Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH DASAR ASURANSI KESEHATAN

KONSEP DASAR ASURANSI

DISUSUN OLEH :
AMALIA ULULAZMI (135100001)
ANNISA PERMATASARI (155190006)
ASTERIA ARNITASARI (135100033)
DIAN ANGGRAINI (1551900006)
DINA RIZKIA ISKANDAR (135100007)
GALIH LUCKMAN NURHAKIM (135100063)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN 2015-2016

KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji dan
syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia
mendampingi beliau. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu dalam proses penyusunan makalah ini dengan
harapan agar dapat mejadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi mahasiswa.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Asuransi Kesehatan
yang diampu oleh Bapak Dr.Dwi Sudiro,SKM,MM. Dalam makalah ini, kami membahas
tentang Konsep Dasar Asuransi yang kami buat berdasarkan tinjauan pustaka di internet
dan buku refrensi. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan
mengenaiDasarAsuransiKesehatandalam implikasi di kehidupan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna
baik dari segi teknik maupun isi. Atas segala kekurangan yang terdapat didalamnya kami
mohon dibukakan pintu maaf, kemudian disini kami juga mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat komunikatif untuk memperbaiki karya kami di lain waktu.

Jakarta, 14 Oktober2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan

1.4

Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
2.1.1

Asuransi

2.1.1.1.
Pengertian Asuransi
8
2.1.1.1.
TujuanAsuransi
8
2.1.1.2.
FungsiAsuransi
8
2.1.2
Prinsip Asuransi
10
2.1.3
KonsepResiko
12
2.1.4
Jenis-JenisAsuransi
13
2.2.
Reasuransi
17
2.2.1
Pengertian Reasuransi
18
2.2.2
Fungsi dan Manfaat Reasuransi
19
2.4.3.
Prinsip-Prinsip dalam Hubungan antara Penanggung dan Penanggung Ulang
dalam Perjanjian Reasuransi
Keamanan atas Jaminan Reasuransi
Metode Dalam Perjanjian Reasuransi
Persyaratan & ketentuan Kontrak Reasuransi

2.4.4
2.4.5
2.4.6

BAB IV PENUTUP

25

3.1

KESIMPULAN

25

3.2

SARAN

25

DAFTAR PUSTAKA

26

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

20
21
21
22

Latar Belakang

Di Zaman sekarang ini banyak resiko dimasa depan dapat terjadi kepada
siapa saja dalam kehidupan sehari-hari mulai dari kalangan bawah sampai
kalangan atas, misalnya yang terjadi dalam kecelakaan, kematian maupun sakit
semua itu dapat menimpa seseorang yang membuat kerugian besar bagi yang
mengalaminya. Oleh karena itu setiap resiko yang dihadapi oleh seseorang harus
ditanggulangi sebelum mengalami kerugian yang leih besar lagi. Salah satunya
cara menanggulanginya adalah dengan menggunakan jasa asuransi. Saat ini
perusahaan asuransi sudah banyak di Indonesia hal-hal apa pun bisa diasuransikan.
Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980-an.
Dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Diharapkan dengan semakin
berkembangnya industri asuransi di indonesia, maka akan semakin berkembang
pula pertumbuhan ekonomi indonesia dari tahun ketahun akan semakin meningkat,
Pada era globalisasi seperti ini kebutuhan masyarakat akan asuransi semakin
meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau perkembangan industri asurasi di
indonesia semakin dan akan terus meningkat.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan
program asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Pilihannya ada
ditangan kita sebagai konsumen, asuransi apa yang paling baik dan bermanfaat
bagi kepentingan kita sendiri.
Usaha asuransi merupakan

suatu

mekanisme

yang

memberikan

perlindungan pada tertanggung apabila terjadi resiko di masa mendatang. Apabila


risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi
sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung.
Sebagaimana yang telah kita ketahui kata asuransi bukanlah hal yang baru
dipendengaran kita. Tetapi pemahaman terhadap asuransi itu sendiri secara
mendalam, masyarakat belum mengenal dan mengetahuinya. Masyarakat pada
umumnya mengetahui asuransi yaitu seperti memberikan ketenangan dan
kemudahan dalam setiap urusan.
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami
mengenai dasar asuransi yang akan dipaparkan.
1.2.

Rumusan Masalah
1) Asuransi
a) Apa pengertian, tujuan dan fungsi dari Asuransi?
4

b) Apa prinsip Asuransi?


c) Bagaimana konsep risiko Asuransi?
d) Apa saja jenis-jenis Asuransi?
2) Reasuransi
a) Apa pengertian Reasuransi?
b) Apa saja fungsi dan manfaat Resuransi?
c) Apa saja prinsip-prinsip dalam hubungan antara penanggung dan
penanggung ulang dalam perjanjian Reasuransi?
d) Bagaimana keamanaan atas jaminan Reasuansi?
e) Apa saja metode dalam perjanjian Reasuransi?
f) Apa saja persyaratan & ketentuan kontrak Reasuransi?
1.3.

