Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI ( KPD)


KEPANITRAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Disusun Oleh:
AISYAH
7115089313
PEMBIMBING :
dr. T. Jeffrey Abdillah, Sp.OG
dr. Adi Kusuma Wiratma, Sp.OG
dr. Ari Abdurahman Lubis, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

2017

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan kenikmatan kesehatan baik jasmani maupun rohani sehingga pada kesempatan ini
penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas laporan kasus

yang berjudul Ketuban

Pecah Dini.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pembimbing dr.T.Jefrrey Abdillah, Sp.OG, dr. Ari Abdurrahman Lubis, Sp.OG, dr.
Adi Kesuma Wiratma, Sp.OG yang telah membimbing sejak awal hingga terselesainya
laporan kasus ini.
Penulis tentunya menyadari, bahwa laporan kasus ini belum mencapai kesempurnaan.
Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar penulis
dapat menjadi lebih baik untuk kedepannya kelak.

Tebing tinggi, Januari 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Judul

Halaman

Kata Pengantar.................................................................................................................2
Daftar isi............................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
LatarBelakang....................................................................................................................4
BAB II Pembahasan
A. Definisi..........................................................................................................................5
B. Epidemiologi..................................................................................................................6
C. Etiologi..........................................................................................................................6
D. Patofisiologi...................................................................................................................9
E. Patogenesis...................................................................................................................12
F. Diagnosis......................................................................................................................14
G. Tatalaksana .................................................................................................................15
H. Komplikasi .................................................................................................................16
I. Pencegahan ...................................................................................................................18
J. Prognosis ......................................................................................................................18
BAB III Kesimpulan
Kesimpulan......................................................................................................................19
DaftarPustaka ................................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum
ada, selalu berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup
tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian
akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus
lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada
pengelolaan konservatif.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada
KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan
janin yang cukup.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena
ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.
Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa
menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh
karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat
persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua,
adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang
bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas
atau respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.

BAB II

PEMBAHASAN
2. 1.

Definisi

Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis premature rupture of the membrane PROM )


adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis
diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan
dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk
kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan
pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu
maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the
membrane - preterm amniorrhexis.
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the onset of
labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum permulaan
persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar (1998) mengatakan bahwa KPD
adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3
cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai
ketuban yang pecah spontan 1 jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan.Sedangkan
menurut Yulaikah (2009) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum terdapat tanda persalinan. Waktu sejak
ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini (periode laten).
Kondisi ini merupakan penyebab persalinan premature dengan segala komplikasinya
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 dan pada multipara kurang dari 5cm.
Ada juga yang disebut ketuban pecah dini preterm yakni ketuban pecah saat usia kehamilan
belum masa aterm atau kehamilan dibawah 38 42 minggu. Arti klinis ketuban pecah dini :

1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar

2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah
yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan tanda adanya
gangguan keseimbangan foto pelvik.
3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterin.
5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang
kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
2. 2.

Epidemiologi

Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Pecahnya selaput ketuban
berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra
seluler amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi
terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan membran pereduksi
mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas
matrix degrading enzym
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm dan pada kehamilan
midtrester. Frekuensi terjadinya sekitar 8%, 1 3 %, dan kurang dari 1 %. Secara umum
insidensi KPD terjadi sekitar 7 12 % (Chan, 2006). Insidensi KPD kira kira 12 % dari
semua kehamilan (Mochtar, 1998), sedangkan menurut Rahmawati 2011 insidensi KPD
adalah sekitar 6 9 % dari semua kehamilan.
2. 3.

Etiologi

Penyebab KPD menurut Manuaba 2009 dan Morgan 2009 meliputi :


1. Serviks inkopeten menyebabkan dinding ketuban yang paling bawah mendapatkan
tekanan yang semakin tinggi.
2. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan
meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadinya
kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten makin tinggi kemungkinan
infeksi. Makin muda usia kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin dan komplikasi ketuban pecah dini meningkat.

3. Multipara, grandemultipara, pada kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi


proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan
yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda tanda inpartu.
4. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan sevalopelvik disproporsi.
Hidramnion atau sering disebut polihidramnion adalah banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus, atresia
esophagus, gemeli, dan ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional. Ibu dengan
diabetes melitus gestasional akan melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan
pada semua usia kehamilan sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih.
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih sehingga
5.
6.
7.
8.
9.

kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.


