) sebagai pengukuran jarak elektronis.

2.2 Pengukuran Detail Situasi


Titik-titik detail situasi dapat dibedakan atas titik detail buatan, seperti : gedung,
jembatan, jalan dan lain sebagainya serta titik detail alam, seperti : sungai, gunung, serta

10

bentuk alam lainnya. Dengan adanya berbagai bentuk detail dari yang teratur hingga
bentuk yang tidak beraturan serta faktor kesulitan medan, sehingga kita harus jeli dan
tangkas dalam memilih metode pengukuran detail agar kita dalam melaksanakan
pengukuran tersebut bisa efisien dan optimal mungkin sehingga tidak banyak menguras
tenaga.
Metode pengukuran titik detail di lapangan dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain :
1. Pengukuran detail dengan metode ekstrapolasi
Pengukuran dengan metode ini ada dua sistem yaitu :
a. Ekstrapolasi koordinat ortogonal

Keterangan gambar :
A, b, ......, k = titik-titik poligon
Ab, ak = sisi-sisi poligon
P, q, r, s, t..= proyeksi titik sudut gedung ke sisi poligon
Pada sistim ini gambar detail ( gedung ) didapat dengan cara memproyeksikan
titik-titik sudut (bagian) dari detail ke sisi poligon yang terdekat dengan
pertolongan prisma. Jarak proyeksi titik detail ke sisi poligon diukur dengan
pegas ukur.

b. Ekstrapolasi koordinat kutub

11

Keterangan gambar :
A, b : titik poligon
K, l, m, n : titik sudut detail (gedung)
ak, al, am : azimut titik detail k, l, m terhadap a
bl, bm, bn : azimut titik detail l, m, n terhadap titik b
Pada sistim ini gambar detail diperoleh dengan cara mengukur besarnya azimut
dari titik-titik detail terhadap salah satu titik poligon dan jarakna diukur secara
optis
2. Pengukuran detail dengan metode interpolasi
Pada sistim ini pengukurannya adalah dengan cara menarik titik potong
pelurusan titik detail terhadap sisi poligon (potongan sisi poligon) tersebut
diukur panjangannya dengan pegas ukur. Jadi pada sistim ini titik detail seolaholah digantungkan pada dua buah sisi poligon.

Keterangan gambar :
A, b, c, d : titik-titik poligon
A, b, c, d : titik potong pelurusan detail dengan sisi poligon
3. Pengukuran detail dengan metode pemotongan
Metode ini menggunakan dasar bahwa perpotongan antara dua buah garis arah
akan menentukan satu titik tertentu.
12

Keterangan gambar :
A, b, c, d : titik-titik poligon
1, 2, 3, 4, : titik-titik detail
a1, a2, a3 : azimut titik-titik detail yang diukur dari a
b1, b2, b3 : azimut titik-titik detail yang diukur dari b
Pada gambar di atas titik detail yang berada di tepi sungai menentukan
bentuk sungai tersebut. Terhadap titik detail 1. 2. 3 tersebut diukur azimut
masing-masing dari dua titik poligon terdekat, sehingga garis arah dari kedua
titik poligon ini saling berpotongan pada titik-titik detail tersebut.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Jadwal Praktikum

13

Anggota kelompok

Waktu pelaksanaan

Kondisi area

Cuaca

Dosen

Asisten Dosen :

1. Altias Margareta
2. Muhammad Bimo Bimantara
3. Resti Elida
4. Firmansyah Bayu Pamungkas

1. Ir. Fauzan Murdapa, M.T.


2. Ir. Eddy Purwanto, M.T.
1. Pasek Budi Sastrawan
2. Tania Sari Rahmawati

3.2 Alat Praktikum


1. Total Station

14

Total station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi dalam
satu unit alat. Total station juga sudah dilengkapi dengan processor sehingga
bisa menghitung jarak datar, koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa
perlu kalkulator lagi.

2. Waterpass

Waterpass ialah alat yang dipakai untuk mengukur perbedaan ketinggian


dari satu titik acuan ke acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca
dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek apakah sudah terpasang
dengan benar, perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Jika
gelembung tepat berada di tengah, itu artinya waterpass telah terpasang dengan
benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik.

3. Rambu ukur

15

Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda


tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah.
Rambu ukur terbuat dari kayu atau campuran logam alumunium.
Ukurannya, tebal 3 cm 4 cm, lebarnya + 10 cm dan panjang 2 m, 3 m, 4 m,
dan 5 m. Pada bagian bawah diberi sepatu, agar tidak aus karena sering dipakai.
Fungsi rambu ukur adalah sebagai alat bantu dalam menentukan beda tinggi dan
mengukur jarak dengan menggunakan pesawat. Rambu ukur biasanya dibaca
langsung oleh pembidik.
4. Jalon

Jalon digunakan untuk menetapkan garis lurus dan lengkungan. Jalon


terbuat dari logam berongga tabung, seperti pipa galvanis dengan diameter 12.5
mm, dengan ujung runcing dari tulangan baja. Jalon biasanya panjang 2 meter,
dan dicat merah dan putih agar jalon mudah untuk dilihat selama pemancangan.
Dalam praktikum ini jalon digunakan untuk mengambil detail situasi.