Tujuan
a) Mengetahui pengertian Asuransi
b) Mengetahui prinsip Asuransi
c) Mengetahui konsep risiko Asuransi
d) Mengetahui jenis-jenis Asuransi
e) Mengetahui pengertian Reasuransi
f) Mengetahui fungsi dan manfaat Reasuransi
g) Mengetahui prinsip- prinsip dalam hubungan antara penanggung dan
h)
i)
j)
k)

1.4.

penanggung ulang dalam perjanjian Reasuransi


Mengetahui keamanaan atas jaminan Reasuansi
Mengetahui metode dalam perjanjian Reasuransi
Mengetahui persyaratan & ketentuan kontrak Reasuransi
Menyelesaikan tugas mata kuliah Dasar Asuransi

Manfaat
a) Agar diketahuinya pengertian Asuransi
b) Agar diketahuinya prinsip Asuransi
c) Agar diketahuinya konsep risiko Asuransi
d) Agar diketahuinya jenis-jenis Asuransi
e) Agar diketahuinya pengertian Reasuransi
f) Agar diketahuinya fungsi dan manfaat Reasuransi
g) Agar diketahuinya prinsip- prinsip dalam hubungan antara penanggung
dan penanggung ulang dalam perjanjian Reasuransi
h) Agar diketahuinya keamanaan atas jaminan Reasuansi
i) Agar diketahuinya metode dalam perjanjian Reasuransi
j) Agar diketahuinya persyaratan & ketentuan kontrak Reasuransi

BAB II
PEMBAHASAN
2.3.
Asuransi
2.3.1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Asuransi
2.3.1.1.
Pengertian Asuransi
Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan
dengan cara mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam
hal ini adalah perusahaan asuransi.
Menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa "asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi,
untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tidak tentu".
Pengertian asuransi telah tertuang dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
6

dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada


tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Obyek Asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan
manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat
hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.
Penjelasan definisi yang cukup panjang, namun secara lebih sederhana
asuransi dapat diartikan sebagai suatu bentuk kesepakatan kerjasama atau
kontrak pengalihan risiko atas kehilangan jiwa atau harta dan kemudian risiko
tersebut diambil alih oleh individu atau perusahaan lain, dengan pembayaran
premi yang dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.

2.3.1.2.

Tujuan Asuransi
a) Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang
diderita satu pihak.
b) Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang
memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.
c) Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian
yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
d) Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
e) Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
f) Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia
tidak dapat berfungsi (bekerja).

g) Untuk mengalih resiko yang semula ada pada pihak pemilik kepada pihak
asuransi yang bersedia menerima resiko tersebut, dengan resiko dimaksud
suatu kemungkinan tertimpa suatu kerugian.
h) Untuk memberi ganti kerugian kepada pihak yang bersangkutan dan
mendapatkan keuntungan di samping melakukan beberapa jaminan
terhadap para pesertanya.
2.3.1.3.

Fungsi Asuransi
a) Fungsi Primer Asuransi
Pemindahan resiko (Risk Transfer) : Asuransi adalah salah satu
mekanisme pengalihan resiko dimana seseorang atau perusahaan dapat
memindahkan beberapa ketidakpastian hidupnya kepada orang lain
dengan membayar suatu premi yang telah diketahui jumlahnya, kerugian
itu dialihkan kepada penanggung.
b) Fungsi Sekunder Asuransi
1.
Merangsang Pertumbuhan

Usaha

(Stimulus

to

Business

Enterprise)
Jumlah premi yang dibayarkan kepada penanggung hanya
sebahagian

kecil

dari

dana

yang

perlu

disediakan

untuk

pembentukan dana di luar metode asuransi


2.

Keamanan (Security)
Dengan asuransi, tertangung merasa lebih aman sehingga
tertanggung

dapat

berkonsentrasi

pada

peningkatan

dan

pengembangan usaha/pekerjaan tanpa perlu khawatir terhadap


kerugian-kerugian yang dapat timbul.
3. Pencegahan kerugian (Loss Prevention)
Perusahaaan asuransi memiliki surveyor yang terlatih dalam
mengindikasi resiko-resiko potensial baik dalam proses produksi,
penyimpanan/penumpukan barang, penggunaan listrik, dsb. Dengan
saran dari surveyor ini, tertanggung dapat mencegah terjadinya
kerugian pada harta benda mereka apabila resiko-resiko tersebut
terjadi.
4.

Pengendalian Kerugian (Loss Control)


Para surveyor asuransi juga dapat

membantu

para

tertanggung dalam usaha mengendalikan kerugian yang telah terjadi.


Sebagai contoh, surveyor ini memberikan saran-saran bahwa suatu
8

bangunan harus mempunyai pintu yang cukup lebar dengan jumlah


yang cukup banyak, sehinggs jiks terjsdi kebakaran maka
tertanggung akan lebih mudah mengeluarkan barang-barangnya dan
juga akan lebih mudah untuk menyelamatkan diri.
5.

Social Benefits
Jaminan asuransi kebakaran dalam jumlah yang memadai
memungkinkan tertanggung membangun kembali bangunan yang
musnah akibat kebakaran.

6.