Kelainan letak yaitu letak lintang.
Penduluran abdomen (perut gantung)
Usia ibu yang lebih tua
Riwayat KPD sebelumnya
Merokok selama kehamilan

1. Inkompetensia serviks
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengahtengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Serviks
smemiliki suatu kelainan anatomi yang nyata, yang bisa disebabkan laserasi sebelumnya
melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks sehingga
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan
robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.2
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
1. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli
terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim
secara berlebihan. Hal ini terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
7

kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.6
3. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan
pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput
ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan
selaput ketuban mudah pecah.6
4. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah
peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa
hari saja.2
5. Kelainan letak
Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.2
6. Penyakit infeksi
.Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan
infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.Membrana khorioamniotik terdiri dari
jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan
akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim
kolagenolitik.Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm dengan
ketuban pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan
amnionitis.3

2. 4.

Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degenerasi ekstraseluelr matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivasi kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Dua belas hari setelah ovum dibuahi , terbentuk suatu celah yang dikelilingi amnion
primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut melebar dan amnion
disekelilingnya menyatu dengan mula-mula dengan body stalk kemudian dengan korion yang
akhirnya menbentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion. Cairan amnion , normalnya
berwarna putih , agak keruh serta mempunyai bau yang khas agak amis dan manis. Cairan ini
mempunyai berat jenis 1,008 yang seiring dengan tuannya kehamilan akan menurun dari
1,025 menjadi 1,010. Asal dari cairan amnion belum diketahui dengan pasti , dan masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diduga cairan ini berasal dari lapisan amnion
sementara teori lain menyebutkan berasal dari plasenta.Dalam satu jam didapatkan
perputaran cairan lebih kurang 500 ml.

Amnion atau selaput ketuban merupakan membran internal yang membungkus janin
dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada
korion (sekalipun dapat dikupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal pada
plasenta sampai pada insertio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali
pusat yang tegak lurus hingga umbilikus janin. Sedangkan korion merupakan membran
eksternal berwarna putih dan terbentuk dari vili vili sel telur yang berhubungan dengan
desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan
uterus.

Dalam keadaan normal jumlah cairan amnion pada kehamilan cukup bulan sekitar
1000 1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas, agak manis, terdiri dari 98% 99% air, 1- 2 % garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan
rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel sel epitel dan sirkulasi sekitar 500cc/jam
10

Minggu gestasi
16
28
36
40

Janin
100
1000
2500
3300

Plasenta
100
200
400
500

Cairan amnion
200
1000
900
800

Persen Cairan
50
45
24
17

Fungsi cairan amnion


1.
2.
3.
4.
5.

Proteksi : Melindungi janin terhadap trauma dari luar


Mobilisasi : Memungkinkan ruang gerak bagi bayi
Hemostatis : Menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa (Ph)
Mekanik : Menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruang intrauteri
Pada persalinan, membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril
sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir

2. 5.

Patogenesis

Penelitian terbaru mengatakan KPD terjadi karena meningkatnya apoptosis dari


komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease tertentu.
Kekuatan membran fetal adalah dari matriks ekstraselular amnion. Kolagen interstitial
terutama tipe I dan tipe III yang dihasilan dari sel mesenkim juga penting dalam
mempertahankan kekuatan membran fetal.
Matriks metalloprotease (MMP) adalah kumpulan proteinase yang terlibat dalam
remodeling tissue dan degenerasi kolagen. MMP 2, MMP 3, dan MMP 9 ditemukan
dengan konsentrasi tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Aktivasi protease ini
diregulasi oleh tissue inhibitor of matrix metalloprotease (TIMPs). TIMPs ini pula rendah
dalam cairan amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim protease
dan penurunan inhibitor mendukung bahwa enzim ini mempengaruhi kekuatan membran
fetal.

11

Selain itu terdapat teori yang mengatakan meningkatnya marker marker apoptosis
dimembran fetal pada ketuban pecah dini berbanding dengan membran pada kehamilan
normal. Banyak penelitian yang mengatakan aktivasi aktivitas degenerasi kolagen dan
kematian sel yang membawa kelemahan pada dinding membran fetal.
Faktor Ibu

Faktor Janin

Serviks
Inkopeten

Gemeli

Multipara

Malposisi

Hidramnion

Berat Janin
berlebih

CPD, usia
Riwayat KPD

KELEMAHAN
DINDING
MEMBRAN JANIN

Merokok

RUPTURNYA MEMBRAN
AMNION DAN KHORION
SEBELUM TANDA TANDA
PERSALINAN

KETUBAN
PECAH DINI

INFEKSI PADA
IBU

12

2. 6.