16

5. Statip

Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat


seperti waterpass, TS, dan theodolit. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama
panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya..
6. Prisma

Prisma/reflektor adalah sebuah alat untuk membantu dalam pembacaan


data ukur. Dengan cara memantuklan sinyal dari alat Total Station.

7. Meteran roll
Meteran roll digunakan untuk mengukur tinggi alat dan tinggi prisma.
Biasanya memiliki panjang 5-10 meter dengan ketelitian 0,01 ml. Terbuat dari
bahan yang kaku seperti seng.
8. Meteran pita
Meteran pita digunakan untuk mengukur jarak langsung dalam
pengukuran waterpass. Meteran pita mempunyai panjang mencapai 100m.
Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dalam penggunaan, namun kadang
mudah putus.
9. Patok kayu

17

Patok kayu digunakan untuk membantu menandai titik yang akan diukur.
Biasanya memiliki panjang 30-40cm dan ujungnya dibentuk runcing. Patok
kayu harus menancap bagian agar tidah mudah tercabut.
10. Paku payung
Paku payung digunakan untuk memaku ujung patok kayu. Fungsinya
untuk menentukan titik tengah yang lebih spesifik pada patok. Untuk acuan titik
tengah saat berdirinya alat di titik tersebut.
11. Payung
Payung digunakan untuk melindungi alat dari panas terik matahari dan hujan
agar alat tidak rusak. Jika alat terlalu lama terpapar matahari tabung dan nivo kotak
bisa berembun bahkan pecah.
12. Palu
Palu digunakan untuk menancapka patok kayu saat penandaan titik ukur.
13. Alat tulis
Alat tulis seperti pena dan form/buku data digunakan untuk mencatat
secara manual data yang didapat dari pengukuran baik menggunakan alat TS
atau WP.
14. Laptop
Laptop digunakan untuk mendownload data secara elektronik dari alat
Total Station langsung. Data di download melalui aplikasi TransIt.

3.3 Tahapan Praktikum


a. Memasang patok
1. Buat rancangan atau sket daerah yang akan diukur. Tentukan titik patok
poligon tertutup dan BM (Bench Mark) yang akan digunakan sebagai
acuan awal.
2. Persiapkan patok, paku payung, dan palu.

18

3. Tancapkan patok kayu menggunakan palu dititik yang telah ditentukan


sesuai sket. Pukul hingga patok tersisa sekitar 5-6 cm saja.
4. Kemudian tancapkan paku pada ujung atas patok yang sudah menancap.
5. Lalu tandai patok dengan tulisan Pt. 1 agar tidak tertukar dengan patok
lain.
6. Ulangi langkah 3-5 untuk memasang patok 2, 3, dst.
b. Mengukur menggunakan alat Total Station
1. Persiapkan alat Total Station 1, statif 2, prisma 2, jalon 1, meteran roll 1,
payung 1, alat tulis, dan laptop yang telah diinstall aplikasi TransIt.
2. Cek keadaan alat dan pastikan semua alat dan keadaan baik, tidak ada
yang rusak dan sudah tersetel.
3. Dirikan statif pada titik/BM yang telah ditentukan.
4. Pasang alat TS diatas statif lalu sentring.
5. Dirikan statif di BM acuan yang telah ditentukan sebagai backsigh.
6. Lalu pasang prisma diatas statif dan sentring.
7. Setelah alat dan prisma sudah sentring dan siap digunakan, arahkan alat
TS ke arah prisma.
8. Ukur tinggi alat dan tinggi prisma dan catat.
9. Lalu nyalakan alat TS dengan memencet tombol power.
10. Kemudian buat job. Untuk membuat Job pengukuran yaitu dengan cara
menekan tombol MENU pilih JOB atau tekan tombol angka 1 ENTER
sehingga akan muncul seperti berikut :

Pilih Create ( tekan tombol MSR1) Masukkan nama JOB (


maksimal 8 karakter ) Untuk menghapus job pilih DEL atau tekan
tombol MSR2

11. Setelah itumasukan koordinat tempat berdiri alat dengan cara:


-

Tekan tombol STN ( tombol nomor 7 ), sehingga akan muncul seperti


berikut :

19

Untuk memasukan koordinat tempat berdiri alat kita pilih KNOWN atau
tekan tombol 1.
Maka untuk selanjutnya kita diminta untuk memasukkan nomer titik dan
koordinat STN (koordinat X,Y,Z) tempat berdiri alat, serta kode-nya. Kode
dapat berupa BM, patok, dll. Kode ini boleh diisi atau dapat juga
dikosongkan.