Tabungan
Hal ini

terutama

terdapapat

dalam

asuransi

jiwa,

Tertanggung biasanya membayar premi secara cicilan perbulan atau


per periode tertentu. Premi-premi ini akan diterima kembali
seluruhnya setelah periode waktu tertentu seperti yang telah
diperjanjikan.
2.3.2. Prinsip Asuransi
Menurut KUH Dagang yang merupakan prinsip dasar asuransi atau
pertanggungan adalah sebagai berikut:
a) Prinsip Kepentingan yang Dapat Diasuransi ( Insurable Interest)
Prinsip Kepentingan yang bisa diasuransikan atau dipertanggungkan ini
terkandung dalam ketentuan Pasal 250 KUHD yang pada intinya menentukan
bahwa agar suatu perjanjian dapat dilaksanakan, maka objek yang asuransikan
haruslah merupakan suatu kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable
interest), yakni kepentingan yang dapat dinilai dengan uang. Dengan
perkataan lain, menurut asas ini seseorang boleh mengasuransikan barangbarang apabila yang bersangkutan mempunyai kepentingan atas barang yang
dipertanggungkan.
b) Prinsip keterbukaaan (Utmost Good Faith)
Prinsip keterbukaan (utmost good faith) ini terkandung dalam ketentuan
Pasal 251 KUHD yang pada intinya menyatakan bahwa penutupan asuransi
baru sah apabila penutupannya didasari itikad baik.
c) Prinsip Indemnitas (Indemnity)
Prinsip Indemnitas terkandung dalam ketentuan Pasal 252 dan Pasal
253 KUHd. Menurut prinsip indemnitas bahwa yang menjadi dasar
penggantian kerugian dari penanggung kepada tertanggung adalah sebesar
9

kerugian yang sesungguhnya diderita oleh tertanggung adalah sebesar


kerugian yang sesungguhnya diderita oleh tertanggung dalam arti tidak
dibenarkan mencari keuntungan dari ganti rugi asuransi. Dengan kata lain, inti
dari prinsip idemnitas adalah seimbang, yakni seimbang antara kerugian yang
betul-betul diderita oleh tertanggung dengan jumlah ganti kerugiannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip ganti kerugian hanya berlaku bagi
asuransi yang kepentingannya dapat dinilai dengan uang, yakitu asuransi
kerugian.
Dalam KUHD diperkenankan terjadinya asuransi berganda, sepanjang
asuransi dilakukan dalam itikad baik. Tetapi mengenai itikad baik ini tidak
dijelaskan lebih lanjut dalam KUHD.
d) Prinsip Subrogasi
Subrogasi

adalah

penggantian

kedudukan

tertanggung

oleh

penanggung yang telah membayar ganti kerugian, dalam melaksanakan hakhak tertanggung kepada pihak ketiga yang mungkin menyebabkan terjadinya
kerugian. Prinsip subrogasi ini terkandung dalam ketentuan pasal 284 KUHD
yang pada intinya menentukan bahwa apabila tertanggung sudah mendapatkan
penggantian atas dasar prinsip lain, walaupun jelas ada pihak lain yang
bertanggung jawab pula atas kerugian yang dideritanya. Penggantian dari
pihak lain harus diserahkan pada penanggung yang telah memberikan ganti
rugi yang dimaksud.
Akan tetapi ada kemungkinan terjadi kerugian yang diderita oleh
tertanggung tidak diganti sepenuhnya oleh penanggung. Apabila pasal 284
KUHD dilaksanakan secara ketat maka menimbulkan ketidakadilan bagi
tertanggung sebab kehilangan haknya untuk menuntut ganti kerugian kepada
pihak ketiga. Untuk menyelesaikan masalah itu, maka menurut Emmy
Simanjuntak sebaiknya diterapkan subrogasi terbatas.
e) Prinsip Sebab Akibat (Proximate Cause)
Dengan ditutupnya perjanjian asuransi, menimbulkan kewajiban kepada
penanggung untuk memberikan ganti kerugian karena tertanggung menderita
kerugian. Untuk itu harus dapat ditentukan apakah peristiwa yang menjadi
penyebab kerugian berada dalam tanggungan penanggung. Dengan perkataan
lain harus ditelaah kaitan dengan peristiwa tersebut dengan kerugian yang
terjadi. Apabila kerugian tersebut disebabkan oleh peristiwa yang tidak
10

termasuk penyebab kerugian yang diakui dalam asuransi, maka penanggung


dibebaskan dari kewajibannya.
f) Prinsip Gotong Royong
Prinsip ini maksudnya penyelesaian masalah yang timbul dilakukan
dengan cara bersama-sama.
2.3.3. Konsep Risiko Asuransi
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.

Sesuatu yang tidak pasti

(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Istilah resiko memiliki beberapa
definisi.

Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat

mengancam

pencapaian

tujuan

dan

sasaran

organisasi.Menurut

Vaughan

(1978)

mengemukakan beberapa definisi resiko sebagai berikut:


1.

Risk is the chance of loss (resiko adalah tidak ada kerugian)


Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap

kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan


tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam hal chance of loss 100%, berarti
kerugian adalah pasti sehingga resiko tidak ada.
2.

Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan kerugian).


Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan

satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
3.

Risk is uncertainty (resiko adalah ketidakpastian).


Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective.