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
2. 1.
Anamnesis
Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti
urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah dari
vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak dari jalan lahir.
2. 2.
Inspeksi
Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah,
dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin jelas.
2. 3.
Pemeriksaan Inspekulo
Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPD karena pemeriksaan dalam
seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi, cairan yang keluar dari
vagina perlu diperiksa : warna, bau, dan PH nya, yang dinilai adalah
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari serviks.
Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau dari amnion yang

khas juga harus diperhatikan.


Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diangnosis KPD.
Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien untuk batuk untuk

memudahkan melihat pooling


Cairan amnion di konfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test. Kertas
lakmus akan berubah menjadi biru jika PH 6 6,5. Sekret vagina ibu memiliki
PH 4 5, dengan kerta nitrazin ini tidak terjadi perubahan warna. Kertas nitrazin
ini dapat memberikan positif palsu jika tersamarkan dengan darah, semen atau

2. 4.

vaginisis trichomiasis.
Mikroskopis (tes pakis). Jika terdapat pooling dan tes nitrazin masih samar

dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks
posterior. Cairan diswab dan dikeringkan diatas gelas objek dan dilihat dengan
mikroskop. Gambaran ferning menandakan cairan
amnion
Dilakukan

juga

kultur

dari

swab

untuk

chlamydia, gonnorhea, dan stretococcus group


B
2. 5.

Pemeriksaan Lab

13

1. Pemeriksaan alpha fetoprotein (AFP), konsentrasinya tinggi didalam cairan amnion


tetapi tidak dicairan semen dan urin
2. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisa
3. Tes pakis
4. Tes lakmus
2. 6.

Pemeriksaan USG

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban sedikit (Oligohidramnion atau
anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan hasil anamnesis dapat membantu
diagnosis tetapi bukan untuk menegakkan diagnosis rupturnya membran fetal. Selain itu
dinilai amniotic fluid index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin.
2. 7.

Penatalaksanaan

1. Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila
tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari). Jika umur
kehamilan kurang dari 32 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar. Jika
usia kehamilan 32 37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
berikan dexametason, observasi tanda tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 37 minggu,
sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan
induksi setelah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda
tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32 37 minggu berikan steroid untuk
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomietin tiap minggu. Dosis betametason 12mg sehari dosis tunggal selama 2
hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4 kali.
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea. Bila
tanda tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan. Bila
skor pelvik < 5, lakukan pematangan pelviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil
lakukan seksio sesarea. Bila skor pelviks > 5 lakukan induksi persalinan

14

2. 8.

Komplikasi

Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam 24 jam.Pada kehamilan kurang
dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.7

Infeksi

15

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu terjadi
korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.7

Komplikasi Ibu:
- Endometritis
- Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
- Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak)
- Syok septik sampai kematian ibu.
Komplikasi Janin
- Asfiksia janin
- Sepsis perinatal sampai kematian janin.

Gambar.Infeksi intrauterin progresif pasca ketuban pecah dini pada kehamilan prematur

Hipoksia dan Asfiksia


Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.7

Sindrom Deformitas Janin


Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan oleh kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi
pulmonary.7
16

Gambar. Deformitas Janin


2. 9.

Pencegahan

Pada pasien perokok, diskusikan tentang pengaruh merokok selama kehamilan usaha
untuk menghentikan, motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil,
anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir.
2. 10.

Prognosis

Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :

Usia kehamilan

Adanya infeksi / sepsis

Factor resiko / penyebab

Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan

Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit
bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu
mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.