ST: Nomor titik berdiri alat kemudian


tekan tombol ENT atau tombol panah
kebawah
HI : Tinggi Alat

X: masukan koordinat X lalu tekan ENT


Y: masukan koordinat Y lalu tekan ENT
Z : masukan elevasi titik lalu tekan ENT
CD: Kode
12. Lalu secara otomatis kita diminta untuk memasukan data Backsight (BS)
sbb:
o Informasi Koordinat backsight
o Informasi azimuth dari titik koordinat berdiri alat ke titik
Backsight

Dalam pemilihan tergantung data yang diketahui dari awal. Disini


digunakan Angle atau sudut. Masukan data Azimuth. Untuk
memasukkan bacaan sudut, kita tekan tombol no 2 atau dengan
panah ke atas / ke bawah kita pilih Angle, maka akan muncul seperti
berikut:

20

o BS : masukkan nomor titik backsight ( nomor 1 ) kemudian


tekan tombol ENT atau panah ke bawah
o HT : masukkan tinggi target / prisma kemudian tekan tombol
ENT atau panah ke bawah

Masukkan nilai sudut azimuthnya, misal diketahui azimuth 135


2505 maka penulisan di alat 135 2505

Kemudian tekan ENT untuk record/merekam data.


13. Setelah itu arahkan alat ke arah prisma lalu tembak dengan menekan
tombol MRS1 atau MRS2 untuk mendapatkan koordinat, maka akan
muncul sbb:
PT: Nomor titik backsight
HT: tinggi prisma
CD: kode titik
Tekan tombol ENT
Dalam menginput data koprdinat lakukan seperti langkah 11
kemudian tekan ENT untuk merekam data. Catat data secara manual
untuk salinan data.
14. Kemudian lakukan pengukuran foresight dengan memindah rambu ke
titik sebaliknya.
15. Lakukan langkah 5-6 untuk mendirikan statif dan menyentring prisma.
16. Ukur tinggi prisma dan catat.

21

17. Arahkan teropong ke prisma.


18. Tekan tombol MRS1 kemudian tekan tombol ENT untuk merekam data.
catat data secara manual juga. Sbb:
PT: Nomor titik foresight
HT: tinggi prisma
CD: kode titik
Tekan tombol ENT
19. Kemudian pindah alat (tanpa statif) ketitik prisma berdiri terakhir.
20. Lakukan langkah 4 untuk menyentring TS.
21. Ukur tinggi alat TS lalu catat.
22. Pindahkan prisma (tanpa statif) ke tempat terakhir berdiri alat.
23. Lakukan langkah 6 untuk menyentring prisma.
24. Ukur tinngi prisma dan catat.
25. Arahkan tropong kearah prisma lakukan foresight. Yang berbeda pada
saat melakukan pengukuran backsight, yang kita inputkan adalah
koordinat backsight. Koordinat backsight ini diperoleh dari hasil
pengukuran pada saat berdiri di titik 2.

BS: Nomor titik backsight


HT: Tinggi prisma
CD: kode

26. Lakukan langkah diatas untuk setiap titik.


27. Kemudian lakukan pengukuran detail. Dengan melakukan langkah 10-11
untuk membuat job dan memasukan koordinat tempat berdiri alat.
28. Lakukan langkah 12 untuk mengukur backsight. Jangan lupa rekam data
dan catat secara manual.
29. Lalu dirikan jalon yang telah dipasang prisma diobjek yang akan diambil
sebagai detail. Misalnya tiang listrik.
30. Ukur tinggi jalon lalu catat.
31. Arahkan alat ke prisma jalon lalu tekan tombol MSR lalu ENTER maka
akan muncul:

22

BS: masukan nomor titik


backsight
HT: masukan tinggi prisma
CD: kode
Setelah itu tekan tombol ENT untuk merekam data dan catat secara
manual.
32. Lalu pindahkan jalon ke objek detail lainnya.
33. Ulangi langkah 29-31 disetiap pengambilan detail.
c. Mengukur menggunakan alat Waterpass
a)
b)
1.
2.
3.

Adapun syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada umumnya adalah:


Syarat dinamis: sumbu I vertikal
Syarat statis, antara lain :
Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

Urutan persyaratan statis memang demikian. Namun agar pengaturannya lebih


sistematis dan tidak berulang-ulang, urutan pengaturannya dibalik dari poin 3 ke 1.
1. Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I
Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah dibuat
tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.\

23

2. Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu I


Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini penting
sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar karena
apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat diseimbangkan dengan
skrup ungkir ini.
Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat vertikal,
kemana pun teropong diputar, gelembung nivo akan tetap seimbang. Ini berarti garis
bidik selalu mendatar karena garis bidik telah dibuat sejajar dengan garis arah nivo.

3. Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo


Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar. Untuk
mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum, digunakan nivo
tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti mendatar. Dengan
demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis arah
nivo pasti mendatar.
Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m. Berikut contoh pengukuran
dengan alat ukur waterpass.

Cara pelaksanaan pengukuran di lapangan :


a.