Subjective uncertainty

merupakan penilaian individu terhadap situasi resiko yang didasarkan pada pengetahuan dan
sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi
resiko berikut.
Menurut definisi di atas, resiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi
probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan. Dari berbagai definisi
di atas, resiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang

11

tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan
adanya ketidakpastian.
Konsep lain yang berkaitan dengan resiko adalah peril dan hazard. Peril merupakan
suatu peristiwa yang dapat menimbulkan terjadinya suatu kerugian. Sedangkan hazard
merupakan keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril.
Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu:
1. Physical hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara
fisik dari objek yang dapat memperbesar terjadinya kerugian. Misalnya jalan licin,
tikungan tajam, yang memperbesar kemungkinan kecelakaan dicoba diatasi dengan
memasang rambu-rambu lalu-lintas di tempat tersebut.
2. Moral hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber dari orang yang berkaitan
dengan sikap mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya peril. Contoh: orang yang telah menasuransikan diri dan
mobilnya, maka merasa aman sehingga ia sembrono (lengah) dalam mengendarai
mobilnya. Hal ini memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan.
3. Morale hazard merupakan suatu kondisi dari orang yang merasa sudah memperoleh
jaminan dan menimbulkan kecerobohan sehingga memungkinkan timbulnya peril.
Walaupun pada dasarnya tidak ada satu orang pun yang mau menderita kerugian,
namun ketika telah mendapat jaminan atas diri atau harta miliknya seringkali
bertindak ceroboh, tidak berhati-hati dalam mengelola modal.
4. Legal hazard merupakan suatu kondisi pengabaian atas suatu peraturan atau
perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat sehingga memperbesar
terjadinya peril.
Suatu resiko yang terjadi dapat berasal dari resiko lainnya, dan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Resiko rendahnya kinerja suatu instansi berasal dari resiko rendahnya
mutu pelayanan kepada publik. Resiko terakhir disebabkan oleh faktor-faktor sumber
daya manusia yang dimiliki organisasi dan operasional seperti keterbatasan fasilitas
kantor. Resiko yang terjadi akan berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari
instansi tersebut, dan timbulnya ketidakpercayaan dari publik.
Resiko diyakini tidak dapat dihindari. Berkenaan dengan sektor publik yang menuntut
transparansi dan peningkatan kinerja dengan dana yang terbatas, resiko yang dihadapi
instansi Pemerintah akan semakin bertambah dan meningkat.

12

Oleh karena itu,

pemahaman terhadap resiko menjadi keniscayaan untuk dapat menentukan prioritas


strategi dan program dalam pencapaian tujuan organisasi.

2.3.4. Jenis-Jenis Asuransi


Jenis-Jenis Asuransi Di Indonesia ada 10, diantaranya adalah:
a) Asuransi Jiwa
Jenis asuransi satu ini dikenal memberikan keuntungan finansial pada
tertanggung atas kematiannya. Sistem pembayaran untuk jenis asuransi jiwa pun
bermacam-macam. Ada perusahaan asuransi yang menyediakan pembayaran
setelah kematian dan yang lainnya bisa memungkinkan tertanggung untuk
mengklaim dana sebelum kematiannya. Asuransi jiwa dapat dibeli untuk
kepentingan diri sendiri dan atas nama tertanggung saja atau dibeli untuk
kepentingan orang ketiga. Bahkan asuransi jiwa juga dikenal bisa dibeli pada
kehidupan orang lain. Sebagai ilustrasinya, misalkan seorang suami bisa
membeli asuransi jiwa yang akan memberikan manfaat kepadanya setelah
kematian sang istri. Orang tua juga dapat mengasuransikan diri terhadap
kematian sang anak.
b) Asuransi Kesehatan
Jenis asuransi satu ini juga cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Asuransi kesehatan merupakan produk asuransi yang menangani masalah
kesehatan tertanggung karena suatu penyakit serta menanggung biaya proses
perawatan. Umumnya, penyebab sakit tertanggung yang biayanya dapat
ditanggung oleh perusahaan asuransi adalah cedera, cacat, sakit, hingga
kematian karena kecelakaan. Asuransi kesehatan juga dikenal bisa dibeli untuk
kepentingan tertanggung saja atau kepentingan orang ketiga.
c) Asuransi Kendaraan
Asuransi kendaraan yang paling populer di Indonesia adalah jenis
asuransi mobil yang fokus terhadap tanggungan cedera kepada orang lain atau
terhadap kerusakan kendaraan orang lain yang disebabkan oleh si tertanggung.
Asuransi ini juga bisa untuk membayar kehilangan atau kerusakan kendaraan
bermotor tertanggung.
Asuransi kendaraan merupakan salah satu produk asuransi umum. Jenis
asuransi satu ini sempat menjadi booming ketika terjadi kerusuhan Mei 1998