BAB III
LAPORAN KASUS

17

3.1 Identitas Pasien


Nama

: MA

Usia

: 23 tahun

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Jl.Gatot Subroto

No. Rekam Medik :07-18-70


Tanggal MRS

:14 Desember 2016

Identitas Suami
Nama

: ES

Usia

: 25 Tahun

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Jl.Gatot Subroto

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Keluar cairan dari vagina
Riwayat penyakit sekarang
Pasien G1P0A0 datang ke RSUD DR. H. Kumpulan Pane dengan keluhan keluar cairan dari
kemaluan kurang lebih 1 hari ini,cairan keluar agak banyak dengan valume kurang lebih 1
botol aqua 600ml, karena pasien hanya menggunakan sarung saat di rumah,cairan tidak
bercampur darah cairan keluar tanpa disadari. Pasien juga merasakan perut terasa mules
sehingga pasien memutuskan untuk ke RSUD DR.H.Kumpulan pane.Riwayat asma (-),
Hipertensi (-),diabetes (-). Keluhan sakit kepala dan mual muntah dikatakan tidak ada.BAK
dan BAB juga dikatakan normal. HPHT tanggal 14-03-2016 dengan TTP tanggal 21-122016. Lendir (-) dan darah (-),His (+) namun jarang.

Riwayat Penyakit Terdahulu :DM(-), HT(-), Asma (-)


18

Riwayat Penyakit Keluarga

:DM(-), HT(-), Asma (-)

Riwayat Pemakaian Obat

:Vitamin ibu hamil

Riwayat KB

: (-)

Riwayat Kehamilan

: (-)

Riwayat Persalinan

: (-)

HPHT

: 14-03-2016

TTP

: 21-12-2016

Riwayat ANC

:Pasien sudah 3 kali memeriksakan kehamilannya,


: Suntik TT 2x

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang
Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 1300/70 mmHg

Frekuensi Nadi

: 80x/menit

Frekuensi Nafas : 20x/menit


Suhu

: 36,5oC

Berat badan

: 63 kg

Tinggi badan

: 160 cm

Status Generalis
a. Kepala dan Leher

Kepala

: normocephali

Mata

:konjunctiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-), Pupil isokor (3

mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)

Hidung

Telinga: tidak ada sekret/bau/perdarahan

Mulut

: deviasi septum nasi (-), Pernapasan cuping hidung (-)

: bibir sianosis (-), lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis, tonsil tidak

membesar

Leher

: deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

b. Thoraks
19

Cor
Inspeksi
Palpasi

: Ictus cordis tidak tampak


: Nyeri tekan (-), Ictus cordis teraba normal pada ICS V MCL

Sinistra
Perkusi : batas jantung ICS IV Parasternal dkstra sampai ICS V MCL
Sinistra
Auskultasi regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Abdomen
Inspeksi
Palpasi

Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), Pelebaran ICS (-)


Nyeri tekan (-), stem fremitus kanan=kiri.
sonor pada kedua lapangan paru
vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-), Suara Nafas (-)

: membesar, simetris, linea nigra (+), luka bekas operasi (-)


: Sopel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-),

nyeri tekan perut kanan bawah (-)


Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Ekstremitas
Atas
: Akral Hangat (+), edema (-)
Bawah
: Akral Hangat (+), edema (-)
Status obstetri
Inspeksi

: membesar, linea nigra (+)

Palpasi
Leopold I

: TFU teraba dipertengahan antara pusat dan processus

xipoideus :32-33 cm
Leopold II

: teraba punggung disebelah kiri ibu, ekstremitas disebelah

kanan
Leopold III : bagian terbawah teraba bulat keras (kepala)
Leopold IV : belum masuk PAP
DJJ

: 143 x/ menit, reguler

His

: (+) lemah

Pemeriksaan dalam : vulvovagina normal, portio tebal dan lunak, pembukaan


1 cm (1 jari longgar), , presentasi kepala, penurunan hodge , ketuban
merembes warna jernih lendir dan darah (-)

20

3.4 Pemeriksaan Laboratorium


Darah Rutin
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

3.5

Hasil
10.1
32,6
9.900
299.000
5,28

Nilai Rujukan
12-14
37-54
5000-10000
150-450
3.50-5.50

Satuan
gr/dl
%
109/L
/mm3
1012/L

RESUME
Os datang dengan keluhan keluar cairan kurang lebih 1 hari ini,cairan keluar agak

banyak dengan volume lebih kurang 1 aqua botol 600ml ,saat ini os juga merasakan mules
pada perutnya, keluar air-air (+), darah dan lendir (-),His (-) jarang.
Riwayat Penyakit Keluarga :DM (-), HT (-), Asma (-)
Riwayat Pemakaian Obat

:Vitamin ibu hamil

Riwayat KB

: (-)

Riwayat Kehamilan

: (-)

Riwayat Persalinan

: (-)