Pertama tama melakukan pengecekan alat alat, seperti :


Pesawat waterpass dan kaki statif
Rambu ukur / baak ukur
Patok / paku paying

24

Alat mencatat dan dash board


Payung

b. Penyetelan alat
Sebelum dipakai, pesawat harus di stel terlebih dahulu, seperti :

Pasang kaki statif terlrbih dahulu dan usahakan posisi dari kaki tersebut
datar.
Pesawat di letakkan diatas statif dengan memutar sekrup pengunci yang ada di
kaki statif tersebut
Setel nivonya dan usahakan pas di tengah tengah supaya mendapatkan hasil
ketelitian yang maksimal. Untuk menyetel nivo dapat menggerakkan sekrup
yang ada pada pesawat atau dengan cara lain yaitu dengan menggerakkan kaki
statif naik turun.
Usahakan teropong menghadap titik pertama yang akan kita tembak / baca
dengan sudut 0 dan setelah menembak titik tersebut, maka pesawat diputar
searah jarum jam sehingga membentuk sudut 180 .

c. Cara Pengukuran :

Kita tempatkan dua rambu ukur pada titik yang telah ditentukan sebelumnya,
kemudian taruh baak ukur ketitik mula mula, misalkan titik BM ke titik A.
Ukur kedua jarak tersebut.
Kita tempatkan pesawat di tengah tengah antara titik BM dan titik A.
Pesawat kita arahkan ke titik BM kemudian kita baca BA, BT ,dan BB dan
bacaan tersebut diberi nama bacaan belakang. Selanjutnya pesawat diputar
searah jarum jam ke titik A kemudian dibaca BA, BT, dan BB dan dinamakan
bacaan muka.
Untuk pengukuran melintang, pesawat kita letakkan pada titik A. Kemudian kita
letakkan beberapa rambu pada beberapa tempat dengan arah yang sama dan
mengikuti arah melintang dari titik titik arah memanjang.
Setelah itu pesawat kita pindahkan ke tengah tengah antara titik A dan titik B.
Kemudian pesawat kita arahkan ke titik A kemudian kita baca BA, BT, dan BB
dan dinamakan bacaan belakang. Seterusnya pesawat kita putar dengan searah
jarum jam ke titik B kemudian di baca BA, BT, dan BB dan dinamakan bacaan
muka.
Pesawat kita pindahkan ke titik B untuk pengukuran melintang dengan cara yang
sam seprti diatas.
Selanjutnya pesawat di pindahkan lagi ketitik selanjutnya untuk pengukuran
memanjang dengan cara yang sama seperti diatas. Setelah itu dilanjutkan dengan

25

pengukuran melintang. Begitu seterusnya sampai titik terakhir dan dilanjutkan


dengan pengukuran memanjang pulang.
Diadakan perhitungan, sehingga beda tinggi dan jarak serta elevasi dapat
ditentukan dengan rumus yang ada.

Kesalahan-Kesalahan dalam Pengukuran Waterpass

Walaupun sebelum pengukuran peralatan telah dikoreksi dan syarat-syarat lain telah
terpenuhi, namun karena hal-hal yang tak terduga sebelumnya, kesalahan-kesalahan
yang lain tetap dapat terjadi, yaitu:
1. Bersumber dari alat ukur, antara lain:
a. Garis bidik tidak sejajar arah nivo
Pada pengukuran dengan alat ukur waterpas, garis bidik harus dibuat sejajar dengan
garis arah nivo agar hasil yang didapatkan teliti. Adapun jika garis bidik tidak sejajar
dengan garis arah nivo, kesalahan dapat dihilangkan dengan membuat jarak alat ukur ke
rambu muka sama dengan jarak alat ukur ke rambu belakang

b. Kesalahan Titik Nol Rambu


Kesalahan ini bisa terjadi dari pabrik, namun bisa pula terjadi karena alas rambu
yang aus dimakan usia atau sebab yang lain. Pengaruh dari kesalahan ini apabila
jumlah slag dibuat genap.

c. Kesalahan Karena Rambu yang tidak Betul-Betul Vertikal


Untuk menghindari kesalahan ini maka rambu harus betul-betul vertikal dengan cara
menggunakan nivo rambu atau unting-unting yang digantungkan padanya.

d. Kesalahan Karena Penyinaran yang Tidak Merata


Sinar matahari yang jatuh tidak merata pada alat ukur waterpas akan menyebabkan
panas dan pemuaian pada alat waterpas yang tidak merata pula, khususnya nivo
teropong, sehingga pada saat gelembung seimbang, garis arah nivo tidak mendatar dan
garis bidik juga tidak mendatar. Untuk menghindari keadaan semacam ini sebaiknya alat
ukur dipayungi agar tidak langsung terkena sinar matahari.

