MIFTAKHAERIAH
NIM :60800114062
KELAS E
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOOGI
UNIVERISITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PARWISATA INDOENSIA
MATA KULIAH : PARIWISATA
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
berikut:
merupakan
salah
satu
bidang
angkutan wisata, bir perjalanan, restoran, daya tarik wisata, dan perusahaan lain yang
terkait. Sebagai suatu produk yang kompleks, produk wisata berbeda dengan jenis
produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri lainnya, terutama industri
manufaktur. Kekhasan inilah yang menjadikan produk wisata suatu jenis barang dan
jasa yang unik dan memerlukan penanganan yang khusus pula. Pemahaman yang
memadai mengenai ciri-ciri produk wisata akan dapat memberikan pemahaman yang
baik
terhadap
perencanaan,
pengembangan,
pengelolaan,
dan
pemasaran
tidak
dapat
mencicipi
produk
itu
sebelumnya
Pembeli harus datang sendiri ke tempat produksi barang dan jasa pariwisata
berlangsung, sehingga mereka tidak akan mengetahui kondisi produk tersebut
secara nyata karena hanya mengetahui melalui brosur dan media promosi
lainnya.
f. Pengelolaan
produk
wisata
mengandung
resiko
besar
sikap
masyarakat,
sehingga
perubahan-perubahan
tersebut
akan
jasa-jasa
yang
dibutuhkan
wisatawan
semenjak
ia
berangkat
3. Wisata Rombongan ( Group Tour ) yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan
bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas
keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Biasanya paling sedikit 10
orang, dengan dilengkapi diskon dari perusahaan prinsipal bagi orang yang
kesebelas. Potongan ini besarnya berkisar antara 2 hingga 50% dari ongkos
penerbangan atau penginapan.
4. PEMASARAN WISATA
Berbagai potensi wisata yang dimiliki oleh daerah destinasi wisata di tanah air,
baik di daerah yang sudah maju maupun yang kurang berkembang, adalah modal
dasar pengembangan kepariwisataan Indonesia. Namun, mengandalkan kekayaan
alam, budaya, dan kesenian saja belum cukup untuk mendongkrak angka kunjungan
wisatawan. Diperlukan langkah strategis untuk memasarkan dan merancang pola
pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter daerah setempat.
Tak ada objek wisata yang tak layak jual. Layaknya menjual sebuah produk,
kepariwisataan perlu strategi pemasaran yang andal dan tepat sasaran. Berbagai
upaya startegis yang dapat dilakukan untuk memajukan kepariwisataan di daerah
kurang berkembang antara lain:
Pertama, mengidentifikasi dan menggali potensi Objek Daya Tarik Wisata
(ODTW). Langkah ini harus dilakukan dengan cermat agar dapat mengetahui secara
keseluruhan mengenai kekuatan, potensi dan daya tarik wisata yang dimiliki. Dikuti
dengan pendataan berbagai fasilitas penunjang pariwisata seperti akomodasi,
transportasi, restoran, pasar seni, kerajinan rakyat dan yang lainnya. Berikutnya
adalah memoles dengan sentuhan seni, menata ulang objek wisata secara fisik agar
keindahan dan kebersihannya terjamin sehingga menarik dan nyaman untuk
dikunjungi.
Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata terus ditingkatkan tanpa
mengorbankan kepentingan masyarakat setempat. Optimalisasi dan pengembangan
potensi pariwisata di daerah kurang berkembang dapat dijadikan tantangan dan
motor penggerak pembangunan guna mengejar ketertinggalan yang dialami
masyarakat dan daerah itu sendiri.
Kedua, menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Pengembangan kawasan
wisata merupakan salah satu konsep pengembangan jaringan. Pola pengembangan
jaringan pariwisata memerlukan kerjasama antar pemerintah daerah maupun sektor
swasta secara sinergis. Pengelolaan pariwisata secara parsial oleh suatu daerah
5. INDUSTRI PARIWISATA
a. Industri Pariwisata
dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang menghasilkan berbagai jasa dan
barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan perjalanan wisata. Menurut S.
Medlik, setiap produk, baik yang nyata maupun maya yang disajikan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu manusia, hendaknya dinilai sebagai produk industri. Jika sejemput
kesatuan produk hadir di antara berbagai perusahaan dan organisasi sedemikian
sehingga memberi ciri pada keseluruhan fungsi mereka serta menentukan tempatnya
dalam kehidupan ekonomi, hendaknya dinilai sebuah industri.
Sebagaimana
yang
Nations
World
Tourism
rangka
menghasilkan
barang
dan/atau
jasa
bagi
pemenuhan
keuntungan.
Di
bidang akomodasi/perhotelan,
hiburan, atraksi
kebudayaan,
kebudayaan
biro
perjalanan,
usaha kepramuwisataan (guide business), usaha-usaha cenderamata (souvenir),Usahausaha penerbitan kepariwisataan, penyelenggaraan tour dan perdagangan valuta (money
changer).
2. Ruang lingkup industi pariwisata menyangkut berbagai sektor ekonomi.
Adapun aspek-aspek yang tercakup dalam industri pariwisata antara lain:
a. Restoran. Di dalam bidang restoran, perhatian antara lain dapat diarahkan pada
kualitas pelayanan, baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya.
Disamping itu, dari segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan
yang
terdiri
dari hotel, motel, resort, kondominium, time sharing, wisma-wisma dan bed and
breakfast, merupakan aspekaspek yang dapat diakses dalam pengembangan
bidang kepariwisataan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
penginapan ini dapat berupa; strategi pemasaran, pelayanan saat penginapan,
integrasi dan restoran atau biro perjalanan, dan sebagainya. Penelitian juga dapat
diarahkan pada upaya memperkecil limbah dari industry pariwisata tersebut.
c. Palayanan perjalanan. Meliputi biro perjalanan, paket perjalanan (tour
wholesalers), perusahaan incentive travel dan reception service.
d. Transportasi. Dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisata seperti
mobil/bus, pesawat udara, kereta api, kapal pesiar, dan sepeda.
e. Pengembangan Daerah Tujuan Wisata. Dapat berupa penelitian pasar dan
pangsa, kelayakan kawasan wisatawan, arsitektur bangunan, dan engineering,
serta lembaga keuangan.
f. Fasilitas Rekreasi. Meliputi pengembangan dan pemanfaatan taman-taman
Negara, tempat perkemahan (camping ground), ruang konser, teater, dan lainlain.
g. Atraksi
wisata.
Meliputi
taman-taman
lindung, agrowisata, keajaiban alam, kegiatan seni dan budaya, dan lain
sebagainya.
Sumber : http://www.lombokpost.co.id
10