HPHT

: 14-03-2016

TTP

: 21-12-2016

Riwayat ANC

:Pasien sudah 3 kali memeriksakan kehamilannya,dan suntik


TT 2x

Keadaan Umum: Tampak Sakit sedang, Kesadaran: Compos Mentis, Tekanan Darah : 130/70
mmHg, Frekuensi Nadi: 80 x/menit, Frekuensi Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36,5oC, Berat badan
: 63 kg, Tinggi badan

: 160 cm

3.6 Diagnosis
G1P0A0 +KDR (38-39 minggu) + AH + LK+ KPD+ CPD
3.7. Rencana
Sectio Caesaria
3.8.Laporan Operasi
Dilakukan tindakan operasi pada tanggal 14 Desember 2016

21

1. Pasien dibaringkan dimeja operasi dengan posisi supine dimana infus dan kateter
sudah terpasang dengan baik dan kemudian dilakukan spinal anastesi
2. Dilakukan tindakan aseptik dibagian lapangan operasi kemudian ditutup dengan doek
steril kecuali pada lapangan operasi
3. Insisi pflannesteil pada lapangan operasi (kutis, subkutis,fascia)
4. Otot dan peritoneum dibuka secara tumpul
5. Identifikasi uterus Gravida, dilakukan insisi pada segmen bawah rahim
6. Janin dilahirkan dengan meluxer kepala,dan ekstraksi vakum
Lahir bayi :Perempuan BB:3200 gr PB:47cm, anus (+), kelainan kongenital (-) A/S:
7-8
7. Plasenta dilahirkan dengan manual sampai bersih
8. Repair uterus dengan cara hecting interlocking dan continious doorlopen
9. Kontrol perdarahan Cuci cavum abdomen dengan NaCl 0.9% bersih
10. Reperitonialisasi (peritoneum ditutup) kemudian dilakukan hecting lapis demi lapis
11. Kutis di hecting dengan subcuticular kemudian ditutup dengan kasa steril
12. Operasi selesai.
3.9. Penatalaksanaan Post Op
Puasa s/d peristaltik (+)
Ivfd RL + Syntosinon 10 iu 20 gt/I mac
Inj Ceftriaxone 1gr/12j (st)
Inj Metronidazole drip/8 j
Inj Kalnex 1/8j
Inj Ketorolac 1a/8j
Inj Vit K/H
3 . 1. Follow Up
Tanggal 14-12-2016

Post Op SC H-0

Terapi :
-

Puasa

s/d

Peristaktik (+)
-

IVFD

RL

Syntosinon

+
drip
22

10 iu 20 gtt/i
-

Inj.Ceftriaxone 1
gr/ 12 jam

Inf.Metronidazole
drip/8 jam

Inj.

Kalnex

amp/8 jam
-

Inj.

Ketotolac

amp/8 jam
Tanggal 15-12-2016
Sens

Post Op SC hari I

Compos TFU

:2cm

mentis

umbilikus.

TD : 110/80 mmHg

dibawah

- Inj. Vit. K/hari


Terapi :
-

Diet M I

IVFD

RL

Nyeri post op : (+)

Syntosinon

drip

HR : 78x/I

Pusing (-)

10 iu 20 gtt/i

RR : 20 x/i

Peristaltik : (+)

T : 36,0 0 C

Flatus : (+)
BAK : (+)

Inj. Ceftriaxone 1
gr/ 12 jam

BAB : (-)

Inf.Metronidazole
drip/8 jam

Inj.

Kalnex

500

mg/8 jam
-

Inj.

Ketotolac

amp/8 jam
Tanggal 16-12-2016
Sens

Post Op H II

Compos TFU : 2cm dibawah

- Inj. Vit. K/hari


Terapi :
-

Diet MB

IVFD

mentis

umbilikus.

TD : 120/70 mmHg

Nyeri post op : (+)

phytogin 5 iu 20

HR : 80 x/i

Lemas (+)

gtt/i

RR : 20 x/i

Peristaltik : (+)

T : 36,70 C

Flatus : (+)
BAK : (+)

RL+

Inj. Ceftriaxone 1
gr/ 12 jam

BAB : (-)

Inj.kalnex

500

mg/8 jam
-

Inj.ketorolac

1
23

Tanggal 17-12-2016
Sens

Post Op hari III

Compos TFU : 2cm dibawah

mentis

umbilikus.