26

2. Bersumber dari si pengukur, antara lain:


a. Kurang paham tentang pembacaan rambu
Untuk menghindari kesalahan ini, pembacaan dikontrol dengan koreksi
2BT=BA+BB

b. Kesalahan karena mata cacat atau lelah


Untuk menghindari kesalahan ini sebaiknya mata yang cacat menggunakan
kacamata dan pengamatan dilakukan dengan mata secara bergantian. Mata yang
sedang tidak digunakan untuk membidik juga tidak perlu dipejamkan atau
dipicingkan.

c. Kondisi fisik yang lemah


Untuk menghindari keadaan yang demikian, surveyor perlu istirahat di tengah
hari, makan teratur dan selalu menjaga kondisi tubuh
d. Pendengaran yang kurang
3. Bersumber dari alam, antara lain:
a) Kesalahan karena kelengkungan permukaan bumi
Kesalahan ini dapat diabaikan dengan membuat jarak rambu
muka sama dengan jarak rambu belakang
b) Kesalahan karena refraksi sinar
Permukaan bumi diselimuti dengan lapisan-lapisan udara yang
ketebalannya tidak sama karena suhu dan tekanan yang tidak sama. Hal
ini akan mengakibatkan sinar yang sampai pada teropong dari obyek
yang dibidik akan menjadi melengkung ke atas sehingga yang terbaca
menjadi terlalu besar.
c) Kesalahan Karena Undulasi
Pada tengah hari yang panas antara pukul 11 sampai pukul 14
sering terjadi undulasi, yaitu udara di permukaan bumi yang bergerak
naik karena panas (fatamorgana). Jika rambu ukur didirikan di tempat
yang demikian, maka apabila dibidik dengan teropong akan kelihatan
seolah-olah rambu tersebut bergerak bergelombang-gelombang, sehingga
sukar sekali untuk menentukan angka mana yang berimpit dengan garis
27

bidik atau benang silang. Sehingga apabila terjadi undulasi sebaiknya


pengukuran dihentikan.
d) Kesalahan karena kondisi tanah tidak stabil
Akibat kondisi tanah tempat berdiri alat atau rambu tidak stabil,
maka setelah pembidikan ke rambu belakang, pengamat pindah posisi
untuk mengamat ke rambu muka ketinggian alat atau statif akan
mengalami perubahan sehingga beda tinggi yang didapat akan
mengalami kesalahan. Untuk itu, hendaknya tempat berdiri alat dan
rambu harus betul-betul stabil atau rambu rambu diberi alas rambu.

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Data Hasil Pengukuran Total Station


X
527190,14
7
527237,82
1
527254,26
4
527241,30
2
527241,91
4
527242,23
3
527242,29
0
527242,75
0
527242,85
6
527244,00
5
527244,03

KET
Y
Z
9406711,695 117,586 BM 5

9406719,55
2
9406713,56
5
9406735,99
3
9406735,84
2
9406735,84
2
9406736,05
6
9406736,64
6
9406736,84
3
9406736,46
7
9406736,74

115,411 BM 4
113,385 PT1
115,905 TR1
115,902 TR2
115,893 SR1
115,900 SR2
115,584 SR3
115,601 SR4
115,569 SR5
115,572 SR6
28

7
527253,90
4
527244,39
0
527248,86
1
527248,93
1
527244,43
7
527253,88
3
527248,96
1
527248,83
9
527247,22
6
527247,09
4
527252,78
8
527252,90
5
527254,114
527254,06
7

4
9406746,21
8
9406731,86
8
9406728,77
5
9406728,88
5
9406731,89
2
9406746,09
9
9406727,40
3
9406727,54
0
9406724,82
0
9406724,90
7
9406725,07
0
9406725,07
6
9406725,54
3
9406725,50
8

X
527237,82
1
527254,26
4
527279,82
7
527247,57
6
527249,53
8

Y
9406719,55
2
9406713,56
5
9406697,54
3
9406721,01
5
9406724,39
6

115,319 PK1
115,598 PK2
115,234 PK3
115,233 PK4
115,596 PK5
115,329 PK6
115,079 PK7
115,079 PK8
114,959 PK9
114,968 PK10
114,737 PK11
114,732 PK12
114,710 PK13
114,701 PK14

KET
Z
115,411 BM 2

113,385 PT 1
110,149 PT2
115,039 PK16
115,357 PK17

29

527249,50
1
527249,19
5
527249,21
7
527247,61
2
527247,63
7
527247,56
6
527246,63
0
527254,03
0
527258,15
3
527262,93
0
527276,74
8
527281,39
8
527264,35
1
527264,31
7
527262,65
3
527262,66
8
527257,64
3
527257,59
5
527255,75
9
527255,66
4
527258,82
9

9406724,46
1
9406725,10
1
9406725,18
2
9406726,20
4
9406726,22
6
9406726,22
0
9406726,79
2
9406739,66
2
9406744,30
5
9406752,41
2
9406755,81
8
9406752,90
3
9406725,83
7
9406725,74
4
9406725,06
2
9406725,00
3
9406717,114

115,362 PK18

9406717,20
7
9406718,15
8
9406718,03
9
9406715,64
9

114,453 PK35

115,464 PK19
115,476 PK20
115,694 PK21
115,695 PK22
116,051 PK23
116,145 PK24
116,207 PK25
116,219 PK26
116,043 PK27
115,648 PK28
114,455 PK29
114,332 PK30
114,326 PK31
114,456 PK32
114,453 PK33
114,444 PK34

114,384 PK36
114,492 PK37
113,661 H1

30

527259,00
1
527258,05
7
527257,96
4
527255,76
7
527255,58
3
527255,45
0
527255,09
7
527255,09
9
527255,09
9
527250,79
1
527250,68
8
527250,64
0
527249,86
8
527249,77
2
527249,74
8
527247,15
7
527247,08
9
527245,97
7
527245,71
2
527225,97
6
527226,76
5