13

karena peristiwa tersebut membuat minat masyarakat terhadap kepemilikan


proteksi untuk kendaraan pribadi meningkat secara drastis.
d) Asuransi kepemilikan Rumah Dan Properti
Sebagai aset yang dinilai cukup berharga, biasanya para pemilik rumah
akan melindungi diri dan aset miliknya yang bisa berupa rumah atau properti
pribadi dengan asuransi kepemilikan rumah dan properti. Asuransi ini
memberikan proteksi terhadap kehilangan atau kerusakan yang mungkin terjadi
pada barang-barang tertentu milik pribadi tertanggung. Asuransi ini juga
melindungi dan memberikan keringanan bilamana rumah atau properti
tertanggung lainnya mengalami musibah seperti kebakaran.
e) Asuransi Pendidikan
Inilah asuransi yang paling populer dan menjadi favorit para pemegang
polis. Asuransi pendidikan merupakan alternatif terbaik dan solusi menjamin
kehidupan yang lebih baik terutama pada aset pendidikan anak. Biaya premi
yang harus dibayarkan tertanggung kepada perusahaan asuransi berbeda-beda
sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ingin didapatkan nantinya.
Memahami pentingnya penggunaan asuransi pendidikan untuk anak-anak
kini menjadi sesuatu yang menjadi perhatian para orang tua. Tingginya biaya
pendidikan dan kondisi lain yang memperburuk ekonomi seperti melemahnya
mata uang kita terhadap dollar Amerika berpengaruh pada biaya pendidikan
anak nantinya. Menyadari bahwa hal ini jelas akan memberatkan orang tua,
maka tak jarang orang tua sekarang memilih untuk mempunyai asuransi
pendidikan.
f) Asuransi Bisnis
Asuransi ini

merupakan

layanan

proteksi

terhadap

kerusakan,

kehilangan, maupun kerugian dalam jumlah besar yang mungkin terjadi pada
bisnis seseorang. Asuransi ini memberikan penggantian dari kerusakan yang
diakibatkan oleh kebakaran, ledakan, gempa bumi, petir, banjir, angin ribut,
hujan, tabrakan, hingga kerusuhan. Perusahaan asuransi biasanya menawarkan
berbagai macam manfaat dari asuransi bisnis seperti perlindungan terhadap
karyawan sebagai aset bisnis, perlindungan investasi dan bisnis, asuransi jiwa
menyeluruh untuk seluruh karyawan, hingga paket perlindungan asuransi
kesehatan bagi karyawan.
g) Asuransi Umum
14

Asuransi umum atau general insurance merupakan proteksi terhadap


resiko atas kerugian maupun kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum
pada pihak ketiga. Jaminan asuransi umum ini sifatnya jangka pendek (biasanya
sekitar satu tahun). Asuransi umum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis, diantaranya:
- Social Insurance (Jaminan Sosial).
Jenis asuransi ini merupakan asuransi yang wajib dimiliki oleh
setiap orang atau penduduk dengan tujuan setiap orang memiliki jaminan
hari tua. Pembayaran premi dilakukan dengan paksa, salah satu
contohnya dengan memotong gaji seseorang setiap bulan.
-

Voluntary Insurance (Asuransi Sukarela)


Asuransi ini dijalankan dengan sukarela. Jenis asuransi sukarela
masih bisa dibagi lagi ke dalam 2 klasifikasi yaitu Government
Insurance

dan

Commercial

Insurance.

Government

insurance

merupakan asuransi yang dijalankan oleh pemerintah, sementara


commercial insurance merupakan asuransi yang ditujukan untuk
memberikan proteksi kepada seseorang atau keluarga serta perusahaan
dari resiko yang mungkin muncul akibat unexpected events.
h) Asuransi Kredit
Asuransi kredit merupakan proteksi atas resiko kegagalan debitur untuk
melunasi fasilitas kredit atau pinjaman tunai seperti modal kerja, kredit
perdagangan, dan lain-lain. Kaitannya erat dengan jasa perbankan terutama di
bidang perkreditan. Kredit merupakan pinjaman dalam bentuk uang yang
diberikan bank maupun Lembaga Keuangan selaku pemberi kredit kepada
nasabahnya. Asuransi kredit ini bertujuan untuk melindungi bank atau lembaga
keuangan lainnya dari kemungkinan tidak memperoleh kembali kredit yang
dipinjamkan kepada nasabah dan membantu memberikan pengarahan serta
keamanan perkreditan. Pengelola asuransi kredit di Indonesia dipercayakan
pemerintah kepada PT. Asuransi Kredit Indonesia.
i) Asuransi Kelautan
Jenis asuransi satu ini khusus ada di bidang kelautan yang fungsinya
memastikan pengangkut serta pemilik kargo. Resiko yang mungkin terjadi
sehingga terbentuknya asuransi ini adalah kerusakan kargo, kerusakan kapal,
dan melukai penumpang. Asuransi kelautan atau asuransi angkatan laut
15