TD : 130/90 mmHg

Nyeri post op : (-)

HR : 84 x/I

BAK : (+)

RR : 24 x/i

BAB : (+)

amp/8 jam
Terapi :
-

Diet MB

Cefadroxyl

tab

2x1
-

Asam.mefenamat
tab 3x1

T : 36,50 C

B.comp 3x1

Metronidazole
tab 3x1

Tanggal 18-12-2016
Sens

Post Op hari IV

Compos TFU : 2cm dibawah

P/O
-

Diet MB

Cefadroxyl

mentis

umbilikus.

TD : 110/70 mmHg

Nyeri post op : (-)

HR : 80 x/i

BAK : (+)

B.comp tab 3x1

RR : 24 x/i

BAB : (+)

As.

tab 3x1
Metronidazole

2x1

T : 36,50C
Tanggal

tab

Mefenamat

tab 3x1

18-12-2016

Pasien PBJ

BAB IV
DISKUSI KASUS
Teori

Kasus
Defenisi

Pada

pasien,dari

anamnesa

dan

Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis

pemeriksaan fisik os mengaku keluar

premature rupture of the membrane PROM )

cairan kurang lebih 1 hari ini,cairan keluar

adalah pecahnya selaput korioamniotik

agak banyak dengan volume lebih kurang 1

sebelum terjadi proses persalinan. Secara

aqua botol 600ml, namun tidak di sertai

klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang

dengan tanda inpartu seperti darah (-), lendir

ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban

(-), his (+) namun lemah.


24

dan dalam waktu satu jam kemudian tidak


terdapat tanda awal persalinan, dengan
demikian untuk kepentingan klinis waktu 1
jam tersebut merupakan waktu yang
disediakan untuk melakukan pengamatan
adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila
terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka
peristiwa tersebut disebut KPD Preterm
(PPROM = preterm premature rupture of the
membrane - preterm amniorrhexis.

Etiologi atau penyebab KPD


Inkompetensia serviks
Peninggian tekanan intra uteri
Makrosommia
Polihidraamnion
Kelainan letak
Penyakit infeksi

Pada kasus, pasien mengaku


tidak ada riwayat trauma
( terbentur atau jatuh),namun
os mengaku pada
pemeriksaan USG yang ke 2
dengan hasil letak sungsang.

Penatalaksanaan

Pada

pasien

di

Penanganan aktif

penatalaksanaan

-Kehamilan > 37 minggu ->

deksametason dan observasi tanda

induksi-> gagal -> sc

infeksi

-infeksi (+),beri antibiotic dosis

Lalu

tinggi terminasi persalinan.

primigravida

a. < 5 skor pelvik -> sc

oligohdraamnion

injeksi

persiapan
dan

beri

sc,karena
di

takutkan

b. >5 skor pelvik -> lakukan


pematangan pelvik -> induksi ->
persalinan pervaginam
penanganan konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik
(ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila
25

tidak tahan dengan ampisilin dan


metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari). Jika
umur kehamilan kurang dari 32 34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih keluar. Jika
usia kehamilan 32 37 minggu belum
inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
berikan dexametason, observasi tanda tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi
pada usia kehamilan 37 minggu. Jika usia
kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu,
tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi
setelah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 37
minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda tanda infeksi
(suhu, leukosit, tanda tanda infeksi
intrauterin).

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pasien Ny. MA 23 tahun, datang dengan keluhan keluar cairan dari vagina
lender dan darah(-) dan Ny.MA mengeluh perut terasa agak mules disertai dengan keluar airair. Secara umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai dengan literatur
yang ada. Prognosis pada pasien ini berdasarkan perjalanan penyakit dan penatalaksanaan
yang telah didapatkan adalah bonam.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. Dalam Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Bagian


Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir. Edisi Keempat.
Cetakan Kedua. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. hal 677-82.
2. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan
KB, EGC, Jakarta, 2001, hal : 221 225.
3. Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds) Pengantar
Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan. Ketuban Pecah Dini.
Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007. Pp 456-60.
4. Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature Rupture Of
Membranes. Acta Medica Iranica.

[Online] 2003. Vol 41. No.3. Diunduh dari

http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf.
5. Cunningham Gary F, Leveno J Kenneth , Bloom L Steven , Hauth C John , III
Gilstrap Larry , Wenstrom D Katharine . Williams Obstetrics Edisi 22.2005 .

27

6. Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
7. Saifuddin, Abdul B 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

28

Anda mungkin juga menyukai