9406715,53
0
9406714,20
9
9406714,39
5
9406715,85
2
9406715,63
3
9406715,51
3
9406715,05
8
9406715,06
7
9406714,83
0
9406708,68
6
9406708,71
6
9406708,60
5
9406707,39
1
9406707,25
6
9406707,19
2
9406702,72
1
9406702,72
1
9406701,06
4
9406700,95
3
9406712,33
4
9406715,18
3

113,633 H2
113,642 H3
113,637 H4
113,838 A
113,827 B
112,701 C
112,739 D
113,153 E
113,162 F
113,152 G
113,369 H
113,326 I
113,355 J
113,388 K
113,387 L
113,253 M
113,253 N
113,269 O
113,269 P
115,656 TM1
116,076 TR3

31

527226,64
7
527226,17
2
527226,10
4
527226,14
5
527226,02
8
527231,45
6
527231,30
5
527230,38
0
527230,39
9
527231,34
4
527230,60
7
527233,25
1
527233,21
5
527229,25
4
527229,01
8
527228,22
5
527227,99
4
527225,67
9
527225,49
6
527250,76
4

9406715,13
2
9406713,73
2
9406713,57
9
9406716,26
3
9406716,21
5
9406719,92
9
9406720,21
4
9406719,78
1
9406719,78
0
9406721,14
9
9406727,79
2
9406728,31
2
9406728,40
3
9406733,43
0
9406733,511

116,087 TR4

9406733,50
8
9406733,58
6
9406733,17
6
9406733,21
0
9406717,73
9

117,567 TR20

116,064 TR5
116,070 TR6
116,217 TR7
116,227 TR8
116,110 TR9
116,127 TR10
116,181 TR11
116,179 TR12
116,169 TR13
116,584 TR15
116,379 TR16
116,376 TR17
117,121 TR18
117,149 TR19

117,588 TR21
117,443 TR22
117,464 TR23
113,831 TR24

32

X
527254,26
4
527279,82
7
527338,92
7
527237,70
2
527237,57
8
527236,97
7
527236,87
1
527237,04
1
527236,95
0
527237,23
2
527237,16
3
527245,18
9
527246,69
9
527246,57
1
527238,84
8
527249,87
4
527249,44
0
527243,01
3
527243,05
3
527242,17
7
527242,04

Y
9406713,56
5
9406697,54
3
9406698,97
9
9406741,28
2
9406741,34
7
9406739,85
7
9406739,88
9
9406739,60
0
9406739,62
6
9406739,53
8
9406739,45
8
9406734,48
5
9406736,22
4
9406735,64
6
9406741,78
1
9406731,33
1
9406730,63
3
9406729,44
6
9406729,53
2
9406729,06
7
9406729,12

KET
Z
P
1
113,384

110,348 P 2
107,25 PT3
1
119,283 TR25
119,321 TR26
119,266 TR27
119,279 TR28
119,243 TR29
119,254 TR30
119,213 TR31
119,232 TR32
117,313 TR33
118,031 TR34
118,039 TR35
119,145 SR8
117,399 SR9
117,399 SRS10
118,059 TR36
118,054 TR37
118,113 TR38
118,135 TR39

33

5
527286,54
7
527286,79
0
527286,37
2
527286,13
0
527267,81
7
527267,90
2
527272,59
6
527272,71
8
527271,35
3
527271,08
5
527298,37
4
527298,20
1
527299,05
2
527299,21
4
527299,13
9
527299,19
2
527318,43
8
527316,09
6
527316,20
7
527315,82
7
527316,10

2
9406710,48
2
9406710,28
9
9406708,36
1
9406708,40
9
9406705,55
3
9406705,68
1
9406702,67
4
9406702,33
7
9406700,80
1
9406700,85
2
9406692,61
3
9406692,36
9
9406692,82
6
9406692,70
7
9406693,81
5
9406693,88
0
9406695,45
9
9406691,67
6
9406691,60
0
9406689,18
2
9406689,46

112,700 TR40
112,681 TR41
112,523 TR42
112,525 TR43
113,939 TR44
113,957 TR45
113,418 TR46
113,429 TR47
113,429 TR48
113,532 TR49
112,179 TR50
112,176 TR51
112,186 TR52
112,178 TR53
112,211 TR54
112,211 TR55
112,296 TR56
112,184 TR57
112,181 TR58
112,156 TR59
112,154 TR60

34

6
527313,711

3
9406693,00
1
527311,703 9406691,87
5
527311,811 9406692,28
3
527307,68 9406677,30
2
2
527307,60 9406677,23
9
7
527303,33 9406683,07
1
5
527303,33 9406683,19
5
0
527287,65 9406711,976
8
527282,42 9406714,93
4
3
527282,30 9406724,79
4
3