merupakan pengalihan resiko baik untuk diri Anda maupun bawaan Anda yang
menggunakan jasa angkutan laut. Asuransi ini melibatkan penggunaan jasa
perkapalan dalam mengirimkan barang. Beberapa faktor yang mempengaruhi
premi asuransi angkutan laut adalah barang yang diasuransikan, pengepakan
barang, resiko yang diasuransikan, pengangkutan, dan perjalanan.
j) Asuransi Perjalanan
Secara keseluruhan, fungsi asuransi perjalanan tak jauh beda dengan
fungsi asuransi biasa sebagai salah satu bentuk proteksi kepada nasabah dengan
jangka waktu pendek yaitu selama pembeli premi melakukan perjalanan hingga
kembali pulang. Manfaat dan perlindungan yang akan didapat dari memiliki
asuransi perjalanan antara lain mendapat proteksi dan penanggungan biaya
untuk kecelakaan yang menimpa pembeli premi, santunan kecelakaan pribadi,
tanggungan biaya pengobatan darurat, pemulangan jenazah, evakuasi medis,
hingga proteksi terhadap barang-barang bawaan yang memiliki resiko hilang
atau rusak.
2.4.
Reasuransi
2.4.1. Pengertian Reasuransi
Bila dalam asuransi telah didapatkan suatu definisi sebagaimana yang termaksud
dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Kepailitan pasal 246 dan kemudian
telah diperbaharui dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992
Tentang Usaha Pereasuransian pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dalam hal
reasuransi hingga saat ini belum terdapat defenisi yang telah dibakukan.
Berdasarkan dari berbagai pendapat para pakar disimpulkan bahwa pengertian
reasuransi dalam arti yang sebenarnya dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai
berikut :
-

Aspek teknis
Aspek hukum
Aspek keuangan

a) Pengertian reasuransi dari aspek teknis


Ditinjau dari aspek teknis reasuransi merupakan suatu cara atau
alat/sarana untuk mengurangi atau memperkecil beban risiko yang
diterimanya dengan mengalihkan seluruh atau sebagian risiko itu kepada
pihak penanggung lain.
b) Pengertian reasuransi dari aspek hukum

16

Dari aspek hukum, reasuransi adalah suatu perjanjian antara satu


penanggung

dengan

satu

atau

lebih

penanggung

ulang/reasuradur.

Penanggung wajib memberi dan penaggung ulang sepakat wajib menerima


seluruh atau sebagian risiko yang diberikan kepadanya. Seperti halnya
asuransi, perjanjian pertanggungan ulang juga bersifat timbale balik.
Perjanjian ini menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara kedua
pihak. Oleh karena itu penanggung ulang juga berhak menerima seluruh atau
sebagian premi yang diterima oleh penanggung pertama berdasarkan polis
yang telah diterbitkan.
c) Pengertian reasuransi dari aspek keuangan
Dari gejala ekonomi, maksud dan tujuan penanggung mengadakan
perjanjian reasuransi dengan mengalihkan seluruh atau sebagian risiko yang
diterimanya karena perjanjian asuransi kepada para penanggung lainnya
adalah untuk mengubah suatu ketidakpastian agar menjadi lebih pasti, demi
kesinambungan usahanya dalam menghadapi segala kemungkinan atau
peluang kewajiban membayar ganti rugi atau santunan yang besar yang dapat
menimbulkan hasil underwriting yang buruk dan memperngaruhi keadaan
keuangan.
2.4.2. Fungsi dan Manfaat Reasuransi
a) Reasuransi memiliki beberapa fungsi yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Memberi jaminan atau perlindungan kepada penanggung dari kerugiankerugian.
2) Menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi atas risiko-risiko yang
melampaui batas kemampuannya.
3) Sebagai alat penyebar resiko, baik dipasaran reasuransi dalam negeri maupun
dipasaran luar negeri.
4) Bila kerjasama reasuransi atas sebagian resiko dilakukan antar sesama
perusahaan asuransi, akan terdapat dua fungsi didalamnya, yaitu sebagai
penyebaran risiko dan sebagai sarana pertukaran bisnis yang mampu
meningkatkan pendapatan premi yang dapat ditahan karena disamping adanya
pengeluaran terdapat pulapemasukan premi.
5) Meningkatkan atau mendukung kestabilan hasil underwriting dan keadaan
keuangan perusahaan asuransi, termasuk menjaga stabilitas pendapatannya.
Dalam hal ini, reasuransi seolah-olah berfungsi menyediakan fasilitas bank
kepada perusahaan asuransi .
17

6) Meningkatkan dan memperbesar keleluasaan dalam melakukan pemasaran


berbagai macam produk asuransi.
7) Secara tidak langsung reasuransi dapat berfungsi membantu membiayai
kegiatan usaha perusahaan asuransi, khususnya disesikan berdasarkan kontrak
reasuransi.
b) Manfaat Reasuransi:
a. Klasifikasi jenis pekerjaan.
b. Melaksanakan underwriting untuk kasus2 rumit.
c. Memberi pedoman underwriting kepada perusahaan asuransi yang tidak
d.
e.
f.
g.

mempunyainya.
Memberi rekomendasi persyaratan medis dan non medis.
Memberi pelatihan underwriting.
Membantu merancang proposal.
Membantu bidang administrasi, dll.

2.4.3. Prinsip-Prinsip dalam Hubungan antara Penanggung dan Penanggung Ulang


dalam Perjanjian Reasuransi
Hubungan antara penanggung (ceding company) dan para penanggung ulang yang
sangat mendasar berpijak pada lima prinsip asuransi dan ditambah dengan satu prinsip
lainnya yang disebut prinsip / asas Follow the fortunes of the ceding company. Untuk
lebih jelasnya akan dijelaskan dibawah ini :
1) Prinsip itikad baik
Semua perjanjian dilakukan berdasarkan itikad baik, termasuk perjanjian
asuransi dan reasuransi. Berdasarkan prinsip ini, kedua pihak baik penanggung
pertama (ceding company) maupun penanggung ulang (reinsurer), wajib
melakukan sesuatu yang tidak bertentangan atau tidak melanggar undangundang.
2) Prinsip kepentingan yang dapat dipertanggungkan
Selain berlaku pada perjanjian asuransi, asas ini juga berlaku pada
perjanjian reasuransi. penanggung akan selalu menghadapi kemungkinan
terjadinya tuntutan ganti rugi yang dapat timbul setiap saat atas pertanggungan
yang ditutupnya. Oleh karena itu, berdasarkan KUHD Pasal 271, penanggung
berhak sekali lagi mempertanggungkan ulang / kembali pertanggungan yang
ditutupnya.
3) Prinsip ganti rugi

18

Jumlah penggantian yang dibayar oleh para penanggung ulang kepada


penanggung pertama haruslah sebanding dengan saham atau penyertaannya
dalam reasuransi.
4) Prinsip subrogasi
Berdasarkan prinsip ini, penanggung yang telah melakukan pembayaran
ganti kerugian yang sah pada tertanggung berhak menggantikan kedudukan
pihak tertanggung untuk memperoleh pemulihan dan atau menuntut ganti rugi
kepada pihak ketiga yang berdasarkan hukum wajib bertanggungjawab atas
segala kerugian yang terjadi akibat kesalahan atau kelalaian mereka.
5) Prinsip kontribusi / saling menanggung
Prinsip kontribusi atau saling menanggung ini pada hakikatnya bukan
hanya berlaku dalam hal asuransi, melainkan juga berlaku dalam hal
reasuransi.
6) Prinsip follow the fortune of theceding company
Prinsip mengikuti keberuntungan penanggungung pertama tidak boleh
diartikan secara luas dan tampa batas tanggung jawab penaggung ulang dalam
hal reasuransi hanyalah ter batas pada klaim yang sah dan wajib dibayar oleh
penanggung pertama sesuai dengan jumlah kerugian sebenarnya.
2.4.4. Keamanan atas Jaminan Reasuransi
Keamanan jaminan reasuransi harus diamati secara terus menerus karena bisa
mengalami perubahan-perubahan. Bisa saja terjadi suatu kemungkinan bahwa dalam
beberapa tahun sebelumnya mereka termasuk kelompok security yang baik, tetapi
karena sesuatu dan lain hal ternyata diantara mereka telah mengalami kemunduran
sehingga dinilai tidak akan dapat memberikan proteksi reasuransi yang aman.
2.4.5. Metode dalam Perjanjian Reasuransi
1) Metode reasuransi secara fakultatif
Metode reasuransi secara fakultatif adalah transaksi pertanggungan ulang
antara pihak penaggung pertama dan para penanggung ulang secara bebas, yaitu
para pihak penanggung ulang tidak terikat harus menerima penawaran
pertanggungan ulang. Dengan perkataan lain, para penaggung ulang dapat
menolak atau mmenerima penawaran pertanggungan ulang berdasarkan kebijakan
akseptasi yang telah mereka tetapkan.

19

Berdasarkan metode pertanggungan ulang secara fakultatif ini, para


penaggung ulang dapat melakukan seleksi resiko sesuai denga kebijakan
underwriting yang telah digariskan.
2) Metode reasuransi secara kontrak (treaty)
Yang dimaksud dengan metode reasuransi secara kontrak adalah perjanjian
antara pihak penangung pertama dan para penanggung lain atau para pengnggung
ulang profesional yang dalam perjanjian tersebut pihak penaggung pertama, yang
selanjutnya disebut pemberi sesi atau ceding company, setuju memberikan bagian
(share) dan para penaggung ulang, yang selanjutnya disebut pihak kedua, setuju
dan wajib menerima bagian atau sesi dari tanggungjawab atas asuransi yang telah
ditutup oleh penggung pertama sesuai dengan pembagian yang telah disepakati
oleh masing-masing penanggung ulang (peserta treaty) sampai dengan batas-batas
tanggung gugat/jawab tertinggi dari setiap kelas resiko berdasarkan pernyataan
dan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam kontrak reasuransi.
3) Metode reasuransi pool dan facultative obligatory
a. Metode reasuransi pool
Pengertian kerjasama pool pada saat ini lebih terkenal dengan istilah
konsorsium meskipun penerapan kedua istilah itu sangat tergantung pada
tujuannya. Pembentukan konsorsium mempunyai tujuan dan sasaran yang
khusus, hanya untuk mengatasi kesulitan penanganan atau pengelolaan
objek yang beresiko tinggi dengan jumlah pertanggungan yang tidak
mungkin ditangani oleh satu penanggung atau untuk mengatasi risiko dalam
satu komplek besar (khususnya pasar).
Metode kerjasama pool dalam kontrak reasuransi dikenal denga
istilah asing reciprocal pool. Metode kerjasama seperti ini tidak hanya
dilakukan antar sesama perusahaan asuransi didalam negeri, tetapi juga
dapat diperluas antar wilayah negara tetangga. Cara yang demikian sangat
bermanfaat unutk mengatasi daya tampung nasional yang terbatas dari tiaptiap negara yang bersangkutan sehingga tidak banyak tergantung pada satu
pasar tertentu yang juga memiliki keterbatasan kapasitas atau daya
tampung.
b. Facultative obligatory
Jenis penutupan pertanggungan ulang seperti ini sebenarnya
merupakan suatu cara penempatan pertanggungan ulang secara kontrak
20