X
527279,82
7
527338,92
7
527341,72
3
527320,75
6
527321,02
0
527323,46
2
527323,74

Y
9406697,54
3
9406698,97
9
9406756,26
1
9406673,62
6
9406673,35
6
9406678,32
8
9406678,05

112,191 TR61
111,926 TR62
111,930 TR63
112,122 SR11
112,121 SR12
111,874 TR64
111,878 TR65
112,696 PKA1
113,296 PKA2
115,690 BG1

KET
Z
P
2
110,348

107,251 P 3
110,657 PT4
109,062 KL1
109,061 KL2
107,692 KL3
107,694 KL4

35

4
527325,67
7
527325,85
0
527316,69
0
527318,82
3
527317,93
9
527317,22
4
527316,55
9
527314,99
2
527321,25
2
527321,00
6
527309,63
6
527309,28
1
527332,06
4
527332,01
7
527332,67
5
527332,49
0
527317,21
7
527304,90
7
527342,35
8
527305,24
0
527293,93

3
9406679,20 107,253 KL5
1
9406678,95 107,269 KL6
9
9406676,011 109,115 KL7
9406679,65
8
9406680,15
6
9406680,63
4
9406680,95
5
9406676,67
6
9406682,95
7
9406682,77
0
9406691,63
4
9406691,60
4
9406724,58
7
9406724,85
8
9406724,26
8
9406724,60
2
9406703,45
6
9406695,33
1
9406753,07
5
9406695,97
3
9406701,26

109,624 KL8
109,446 KL9
109,445 KL10
109,452 KL11
109,122 KL12
106,513 KL13
106,507 KL14
106,696 KL15
106,692 KL16
106,419 KL17
106,419 KL18
106,406 KL19
106,432 KL20
106,392 TB1
109,018 TB2
110,248 TB3
109,032 TB4
109,661 TB5

36

5
527288,09
0
527292,49
8
527293,52
0
527308,22
5
527326,96
2
527328,21
6
527344,69
9
527343,35
5
527350,57
8

6
9406695,97
7
9406692,13
3
9406693,26
0
9406692,32
3
9406671,03
6
9406677,67
2
9406696,67
6
9406697,90
2
9406696,97
5

X
527338,92
7
527341,72
3
527310,92
2
527347,01
6
527347,04
5
527362,34
9
527362,31
7
527382,76
5
527377,79
5
527351,16

Y
9406698,97
9
9406756,26
1
9406761,25
3
9406719,18
6
9406718,98
2
9406710,15
4
9406710,09
7
9406732,29
2
9406737,93
7
9406752,27

109,610 TB6
109,251 TB7
109,195 TB8
106,303 TB9
109,339 TB10
107,647 TB11
105,972 TB12
106,864 TB13
107,370 TB14

KET
Z
107,251 P 3

110,657 P 4
112,992 PT5
107,591 KL21
107,567 KL22
107,579 KL23
107,577 KL24
106,174 KL25
106,531 KL26
106,780 KL27
37

9
527347,40
3
527344,20
2
527325,66
0
527325,17
6
527320,05
5
527313,21
2
527283,114
527282,72
6
527308,77
7
527306,92
9
527321,05
8
527298,30
9
X
527341,72
3
527310,92
2
527295,12
2
527317,35
0
527316,71
6
527313,58
3
527313,33
2

5
9406753,96
0
9406755,09
7
9406762,18
9
9406762,72
9
9406762,42
9
9406756,92
1
9406700,08
8
9406704,93
9
9406733,91
0
9406735,55
9
9406753,37
4
9406766,33
7

108,355 KL28
110,304 TB15
110,956 TB16
111,892 TB17
112,963 TB18
113,312 BG2
111,053 TB19
112,937 TB20
110,852 TB21
112,108 TB22
111,312 TB23
113,366 BG3

Y
9406756,26
1
9406761,25
3
9406784,16
5
9406768,311

KET
Z
110,657 P 4

9406769,16
6
9406767,64
6
9406768,48
9

113,856 TB25

112,992 P 5
116,252 PT6
113,345 TB24

113,423 TB26
113,783 TB27

38

113,313 TB28

527296,12
2
527295,34
3
527295,23
0
527294,68
0
527294,89
9
527294,35
7
527289,77
0
527284,57
5
527284,78
9
527290,61
7
527290,47
8
527289,49
6
527289,22
7
527289,44
6
527291,53
9

9406768,24
3
9406769,22
6
9406770,43
8
9406770,05
7
9406770,49
2
9406770,49
5
9406770,73
2
9406768,19
9
9406768,49
0
9406771,35
4
9406774,33
2
9406774,74
2
9406770,88
9
9406770,69
9
9406772,74
5
9406773,16
1
9406773,85
8
9406775,14
5

X
527310,92
2
527295,12

Y
9406761,25
3
9406784,16

KET
Z
112,992 P 5

527305,31
3
527305,59
7
527300,118

114,132 TB29
115,032 TB30
114,832 TB31
115,411 TB32
115,928 SR13
116,027 SR14
114,833 SR15
115,356 SR16
117,178 SR17
117,304 SR18
117,303 SR19
116,744 SR20
116,736 SR21
117,146 SR22
117,198 SR23
117,069 TB33
116,027 TB34

116,252 P 6

39

2
527274,16
7
527292,17
8
527290,54
5
527290,28
7
527293,35
7
527293,25
5
527293,57
8
527293,75
6
527293,71
5
527289,09
6
527288,94
1
527286,23
0
527286,25
5
527284,68
6
527284,65
2

5
9406744,43
4
9406742,07
9
9406741,75
4
9406743,02
1
9406748,63
6
9406748,63
4
9406748,94
9
9406749,40
2
9406749,43
0
9406749,51
6
9406749,45
5
9406742,12
2
9406742,28
2
9406741,65
5
9406741,77
9

114,963 PT7
114,727 BG4
114,718 SR24
114,647 SR25
114,655 PK31
114,656 PK36
114,630 PK37
114,622 PK38
114,623 PK39
114,795 PK40
114,795 PK41
114,770 PK42
114,762 PK43
114,545 PK44
114,533 PK45

40

3.2 Data Hasil Pengukuran Water Pass

NO
STA
PO

P1

P1

P2

P2

P3
P3

BACAAN RAMBU
BELAKANG
MUKA
1,080
1,015
0,85
0,785
0,645
0,505
1,01
0,88
0,75
0,920
0,848
0,744
0,8
0,61
0,42
1,528
1,360
1,190
1,109
0,936
0,76

JARAK (M)

BEDA
TINGGI

23,00

NO STA
PO

0,37
28,00

P1

26,00

P1
0,032

17,60

P2

38,00

P2
-0,750

33,80
34,90

P3
0,414

P3

BACAAN RAMBU
BELAKANG
MUKA
1,180
1,02
0,85
0,790
0,65
0,510
1,015
0,884
0,75
0,992
0,85
0,788
0,762
0,572
0,387
1,490
1,322
1,152
1,079
0,903
0,732

JARAK (M)

BEDA
TINGGI

33,00
0,37
28,00

26,50
0,034
20,40

37,50
-0,750
33,80
34,70

0,413

41

0,739
0,522
0,304

P4

P4

0,934
0,816
0,697

P5

1,345
1,185
1,025

P6

1,461
1,23
1

P7
P8

-1,096
24,40

P5
-0,380

37,00

P6
0,231

28,00

0,845
0,730

0,135
1,2
1,04

25,00

P7

23,00

P8

-1,095
24,90

-90,50
1,761
1,579
1,397

1,471
1,241
1,011

-0,379
36,40

46,00
1,150
1,010
0,870

P7

43,80

23,40
2,038
1,914
1,789

P6

0,370

1,225
1,100
0,975

0,934
0,819
0,7

P5

46,10
1,139
0,999
0,859

P7

P4

32,00
1,75
1,565
1,380

P6

P4

23,70
2,033
1,912
1,789

P5

43,50

0,709
0,490
0,271

0,231
28,00
0,369

1,237
1,111
0,985

25,20
0,858
0,742

23,20

42

0,615
P8

1,415
1,280
1,145

P9

1,73
1,565
1,4

PO

P8
0,398

31,80

1,241
1,147
1,045

P9
0,24

29,50

P10
0,502

28,00

PO

27,20
1,099
0,882
0,723

1,728
1,561
1,394

0,397
37,60

33,40
1,469
1,321
1,173

P10

19,60
0,785
0,645
0,505

1,415
1,279
1,143

P9

33,00
1,472
1,325
1,177

P10

P10

27,00
1,041
0,882
0,723

P9

0,626

1,275
1,173
1,071

0,24
29,60

20,40
0,79
0,650
0,51

0,523
28,00

43

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Jadi kita dapat menerapkan konsep pengukuran detail dan poligon langsung
kelapngan
2. kita dapat mengetahui dan memahami cara penggunaan serta fungsi alat yaitu,
Waterpass dan Total Station.
3. Mahasiswa dapat mengelolah data mentah dari alat agar dapat menjadi sebuah peta

5.2 Saran

1. Pratikum sebagainya di lakukan dengan waktu yang lebih efisien,


2. Asisten Dosen lebih dapat membantu dan membimbing baik dalam pengambilan data
di lapangan dan pengolahan data.
3. Pembagian waktu perkelompok lebih baik lagi agar pratikum dapat berjalanan dengan
lancar.

44

DAFTAR PUSTAKA

http://masprie82geodesi.blogspot.co.id

www.google.com/2010/11/metode-pengukuran-detil.html

Arief,Ario. Alat Ukur Waterpas dalam Ilmu Ukur Tanah. 25 Maret 2012.
http://aryadhani.blogspot.co.id/2012/03/alat-ukur-waterpas-dalam-ilmu-ukur.html.
(diakses 28 Desember 2016)

PENGUKURAN JARAK DAN BEDA TINGGI SECARA OPTIS. 22 September


2009. https://grandlindo.wordpress.com/2009/09/22/pengukuran-jarak-dan-bedatinggi-secara-optis/.(diakses 28 Desember 2016)

45

Anda mungkin juga menyukai