meskipun masih terdapat kata facultative. Dengan adanya kata wajib


(obligatory) pihak penanggung wajib menerima semua kelebihan tangtgung
gugat yang sudah tidak tertampung dalam kontrak pertanggungan ulang
sampai dengan limit yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya, pihak
penanggung ulang akan membatasi pada risiko-risiko tertentu dengan
persyaratan premi.
2.4.6. Persyaratan & ketentuan Kontrak Reasuransi
Beberapa persyaratan dan ketentuan yang sangat penting, yang kiranya perlu untuk
kita ketahui bersama, antara lain yang berkenaan dengan :
1) Komisi reasuransi (reinsurance commission)
Komisi reasuransi ( reinsurance commission, yang lazim disingkat R/I
comm) yang diberikan oleh penanggung ulang kepada pemberi sesi adalah
sebagai imbalan jasa atas bisnis reasuransi yang disesikan kepadanya oleh
pemberi sesi.
Besarnya komisi reasuransi yang diberikan oleh penanggung ulang kepada
pemberi sesi lazimnya 3% sampai dengan 7,5% lebih besar dari komisi
reasuransi yang diberikan kepada agen / pialang karena pemberian komisi
reasuransi tersebut mempunyai tujuan untuk pengganti biaya operasional yang
dikeluarkan oleh pemberi sesi dalam rangka memperoleh bisnis.
2) Komisi keuntungan (profit commission)
Komisi keuntungan adalah suatu komisi yang diberikan oleh penerima
sesi/ penanggung ulang kepada pemberi sesi yang lazimnya disebut juga
reinsured.
Tujuan pemberian komisi keuntungan kepada pemberi sesi adalah
merupakan suatu perangsang agar pemberi sesi selalu mengusahakan agar
hasil/saldo bersih yang disesikan akan memberikan keuntungan bagi penerima
sesi. Bila pemberi sesi dapat memperoleh komisi keuntungan, pendapatan ini
juga digunakan untuk menutup biaya operasi untuk memperoleh bisnis.

3) Klausul MPL (maximum possible loss)


Yang dimaksud dengan klausul MPL adalah suatu kalusul yang
mencantumkan ketentuan bahwa pihak penanggung atau pemberi sesi dapat
menetapkan retensi sendiri dan memberi sesi reasuransi sampai pada batas

21

tertinggi sesuai dengan tingkat MPL dan setiap resiko yang diterima atau
ditutup oleh pihak penanggung pertama (pemberi sesi).
Klausul ini dicantumkan dalam naskah perjanjian apabila telah disepakati
bersama oleh pihak pemberi sesi wajib mencantumkan MPL yang benar-benar
tepat karena apabila terjadi kesalahan dalam penilaian MPL atas sesi yang
diberikan, mereka harus menanggung sendiri akibat kesalahan yang mereka
lakukan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuransimerupakanlembagakeuangan

yang

melakukansuatujasaperlindungandanpenyediaanjaminankepadaindividu,
organisasimaupunperusahaan
apabiladimasa

yang

yang

dilakukandenganperjanjiantertentu,

akandatangtertanggungmengalamihal-hal

yang

tidakdiinginkansepertimusibahbaik yang disebabkanolehfaktorbencanaalam,


22

kelalaian,

kebangkrutan,

kecelakaandan

lain

sebagainya.

Asuransiakanmemberikanbantuanberupamaterisehinggapihaktertanggungbisam
eminimalisirkerugian yang terjadi.

3.2 Saran
Asuransi sebagai jasa yang cukup vital dimasa yang akan datang bagi
individu maupun kolektif diharapkan dapat berperan maksimal bagi
masyarakat. Sehingga akan membantu kemungkinan adanya kerugian akibat
musibah yang terjadi. Dan terwujudnya hal tersebut perusahaan asuransi juga
diharapkan dapat berperilaku jujur, bersih, dan transparan kepada pihak klien
musibah tertanggung. Selain itu tanggungjawab dan komitmen yang tinggi dari
pihak penanggung jaminan sangat diperlukan. Sayangnya masih banyak
perusahaan asuransi yang tidak bersikap arif di Indonesia.Oleh karena itu
diperlukannnya pengawasan baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat
agar pelayanan jasa asuransi dapat berjalan dengan baik sehingga mampu
mengurangi masalah perekonomian.

DAFTAR PUSTAKA
http://marchellkesmasiik.blogspot.co.id/2015/10/manajemen-resiko-asuransi-kesehatan.html
http://jhonmiduk8.blogspot.co.id/2014/06/makalah-asuransi.html
Anonim. Tahun. Resiko Yang Dapat Disuransikan. diakses 18 Maret
2015.<http://staff.ui.ac.id/system/files/users/hasbulah/material/babiiintroduksias
uransikesehatanedited.pdf >

23

24

Anda mungkin juga menyukai